Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Praktik Klinik Keperawatan II Prodi DIV
Keperawatan Semester Empat.
NIM. P07120213009
Heryuni Prastiwi
NIM. P07120213019
: Jumat
Tanggal
: 19 Juni 2015
Mahasiswa Praktik
Mahasiswa Praktik
Andri Susilowati
NIM.P07120213009
Heryuni Prastiwi
NIM.P07120213019
Mengetahui,
Pembimbing Pendidikan
Pembimbing Lapangan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan Asuhan Keperawatan Gangguan
Sistem Pernafasan pada Tn. SW Dengan Bronchopneumonia di Rsup Dr. Soeradji
Tirtonegoro Bangsal Melati 2 tanpa halangan apapun.
Penulisan asuhan keperawatan ini bertujuan untuk memenuhi tugas Praktik
Klinik Keperawatan II DIV Keperawatan semester empat. Penulis menyadari bahwa
penulisan asuhan keperawatan ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Untuk
itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Sarjiman, S.Kep., Ns. selaku pembimbing lapangan di bangsal Melati 2 RSUP dr.
Soeradji Tirtonegoro
2. Ns. Ida Mardalena, S.Kep., M.Si. selaku pembimbing akademik
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan asuhan keperawatan ini.
Dalam penulisan asuhan keperawatan ini penulis menyadari bahwa masih
terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi
penyempurnaan asuhan keperawatan ini. Semoga penulisan asuhan keperawatan ini
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai
pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di
dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya.
(Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572)
Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak
dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan
bronchi. (Sylvia A. Price & Lorraine M.W, 1995 : 710)
Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus terminal
yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau
membentuk gabungan di dekat lobulus, disebut juga pneumonia lobaris.
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya
menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat
mokopurulen yang membentuk bercak-barcak konsolidasi di lobuli yang
berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran
pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan
daya tahan tubuh.(Sudigdiodi dan Imam Supardi, 1998)
Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang
disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar
alveoli.
B. Etiologi
Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh
adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme
patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh
terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya
lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan
sekresi humoral setempat.
paru-paru.
Faring atau tenggorokan
Struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke
laring.faring dibagi menjadi tiga region : nasofaring, orofaring, dan
laringofaring.
Laring atau pangkal tenggorokan
Struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea. Fungsi
utama
laring
adalah
untuk
memungkinkan
terjadinya
2. Fisiologi
Proses pernapasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida
yang terjadi pada paru-paru. Proses ini terdiri dari 3 tahap yaitu :
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer
ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Ada dua gerakan
pernapasan yang terjadi sewaktu pernapasan, yaitu inspirasi dan ekspirasi.
Inspirasi atau menarik napas adalah proses aktif yang diselenggarakan
oleh kerja otot. Kontraksi diafragma meluaskan rongga dada dari atas
sampai ke bawah, yaitu vertikal. Penaikan iga-iga dan sternum meluaskan
rongga dada ke kedua sisi dan dari depan ke belakang. Pada ekspirasi,
udara dipaksa keluar oleh pengendoran otot dan karena paru-paru kempis
(Soeparman, 1991)
E. Manifestasi Klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran
pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita
bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil,
demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas
menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis. (Barbara C. long, 1996 :
435)
Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika
terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat). (Sandra M. Nettina,
2001 : 683)
F. Pathway
G. Komplikasi
1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
2. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga
3.
4.
5.
6.
H. Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:
1. Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan darah
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
- Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan
dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk
kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius. (Barbara
C, Long, 1996 : 435)
- Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa.
(Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
- Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
- Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi
antigen mikroba. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
2. Pemeriksaan Radiologi
- Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai
pada infeksi stafilokokus dan haemofilus. (Barbara C, Long, 1996 :
435)
- Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat
oleh benda padat. (Sandra M, Nettina, 2001)
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk penderita bronchopneumonia adalah:
a. Oksigenasi, lingkungan sejuk dan lembab.
b. Fisioterapi, postural drainage dan suction untuk mengeluarkan lendir yang
tidak dapat dikeluarkan secara spontan.
c. Therapi antipiretik untuk mengatasi demam.
d. Cairan parenteral untuk kebutuhan cairan dan untuk keperluan pemberian obat
per parenteral agar reaksi lebih cepat.
e. Therapi antibiotik, sesuai dengan penyebab penyakit.
f. Therapi O2 bila perlu untuk anak yang mengalami respiratory distress.
g. Bed rest, kebutuhan nutrisi dan cairan (diit lunak atau biasa, susu bila tidak
sesak).
J. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas.
b. Riwayat Keperawatan.
1) Keluhan utama.
Dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, disertai pernapasan cuping
hidung, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai
muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir,
anoreksia dan muntah.
2) Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya
didahului
oleh
infeksi
saluran
pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik
sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena
demam yang tinggi.
3) Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun
menurun.
4) Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran
pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
5) Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada
musim hujan dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan
kesehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga bisa
menyebabkan sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu
ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok.
6) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
7) Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein =
MEP).
c. Pemeriksaan persistem.
1) Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
2) Sistem pernapasan.
a. Ketidakefektifan
bersihan
jalan
nafas
berhubungan
dengan
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
RASIONAL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
INTERVENSI
Kaji
frekuensi,
kedalaman,
kemudahan bernapas pasien.
Observasi warna kulit, membran
mukosa bibir.
Berikan lingkungan sejuk, nyaman,
ventilasi cukup.
Tinggikan kepala, anjurkan napas
dalam dan batuk efektif.
Pertahankan istirahat tidur.
Kolaborasikan pemberian oksigen
dan pemeriksaan lab (GDA)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
RASIONAL
Memberi
informasi
tentang
pernapasan pasien.
Kebiruan menunjukkan sianosis.
Untuk membuat pasien lebih
nyaman.
Meningkatkan
inspirasi
dan
pengeluaran sekret.
Mencegah terlalu letih.
Mengevaluasi proses penyakit dan
mengurangi distres respirasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
INTERVENSI
Kaji suhu tubuh pasien
Pertahankan lingkungan tetap sejuk
Berikan kompres hangat basah pada
ketiak, lipatan paha, kening (untuk
sugesti)
Anjurkan pasien untuk banyak
minum
Anjurkan mengenakan pakaian yang
minimal atau tipis
Berikan antipiretik sesuai indikasi
Berikan antimikroba jika disarankan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
d. Nutrisi
kurang
dari
RASIONAL
Data untuk menentukan intervensi
Menurunkan suhu tubuh secara
radiasi
Menurunkan suhu tubuh secara
konduksi
Peningkatan
suhu
tubuh
mengakibatkan penguapan cairan
tubuh
meningkat,
sehingga
diimbangi dengan intake cairan yang
banyak
Pakaian yang tipis mengurangi
penguapan cairan tubuh
Antipiretik
efektif
untuk
menurunkan demam
Mengobati organisme penyebab
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
1.
2.
3.
4.
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji penyebab mual muntah pasien 1. Untuk
menentukan
intervensi
Berikan perawatan mulut
selanjutnya
Bantu pasien membuang atau 2. Mulut yang bersih meningkatkan
mengeluarkan
sputum
sesering
nafsu makan
mungkin
3. Sputum dapat menyebabkan bau
Anjurkan untuk menyajikan makanan
mulut
yang
nantinya
dapat
dalam keadaan hangat
menurunkan nafsu makan
1.
2.
3.
4.
INTERVENSI
RASIONAL
Evaluasi tingkat kelemahan dan 1. Sebagai informsdi dalam menentukan
toleransi pasien dalam melakukan
intervensi selanjutnya
2. Menghemat energy untuk aktifitas
kegiatan
Berikan lingkungan yang tenang dan
dan penyembuhan
3. Oksigen yang meningkat akibat
periode istirahat tanpa ganguan
Bantu pasien dalam melakukan
aktifitas
4.
Mengadekuatkan persediaan oksigen
aktifitas sesuai dengan kebutuhannya
Berikan oksigen tambahan
f. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan suhu tubuh,kehilangan cairan karena berkeringat banyak,
muntah atau diare.
Tujuan : Volume cairan tubuh pasien seimbang dengan kriteria hasil :
membrane mukosa pasien lembab, turgor kulit baik, pengisian capiler
cepat / < 3detik, input dan output seimbang, pasien tidak muntah.
Pasien tidak diare, TTV normal (S = 36,5C 37,5C, N = 75
100x/menit, RR = 35 -40 x/ menit)
INTERVENSI
RASIONAL
1.
2.
3.
4.
5.
INTERVENSI
Kaji suhu badan 8 jam
Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas
Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
Berikan terapi antibiotik
1.
2.
3.
4.
5.
RASIONAL
Mendeteksi adanya tanda dari
infeksi
Mempermudah untuk penanganan
jika infeksi terjadi
Panas, kemerahan merupakan
tanda dari infeksi
Dengan melibatkan keluarga tanda
infeksi lebih cepat diketahui
Antibiotik efektif untuk mencegah
penyebaran bakteri
4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah di buat
sebelumnya.
5. Evaluasi
Dx 1 :
a. Jalan nafas pasien efektif
b. Tidak ada bunyi nafas tambahan
c. Jalan nafas pasien paten
d. Pasien tidak sesak
e. RR normal (30-40x/menit)
f. Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
g. Tidak ada pernafasan cuping hidung
Dx 2
Dx 4
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Dx 5
1) S = 36,5-37,50C
2) N = 100-120x/menit
3) RR = 30-40x/menit
Dx 6
a.
b.
c.
d.
Dx 7
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Hari/tanggal : Senin, 15 Juni 2015
Jam
: 11.00 WIB
Tempat: Bangsal Melati 2 RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro
Metode
: Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumen
Sumber data : Klien, tim kesehatan, status kesehatan klien
Oleh
: Andri Susilowati, Heryuni Prastiwi
1. Identitas
a. Pasien
Nama
: Tn. SW
Umur
: 55 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Kawin
Alamat
: Niten, Gadungan, Wedi, Klaten
Kewarganegaran
: Indonesia
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Buruh
Diagnosa medis
: Bronchopneumonia
Tanggal masuk: 9 Juni 2015
No. Rekam Medis
: 68xxxx
b. Penanggung jawab
Nama
: Ny. A
Umur
: 25 Th
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Niten, Gadungan, Wedi, Klaten
Hub dengan klien
:Anak Kandung
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan utama
Klien mengatakan sesak nafas dan batuk disertai pusing selama 4
hari tidak sembuh. Saat batuk dada dan tenggorokan terasa nyeri
seperti tercekik. Skala nyeri 5.
2) Riayat penyakit sekarang
Klien mengatakan batuk setiap hari. Klien batuk namun dahaknya
susah keluar. Bunyi nafas ronchi. Klien nampak gelisah. Klien
ii.
Keterangan:
0: Mandiri
1: Alat bantu
2: Dibantu orang lain
3: Dibantu orang lain dengan alat
4: Tergantung sepenuhnya
Kebutuhan tidur
Klien mengatakan tidak mengalami gangguan tidur dan
tidak menggunakan obat-obatan untuk membantu tidur.
Klien tidur malam sekitar pukul 21.00 dan bangun pukul
05.00 pagi.
b) Saat di RS
i.
Kebutuhan aktivitas sehari-hari
Klien nampak lemah dan hanya berbaring di tempat tidur.
Senin, 15 Juni 2015
Kemampuan Perawatan Diri
Makan dan minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di tempat tidur
ROM
ii.
Keterangan:
0: Mandiri
1: Alat bantu
2: Dibantu orang lain
3: Dibantu orang lain dengan alat
4: Tergantung sepenuhnya
Kebutuhan tidur
Klien mengeluh mengalami kesulitan tidur karena merasa
sesak dan batuk. Klien tidur kurang lebih 5 jam per hari.
c) Telinga
Inspeksi
Palpasi
d) Hidung
Inspeksi
Palpasi
2)
3)
4)
5)
i.
ii.
e) Mulut
Inspeksi
Wajah
Inspeksi
Leher
Inspeksi
Palpasi
Kulit
Inspeksi
Palpasi
Thorak
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
tekan
: suara sonor
: suara ronchi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
6) Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
: simetris
: peristaltic 20 x/menit
: suara timpani
: tidak ada pembesaran hepar, tidak ada masa
perut
7) Genetalia
Inspeksi
: tidak ada pembengkakan
8) Ekstremitas atas
Inspeksi
: terpasang infus NaCl 20 tpm sejak 9 Juni
2015, tidak ada edema, tidak ada kelainan jari
Palpasi
: tidak adanyeri tekan
9) Ekstremitas bawah
Inspeksi
Palpasi
kelainan jari.
:tidak ada nyeri tekan
Nama Obat
Rute
Dosis
Ceftriaxone
IV
1 gr/12 jam
Paracetamol
PO
500mg/8jam
Ambroxol
IV
3x1
Farbivent
Nebul
Kalau perlu
Azitromocin
PO
Infus NaCl
IV
20 tpm
Hasil
Satuan
Nilai Normal
12.8
4.59
20.0
315
38.5
83.9
27.9
33.2
g/dL
10^6/uL
10^3/uL
10^3/uL
%
fL
Fl
g/dL
14.0-18.0
4.70-6.20
4.8-10.8
150-450
40-52
80-94
27-31
33-37
90.3
3.00
6.7
44.0
%
%
%
FL
50-70
25-40
1.0-12.0
35.0-45.0
Hasil
37.5
Satuan
mg/dL
Nilai Normal
19.0-44.0
Creatinin
Bun
AST
Paket Elektrolit
Natrium
Kalium
Chlorida
ALT
0.90
17.5
58.0
mg/dL
mg/dL
U/L
0.70-1.20
7.0-18.0
7.0-45.0
137.0
3.50
102.0
171.8
mmol/L
mmol/L
mmol/L
U/L
136.0-145.0
3.50-5.10
98.0-107.0
7.0-41.0
2) 10 Juni 2015
Pemeriksaan
Kimia Klinik
Ureum
Creatinin
Bun
AST
Paket Elektrolit
Natrium
Kalium
Chlorida
ALT
Hasil
Satuan
Nilai Normal
36.2
R.Habis
16.9
41.8
mg/dL
mg/dL
mg/dL
U/L
19.0-44.0
0.70-1.20
7.0-18.0
7.0-45.0
181.0
4.80
141.0
125.6
mmol/L
mmol/L
mmol/L
U/L
136.0-145.0
3.50-5.10
98.0-107.0
7.0-41.0
3) 14 Juni 2015
Pemeriksaan
Hematologi
Paket Darah Rutin
Hemoglobin
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
MCV
MCH
MCHC
Diff Count
Neutrofil
Limfosit
MXD
RDW
Hasil
Satuan
Nilai Normal
14.1
4.97
17.3
521
41.7
83.9
28.4
33.8
g/dL
10^6/uL
10^3/uL
10^3/uL
%
fL
Fl
g/dL
14.0-18.0
4.70-6.20
4.8-10.8
150-450
40-52
80-94
27-31
33-37
75.7
15.90
8.4
44.0
%
%
%
FL
50-70
25-40
1.0-12.0
35.0-45.0
Pemeriksaan
Kimia Klinik
Ureum
Creatinin
Bun
AST
Paket Elektrolit
Natrium
Kalium
Chlorida
ALT
Sero Imunologi
HBs Ag
Hasil
Satuan
Nilai Normal
38.6
0.77
18.0
73.3
mg/dL
mg/dL
mg/dL
U/L
19.0-44.0
0.70-1.20
7.0-18.0
7.0-45.0
135.0
4.70
101.0
309.4
mmol/L
mmol/L
mmol/L
U/L
136.0-145.0
3.50-5.10
98.0-107.0
7.0-41.0
Negatif
Negatif
Data
Masalah
DS:
Ketidakefektifan
1. Klien mengatakan bersihan jalan nafas
batuk berhari-hari
tidak sembuh
2. Klien mengatakan
dahak susah keluar
DO:
1. Bunyi
nafas
ronchi
2. Batuk tidak efektif
3. Tanda-tanda vital
TD:110/80 mmHg
Penyebab
Peningkatan
produksi
sputum
Nadi 84 x/menit
Suhu 36,8 oC
RR 36x/menit
2
4.
DS:
1. Klien mengatakan
sesak nafas
2. Klien mengatakan
batuk
DO :
1. Hb 12,8 g/Dl
2. Klien
nampak
lemas
3. Pernafasan cuping
hidung
4. Hasil foto thorax :
pleuropneumonia
dextra
disertai
bronchopneumoni
a sisnistra
DS:
1. Klien mengatakan
sesak nafas
DO:
1. Nafas dangkal
2. Pernafasan cuping
hidung
3. Ekspansi
dada
tidak maksimal
4. Frekuensi
nafas
36x/menit
Gangguan
pertukaran gas
Perubahan
membrane
alveolus
Ketidakefektifan
pola nafas
Dispneu
DS:
Nyeri akut
1. Klien mengatakan
nyeri saat batuk
2. Klien mengatakan
nyeri
seperti
tyercekik
DO:
Perjalanan
proses penyakit
1. P: saat batuk
2. Q: seperti tercekik
3. R: pada dada dan
tenggorokan
4. S: Skala nyeri 5
5. T: meningkat saat
batuk <10 menit
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum ditandai dengan
DS:
a. Klien mengatakan batuk berhari-hari tidak sembuh
b. Klien mengatakan dahak susah keluar
DO:
a. Bunyi nafas ronchi
b. Batuk tidak efektif
c. Tanda-tanda vital
TD:110/80 mmHg
Nadi 84 x/menit
Suhu 36,8 oC
RR 36x/menit
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolus ditandai dengan
DS:
a. Klien mengatakan sesak nafas
b. Klien mengatakan batuk
DO :
a. Hb 12,8 g/Dl
pleuropneumonia
dextra
disertai
bronchopneumonia sisnistra
Diagnosa
Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan
dengan
peningkatan
produksi sputum ditandai
dengan:
DS:
a. Klien mengatakan
batuk
sudah
bertahun-tahun
b. Klien mengatakan
dahak susah keluar
DO:
a. Bunyi nafas ronchi
b. Batuk tidak efektif
c. Frekuensi
nafas
40x/menit
d. Klien
kesulitan
berbicara
e. Klien nampak
gelisah
Tujuan
Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan
ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
teratasi
dengan
kriteria hasil:
a. Secara verbal tidak
ada keluhan sesak
b. Suara napas
normal (vesicular)
c. Batuk berkurang
d. Jumlah pernapasan
dalm batas normal
sesuai usia : 12-20
x/menit
Intervensi
a. Kaji jumlah atau
kedalaman pernapasan
dan pergerakan dada
b. Auskultasi daerah paru,
catat area yang
menurun/tidak
adanya aliran udara,
dan adanya suara napas
tambahan
c. Ajarkan pasien
melakukan latihan
napas dalam
d. Ajarkan pasien
melakukan batuk
efektif
e. Berikan posisi semi
fowler
f. Kolaborasi untuk
pemberian O2 dengan
kanul binasal 2
Lt/menit, terapi inhalasi
nebulizer
Rasional
a. Evaluasi awal untuk
melihat kemajuan dari
hasil intervensi yang
telah dilakukan
b. Penuruanan aliran
udara timbul pada
area yang
terkonsolidasi dengan
cairan
c. Napas dalam akan
memfasilitasi
ekspansi maksimum
paru-paru/saluran
udara kecil
d. Batuk efektif
membantu
pengeluaran secret
e. Posisi semi fowler
membantu
memperlancar jalan
nafas
f. Pemberian mencukupi
kebutuhan O2 klien
Heryuni
2.
Setelah dilakukan
a. Observasi pola nafas
tindakan keperawatan
dan catat frekuensi
selama 3x24 jam
pernafasan
b. Atur posisi klien semi
diharapkan
fowler
ketidakefektifan pola
c.
Pertahankan pemberian
nafas teratasi dengan
O2
kriteria hasil:
d.
Bantu klien melakukan
a. TTV dalam batas
nafas efektif
normal
TD
120/80
mmHg
N 80100 kali Heryuni
/menit
S 36oC
R 16-24 kali
/menit
b. Suara nafas
normal (vaskuler)
c. Kedalaman nafas
dalam batas
normal
Heryuni
a. Memantau keadaan
pernafasan klien
apakah dalam batas
normal atau tidak
b. Mempermudah fungsi
pernafasan
c. Mencukupi/pemenuha
n kebutuhan oksigen
d. Nafas efektif
membantu klien
mendapatkan oksigen
yang optimal
Heryuni
Diagnosa
Waktu
Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas
Senin, 29-122014
11.00 WIB
Implementasi
Mengobservasi keadaan
umum dan tanda-tanda
vital
Evaluasi
Heryuni
Heryuni
11.30 WIB
Mengkaji pernafasan
klien
Heryuni
Evaluasi hasil
DS: Klien mengatakan
kadang-kadang masih
batuk
DO:
Dahak berwarna putih
bening kadang
kehijauan
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu: 36,5 oC
A: Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
sebagian teratasi
P: Hentikan intervensi
Heryuni
14.30 WIB
Mengajarkan klien
melakukan nafas dalam
Distia
Selasa, 3012-2014
09.30 WIB
Memantau keadaan
umum dan tanda-tanda
vital
Distia
11.00 WIB
Mengkaji pernafasan
klien
Heryuni
Heryuni
DS: klien mengatakan lebih
lega setelah nafas dalam
DO: Klien mampu
melakukan nafas dalam
dengan benar
Distia
DS: DO: KU : compos mentis
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 89 x/menit
RR : 23 x/menit
Suhu: 35,9 oC
Distia
DS: Keluarga klien
mengatakan klien masih
sering batuk
DO: Klien nampak batuk
Suara nafas vesikuler
Respirasi: 23x/menit
Terpasang Oksigen 2
L/menit
14. 30 WIB
Distia
Rabu, 31-122014
06.00 WIB
Mengobservasi keadaan
umum dan TTV
Distia
Heryuni
15.00 WIB
Heryuni
Mendampingi klien
melakukan batuk efektif
Heryuni
16.10 WIB
Mengkaji pernafasan
klien
Distia
Distia
2.
Ketidakefektifan
pola nafas
Senin 29
Desember
2014
12.30 WIB
Heryuni
Heryuni
13.00 WIB
Distia
Distia
Selasa, 3012-2014
08.30 WIB
Distia
Rabu, 31-122014
08.00 WIB
Mengobservasi pola
nafas klien
Heryuni
Suhu: 36,5 oC
A: Ketidakefektifan
pola nafas teratasi
P: Hentikan intervensi
Distia
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan data pengkajian terhadap Ny. S dengan diagnosa medis
bronchopneumonia didapatkan diagnose keperawatan:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum ditandai dengan
DS:
a. Klien mengatakan batuk sudah bertahun-tahun
b. Klien mengatakan dahak susah keluar
DO:
a. Bunyi nafas ronchi
b. Batuk tidak efektif
c. TTV: TD:100/70 mmHg
Nadi 108 x/menit
Suhu 36,8oC
RR 40x/menit
d. Klien kesulitan berbicara
e. Klien nampak gelisah
f. Hasil rontgen thorax: infeksi spesifik, lama, duplex, curiga active,
dengan traping pleural effuse kanan
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan dispneu ditandai dengan
DS: Klien mengatakan sesak nafas
DO:
a. Nafas dangkal
b. Ekspansi dada tidak maksimal
c. Frekuensi nafas 35x/menit
DAFTAR PUSTAKA