Anda di halaman 1dari 34

Mata Kuliah : Keperawatan Kritis

Dosen : Eva Arna Abrar, S.Kep. Ns., M.Kep

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS


PADA PASIEN TB PARU

OLEH :
KELOMPOK 2
Abdul Asis (NH0117002) Ainun Annisa (NH0117007)
Agil Muhammad (NH0117004) Amran (NH0117008)
Agil Saputra (NH0117005) Andi Karmila Sari (NH0117009)
Ainun Amalia (NH0117006) Andi Sri Indra Reski (NH0117010)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang
berjudul “ Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pulmonary”. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata , kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

                                                                         Makassar , Desember 2020


                                                                                                            

                                                                                   KELOMPOK 2
BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang
disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat
disembuhkan. Tuberkulosis dapat menyebar dari satu orang ke orang lain
melalui transmisi udara (droplet dahak pasien tuberkulosis). Pasien yang
terinfeksi Tuberkulosis akan memproduksi droplet yang mengandung
sejumlah basil kuman TB ketika mereka batuk, bersin, atau berbicara.
Orang yang menghirup basil kuman TB tersebut dapat menjadi terinfeksi
Tuberkulosis.
Penyakit Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan utama di
dunia. Hal tersebut menyebabkan gangguan kesehatan jutaan orang
pertahun penyebab utama kematian penyakit menular di dunia . Pada
tahun 2014, diperkirakan 9,6 juta kasus TB baru yaitu 5,4 juta adalah laki-
laki, 3,2 juta di kalangan perempuan dan 1,0 juta anakanak. Penyebab
kematian akibat TB Paru pada tahun 2014 sangat tinggi yaitu 1,5 juta
kematian , dimana sekitar 890.000 adalah laki-laki, 480.000 adalah
perempuan dan 140.000 anak-anak (WHO, 2015).
Penyakit TB Paru merupakan penyebab kematian nomor tiga
setelah penyakit jantung dan saluran pernapasan pada semua kelompok
usia serta nomor satu untuk golongan penyakit infeksi. Korban meninggal
akibat TB Paru di Indonesia diperkirakan sebanyak 61.000 kematian setiap
tahunnya (Depkes RI, 2011).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja konsep medis pasien dengan tb paru ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien tb paru ?
C.TUJUAN
1. Apa saja konsep medis pasien dengan tb paru ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien tb paru ?
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Pengertian TB Paru
Tuberkulosis atau TB adalah penyakit infeksius yang terutama
menyerang parenkim paru. Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh basil Mikrobacterium tuberkulosis yang
merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang
sebagian besar basil tuberkulosis masuk kedalam jaringan paru melalui
airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai
focus primer dari ghon [ CITATION And13 \l 1057 ].
TB adalah masalah kesehatan masyarakat diseluruh dunia yang erat
kaitannya dengan kemiskinan, malnutrisi, kepadatan penduduk,
perumahan dibawah standar, dan tidak memadainya layanan kesehatan.
Angka mortalitas dan morbiditas terus meningkat. TB dapat ditularkan
ketika seorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan organisme.
Individu yang rentan menghirup droplet dan menjadi terinfeksi. Bakteria
di transmisikan ke alveoli dan memperbanyak diri. Reaksi inflamasi
menghasilkan eksudat di alveoli dan bronkopneumonia,granuloma, dan
jaringan fibrosa [ CITATION Sus15 \l 1057 ].
B. Etiologi
Agen infeksius utama dari tuberculosis paru adalah
Mycobacterium tuberculosis adalah batang aerobik tahan asam yang
tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet
[ CITATION And13 \l 1057 ] .bakteri tuberculosis memiliki panjang 1-4/πm
dengan tebal 0,3-0,5 πm [ CITATION Pad13 \l 1057 ].
Mycobacterium bovis dan Mycobacterium avium pernah pada
kejadian yang jarang berkaitan dengan terjadinya infeksi tuberculosis
[ CITATION And13 \l 1057 ] . Selain itu juga kuman lain yang memberi infeksi
yang sama yaitu M.kansasii, M.Intracellutare [ CITATION Pad13 \l 1057 ].
Kuman tuberkulosis paru tahan hidup pada udara kering maupun
dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal
ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini
kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali.
Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan
bagian apikal paru-paru lebih tinggi daripada bagian lainnya, sehingga
bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis
[ CITATION Abd13 \l 1057 ].
C. Manifestasi Klinis
Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu
penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang
juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah
penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan
kadang-kadang asimtomatik [ CITATION And13 \l 1057 ].
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala
respiratorik dan gejala sistematik [ CITATION And13 \l 1057 ]:
a. Gejala respiratorik,meliputi:
 Batuk : Gejala batuk timbul paling dini merupakan gangguan yang
paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian
berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan
 Batuk darah : Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi,
mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan
darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darah
terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah
tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
 Sesak napas : Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru
sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi
pleura,pneumothorax,anemia dan lain-lain.
 Nyeri dada : Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang
ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
[ CITATION And13 \l 1057 ]

b. Gejala sistematik, meliputi:


 Demam : merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul
pada sore dan malam hari mirip demam influenza,hilang timbul dan
makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan
makin pendek.
 Gejala sistematik lain : gejala sistematik lain ialah keringat
malam,anoreksia,penurunan berat badan serta malaise.
 Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan,
akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas
walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
[ CITATION And13 \l 1057 ]
Tuberkulosis paru termasuk insidius. Sebagian besar pasien
menunjukkan demam tingkat rendah, keletihan, anorexia, penurunan BB,
berkeringat malam, nyeri dada dan batuk menetap. Batuk pada awalnya
mungkin non produktif, tetapi dapat berkembang ke arah pembentukan
sputum mukopurulen dengan hemoptisis [ CITATION And13 \l 1057 ].
Tuberkulosis dapat mempunyai manifestasi atipikal pada lansia,
seperti perilaku tiada biasa dan perubahan status mental, demam, anorexia
dan penurunan BB. Basil TB dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam
keadaan dorman[ CITATION And13 \l 1057 ].
D. Patofisiologi
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveoli biasanya
diinhalasi sebagi suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil karena
gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan dirongga hidung dan tidak
menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus (biasanya
dibagian bawah lobus atau bagian atas lobus bawah) basil tuberkulosis ini
membangkitkan reaksi peradangan. Lekosit polimorfonuklear tampak pada
tempat tersebut dan mefagosit bakteri tetapi tidak membunuh organisme
tersebut. Sesudah hari-hari pertama maka lekosit diganti oleh makrofag.
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala-
gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan
sendirinya tanpa menimbulkan kerusakan jaringan paru atau proses dapat
berjalan terus dan bakteri terus di fagosit atau berkembang biak didalam
sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar limfe regional. Makrofag yang
mengalami infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga
membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini
biasanya berlangsung selama 10-20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi
memberikan gambaran yang relatif padat seperti keju, lesi nekrosis ini
disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan
jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblas
menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa,
membentuk jaringan parut yang akhirnya membentuk suatu kapsul yang
mengelilingi tuberkel [ CITATION And13 \l 1057 ].
Lesi primer paru-paru disebut fokus ghon dan gabungan
terserangnya kelenjar limfe regional dan lesi primer dinamakan kompleks
ghon. Kompleks ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada
orang sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram rutin.
Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan dimana
bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi
tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke
percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat terulang kembali pada bagian
lain dari paru atau basil dapat terbawa ke laring, telinga tengah atau usus.
Kavitas kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan
meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen
bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat
dekat dengan perbatasan bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental
sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran yang ada dan lesi mirip
dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat tidak
menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan
dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat
menyebar melalui saluran limfe atau pembuluh darah (limfohematogen).
Organisme yang lolos dari kelenjar limfe akan mencapai aliran darah
dalam jumlah yang lebih kecil yang kadang-kadang dapat menimbulkan
lesi pada berbagai orang lain (ekstrapulmoner). Penyebaran hematogen
merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis
milier. Ini terjadi bila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga
banyak organisme masuk ke dalam sistem vaskuler dan tersebar ke dalam
sistem vaskuler ke organ-organ tubuh [ CITATION And13 \l 1057 ].
Gambar 1. Pathway Tb Paru
E. Klasifikasi
Klasifikasi TB paru dibuat berdasarkan gejala klinik,bakteriologik,
radiologik dan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting
karena merupakan salah satu faktor determinan untuk menetapkan strategi
terapi [ CITATION And13 \l 1057 ].
Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB Paru dibagi
sebagai berikut [ CITATION And13 \l 1057 ] :
a. TB paru BTA Positif dengan kriteria :
- Dengan atau tanpa gejala klinik
- BTA positif : mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali
disokong biakan positif 1 kali atau disokong radiologik positif 1 kali.
- Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.
b. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria :
- Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan TB paru aktif
- BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.
c. Bekas TB Paru dengan kriteria :
- Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif
- Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
- Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan
serial foto yang tidak berubah.
- Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung)
[ CITATION And13 \l 1057 ]
Klasifikasi Kesehatan Masyarakat [ CITATION Pad13 \l 1057 ].

- Kategori 0 = - Tidak pernah terpapar / terinfeksi

- Riwayat kontak negatif

- Tes tuberkulin

- Kategori I = - Terpapar TB tapi tidak terbukti ada infeksi

- Riwayat/kontak negatif

- Tes tuberkulin negatif

- Kategori II = - Terinfeksi TB tapi tidak sakit

- Tes tuberkulin positif

- Radiologis dan sputum negatif

- Kategori III = - Terinfeksi dan sputum sakit


[ CITATION Pad13 \l 1057 ]

Di Indonesia Klasifikasi yang dipakai berdasarkan DEPKES 2000


adalah [ CITATION Pad13 \l 1057 ] :
Kategori I
- Paduan obat 2HRZE/4H3R3 atau 2HRZE/4HR atau 2HRZE/6HE
Obat tersebut diberikan pada penderita baru Y + TB Paru BTA
Positif,penderita TB Paru BTA Negatif Roentgen Positif yang “sakit
berat” dan penderita TB ekstra Paru Berat.

Kategori II :

- Paduan obat 2HRZES/HRZE/5H3R3E3


Obat ini diberikan untuk : penderita kambuh (relaps),penderita gagal
(failure) dan penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default)

Kategori III

- Paduan obat 2HRZ/4H3R3


Obat ini diberikan untuk penderita BTA negatif fan Roentgen positif
sakit ringan, penderita ekstra paru ringan yaitu TB Kelenjar Limfe
(limfadenitis),pleuritis eksudativa uiteral, TB Kulit,TB tulang (kecuali
tulang belakang),sendi dan kelenjar adrenal.
Adapun tambahan dari pengobatan pasien TB obat sisipan yaitu
diberikan bila pada akhir tahap intensif dari suatu pengobatan dengan
kategori 1 atau 2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif,
diberikan obat sisipan (HRZE) setiap hari selama satu bulan [ CITATION
Pad13 \l 1057 ].
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
TB paru ditangani terutama dengan agens antituberkulosis selama 6
sampai 12 bulan. Durasi Terapi yang lama penting untuk memastikan
bahwan organisme telah diberantas dan mencegh relaps [ CITATION
Sus15 \l 1057 ].
Terapi farmakologis
 Medikasi lini pertama : Isoniazid atau INH (Nydrazid), rifampin
(Rifadin),pirazinamid, dan etambutol (Myambutol) setiap hari
selama 8 minggu dan berlanjut sampai dengan 4 sampai 7 bulan
[ CITATION Sus15 \l 1057 ].
 Medikasi lini kedua : kapreomisin (Capastat),etionamid (Trecator),
natrium paraminosalisilat, dan sikloserin (seromycin) [ CITATION
Sus15 \l 1057 ].
 Vitamin B (piridoksin) biasanya diberikan bersama INH.
2. Penatalaksanaan Keperawatan [ CITATION Sus15 \l 1057 ]
a. Meningkatkan bersihan jalan napas
 Dorong peningkatan asupan cairan
 Ajarkan tentang posisi terbaik untuk memfasilitasi drainase
b. Dukung kepatuhan terhadap regimen terapi
 Jelaskan bahwa TB adalah penyakit menular dan bahwa
meminum obat adalah cara paling efektif dalam mencegah
transmisi.
 Jelaskan tentang medikasi, jadwal,dan efek samping,pantau efek
samping obat anti TB
 Instruksikan tentang resiko resistensi obat jika regimen medikasi
tidak dijalankan dengan ketat dan berkelanjutan.
 Pantau tanda-tanda vital dengan saksama dan observasi lonjakan
suhu atau perubahan status klinis pasien.
 Ajarkan pemberi asuhan bagi pasien yang tidak dirawat inap
untuk memantau suhu tubuh dan status pernapasan pasien,
laporkan setiap perubahan pada status pernapasan pasien ke
tenaga kesehatan primer [ CITATION Sus15 \l 1057 ].
c. Meningkatkan aktivitas dan nutrisi yang adekuat
 Rencanakan jadwal aktivitas progresif bersama pasien untuk
meningkatkan toleransi terhadap aktivitas dan kekuatan otot.
 Susun rencana pelengkap (komplementer) untuk meningkatkan
nutrisi yang adekuat. Regimen nutrisi makanan dalam porsi
sedikit namun sering dan porsi dan suplemen nutrisi mungkin
bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan kalori harian.
 Identifikasi fasilitas (mis,tempat penampungan,dapur
umum,Meals on Wheels) yang menyediakan makanan
dilingkungan tempat tinggal pasien dapat meningkatkan
kemungkinan pasien dengan sumber daya dan energi terbatas
untuk memperoleh asupan yang lebih bernutrisi
[ CITATION Sus15 \l 1057 ].
d. Mencegah Penyebaran infeksi TB
 Jelaskan dengan perlahan kepada pasien tentang tindakan
kebersihan yang penting dilakukan, termasuk perawatan mulut,
menutup mulut dan hidung ketika batuk dan bersin, membuang
tisu dengan benar, dan mencuci tangan.
 Laporkan setiap kasus TB ke departemen kesehatan sehingga
orang yang pernah kontak dengan pasien yang terinfeksi selama
stadium menular dapat menjalani skrining dan kemungkinan
terapi, jika diindikasikan.
 Informasikan pasien mengenai risiko menularkan TB ke bagian
tubuh lain (Penyebaran atau perluasan infeksi TB ke lokasi lain
selain paru pada tubuh dikenal sebagai TB miliar).
 Pantau pasien secara cermat untuk mengetahui adanya TB miliar.
Pantau tanda-tanda vital dan pantau lonjakan suhu tubuh serta
perubahan fungsi ginjal dan kognitif, beberapa tanda fisik dapat
diperlihatkan pada pemeriksaan fisik dada, tetapi pada stadium ini
pasien mengalami batuk hebat dan dispnea. Penanganan TB
miliar sama seperti penanganan untuk TB pulmonal [ CITATION
Sus15 \l 1057 ].
G. Komplikasi
Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut
[ CITATION Abd13 \l 1057 ]:
a. Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya
jalan nafas.
b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial
c. Bronkiektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan reaktif) pada paru.
d. Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan : kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru.
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak,tulang,persendian,ginjal
dan sebagainya.
f. Insufisiensi kardio pulmoner (Cardio Pulmonary Insuficiency)

Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu dirawat inap di


rumah sakit [ CITATION Abd13 \l 1057 ].

BAB III
KASUS
Ny. M berusia 58 tahun dengan diagnosa medis Tuberkulosis Paru (TB Paru) di
wilayah Kerja Puskesmas Siak Hulu I, dimulai sejak tanggal 06 April 2020
sampai tanggal 08 April 2020. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan secara
bertahap diawali dengan pengkajian, perumusan masalah keperawatan,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi tindakan keperawatan yang
disebut sebagai proses keperawatan.

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. M

Umur : 58 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Indonesia

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl. Kruing 8 B 37/ 2 Pandau

Diagnosa Medis : Tuberkulosis Paru (TB Paru)

Tanggal pengkajian : 06 April 2020


3.1.2 Penanggung Jawab

Nama : Ny. R

Umur : 34 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam
Alamat : Jl. Kruing 8 B 37/ 2 Pandau

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Hubungan dengan Klien : Anak


3.1.3 Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama: Ny. M mengatakan batuk

berdahak selama 1bulan, jika batuk nyeri terasa

pada dada sebelah kanan.

b. Riwayat penyakit sekarang: Ny. M mengatakan

sejak 1 bulan terakhir klien mengalami batuk

berdahak, dahak susah untuk dikeluarkan,

mengeluh batuk berdahak, sesak napas, demam,

nafsu makan menurun sejak seminggu terakhir,

klien datang ke Wilayah Kerja Puskesmas Siak

Hulu I pada tanggal 03 April 2020 sekitar

09.00 WIB dibantu oleh keluarganya, pasien

terlihat lemas, tampak meringis kesakitan,

Tekanan Darah: 100/80 mmHg, Nadi: 90x/menit,

Respirasi: 28X/menit, Suhu: 39,2OC, BB: 45Kg

(Sekarang), BB: 50Kg (sebelum Sakit).

Riwayat Penyakit Dahulu: Ny. M mengatakan sejak

1 bulan terakhir klien mengalami batuk berdahak,

sesak napas, demam, nafsu makan menurun sejak

seminggu terakhir. Ny. M mengatakan sudah

sering mengalami batuk berbulan-bulan namun

sembuh dengan membeli obat di warung, pasien

tidak memiliki penyakit lain selain batuk dan tidak

pernah dirawat di rumah sakit.


c. Riwayat Kesehatan Keluarga: tidak ada anggota

keluarganya yang menderita penyakit menular,

keluarga juga menyatakan bahwa tidak ada anggota

keluarga yang menderita penyakit menurun seperti

DM, dan Hipertensi.

d. Genogram

Keterangan :

: laki-laki : tinggal serumah

: perempuan

: pasien
e.Riwayat Sosial Ekonomi

1) Riwayat pekerjaan : Ny. M hanya sebagai ibu rumah


tangga, penghasilan diperoleh dari penghasilan Ny. R dan
suaminya rata-rata perbulan berkisar 1.500.000 s/d
2.000.000,00 perbulannya.
2) Aspek psikososial : Suami Ny. M sudah meninggal dan
Ny. M hanya ibu rumah tangga biasa.

3.1.4 Pola Kesehatan Fumgsional


a. Pola persepsi kesehatan dan manajemen Ny. M tidak tahu
tentang penyakit yang dideritanya, Ny. M menceritakan
keluhan yang muncul kepada keluarga. Jika sakit Ny. M
membeli obat di warung dekat rumahnya dan mengatakan
sudah sering mengalami batuk berbulan-bulan namun sembuh
dengan membeli obat di warung, dan tidak pernah dirawat di
rumah sakit.
b. Pola Oksigenasi
1) Sebelum sakit Ny. M mengatakan bernafas secara
normal, tidak mengunakan alat bantu pernafasan.
2) Saat dikaji Ny. M didapatkan bahwa pernafasan klien
meningkat (28 x/i) hal ini dikarenakan adanya sekret
dijalan nafas, klien mengatakan nafas sesak.
c. Pola Nutrisi
1) Sebelum sakit klien mengatakan makan 3x sehari dan
minum > 5 gelas per hari.
2) Saat dikaji sakit Ny. M mengatakan tidak ada nafsu
makan sejak seminggu terakhir, jika Ny. M makan
semuanya terasa pahit dan Ny. M merasakan seperti
ingin muntah.

d. Pola Eliminasi
1) Sebelum sakit Ny. M mengatakan BAB 1x dalam sehari
dan BAK 4-5 kali sehari.
2) Sebelum sakit Ny. M mengatakan BAB 1x dalam sehari
dan BAK 4-5 kali sehari.
e. Pola Aktivitas
1) Sebelum sakit Ny. M mengatakan setiap pagi hari selalu
menyempatkan waktu untuk berjalan pagi/olah raga
santai di pagi hari.
2) Saat dikaji Ny. M mengatakan badan terasa sesak nafas
dan bawaannya selalu letih.
f. Pola Istirahat
1) Sebelum sakit Ny. M mengatakan tidur 6-7 jam per hari
dan tidur siang tidak ada.
2) Saat dikaji Ny. M mengatakan susah untuk tidur karena
batuk.
g. Personal Hygiene
1) Sebelum sakit Ny. M mengatakan mandi 2x/hari (Pagi
dan Sore).
2) Saat dikaji Ny. M mengatakan mandi tetap 2x sehari.
h. Pola Komunikasi
1) Sebelum sakit Ny. M mengatakan berkomunikasi dengan
bahasa daerah.
2) Saat dikaji Ny. M mengatakan jika berkomunikasi
dengan perawat atau dokter menggunakan bahasa
Indonesia atau bahasa daerah.
i. Pola Spiritual

Saat dikaji Ny. M mengatakan tetap shalat, yang mana


sebelum sakit Ny. M selalu shalat berjamaah di Masjid
yang berdekatan dengan rumah Ny. M.

j. Pola Aman dan Nyaman


1) Sebelum sakit Ny. M mengatakan nyaman dengan
tubuhnya yang sehat.
2) Saat dikaji Ny. M mengatakan badannya terasa kurus
sekali, terasa kulit pembalut tulang, Ny. M mengatakan
malu dengan kondisi tubuhnya saat ini.
3.1.5 Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum :
Keadaan Umum (KU) : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Nadi : 90x/menit
Suhu : 39,2o C
RR : 28 x/menit
BB sekarang : 45 kg
BB sebelum sakit : 50 kg
b. Pemeriksaaan Fisik
1) Kepala : Bentuk kepala meschepal, rambut panjang ,
rambut warna hitam beruban, tekstur kasar, dan tidak ada
benjolan.
2) Mata : Bentuk simetris kanan dan kiri, konjungtiva
berwarna merah muda, sclera berwarna putih, tidak
terdapat oedema, bentuk pupil isokor, reflek pada cahaya
meosis.
3) Hidung : Tidak terdapat pernafasan cuping hidung.
Bentuk simetris kiri kanan, bersih tidak ada sekret, dan
bisa mencium aroma wangi-wangian.
4) Mulut : Terdapat karang gigi, bibir kering, mulut bersih,
tidak ada gigi palsu.
5) Telinga : Tidak ada serument, pendengaran baik.
6) Leher : Tidak ada kesulitan menelan, tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid dan pembesaran JVP
7) Jantung
a) Inspeksi : Dada simetris.
b) Palpasi : Teraba denyut jantung ictus cordis
pada ICS 5 mid clavikula.
c) Perkusi : Pekak
d) Auskultasi : S1> S2 reguler tidak ada bunyi
suara tambahan
8) Paru-Paru
a) Inspeksi : Pergerakan dada kanan dan kiri
simetris, tidak tampak menggunakan otot bantu
penafasan.
b) Palpasi : Vocal vemitus normal.
c) Perkusi : pekak
d) Auskultasi : terdapat ronchi, Whizzing tidak.
9) Abdomen
a) Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan
b) Auskultasi : Bising usus normal
c) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
d) Perkusi : Timpani
10) Ekstremitas
a) Atas: Tidak ada luka, tangan kiri dan kanan lengkap,
kuku tampak bersih, kekuatan otot normal(555/555),
terpasang IVFD D5% 20gtt/i
b) Bawah: tidak ada udema, kaki kiri dan kanan lengkap,
terasa panas saat diraba pada lutut, nyeri tekan pada lutut
(+), kekuatan otot normal (555/555)
11) Kulit : Turgor kulit kering, warna sawo matang
12) Genetalia : Tidak terpasang kateter

c. Terapi Medik
1) IVFD : Dektrose 5% 20 gtt/I
2) Ranitidine inj. 25mg/ml : 2x1 (amp)
3) Injeksi Ceftriaxone : 1x 1gr
4) OAT kategori I Paket (Obat TB Merah) (Rifampicin
150mg, Isoniazid 75mg, Pyrazinamide 400mg,
Ethambutole 275mg ) : 1 X 1 pagi hari, sebelum makan,
pada saat perut kosong).
5) Mucohexyine syr : 3 X 5mg
6) Vitamin B6 : 2 X 1Tab
d. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik

Pemeriksaa Hasil Nilai Normal Keterangan


n
BTA : P/S/S (-/+/+) (-/-/-) Tidak Normal
RO Thorak - - Tidak dilakukan
Hemoglobin 10Mg/dl 12-14mg/dl Normal
Leukosit 14.000mm3 5000-10000mm3 Tidak Normal
Haematokrit 42% 40-48%

3.1.6 Data Fokus

Data Objektif Data Subjektif


Batuk Berdahak sejak 1 bulan Ny. M tampak batuk dan susah
terakhir mengeluarkan dahaknya
Dahak susah untuk Ny. M tampak sesak dan
dikeluarkan demam
Ny. M Mengatakan nafas Porsi makanan yang diberikan
sesak tampak tidak dimakan
Ny. M Mengatakan Ny. M tampak kurus
Susah untuk
bernafas jika batuk,
karena dahak tidak
bisa dikeluarkan
Ny. M mengatakan tidak nafsu Ny. M dan keluarga
makan sejak seminggu terakhir tampak bertanya
kepada perawat
tentang penyakit
yang diderita Ny. M,
apakah bisa
disembuhkan.
Ny. M Mengatakan jika makan Ny. M tampak
terasa pahit bingung saat
ditanyakan tentang
penyakit dan cara
perawatan
penyakitnya
Ny. M mengatakan Jika makan TD: 100/80 mmHg
rasa ingin muntah N: 90 x/menit
RR: 28x/menit
S: 39,2o C

Ny. M mengatakan berat BB Sekarang : 45Kg


badan menurun
Ny. M dan keluarga BB Sebelum Sakit : 50Kg.

mengatakan tidak
tahu dengan
penyakit yang
diderita oleh Ny. M

3.1.7 Analisa Data

No Data Masalah
1. DS:- Ny. M Mengatakan: Bersihan jalan nafas
1) Batuk Berdahak tidak efektifnya
sejak 1 bulan
terakhir
2) Dahak susah untuk
dikeluarkan
Do: - Ny. M Tampak :
1) Ny. M Tampak
Batuk dan susah
mengeluarkan dahaknya
2) TTV
- TD: 100/80 mmhg
- N: 90x/menit
- RR: 28x/menit
- S: 39,2o C
- BB Sekarang:45Kg
- BB Sebelum Sakit:50Kg
2. DS: - Ny. M Mengatakan: Perubahan nutrisi
1) Ny. M mengatakan tidak kurang dari kebutuhan
nafsu makan sejak tubuh
seminggu terakhir
2)Ny. M Mengatakan jika
makan terasa pahit
3)Ny. Mj mengatakan Jika
makan rasa ingin muntah
4) Ny. M mengatakan berat
badan menurun

DO: - Ny. M Tampak:


1) Ny. M Tampak lemah
2) Porsi makanan yang
diberikan tampak tidak
dimakan
3) Ny. M tampak kurus
BB Sekarang : 45Kg
BB Sebelum Sakit: 50Kg.
3. DS: Ny. M Mengatakan : Kurang pengetahuan
1) Ny. M dan keluarga berhubungan dengan
mengatakan tidak tahu kurangnya informasi.
dengan penyakit yang
diderita oleh Ny. M
2) Ny. M dan keluarga
menanyakanapakah penyakit
Ny. M bisa disembuhkan
DO: - Ny. M Tampak :
1) Ny. M dan keluarga
tampak bertanya
kepada perawat
tentang penyakit yang
diderita Ny. M, apakah bisa
disembuhkan.
2) Ny. M tampak bingung
saat ditanyakan tentang
penyakit dan cara perawatan
penyakitnya
3) TTV
- TD: 100/80 mmhg
- N: 90x/menit
- RR: 28x/menit
- S: 39,2o C
- BB Sekarang:45Kg
BB Sebelum Sakit: 50Kg

3.1.8 Diagnosa Keperawatan


Hasil pengkajian tanggal 06 April 2020, penulis mengangkat
diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah yang
ditemukan, yaitu :
a. Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan adanya
penumpukan sekret
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi.
3.1.9 Perencanaa Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan (NOC) (NIC)
1. Setelah dilakukan 1. Monitor frekuensi, irama
tindakan keperawatan kedalaman dan upaya
selama 3 x 24 jam napas
diharapkan pasien : 2. Monitor adanya retensi
Dengan kriteria hasil : sputum
1. Mendemonstrasikan 3. Posisikan semif fowler
batuk efektif dan atau fowler
suara nafas yang 4. Auskultasi suara napas
bersih, tidak ada 5. Jelaskan tujuan dan
sianosis dan prosedur batuk efektif
Dyspneu (mampu
mengeluarkan
sputum, mampu
bernafas dengan
mudah).
2. Menunjukkan jalan
nafas yang paten
(klien tidak merasa
tercekik irama
nafas, frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal, dan
tidak ada suara nafas
abnormal).
3. Mampu
mengidentifikasi dan
mencegah faktor
yang dapat
menghambat jalan
nafas
2. Perubahan Setelah dilakukan 1. Identifikasi status
nutrisi kurang tindakan keperawatan nutrisi
dari selama 3 x 24 jam 2. Identifiksi alergi
kebutuhan diharapkan pasien dan intoleransi
tubuh Dengan kriteria hasil : makanan
berhubungan 1. Adanya peningkatan 3. Monitor asupan
dengan berat badan sesuai makanan
anoreksia dengan tujuan 4. Berikan makanan
2. Berat badan ideal tinggi kalori tinggi
sesuai dengan tinggi protein
badan 5. Anjurkan
3. Mampu pasien untuk
mengidentifikasi menghabiskan porsi
kebutuhan nutrisi makan
4. Tidak ada tanda- tanda
mal nutrisi
5. Menunjukkan
peningktan fungsi
pengecapan dari
menelan dan tidak
terjadi penurunan
berat badan yang
berarti
3. Kurang Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi
pengetahuan keperawatan selama 1x25 kesiapan dan
berhubungan menit diharapkan pasien kemampuan menerima
dengan Kriteria Hasil : informasi
kurangnya 1. Pasien dan 2. Sediakan
informasi. keluarga menyatakan materi dan media
pemahaman pendidikan Kesehatan
tentang penyakit, 3. Jadwalkan pendidikan
kondisi,progosis kesehatan sesuai
dan program kesepakatan
pengobatan 4. Jelaskan faktor resiko
2. Pasien dan yang dapat
keluarga mampu mempengaruhi
melaksanakan kesehatan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar
3. Pasien dan
keluarga mampu
menjelaskan kembali
apa yang dijelaskan
perawat/tim
kesehatan lainnya.
3.1.10 Implememntasi dan Evaluasi

Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implemantasi Evaluasi


06, April 2020 Ketidakefektifan jalan napas 1. Mengidentifikasi kemampuan batuk S :
berhubungan dengan adanya 2. Memantau adanya retensi sputum - Pasien mengatakan sesak berkurang jika posisi
duduk
penumpukan sekret 3. Posisikan semif fowler atau fowler
O:
4. Memberikan minum air hangat - Pasien terlihat sesak jika berbaring
5. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk - Pasien dalam posisi semifowler
- Pola pernapasan pasien cepat RR : 28 x/mt
efektif
A:
- Masalah pola napas tidak efektif belum teratasi
P:
1. Lanjutkan intervensi
2. Monitor frekuensi, irama kedalaman dan upaya napas
3. Monitor pola napas
4. Monitor kemampuan batuk efektif
5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
Perubahan nutrisi 1. Identifikasi status nutrisi S:
Kurang darikebutuhan tubuh - Pasien mengatakan tidak nafsu makan
2. Identifiksi alergi dan
berhubungan dengan - Pasien mengatakan merasa mual jika makan
intoleransi makanan
- Pasien mengatakan hanya habis 5 sendok makan
anoreksia 3. Monitor asupan makanan O:
- BB : Sebelum sakit 50 kg Sesudah sakit 45
4. Berikan makanan tinggi kalori kg
tinggi protein A :
- Masalah perubahan nutrisi belum teratasi
P :
1. Lanjutkan intervensi
2. Identifikasi status nutrisi
3. Identifiksi alergi dan intoleransi makanan
4. Monitor asupan makanan
5. Berikan makanan tinggi kalori tinggi protein
6. Anjurkan pasien untuk menghabiskan porsi
makan
Kurang pengetahuan 1. Identifikasi kesiapan dan S:
- Pasien dan keluarga mengatakan belum mengerti akan
berhubungan dengan kemampuan menerima
penyakitnya
kurangnya informasi informasi - Pasien dan keluarga belum mampu memahami
informasi yang diberikan
2. Sediakan materi dan media
O:
pendidikan Kesehatan - Pasien dan keluarga menjadwalkan pendidikan
3. Jadwalkan pendidikan kesehatan kesehatan
sesuai kesepakatan A:
- Masalah defisit pengetahuan belum teratasi
P :
1. Lanjutkan intervensi
2. Sediakan materi dan media pendidikan Kesehatan
3. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhikeseh
atan

Anda mungkin juga menyukai