Anda di halaman 1dari 77

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA PASIEN

G2P2A0 34 MINGGU + KETUBAN PECAH DINI DENGAN


TINDAKAN SECTIO CAESAREA DI RUANG OPERASI
RSUD ALIMUDDIN UMAR LIWA
TAHUN 2021

LAPORAN AKHIR PROFESI NERS

RORI WILANDA
2014901082

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PRODI PROFESI NERS
TAHUN 2021
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA PASIEN
G2P2A0 34 MINGGU + KETUBAN PECAH DINI DENGAN
TINDAKAN SECTIO CAESAREA DI RUANG OPERASI
RSUD ALIMUDDIN UMAR LIWA
TAHUN 2021

LAPORAN AKHIR PROFESI NERS


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Profesi Ners

RORI WILANDA
2014901082

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PRODI PROFESI NERS
TAHUN 2021
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS

LAPORAN AKHIR PROFESI NERS, AGUSTUS 2021


RORI WILANDA

Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Pasien G2P2A0 34 Minggu + Ketuban


Pecah Dini dengan Tindakan Sectio Caesarea di Ruang Operasi RSUD
Alimuddin Umar Liwa
halaman, tabel, gambar, dan lampiran

ABSTRAK
Keperawatan perioperatif adalah gabungan yang mencakup tiga fase
pengalaman pembedahan, yaitu praoperatif, intra operatif, dan pasca operatif.
Sectio Caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus untuk melahirkan janin dari dalam
rahim. (Porwoastuti, 2015). Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018,
menunjukkan proporsi persalinan di fasilitas kesehatan meningkat dari 66,7%
menjadi 79,3% dan peningkatan proporsi pelayanan kunjungan nifas lengkap
dari 32,1% menjadi 37%.
Tujuan penelitian ini untuk memberikan gambaran pelaksanaan asuhan
keperawatan perioperatif pada pasien G2P2A0 34 Minggu + Ketuban Pecah
Dini dengan Tindakan Sectio Caesarea di RSUD Alimuddin Umar Lampung
Barat Tahun 2021.Pengumpulan data di laksanakan di Ruang Operasi RSUD
Alimuddin Umar Lampung Barat tanggal 17 Juni 2021. Subjek asuhan
keperawatan ini sebanyak satu orang yang akan dilakukan tindakan sectio
caesarea. Pengumpulan data yang digunakan oleh penulis yaitu wawancara
terstruktur dan participant observation. Sumber data yang digunakan yaitu
pasien dan stastus rekam medik.
Hasil asuhan keperawatan perioperatif pada pasien G2P2A0 34
Minggu + Ketuban Pecah Dini dengan Tindakan sectio caesarea di RSUD
Alimuddin Umar Lampung Barat Tahun 2021, pada fase pre operasi tingkat
cemas menurun ditandai dengan klien mengatakan sudah merasa lebih tenang,
klien mengatakan sudah mengerti tentang prosedur tindakan yang akan
dilakukan. Pada fase intra operasi tidak terjadi perdarahan ditandai dengan
perdarahan ±300cc, CRT 2 detik. Pada fase post operasi dengan termugulasi
membaik ditandai dengan klien mengatakan dingin berkurang, suhu tubuh
35,7ºC, suhu ruangan menjadi 24ºC, terpasang selimut pada tubuh klien.

Kata Kunci :Sectio Caesarea, Pre Operasi, Intra Operasi, Post


Operasi
Daftar Referensi :20 (2013–2021)

iii
HEALTH POLYTECHNIC OF TANJUNGKARANG
NURSING MAJOR
ADVANCED NERS PROFESSIONAL

FINAL PROFESSIONAL REPORT NERS, AUGUST 2021


RORI WILANDA

Perioperative Nursing Care for Patients G2P2A0 34 Weeks + Premature Rupture


of Membranes with Sectio Caesarea in the Operating Room of Alimuddin Umar
Liwa Hospital
pages, tables, picture and attachments

ABSTRACT
Perioperative nursing is a combination that includes three phases of the surgical
experience, namely preoperative, intraoperative, and postoperative. Sectio Caesarea
is a surgery to give birth to a fetus by opening the abdominal wall and uterine wall to
deliver the fetus from inside the uterus. (Porwoastuti, 2015). According to the results
of the 2018 Basic Health Research, the proportion of deliveries in health facilities
increased from 66.7% to 79.3% and an increase in the proportion of complete
postpartum visit services from 32.1% to 37%.
The purpose of this study was to provide an overview of the implementation of
perioperative nursing care for patients G2P2A0 34 weeks + premature rupture of
membranes with Sectio Caesarea at Alimuddin Umar Hospital, West Lampung in
2021. Data collection was carried out in the Operation Room of Alimuddin Umar
Hospital, West Lampung on 17 June 2021. Subjects This nursing care is as many as
one person who will perform sectio caesarea. The data collection used by the author
is structured interviews and participant observation. Sources of data used are
patients and medical record status.
The results of perioperative nursing care for patients G2P2A0 34 weeks + premature
rupture of membranes with sectio caesaria at Alimuddin Umar Hospital, West
Lampung in 2021, in the preoperative phase the level of anxiety decreased marked by
the client saying he felt calmer, the client said he understood about the procedure.
will be done. In the intraoperative phase, there was no bleeding, indicated by
bleeding ±300cc, CRT 2 seconds. In the post-operative phase, with improved
regulation, the client said that the cold had decreased, body temperature was 35.7ºC,
room temperature was 24ºC, and a blanket was attached to the client's body.

Keywords : Sectio Caesarea, Pre Operation, Intraoperative, Post Operation


Reference : 20 (2013–2021)

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kepada kehadirat Allah SWT karena atas
karunia-Nya sehingga dalam menyelesaikan laporan studi kasus “Asuhan
Keperawatan Perioperatif Pada Pasien G2P2A0 34 Minggu + Ketuban Pecah Dini
dengan Tindakan Sectio Caesarea di Ruang Operasi RSUD Alimuddin Umar Liwa”
penyusun mendapat bantuan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini penyusun
berkenan menyampaikan terimakasih kepada:
1. Warjidin Aliyanto, S.KM., M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Tanjungkarang

2. Gustop Amatiria,S.Kp.,M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes

Tanjungkarang

3. Dr. Anita, M.Kep, Sp. Mat, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi

Ners Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang

4. Ns. Titi Astuti, S.Kep.,M.Kep.,Sp.Mat, selaku dosen pembimbing utama yang

telah membantu dalam penyusuanan laporan ini

5. Ns. Efa Trisna,S.Kep.,M.Kes, selaku dosen pembimbing pendamping yang

telah membantu dalam penyusunan laporan ini

6. Pihak Rumah Sakit RS Alimuddin Umar Liwa yang telah banyak membantu

dalam memperoleh data dalam penyusunan laporan ini

Akhir kata, semoga Allah SWT yang membalas segala kebaikan semua pihak yang
terlibat dalam membantu menyelesaikan laporan akhir ini. Semoga laporan ini
bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Bandar Lampung, Agustus 2021

Penulis

v
BIODATA PENULIS
Nama : Rori Wilanda
NIM : 2014901082
Tempat/Tanggal Lahir : Bakhu, 27 Mei 1998
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat :Bakhu, Batu Ketulis, Lampung Barat,
Lampung

RIWAYAT PENDIDIKAN :
TK (2003-2004) : Darma wanita Bakhu
SD (2004-2010) : SD Negri 2 Bakhu
SMP (2010-2013) : SMP Negeri 1 Belalau
SMA (2013-2016) : SMA Negeri 1 Belalau
D IV Keperawatan (2016-2020) : Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
Profesi Ners (2020-2021) : Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

vi
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA PASIEN G2P2A0 34


MINGGU + KETUBAN PECAH DINI DENGAN TINDAKAN SECTIO
CAESAREA DI RUANG OPERASI
RSUD ALIMUDDIN UMAR LIWA
TAHUN 2021

Penulis
RORI WILANDA /2014901082

Telah diperiksa, disetujui dan untuk dipertahankan dalam sidang laporan akhir di
Program Studi Profesi Ners Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Tahun Akademik
2020/2021.

Bandar Lampung, Agustus 2021

Pembimbing I

Ns. Titi Astuti, S.Kep., M.Kep., Sp.Mat


NIP. 196501161988032003

Pembimbing II

Ns. Efa Trisna, S.Kep.,M.Kes


NIP. 196810081989032002

vii
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS AKHIR


ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA PASIEN G2P2A0 34
MINGGU + KETUBAN PECAH DINI DENGAN TINDAKAN SECTIO
CAESAREA DI RUANG OPERASI
RSUD ALIMUDDIN UMAR LIWA
TAHUN 2021

Penulis
RORI WILANDA/2014901082

Diterima dan disahkan oleh tim penguji laporan tugas akhir Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Tahun Akademik 2020/2021 sebagai
persyaratan menyelesaikan pendidikan Prodi Ners keperawatan.

Ketua Penguji

Dr. Ns. Anita, S.Kep., M.Kep., Sp.Mat


NIP. 196902101992122001

Penguji Anggota I

Ns. Titi Astuti, S.Kep., M.Kep., Sp.Mat


NIP. 196501161988032003

Penguji Anggota II

Ns. Efa Trisna, S.Kep., M.Kes


NIP. 196810081989032002

Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan Tanjungkarang
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

Gustop Amatiria, S.Kp., M.Kes.


NIP. 197008071993031002

viii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :


Nama : Rori Wilanda
NIM : 2014901082
Email : wilanda.rori@gmail.com
No Hp : 085783509331

Dengan ini menyatakan bahwa naskah ilmiah dengan judul :


“Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Pasien G2P2A0 34 Minggu + Ketuban
Pecah Dini dengan Tindakan Sectio Caesarea di Ruang Operasi RSUD
Alimuddin Umar Liwa”
Adalah observasim pemikiran, dan pemaparan asli yang merupakan hasil karya saya
sendiri yang belum pernah dipublikasikan baik secara keseluruhan maupun sebagian,
dalam bentuk jurnal, working paper atau bentuk lain yang dapat dipublikasikan
secara umum. Naskah ilmiah ini sepenuhnya merupakan karya intelektual saya dan
seluruh sumber yang menjadi rujukan dalam karya ilmiah ini telah saya sebutkan
sesuai kaidah akademik yang berlaku umum, termasuk para pihak yang telah
memberikan kontribusi pemikiran pada isi, kecuali yang menyangkut ekspresi
kalimat dan desain penulisan.
Demikian pernyataan ini saya nyatakan secara benar dengan penuh tanggung jawab
dan integritas.

Bandar Lampung, Agustus 2021


Yang menyatakan,

Rori Wilanda
NIM. 2014901082

ix
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
LAPORAN AKHIR PROFESI NERS UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sivitas akademik Poltekkes Tanjungkarang Kemenkes RI, saya yang bertanda
tangan dibawah ini :
Nama : Rori Wilanda
NIM : 2014901082
Program Studi : Profesi Ners
Jurusan : Keperawatan
Jenis Karya : Laporan akhir profesi Ners
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Poltekkes Tanjungkarang Kemenkes RI Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-
Exclusive Royalty- Free Right)atas karya laporan Akhir Profesi Ners saya yang
berjudul :
“Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Pasien G2P2A0 34 Minggu + Ketuban
Pecah Dini dengan Tindakan Sectio Caesarea di Ruang Operasi RSUD
Alimuddin Umar Liwa”
Besera perangkat yang ada (diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non Eksklusif
ini Poltekkes Tanjungkarang Kemenkes RI berhak menyimpan, mengalih media/
format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagi
penulis pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Bandar Lampung
Pada : Agustus 2021
Yang menyatakan,

Rori Wilanda

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN SAMPUL............................................................................................. ii
ABSTRAK................................................................................................................ iii
ABSTRACT.............................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................. v
BIODATA PENULIS............................................................................................... vi
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... vii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................... viii
HALAMAN PERNYATAN ORISINILITAS........................................................ ix
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI........................................................... x
DAFTAR ISI............................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL..................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................
B. Perumusan Masalah...............................................................
C. Tujuan......................................................................................
D. Manfaat....................................................................................
E. Ruang Lingkup........................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Konsep Perioperatif...............................................
B. Tinjauan Asuhan Keperawatan.............................................
C. Tinjauan Konsep Penyakit.....................................................
D. Jurnal Terkait..........................................................................
BAB III METODE
A. Fokus Asuhan Keperawatan..................................................
B. Subyek Asuhan........................................................................
C. Lokasi dan Waktu...................................................................
D. Pengumpulan Data..................................................................
E. Penyajian Data........................................................................
F. Prinsip Etik..............................................................................
BAAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil.............................................................................................
B. Pembahasan................................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan..............................................................................
B. Saran........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium...............................................................


....................................................................................................................................
Tabel 4.2 Prosedur Khusus Sebelum Pembedahan ...................................................
....................................................................................................................................
Tabel 4.3 Daftar Obat Pra Operasi.............................................................................
....................................................................................................................................
Tabel 4.4 Surgical Patient Safety Checklist...............................................................
....................................................................................................................................
Tabel 4.5 Daftar Obat General Anastesi....................................................................
....................................................................................................................................
Tabel 4.6 Tahapan Operasi........................................................................................
....................................................................................................................................
Tabel 4.7 Alderete Score............................................................................................
....................................................................................................................................
Tabel 4.8 Balance Cairan...........................................................................................
....................................................................................................................................
Tabel 4.9 Survey Sekunder........................................................................................
....................................................................................................................................
Tabel 4.10 Analisa Data.............................................................................................
....................................................................................................................................
Tabel 4.11 Diagnosa Keperawatan............................................................................
....................................................................................................................................
Tabel 4.12 Intervensi, Implementasi Dan Evaluasi....................................................
....................................................................................................................................

xii
DAFTAR GAMBAR

Tabel 4.1 Skala Nyeri VAS Pre Operasi....................................................................


....................................................................................................................................

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Informed Consent


Lampiran 2. Format Pengkajian
Lampiran 3. Lembar Konsul Pembimbing I
Lampiran 4. Lembar Konsul Pembimbing II
Lampiran 5. Lembar Masukan dan Perbaikan
Lampiran 6. Jadwal Pelaksanaan

xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan. Kesalahan dalam mengelolah ketuban pecah dini akan
membawa akibat meningkatnya angka morbilditas dan mortalitas ibu maupun
bayi. Kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan insedensi bedah cesar
dan kalau menunggu persalinan spontan akan menaikkan insedensi
chorioamnionitis atau infeksi pada air ketuban (Nugroho, 2016). Dalam keadaan
normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini
(Sarwono, 2017).
Indonesia masih memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil Survei Penduduk
Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015 AKI 305/100.000 kelahiran hidup,
memperlihatkan tiga kali lipat dibandingkan target MDGs (102/100.000 kelahiran
hidup). Sedangkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKT)
tahun 2017 menunjukkan AKN sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup, AKB 21 per
1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2020). Hal ini menjadi pertimbangan yang
dilanjutkan dalam program Sustainable Deurlopul Gauls (SDGs), yang salah satu
tujuannya memastikan hidup yang sehat dan memajukan kesejahteraan bagi
semua orang di semua usia (WHO, 2015). Adapun target penurunan AKI tahun
2030 adalah 70/100.000 kelahiran hidup serta target penurunan AKN adalah
10/1000 dan AKB 16/1000 kelahiran hidup pada tahun 2024 (Kemenkes RI,
2020).
Menurut Kemenkes RI (2020), infeksi (207 kasus) merupakan urutan
ketiga penyebab kematian ibu terbanyak tahun 2019. Sedangkan untuk kematian
neonatus, dari 29.322 kematian balita, 69% (20.244 kematian) diantaranya terjadi
pada masa neonatus, dimana 80%nya terjadi pada enam hari pertama kehidupan.
Salah satu keadaan ibu hamil beresiko mengalami infeksi adalah karena
mengalami ketuban pecah sebelum fase persalinan pada kehamilan preterm.
Penanganan yang kurang tepat atau memadai terutama dalam kasus
patologi 1-2 ibu bersalin dengan ketuban pecah dini, seperti terkenanya virus atau

1
2

infeksi air ketuban. Oleh karena itu diperlukan upaya peningkatan cara
penanganan dan peningkatan kinerja yang memadai (Hakimi, 2019).
KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang
bulan, dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada
bayi yang kurang bulan. Pengelolaan KPD pada kehamilan kurang dari 34 minggu
sangat komplek, bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya
prematuritas dan respiration dystress syndrome atau gangguan pernapasan bayi
baru lahir karena belum matang fungsi paru (Nugroho, 2016).
Sectio caesarea (SC) adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerektomi
untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Padila, 2015). Faktor risiko yang
mempengaruhi terjadinya KPD secara garis besar disebabkan oleh faktor maternal
termasuk faktor uteroplasenta dan faktor janin. Faktor maternal yang dapat
memicu robeknya selaput membran amnion pada prinsipnya dipengaruhi karena
terjadinya perubahan komponen dan struktur kolagen membran. Perubahan
tersebut dapat menyebabkan berkurangnya elastisitas kolagen (Caughey dkk, 2008
dalam Metti, Elvia 2021).
Untuk menekan tingginya angka kematian pada ibu dan janin saat proses
persalinan dilakukan berbagai upaya, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah
persalinan dengan tindakan operasi yaitu sectio caesarea. Kedaruratan ginekologi
dan obstetri dapat timbul mendadak dan tidak diduga. Dikhawatirkan perdarahan
pervaginam, nyeri pelvis maupun ketuban pecah dini memerlukan pertolongan
medis segera. Menurut World Health Organization (WHO) 2015 selama hampir
30 tahun tingkat persalinan dengan sectio caesarea menjadi 10 % sampai 15%
dari semua proses persalinan dinegara Negara berkembang.
Angka persalinan sectio caesarea di provinsi Lampung tahun 2017
menurut hasil Riskesdas sekitar 4,5%, angka kejadian sectio caesarea di Kota
Bandar Lampung pada tahun 2012 adalah 3.401 dari 170.000 persalinan (20%)
dari seluruh persalinan (Dinkes Provinsi Lampung, 2018).
Dari hasil pengamatan peneliti saat melakukan praktik keperawatan
perioperatif di RS Alimuddin Umar Liwa sebagian besar pasien yang akan
3

dilakukan pembedahan, peran perawat meluas mulai dari preoperatif, intraoperatif


hingga ke perawatan pasien pascaanestesi.
Sehingga berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk membuat
laporan tugas akhir yang berjudul “Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Pasien
G2P2A0 34 Minggu dengan Ketuban Pecah Dini dengan Tindakan Sectio
Caesarea di Ruang Operasi RSUD Alimuddin Umar Liwa Tahun 2021”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis mengambil rumusan masalah
adalah bagaimana asuhan keperawatan perioperatif pada pasien G2P2A0 34
minggu dengan Ketuban Pecah Dini dengan Tindakan Sectio Caesarea di
Ruang Operasi RSUD Alimuddin Umar Liwa Tahun 2021.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan pelaksanaan asuhan keperawatan perioperatif pada pasien
G2P2A0 34 minggu dengan Ketuban Pecah Dini dengan Tindakan Sectio
Caesarea di Ruang Operasi RSUD Alimuddin Umar Liwa.

2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan asuhan keperawatan pre operatif (pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi, dan evaluasi) pada klien G2P2A0 34 minggu
dengan Ketuban Pecah Dini dengan Tindakan Sectio Caesarea di Ruang
Operasi RSUD Alimuddin Umar Liwa
b. Menggambarkan asuhan keperawatan intra operatif (pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi) pada klien G2P2A0 34
minggu dengan Ketuban Pecah Dini dengan Tindakan Sectio Caesarea di
Ruang Operasi RSUD Alimuddin Umar Liwa
c. Menggambarkan asuhan keperawatan post operatif (pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi) pada klien G2P2A0 34
minggu dengan Ketuban Pecah Dini dengan Tindakan Sectio Caesarea di
Ruang Operasi RSUD Alimuddin Umar Liwa
4

D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Karya tulis ini dapat dijadikan bahan rujukan untuk menambah
pengetahuan dan bahan bacaan dalam memberikan asuhan keperawatan
dalam ringkup perioperatif.

2. Manfaat praktisi
a. Manfaat bagi perawat
Diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan edukasi dalam
mengatasi pasien G2P2 A0 34 minggu dengan ketuban pecah dini dengan
tindakan sectio caesarea sesuai dengan standar operasional yang berlaku
dengan tahapan pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan,
pembuatan intervensi keperawatan, pelaksanaan implementasi dan
evaluasi baik pre operasi, intra operasi, maupun post operasi.
b. Manfaat bagi rumah sakit
Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan
yang bermutu dalam pelayanan asuhan keperawatan secara komprehensif
baik saat pre operasi, intra operasi, maupun post operasi.
c. Manfaat bagi pendidikan
Diharapkan asuhan keperawatan perioperatif ini dapat digunakan
dan bermanfaat dan juga sebagai acuan untuk dapat meningkatkan
keilmuan mahasiswa terutama dalam bidang keperawatan perioperatif.

E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan tugas akhir ini berfokus pada keperawatan
perioperatif pada pasien G2P2A0 34 minggu dengan ketuban pecah dini
dengan tindakan Sectio Caesarea Tahun 2021. Lokasi dilakukan di Ruang
Operasi RSUD Alimuddin Umar Liwa. Penelitian ini dilakukan pada bulan
Juni 2021, subjek pada penulisan asuhan keperawatan pada pasien yang
mengalami masalah ketuban pecah dini, dengan melakukan asuhan
5

keperawatan pada pasien pre operasi, intra operasi, post operasi yang akan
dilakukan tindakan operasi sectio caesarea.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konsep Perioperatif


1. Pengertian Keperawatan Perioperatif
Keperawatan perioperatif merupakan proses keperawatan untuk
mengembangkan rencana asuhan secara individual, mengkoordinasikan
serta memberikan asuhan pada pasien yang mengalami pembedahan.
Perawat kamar bedah dalam pelayanannya berorientasi pada respon pasien
secara fisik, psikologi, spiritual, dan sosial-budaya (AORN, 2013).

2. Tahap dalam Keperawatan Perioperatif


a. Fase pre operasi
Fase pre operatif dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan
intervensi bedah dan diakhiri ketika pasien dikirim ke meja operasi.
Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup
penetapan pengkajian dasar pasien di tatanan klinik ataupun rumah,
wawancara pre operatif dan menyiapkan pasien untuk anastesi yang
diberikan serta pembedahan (Hipkabi, 2014).
Persiapan operasi dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi
persiapan psikologi baik pasien maupun keluarga dan persiapan
fisiologi (khusus pasien).
1) Persiapan Psikologi
Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi
emosinya tidak stabil. Hal ini dapat disebabkan karena takut akan
perasaan sakit, narcosa atau hasilnya dan keeadaan sosial
ekonomi dari keluarga. Maka hal ini dapat diatasi dengan
memberikan penyuluhan untuk mengurangi kecemasan pasien.
Meliputi penjelasan tentang peristiwa operasi, pemeriksaan
sebelum operasi (alasan persiapan), alat khusus yang diperlukan,
pengiriman ke ruang operasi, ruang pemulihan, kemungkinan
pengobatan- pengobatan setelah operasi, bernafas dalam dan

6
7

latihan batuk, latihan kaki, mobilitas dan membantu kenyamanan.


2) Persiapan Fisiologi
a) Diet (puasa), pada operasi dengan anaesthesi umum, 8 jam
menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam
sebelum operasi pasien tidak diperbolehkan minum. Pada
operasai dengan anaesthesi lokal /spinal anaesthesi makanan
ringan diperbolehkan.Tujuannya supaya tidak aspirasi pada
saat pembedahan, mengotori meja operasi dan mengganggu
jalannya operasi.
b) Persiapan Perut, Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi
dilakukan pada bedah saluran pencernaan atau pelvis daerah
periferal. Tujuannya mencegah cidera kolon, mencegah
konstipasi dan mencegah infeksi.
c) Persiapan Kulit, Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari
rambut
d) Hasil Pemeriksaan, hasil laboratorium, foto roentgen, ECG,
USG dan lain-lain.
e) Persetujuan Operasi / Informed Consent / Izin tertulis dari
pasien / keluarga harus tersedia.

b. Fase intra operasi


Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk kamar bedah dan
berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan atau ruang
perawatan intensif (Hipkabi, 2014).

c. Fase post operasi


Fase post operatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang
pemulihan atau ruang intensive dan berakhir berakhir dengan evaluasi
tindak lanjut pada tatanan rawat inap, klinik, maupun di rumah. Aktivitas
keperawatan kemudian berfokus pada peningkatan penyembuhan pasien
dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut, serta rujukan untuk
penyembuhan, rehabilitasi, dan pemulangan (Hipkabi, 2014).
8

3. Klasifikasi Perawatan Perioperatif


Menurut urgensi maka tindakan operasi dapat diklasifikasikan menjadi 5
tingkatan, yaitu :
a. Kedaruratan/Emergency, pasien membutuhkan perhatian segera,
gangguan mungkin mengancam jiwa. Indikasi dilakukan operasi tanpa di
tunda. Contoh: perdarahan hebat, obstruksi kandung kemih atau usus,
fraktur tulang tengkorak, luka tembak atau tusuk, luka bakar sanagat luas.
b. Urgent, pasien membutuhkan perhatian segera. Operasi dapat dilakukan
dalam 24-30 jam. Contoh: infeksi kandung kemih akut, batu ginjal atau
batu pada uretra.
c. Diperlukan, pasien harus menjalani operasi. Operasi dapat direncanakan
dalam beberapa minggu atau bulan. Contoh: hiperplasia prostat tanpa
obstruksi kandung kemih, gangguan tyroid dan katarak.
d. Elektif, pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi operasi, bila
tidak dilakukan operasi maka tidak terlalu membahayakan. Contoh:
perbaikan scar, hernia sederhana dan perbaikan vaginal.
e. Pilihan, keputusan tentang dilakukan operasi diserahkan sepenuhnya
pada pasien. Indikasi operasi merupakan pilihan pribadi dan biasanya
terkait dengan estetika. Contoh: bedah kosmetik.

Sedangkan menurut faktor resikonya, tindakan operasi di bagi menjadi :


a. Minor, menimbulkan trauma fisik yang minimal dengan resiko kerusakan
yang minim. Contoh: incisi dan drainage kandung kemih, sirkumsisi
b. Mayor, menimbulkan trauma fisik yang luas, resiko kematian sangat
serius. Contoh: total abdominal histerektomi, reseksi colon, dan lain-lain.

B. Tinjauan Teori Ketuban Pecah Dini


1. Definisi
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum ada
tanda-tanda persalinan (Sofian, 2012). Ketuban pecah dini
merupakan pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan yang
dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktu
melahirkan (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Ketuban dinyatakan
9

pecah dini bila terjadi pada saat sebelum persalinan berlangsung


(Saifuddin, dkk. 2009). Ketuban pecah dini aterm dapat terjadi
pada atau setelah usia gestasi 37 minggu. Jika terjadi sebelum usia
gestasi 37 minggu disebut KPD preterm atau preterm premature
rupture membranes (PPROM) (POGI 2016).
2. Etiologi
Penyebab dari ketuban pecah dini tidak atau masih belum
jelas (Sofian, 2011). Menjelang usia kehamilan cukup bulan,
terjadi kelamahan pada selaput janin yang memicu robekan. Selain
itu hal-hal yang bersifat patologis seperti perdarahan dan infeksi
juga dapat menyebabkan terjadinya KPD (Rukiyah dan Yulianti,
2010). Penyebab terjadinya KPD diantaranya karena trauma pada
perut ibu, kelainan 8 letak janin dalam rahim, atau pada kehamilan
grande multipara (Manuaba, 2009). KPD disebabkan oleh
berkurangnya kekuatan membran karena suatu infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan serviks atau meningkatnya tekanan
intrauterine atau oleh kedua faktor tersebut (Saifuddi, dkk. 2009).
3. Mekanisme KPD
Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu
mengalami perubahan biokimia yang menyebabkan selaput
ketuban mengalami kelemahan. Perubahan struktur, jumlah sel dan
katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan
menyebabkan selaput ketuban pecah (Negara, dkk. 2017). Selaput
ketuban sangat kuat pada awal trimester kehamilan. Akan tetapi di
trimester ketiga selaput ketuban mudah pecah karena melemahnya
kekuatan selaput ketuban yang berhubungan dengan pembesaran
uterus, kontraksi rahim serta gerakan janin. Pada trimester akhir ini
terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Jika ketuban
pecah pada kehamilan aterm adalah hal fisiologis. Namun, jika
terjadi pada kehamilan premature dapat disebabkan oleh faktor
eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. KPD pada
premature sering terjadi pada polihidramnion, inkompeten serviks
dan solusio plasenta (Prawirohardjo, 2014).
Terdapat beberapa faktor yang berperan dalam mekanisme ketuban
pecah dini menurut Negara, dkk (2017), diantaranya :
a. Peran Ineksi Pada KPD
Infeksi merupakan penyebab tersering pada
persalinan preterm dan ketuban pecah dini. Bakteri dapat
menyebar ke uterus dan cairan amnion memicu terjadinya
inflamasi dan mengakibatkan persalinan preterm dan
ketuban pecah dini. Membran amniochorionic merupakan
tempat diproduksinya inflammatory cytokine sebagai
respon terhadap infeksi, oleh karena itu infeksi, inflamasi
berhubungan dengan infeksi. Terdapat beberapa macam
bakteri yang dihubungkan dengan persalinan preterm dan
ketuban pecah dini diantaranya Chlamydia, Mycoplasma
homnis, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, dan
Hempohilus vaginalis.
10

Mikroorganisme dapat menyebar secara ascending dari


vagina dan serviks, penyebaran secara hematogen melalui
plasenta, serta paparan secara tidak sengaja saat dilakukan
operasi/tindakan. Pada vagina ibu hamil terdapat berbagai
macam mikroorganisme berupa pathogen maupun flora
normal di vagina. Mikroorganisme pathogen pada vagina
dapat menyebabkan infeksi maupun masalah medis lainnya.
Beberapa organisme pada vagina yang dapat menyebabkan
infeksi neonatal adalah Gonorrhoe, Trachomatis, Group B
Strptococus, E.coli yang menyebabkan terjadi septicemia
dan kematian.
b. Peran nutrisi pada KPD
Faktor nutrisi seperti kekurangan gizi merupakan
salah satu faktor predisposisi untuk terjadinya gangguan
struktur kolagen yang meningkatkan resiko pecahnya
selaput ketuban. Vitamin C meupakan kofaktor
pembentukan kolagen. Defisiensi vitamin C menyebabkan
struktur kolagen tidak sempurna. Selaput ketuban
mempunyai elastisitas yang berbeda tergantung kadar
vitamin C di dalam darah ibu. Kurangnya asupan vitamin C
selama kehamilan merupakan salah satu faktor resiko
terjadinya ketuban pecah dini. Pemberin vitamin C 100 mg
per hari setelah umur kehamilan 20 minggu efektif
menurunkan insiden terjadinya KPD.
c. Peran hormon relaksin pada KPD
Relaksin adalah hormone peptide kolagenolitik
yang diproduksi oleh korpus luteum dan plasenta selama
kehamilan sebagai respon terhadap rangsangan oleh human
gonadotropin (hCG). Kenaikan kadar hormon relaksin di
dalam plasenta beresiko mengalami persalinan premature
atau PPROM.
d. Peran mekanik pada KPD
Peregangan secara mekanis seperti polihidramnion,
kehamilan ganda dan berat badan bayi besar akan
menyebabkan regangan pada selaput ketuban. Distensi
uterus yang berlebihan juga mengakibatkan meningkatnya
tekanan intrayterine sehingga mengakibatkan menlemahnya
selaput membrane ketuban.
e. Peran ROS pada KPD
Reactive oxygen species (ROS) merupakan molekul
tidak stabil yang diproduksi dalam tubuh, yang sedang
dipertimbangkan bertanggung jawab atas kerusakan
kantung chorioamniotic yang akhirnya akan menyebabkan
rupture. Normalnya terdapat keseimbangan antara produksi
dan eleminasi ROS. Ibu perokok, infeksi, perdarahan
antepartum diketahui bisa memproduksi ROS yang akan
menyebabkan kolagenolisis dari membran janin
f. Peran apoptosis pada KPD
11

Pecahnya selaput ketuban tidak hanya berkaitan


dengan faktor mekanis dan kimia. Namun adanya proses
kematian sel terprogram (apoptosis) dari sel-sel yang
terdapat pada selaput ketuban juga berperan serta
didalamnya. Selaput ketuban dari ibu hamil dengan ketuban
pecah dini menunjukan indeks apoptosis yang tinggi.
Proses apoptosis berpotensi melemahkan selaput ketuban
dengan mengeliminasi sel fibroblas yang berfungsi
menyusun kolagen baru dan secara secara simultan
mengkativasi enzim yang mengurai kolagen yang ada.
4. Faktor predisposisi KPD
Ketuban pecah dini terjadi karena multifaktorial dan
berbagai mekanisme. Faktor epidemiologi dan faktor klinis
dipertimbangkan sebagai pencetus dari ketuban pecah dini. Faktor
reproduksi wanita (Bakterial vaginosis, Trikomoniasis, Gonorhea,
Chlamydia, dan Korioamnionitis subklinis). Faktor perilaku
(merokok, penggunaan narkoba, status nutrisi, dan kotus).
Komplikasi obstetric (polihidramnion, kehamilan multiple,
insufisiensi servik, trauma antenatal dan perdarahan dalam
kehamilan) (Negara, dkk. 2017) Faktor pencetus dari KPD
diantaranya jika terdapat kehamilan multiple, riwayat persalinan
preterm sebelumnya, perdarahan pervaginam, serviks tipis, stress
psikologi, dan sebagainya dapat menjadi stimulasi persalinan
preterm yang pada akhirnya melahirkan bayi dengan BBLR
(Rukiyah dan Yulianti, 2010).
5. Tanda dan gejala KPD
Keluarnya cairan ketuban yang merembes melalui vagina,
berbau manis, tidak seperti bau amoniak dengan ciri pucat dan
bergaris warna darah merupakan tanda KPD (Rukiyah dan
Yulianti, 2010). Bau cairan ketuban sangatlah khas (Prawirohardjo,
2010). Tanda gejala lainnya berupa keluarnya air ketuban berwarna
putih keruh, jernih, kuning, hijau/kecoklatan sedikit-dikit maupun
sekaligus banyak. Kemudian dapat disertai demam bila sudah ada
infeksi, pemeriksaan dalam (VT) selaput ketuban tidak ada atau air
ketuban kering.
6. Diagnosa KPD
Berdasarkan anamnesa pada pasien merasakan basah pada
vagina atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari
jalan lahir atau “ngepyok”. Cairan berbau khas dan perhatikan
warnanya. Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban sudah tidak
ada lagi. Perlu dipertimbangkan pemeriksaan dalam (VT) pada
kehamilan kurang bulan yang belum dalam persalinan.
Pemeriksaan dalam dilakukan pada kasus KPD yang sudah dalam
persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan. Diagnosa juga
dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium untuk
menentukan ada tidaknya infeksi. Dan juga pemeriksaan
ultasonografi (USG) untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri.
12

7. Komplikasi KPD
Komplikasi pada KPD dapat menyebabkan infeksi
intrapartum (korioamnionitis), persalinan preterm yang
menyebabkan bayi lahir dengan berat rendah, gawat janin dan
kematian janin akibat hipoksia, oligohidramnion, bahkan sering
terjadi partus kering (dry labor) karena air ketuban habis (Rukiyah
dan Yulianti, 2010). Komplikasi yang timbul akibat KPD
bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal
maupun neonatal, persalinan premature, hipoksia karena kompresi
tali pusat, meningkatnya insiden seksio sesarea atau gagalnya
persalinan normal (Prawirohardjo, 2014).

Menurut (Negara, dkk. 2017) komplikasi yang ditimbulkan dari


KPD akan berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas bayi
serta adanya dampak terhadap ibunya sendiri diantaranya :
a. Persalinan prematur
Setelah ketuban pecah, biasanya segera disusul oleh
persalinan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi 24 jam
setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34
minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan >26
minggu persalinan seringkali terjadi dalam 1 minggu.
b. Infeksi Resiko
infeksi pada ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah
dini. Pada ibu dapat terjadi korioamnionitis. Pada bayi
dapat terjadi septicemia, pneumonia, omfalitis.
c. Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban, terjadi oligohidramnion
sehingga bagian kecil janin akan menempel erat dengan
dinding uterus yang dapat menekan tali pusat hingga terjadi
asfiksia dan hipoksia.
d. Sindrom deformitas janin
Pertumbuhan janin terhambat dikarenakan ketuban pecah
terlalu dini.

8. Penanganan KPD
Penanganan KPD memerlukan pertimbangan usia gestasi,
adanya infeksi pada kehamilan ibu dan janin, serta adanya tanda-
tanda persalinan (Prawirohardjo, 2014).
a. KPD dengan kehamilan aterm
1) Diberikan antibiotika prafilaksis, ampisilin 4x500
mg selama 7 hari
2) Dilakukan pemeriksaan “admission test” bila ada
kecendrungan dilakukan terminasi kehamilan
3) Observasi temperature rektal setiap 3 jam, bila ada
kecenderungan meningkat lebih atau sama dengan
37,6 C, segera dilakukan terminasi
4) Bila temperature rektal tidak meningkat, dilakukan
13

observasi selama 12 jam. Setelah 12 jam bila belum


ada tanda-tanda inpartu dilakukan terminasi.
5) Batasi pemeriksaan dalam, dilakukan hanya
berdasarkan indikasi obstetric

9. Penatalaksanaan Medis Ketuban Pecah Dini


Lama periode laten dan durasi KPD berhubungan dengan
peningkatan kejadian infeksi dan komplikasi lain dari KPD.
Apabila dalam 24 jam setelah selaput ketuban pecah belum ada
tanda-tanda persalinan maka dilakukan induksi persalinan, dan bila
gagal dilakukan bedah caesar. Pemberian antibiotik profilaksis
dapat menurunkan infeksi pada ibu. Waktu pemberian antibiotik
hendaknya diberikan setelah diagnosis KPD ditegakkan dengan
pertimbangan lebih dari 6 jam kemungkinan infeksi telah terjadi.
Induksi persalinan segera diberikan atau ditunggu sampai 6-8 jam.
Pelaksanaan induksi persalinan perlu pengawasan yang sangat
ketat terhadap keadaan ibu, janin dan jalannya proses persalinan.
Induksi dilakukan dengan memperhatikan bishop skor jika >5,
induksi dilakukan, sebaliknya jika bishop skor Negara, dkk (2017).

C. Tinjauan Teori Sectio Caesarea


1. Definisi Sectio Caesarea
Sectio Caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dind ing perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu
histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim. (Porwoastuti,
2015)
Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500
gram. (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2010).

2. Etiologi Sectio Caesarea


Indikasi Sectio caesarea bisa indikasi absolut atau relatif. Setiap
keadaan yang membuat kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin
14

terlaksana merupakan indikasi absolut untuk abdominal. Diantaranya


adalah sempit panggul yang sangat berat dan neoplasma yang
menyumbat jalan lahir. Pada indikasi relatif, kelahiran lewat vagina bisa
terlaksana tetapi keadaan adalah sedemikian rupa sehingga kelahiran
lewat Sectio caesarea akan lebih aman bagi ibu dan janin.
Menurut Amin & Hardhi (2013) etiologi Sectio caesarea yaitu :
a. Indikasi yang berasal dari ibu

Yaitu para primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai
kelainan letak ada, disporporsi sefalo pelvik (disproporsi
janin/panggul), ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk,
terdapat kesempian panggul, placenta previa terutama pada
primigravida, solutsio placenta tingkat I-II, komplikasi kehamilan
yaitu pre eklampsia-eklampsia, atas permintaan, kehamilan yang
disertai penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan persalinan
(kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya.)

b. Indikasi yang berasal dari janin

Fetal distress/gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan


janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan
persalinan vakum atau forseps ekstraksi.

3. Tanda dan Gejala


Menurut Nugroho (2011) dalam Maruroh (2019), tanda dan gejala
yang harus diwaspadai selama kehamilan adalah :
a. Keluarnya cairan merembes melalui vagina (kemaluan).
b. Timbul sebelum rasa mulas ± mulas tanda dari awal persalinan.
c. Cairan ketuban menjadi berwarna putih keruh mirip air kelapa,
mungkin juga sudah berwarna kehijauan.
d. Kontraksi > 4x/jam (abdomen, rasa kencang, nyeri, kram
menstruasi, atau rekaan pada vagina) (Sinclair, 2009)
15

e. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak,
mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan
ciri pucat dan bergaris warna darah.
f. Jika duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah
g. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung
janin bertambah cepat merupakan tanda ± tanda infeksi yang
terjadi.

4. Tipe-tipe Sectio Caesarea


Menurut Oxorn dalam buku Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi
(2010), terdapat beberapa tipe Sectio caesarea, diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Segmen bawah : insisi melintang

Pada segmen bawah uterus dibuat insisi melintang yang kecil. Kepala
janin terletak dibalik insisi dieskstraksi atau didorong diikuti oleh
bagian tubuh yang lainnya kebudian plesena serta selaput ketuban.
Keuntungan :
1) Insisi ada pada segmen bawah uterus.
2) Otot tidak dipotong tetapi dipisah kesamping; cara ini
mengurangi pendarahan
3) Insisi jarang terjadi sampai plasenta
4) Kepala janin biasanya terletak dibawah insisi dan mudah
diekstraksi
5) Lapisan otot yang tipis dari segmen bawah rahim lebih mudah
dirapatkan kembali
6) Keseluruhan luka insisi terbungkus oleh lipatan vesicouterina
sehingga mengurangi merembesan ke dalam cavum peritonei
generalisata.
Kerugian :
16

1) Jika insisi terlampau jauh ke lateral, seperti terjadi pada kasus


bayi terlalu besar, maka pembuluh darah uterus dapat terobek
sehingga menimbulkan pendarahan
2) Prosedor ini tidak dianjurkan jika terdapat abnormalitas pada
segmen bawah, seperti fibroid atau varices yang luas
3) Pembedahan sebelumnya atau pelekatan yang padat yang
menghalangi pencapaian segmen bawah akan mempersulit
operasi
4) Kalau segmen belum terbentuk dengan baik, pembedahan
melintang sukar dikerjakan
5) Jika vesica urinaria melekat pada jaringan cicatrix yang terjadi
sebelumnya sehingga vesica urinaria dapat terluka.
b. Segmen bawah : insisi membujur
Pada segmen bawah, cara membuka abdomen dan menyingkapkan
uterus sama seperti pada insisi melintang. Insisi membujur dibuat
dengan skapel dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk
menghindari cidera pada bayi.
Keuntungan :
1) Insisi dapat diperlebar keatas guna untuk kelahiran bayi besar
2) Adanya malposisi janin seperti letak lintang atau bila ada
anomali janin seperti kehamilan kembar yang menyatu
(conjoined twins)
Kerugian :
1) Pendarahan dari tepi sayatan yang lebih banyak terpotongnya
otot
2) Luka insisi tanpa dikehendaki meluas ke segmen atas hingga
penutupan retroperitoneal.

c. Sectio Caesarea transperitoneal


1) Sectio caesarea klasik atau korporal yaitu dengan melakukan
sayatan vertikal sehingga memungkinkan ruangan yang lebih
baik untuk jalan keluar bayi.
17

2) Sectio caesarea ismika atau profunda yaitu dengan melakukan


sayatan atau insisi melintang dari kiri kekanan pada segmen
bawah rahim dan diatas tulang kemaluan.
d. Sectio Caesarea Ekstraperitonealis
Yaitu tanpa membuka peritonium parietalis, dengan demikian tidak
membuka kavum abdominal.

5. Komplikasi
Menurut Wikjosastro (2007) komplikasi Sectio caesarea sebagai berikut :
a. Infeksi puerperal
Infeksi puerperalis adalah semua peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman-kuman kedalam alat-alat genetalia pada waktu
persalinan dan nifas bersifat ringan; kenaikan suhu selama beberapa
hari dalam nifas, sedang; suhu meningkat disertai dehidrasi, berat;
peritonealis dan sepsis.
b. Pendarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-
cabang arteri ikut terbuka, atau karena atonia uteri.
c. Ruptur Uteri
robekan terjadi pada semua lapisan miometrium termasuk peritoneum.
Yang terjadi secara spontan atau akibat trauma dan dapat terjadi pada
uterus yang utuh atau yang sudah mengalami cacat rahim.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemantauan EKG
b. JDL dengan diferensial
c. Elektrolit
d. Hemoglobin/Hematokrit
e. Golongan dan pencocokan silang darah
f. Urinalisis
g. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
h. Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi
18

i. Ultrasound sesuai pesanan


(Tucker,Susan Martin,1998 dikutip dalam Indriyani, 2018)

7. Penatalaksanaan Medis
a. Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti
Asam Mefenamat, Ketorolak, Tramadol.
b. Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang
hebat.
c. Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain.
d. Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl
BAB III
METODE
A. Fokus Asuhan Keperawatan
Pada laporan tugas akhir ini fokus asuhan keperawatan perioperatif yaitu
pre operatif, intra operatif dan post operatif di ruang operasi yang meliputi
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Asuhan
keperawatan berfokus pada kasus pada pasien G2P2A0 34 minggu dengan
ketuban pecah dini dengan tindakan Sectio Caesarea di Ruang Operasi RSUD
Alimuddin Umar Liwa Tahun 2021

B. Subyek Asuhan
Subyek dalam laporan ini adalah asuhan keperawatan pada pasien Ny. S
yang berusia 30 tahun, dengan diagnosa medis G2P2A0 34 minggu dengan
ketuban pecah dini yang akan dilakukan tindakan operasi sectio caesarea
diruang operasi RSUD Alimuddin Umar Liwa.

C. Lokasi dan Waktu


1. Lokasi Penelitian
Lokasi pelaksanaan asuhan keperawatan perioperatif ini telah dilakukan di
ruang pre-operasi, ruang operasi dan ruang pulih sadar di RSUD Alimuddin
Umar Liwa.
2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan perioperatif ini telah
dilakukan pada tanggal 17 Juni 2021.

D. Pengumpulan Data
Penulis telah melakukan inform consent kepada pasien dan keluarga
untuk meminta ketersediaan menjadi subyek asuhan keperawatan. Kemudian
penulis mengumpulkan data antara lain sebagai berikut:

19
20

1. Alat pengumpulan data


Alat-alat pemeriksaan fisik yang telah digunakan untuk mengumpulkan data
yaitu termometer, saturasi, dan tensimeter, serta evaluasi tindakan dan
rekam medik pasien.
2. Teknik pengumpulan data

Data hasil pengumpulan berupa data subjektif dan data objektif. Data
subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap situasi dan kejadian, sedangkan data objektif adalah data yang
dapat di observasi dan diukur oleh perawat. Metode pengumpulan data
didapatkan melalui komunikasi/wawancara/anamnesis, observasi, dan
pemeriksaan fisik.

E. Penyajian Data
Penyajian pada laporan tugas akhir ini menggunakan bentuk narasi dan
tabel tentang hasil respon pasien terhadap penerapan tindakan keperawatan di
ruang operasi RSUD Alimuddin Umar Liwa. Penulisan pada penyajian data
dalam laporan tugas ini menggunakan :
1. Narasi
Penyajian secara narasi yaitu penyajian data hasil laporan tugas akhir dalam
bentuk kalimat yang menjelaskan kondisi terkait pasien, pengkajian dari
fase pre operatif hingga post operatif.
2. Tabel
Penulis menggunakan tabel untuk menjelaskan hasil tindakan keperawatan
pada pasien dimasukan kedalam tabel.

F. Prinsip Etik
Menurut Notoatmojo (2018) penulisan ini dilandasi oleh etika penelitian :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
21

Penulis telah mempertimbangkan hak-hak pasien untuk mendapatkan informasi


tentang data pengkajian pasien. Sebagai ungkapan, penulis menghormati
harkat dan martabat pasien, penulis telah memberikan kebebasan kepada
pasien untuk memberikan informasi atau tidak memberikan informasi
menggunakan formulir persetujuan (informed concent).
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy
and confidelity)
Pasien mempunyai hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan dalam
memberikan informasi. Pasien berhak untuk tidak memberikan apa yang
diketahui kepada orang lain. Oleh sebab itu, penulis tidak boleh
menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan identitas pasien
kepada orang lain.
3. Keadilan dan inklusivitas atau keterbukaan (respect for justice and
inclusiveness)
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh penulis dengan kejujuran,
keterbukaan dan kehati-hatian. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua
pasien memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa
membedakan jenis kelamin, suku atau budaya, maupun agama.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harms an benefits)
Penulis menjelaskan kepada pasien bahwa asuhan keperawatan yang
telah diberikan tidak akan berdampak negatif pada hidup maupun
proses pengobatan pasien. Manfaat asuhan keperawatan yang
diberikan untuk pasien adalah mendapat rasa aman dan nyaman.

BAB IV
22

HASIL DAN PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian
Identitas Klien

Nama : Ny. S
Umur : 30 tahun
No. RM : 12.08.66
Tgl. MRS : 17 Juni 2021
Suku/Bangsa : Lampung
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Gol. Darah :O
Alamat : Suka Jaya
Diagnosa : G2P2A0 34 minggu + ketuban pecah dini ± 17 jam

a. Riwayat Praoperatif

a. Klien mulai dirawat pada tanggal 17 J un i 2021 pada pukul 10.20 WIB

b. Ringkasan hasil anamnese preoperatif :


Klien datang ke rumah sakit melalui IGD pada tanggal 17 J u i 2021 pukul
10.20 WIB dengan keluhan keluar keliar air ketuban sejak kemarin pukul
05.00 WIB, Usia kehamilan 34 minggu. Klien dirujuk dari puskesmas
ngambur muleshilang timbul, keluar lender (+), darah (-).
Klien akan dilakukan tindakan operasi sectio caesarea pada tanggal 17 Juni
2021 pukul 10.30 WIB dengan diagnosa medis G2P2A0 34 minggu +
ketuban pecah dini 17 jam. Klien mengatakan khawatir dengan tindakan
operasi karena baru pertama kali menjalani operasi. Klien tampak banyak
bertanya tentang prosedur operasi. Wajah klien tampak tegang dan pucat.
Klien tampak lemah. Skor kecemasan 49 dengan tingkat kecemasan
23

sedang di ukur dengan alat ukur kecemasan Zung-Self Anxiety Rating


Scale (ZSAS).
24

3. Hasil pemeriksaan fisik


a. Tanda- tanda vital (17 Juni 2021, pukul 10.20 WIB)
Kesadaran : Composmentis
GCS : 15 (E : 4, M : 6, V : 5)
Orientasi : Baik
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 36,5ͦC
Saturasi : 100%

b. Pemeriksaan Fisik

Kepala & Leher :


Kepala tampak bersih, bentuk kepala normocephal. Tidak ada pembengkakan atau
lesi pada kepala. Mata simetris. Tidak ada polip pada hidung, mulut dan bibir
kering, klien tampak pucat. Tidak ada masalah pendengaran, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid dan JVP.

Thorax (jantung & paru) :

Pada pemeriksaan jantung :

- Inspeksi : Simetris

- Palpasi : Pulsasi pada dinding dada teraba kuat, tidak ada nyeri tekan

- Perkusi : Batas kanan atas ICS II linea parasternal dextra, kanan

bawah ICS IV linea parasternal dextra, kiri atas ICS II linea parasternal
sinistra, kiri bawah ICS V medial linea midklavikularis sinistra

- Auskultasi : BJ SI terdengar tunggal (lup) dan BJ SII terdengar tunggal

(dup)
Pada pemeriksaan paru :
25

- Inspeksi : Normochest, tidak ada retraksi dinding dada

- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

- Perkusi : Sonor

- Auskultasi : Suara nafas vesikuler

Abdomen :
- Inspeksi : Bentuk perut bulat, tampak linea nigra dan striae

- Auskultasi : DJJ 157 x/menit

- Palpasi :

Leopold I : teraba bagian bulat, keras, lunak


Lepold II : bagian kanan perut teraba keras memanjang (punggung),
bagian kiri perut teraba bagian kecil (jari-jari tangan dan kaki)
Leopold III : Bagian bawah teraba bulat dan lunak
Leopod IV : bagian terendah bayi (kaki)

Ekstremitas (atas dan bawah) :


- Ekstremitas kanan atas : Terpasang infus RL 20 tpm. Rentang gerak bebas
- Ekstremitas kiri atas : Rentang gerak bebas
- Ekstremitas kanan bawah: Rentang gerak terbatas
- Ekstremitas kiri bawah : Rentang gerak terbatas
- Kekuatan otot :
5 5

5 5

Genetalia & Rectum :


Dilakukan vaginal touche dan didapatkan hasil pembukaan 6cm, lendir campur
darah (+), mekonium (+),Keluar cairan dari vagina dan terdapat keputihan tetapi
tidak berbau.

c. Pemeriksaan Penunjang :
26

1. Laboratorium (17 Juni 2021, pukul 13.10 WIB)

Hasil :
HEMATOLOGI
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 10,5 gr% 12 – 14 gr%
Leukosit 15.100 ul 4500 – 10500 ul
Eritrosit 4,5 jt ul 4,2 – 5,4 jt ul
Trombosit 224000 ul 159 – 400 rb ul
Hematokrit 39 % 38 – 47 %

URINE
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Protein Negatif Negatif (< 30 mg/dl)
Glukosa Negatif Negatif (< 30 mg/dl)
Keton Negatif Negatif (< 50 mg/dl)

IMUNOLOGI
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
HbSAg NR NR
Rapid Test NR NR

KIMIA DARAH
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Urea 20 mg/dl 10 – 40 mg/dl
Creatinin 0,9 mg/dl 0,7 – 1,3 mg/dl
GDS 80 mg/dl < 200 mg/dl

2. USG (17 06 2021, pukul 10.20 WIB)

Hasil :
- Berat janin 2700 gram

- Ketuban dalam jumlah minimal

4. Prosedur khusus sebelum pembedahan


N Td
Prosedur Ya Waktu Keterangan
o k
1 Tindakan persiapan psikologis Klien √
2 Lembar informed consent √
3 Puasa √
4 Pembersihan kulit (pencukuran rambut) √

5 Pembersihan saluran pencernaan (lavement / Obat pencahar) √


27

6 Pengosongan kandung kemih √


7 Transfusi darah √
8 Terapi cairan infuse √
9 Penyimpanan perhiasan, asesoris, kacamata, anggota tubuh √
palsu
10 Memakai baju khusus operasi √

5. Pengkajian kecemasan
Kuesioner Zung-Self Anxiety Rating Scale (ZSAS)

Kadang-
Pertanyaan Sangat Jarang Sering Selalu
Kadang
Saya merasa lebih gugup dan
cemas dari biasanya 2
Saya merasa takut tanpa alas an 3
Saya mudah marah atau Merasa 3
panic
Saya merasa seperti tak berdaya 3
Saya merasa baik-baik saja dan
tidak ada sesuatu yang buruk 2
akan terjadi
Tangan dan kaki saya gemetar
2
akhir-akhir ini
Saya merasa terganggusakit kepala,
leher dan nyeri
3
Punggung
Saya merasa lemah dan cepat lelah
3
Saya tidak merasa tenang dan
dapat duduk dengan santai 2
Saya merasa jantung saya
3
berdetak sangat cepat
Saya terganggu karena pusing 3
Saya pingsan atau merasa
1
seperti mau pingsan
Saya tidak dapat bernapas
dengan mudah 3
Saya merasa mati rasa dan
kesemutan di jari tangan dan jari kaki 2

Saya merasa perut saya


Terganggu 2
Saya sering kencing 3
Tangan saya basah dan dingin 2
Wajah saya terasa panas dan
2
Kemerahan
28

Saya tidak dapat tidur dengan


Mudah 3
Saya mengalami mimpi buruk 2
Total 49
Keterangan :
- Tidak pernah/ sedikit : 1

- Kadang-kadang :2

- Cukup sering :3

- Hampir sering/ selalu : 4

Rentang penilaian 20-80

- Skor 20-44 : Kecemasan ringan

- Skor 45-59 : Kecemasan sedang

- Skor 60-74 : Kecemasan berat

- Skor 75-80 : Kecemasan panic

6. Pemberian obat-obatan :
a. Obat – obatan (diberikan sebelum hari pembedahan)
Tgl / jam Nama Obat / Cairan Jenis Obat Dosis Rute
06/06/2021 Ringer Lactat Cairan kristaloid 20 tpm IV

b. Obat pra-pembedahan (diberikan 30 – 60 menit sebelum pembedahan)


Nama Obat /
Tgl / jam Jenis Obat Dosis Rute
Cairan
17/06/2021 Ringer Lactat Cairan kristaloid 1000 ml IV

7. Klien dikirim ke ruang operasi :

Klien datang ke ruang operasi pada tanggal 17 Juni 2021 pukul 10.30 WIB dengan
kesadaran composmentis. Terpasang infus RL 40 tpm. Terpasang foley chateter dan
telah dilakukan pencukuran area operasi.
Tanda – tanda vital :
TD : 130/85 mmhg
29

Nadi : 86 x/menit
RR : 26 x/menit
Suhu : 36,4C
Saturasi O2 : 100%

b. INTRAOPERATIF

1. Tanda- tanda vital (17 Juni 2021, pukul 13.47 WIB)


TD : 130/90 mmHg
Nadi : 90 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 35,2 ͦC
Saturasi 02 : 100%
2. Posisi klien di meja operasi : Supine
3. Jenis operasi : Mayor

Nama operasi : Sectio Caesarea


Area / bagian tubuh yang dibedah : Abdomen bawah di atas simfisis pubis
4. Tenaga medis dan perawat di ruang operasi
Dokter Anestesi : dr. Dedi Tnto, Sp. An
Asisten : Dwi
Dokter Bedah : dr. Syarifah Komariah, Sp. OG
Asisten : anwar
Perawat Instrument : meci pramudia
Perawat Sirkuler : yunizar

SURGICAL PATIENT SAFETY CHEKLIST

SIGN IN TIME OUT SIGN OUT

Klien telah dikonfirmasi :  Setiap anggota tim operasi Melakukan pengecekan :


 Identitas Klien memperkenalkan diri dan  Prosedur sudah dicatat
 Prosedur peran masing-masing.  Kelengkapan spons
 Sisi operasi sudah benar  Tim operasi memastikan  Penghitungan instrumen
 Persetujuan untuk operasi bahwa semua orang di ruang  Pemberian lab Pl pada spesimen
telah diberikan operasi saling kenal.  Kerusakan alat atau masalah lain
30

 Sisi yang akan dioperasi telah yang perlu ditangani.


ditandai Sebelum melakukan sayatan  Tim bedah membuat
 Ceklist keamanan anestesi pertama pada kulit  : perencanaan   post  operasi sebelum
telah dilengkapi Tim mengkonfirmasi dengan memindahkan Klien dari kamar
suara yang keras mereka operasi 
 Oksimeter pulse pada Klien
melakukan :
berfungsi
 Operasi yang benar
Apakah Klien memiliki alergi ?  Pada klien yang benar.
 Ya Antibiotik profilaksis telah
 Tidak diberikan dalam 60 menit
sebelumnya.
Apakah risiko kesulitan
jalan nafas / aspirasi ?
 Tidak
 Ya, telah disiapkan peralatan

Risiko kehilangan darah > 500 ml


pada orang dewasa atau > 7
ml/kg BB pada anak-anak
 Tidak
 Ya, peralatan akses cairan
telah direncanakan

5. Pemberian obat anestesi spinal


Tgl / jam Nama Obat Dosis Rute
17/06/2021 Ranitidine 1 amp (25 mg) IV
17/06/2021 Asam Tranexsamat 500 mg IV
17/06/2021 Oxytocin 2amp (@ 10mg) IV
17/06/2021 Keterolac 1 amp (30 mg) IV
17/06/2021 Tramadol 1 amp (100 mg) IV
17/06/2021 Ondansentrone 1 amp (4 mg) IV
17/06/2021 Misoprostol 3 tablet Anus
17/06/2021 Levobupivacaine 15 mg intratekal

6. Tahap – tahap / kronologis pembedahan :


Waktu/tahap Kegiatan
Dilakukan anestesi spinal
Klien diposisikan supine
Scrubing, gowning, gloving
10.30 WIB Dilakukan desinfeksi area operasi (alkohol 70% + chlorhexidine 5% dan
povidone iodine 10%)
Penyusunan instument bedah, benang, bisturi, cutter, dan suction
Dilakukan drapping
Time out
Insisi dilakukan secara panenstil
Insisi dilakukan dari subkutis hingga peritoneum

10.47 WIB Pisahkan vesika urinaria dan miometrium dengan diseksi tumpul pada ruang
antara vesikouterina
Haak diletakkan agar uterus terlihat
Dilakukan insisi pada miometrium hingga uterus dan lebarkan secara tumpul
dengan tangan operator atau gunting
31

Menyelipkan tangan ke dalam rongga uterus di antara simfisis dan kepala bayi
untuk mengeluarkan kepala
Penjepitan tali pusat dengan menggunakan klem dan digunting kemudian
11.00 WIB
mengeluarkan plasenta
Memastikan tidak terdapat jaringan yang tertinggal dan kontrol perdarahan
sebelum melakukan reparasi uterus
11.15 WIB Penjahitan lapisan demi lapisan (uterus hingga kutis)
11.30 WIB Sign out
Pembersihan dan penutupan area luka
Operasi selesai dan alat dibereskan
7. Tindakan bantuan yang diberikan selama pembedahan :
- Pemberian oksigen 2 L/menit,

- Suction

- Pemberian selimut

8. Pembedahan berlangsung selama : 45 menit


9. Komplikasi dini setelah pembedahan (saat klien masih berada di ruang operasi)
Tidak ada komplikasi dini pasca pembedahan, perdarahan ± 300 cc, insisi ± 12 cm di
abdomen bawah di atas simfisis pubis.

C. POST OPERASI
1. Klien pindah ke recovery room pukul 11.30 WIB
2. Keluhan saat di RR/PACU :
Klien mengatakan badan terasa dingin. Klien tampak menggigil, akral teraba dingin.
Suhu ruangan 22ͦC.
TTV :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 76 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 35 ͦC
SpO2 : 98%
3. Air Way :
Tidak terpasang OPA, tidak ada sekret. Tidak ditemukan masalah.
4. Breathing :
Napas spontan dengan RR 22 x/menit
5. Sirkulasi :
32

Saturasi oksigen 99%, Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 76 x/menit, Pernapasan 22
x/menit, Suhu 35 ͦC.
6. Observasi Recovery Room

BROMAGE SCORE
NO KRITERIA SCORE SCORE
1 Dapat mengangkat tungkai bawah 0
2 Tidak dapat menekuk lutut tetapi dapat mengangkat kaki 1 1
Tidak dapat mengangkat tungkai bawah tetapi masih
3 2
dapat mengangkat lutut
4 Tidak dapat mengangkat kaki sama sekali 3
KETERANGAN
 Pasien dapat di pindah kebangsal, jika score kurang dari 2

7. Keadaan Umum : Baik


8. Tanda Vital :

TD : 120/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 35,6 ͦC
SpO2 : 99%

9. Kesadaran : Composmentis
10. Balance cairan : + 247

Intake Jumlah (cc) Output Jumlah (cc)


Oral Urine 1800 cc
Enteral Muntah
Parenteral 2500 cc IWL 50 cc
Perdarahan 300 cc
Ketuban 100 cc
Jumlah 2500 cc Jumlah 2250 cc

11. Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas :

Bagian Tubuh Normal


Jika tidak Normal, Jelaskan
Ya Tidak
Kepala 
33

Leher 
Dada 
Abdomen Terdapat luka post op sectio caesarea ±

12 cm
Genitalia 
Integumen 
Ekstremitas Kedua ekstremitas bawah belum dapat
 digerakkan karena efek dari anestesi
spinal

ANALISA DATA

Nama Klien : Ny. s


Dx. Medis : G2P2A0 34 minggu + ketuban pecah dini ± 17 jam
No. MR : 12.08.66
DATA SUBYEKTIF & OBYEKTIF MASALAH ETIOLOGI
34

KEPERAWATAN
Pre Operasi
DS :
- Klien mengatakan khawatir dengan
tindakan operasi yang akan dilakukan
- Klien mengatakan baru pertama kali
menjalani operasi

DO :
- Klien tampak lemah
- Wajah klien tampak tegang dan pucat
- Klien tampak banyak bertanya tentang
prosedur operasi
- Tanda – tanda vital :
TD : 130/85 mmhg
Nadi : 86 x/menit
RR : 26 x/menit Ansietas Krisis Situasional
Suhu : 36,4ºC (Pre Operasi Sectio
SpO2 : 100% Caesarea)
- Skor kecemasan 49 dengan tingkat
kecemasan sedang di ukur dengan alat
ukur kecemasan Zung- Self Anxiety
Rating Scale (ZSAS)
35

Intra Operasi
DS : -

DO :
-Pasien dilakukan pembedaha pada
abdomen
- Pasien tampak mengalami perdarahan
300cc Risiko Perdarahan Tindakan
- Pasien tampak terpasang infuse RL 28 Pembedahan
tetes/menit
- Akral dingin
- TTV
TD :130/90 mmHg
Nadi : 90x/menit
Pernafasan : 24x/menit
Suhu : 35ºC
Post Operasi (di RR/PACU) Risiko Hipotermia Terpaparsuhu
DS : lingkungan rendah
- Klien mengatakan badan terasa dingin

DO :
- Klien tampak mengigil
- Akral teraba dingin
36

- Terpasang selimut pada seluruh tubuh


klien dan area kepala
- Perdarahan ± 300 ml
- Dilakukan spinal anestesi (bunascan)
- Suhu ruangan RR 22ͦC
- Suhu tubuh klien 35,4 ºC

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (pre operasi sectio caesarea)

2. Resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan

3. Risiko hipotermia berhubungan dengan efek agen farmakologis (spinal anestesi)


37

INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. s


Dx. Medis : G2P2A0 34 minggu + ketuban pecah dini ± 17 jam
No. MR : 12.08.66
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN IMPLEMENTASI
1. Ansietas berhubungan dengan krisis Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (misal :
situasional (pre operasi sectio tingkat ansietas menurun dengan kriteria hasil : kondisi, waktu, stresor)
caesarea) - Perilaku gelisah menurun 2. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non verbal)
- Perilaku tegang menurun 3. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Frekuensi napas membaik 4. Jelaskan prosedur serta sensasi yang mungkin dialami
- TD membaik 5. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama klien (1 orang)
- Frekuensi nadi membaik 6. Latih tekhnik relaksasi nafas dalam
- Pucat menurun
38

INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. S


Dx. Medis : G2P2A0 34 minggu + ketuban pecah dini ± 17 jam
No. MR : 12.08.66
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN IMPLEMENTASI
2. Risiko Perdarahan berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
dengan Tindakan Pembedahan jam, maka tingkat perdarahan menurun dengan kriteria 2. Monitor nilai hemtokrit/hemoglobin sebelum dan
hasil : sesudah kehilangan darah
- Membra mukosa lembab 3. Monitor TTV dan CRT
- Perdarahan pasca operasi menurun 4. Kolaborasi dalam pemberian terapi cairan
- Hemoglobin membaik 5. Kolaborasi dalam pemberian obat
- Tekanan darah dan denyut nadi membaik
39

INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. A


Dx. Medis : G1P0A0 inpartu kala I memanjang + presentasi kaki
No. MR : 12.15.52
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN IMPLEMENTASI
3. Risiko hipotermia berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1. Monitor suhu tubuh
dengan efek agen farmakologis 30menit, maka termoregulasi membaik dengan kriteria 2. Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia (menggigil,
(spinal anestesi) hasil : akral dingin)
- Menggigil menurun 3. Sediakan lingkungan yang hangat (atur suhu ruangan)
- Pucat menurun 4. Lakukan penghangatan pasif (Selimut, menutup kepala,
- Suhu tubuh membaik pakaian tebal)
- Suhu kulit membaik
40

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Ny. s


Dx. Medis : G2P2A0 34 minggu + ketuban pecah dini ± 17 jam
No. MR : 12.08.66

NO TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI


1. 17/06/2021 1. Mengidentifikasi saat tingkat S:
- Klien mengatakan sudah merasa lebih
ansietas berubah (misal :
tenang
kondisi, waktu, stresor)
- Klien mengatakan sudah mengerti
2. Memonitor tanda-tanda
tentang prosedur tindakan yang akan
ansietas (verbal dan non
dilakukan
verbal)
O:
3. Menggunakan pendekatan
yang tenang dan meyakinkan - Wajah tampak sedikit tegang

4. Menjelaskan prosedur serta - Klien tampak tenang saat

sensasi yang mungkin dialami anggotakeluarga mendampingi

5. Menganjurkan keluarga untuk - Dilakukan penjelasan tentang prosedur


tetap bersama klien (1 orang) tindakan operasi
6. Melatih tekhnik relaksasi - Melatih nafas dalam saat cemas muncul
nafas dalam kembali
- TTV :
TD: 130/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit
RR: 28 x/menit
Suhu : 36,4 ºC

A : Ansietas
P : Lanjutkan Intervensi
Reduksi Ansietas
1. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
klien
2. Latih tekhnik relaksasi nafas dalam

CATATAN PERKEMBANGAN
41

Nama Klien : Ny. S


Dx. Medis : G2P2A0 34 minggu + ketuban pecah dini ± 17 jam
No. MR : 12.08.66

NO TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI


2. 17/06/2021 1. Monitor tanda dan gejala S:-
perdarahan
2. Monitor nilai O:
hemtokrit/hemoglobin - Pasien tampak mengalami perdarah
sebelum dan sesudah ±30cc
kehilangan darah - TD :140/90 mmHg
3. Monitor TTV dan CRT Nadi : 90x/menit
4. Kolaborasi dalam pemberian Pernafasan : 24x/menit
Suhu : 35
terapi cairan
- Akral dingin
5. Kolaborasi dalam pemberian
- CRT 2 detik
obat
- Pasien terpasang infuse RL
28tetes/menit
A : resiko perdarahan tidak tejadi
P : intervensi dilajutkan
- Monitor tanda dan gejalas perdarahan
- Monitor TTV dan CRT
- Pertahankan terapi cairan

CATATAN PERKEMBANGAN
42

Nama Klien : Ny. s


Dx. Medis : G2P2A0 34 minggu + ketuban pecah dini ± 17 jam
No. MR : 12.08.66

NO TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI


3. 17/06/2021 1. Memonitor suhu tubuh S:
- Klien mengatakan dingin berkurang
2. Memonitor tanda dan gejala
O:
akibat hipotermia (menggigil,
akral dingin) - Menggigil berkurang

3. Menyediakan lingkungan - Terpasang selimut pada seluruh tubuh

yang hangat (atur suhu dan area kepala

ruangan) - Terpasang baju hangat pada klien


4. Melakukan penghangatan - Suhu ruangan RR menjadi 24ͦºC
pasif (Selimut, menutup - Suhu tubuh : 35,6 ºC
kepala, pakaian tebal)
A : Masalah Risiko Hipotermia Belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
Manajemen Hipotermia
1. Monitor suhu tubuh
2. Sediakan lingkungan yang hangat (atur
suhu ruangan)
3. Lakukan penghangatan pasif (Selimut,
menutup kepala, pakaian tebal)

B. Pembahasan
a. Perioperatif
1. Pre Operasi
Klien datang ke rumah sakit melalui IGD pada tanggal 17 Jui 2021
pukul 10.20 WIB dengan keluhan keluar keliar air ketuban sejak kemarin
pukul 05.00 WIB, Usia kehamilan 34 minggu. Klien dirujuk dari puskesmas
ngambur muleshilang timbul, keluar lender (+), darah (-). Saat di IGD
dilakukan vaginal touche didapatkan hasil tidak ada pembukaan dengan portio
teraba tebal dan tidak ada kontraksi. Keluarga menolak tindakan induksi.
Dilakukan pemeriksaan USG didapatkan hasil bahwa ketuban kurang dari
normal dan usia kehamilan aterm dan hasil lab leukosit lebih dari nilai normal,
43

maka dokter penanggung jawab pasien memberikan instruksi untuk dilakukan


tindakan operasi.
Dalam Jurnal Kedokteran Syiah Kuala (2019), pada kasus hamil aterm
atau cukup bulan, bila ketuban pecah sudah melebihi 6 jam maka dilakukan
terminasi kehamilan melalui induksi persalinan dengan oksitosin dengan
monitoring ketat terkait kesejahteranan janin meliputi denyut jantung dan
kontraksi rahim serta tanda-tanda infeksi pada ibu. Jika tidak ada kemajuan
persalinan, terdapat tanda infeksi, dan keluarga menolak induksi, maka
dilakukan tindakan pembedahan.
Klien mengatakan khawatir dengan tindakan operasi karena baru
pertama kali menjalani operasi. Klien tampak banyak bertanya tentang
prosedur operasi. Wajah klien tampak tegang dan pucat. Klien tampak lemah.
Skor keemasan 49 dengan tingkat kecemasan sedang.
Dalam Jurnal Abulyatama (2019), pada periode pre operasi pasien
dapat mengalami kecemasan kemungkinan karena merupakan suatu respon
antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dapat dianggap pasien sebagai
suatu ancaman terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh, bahkan
kelangsungan hidup pasien itu sendiri.
2. Intra Operasi
Pada tanggal 17 juni 2021 pukul 10.30 WIB, dilakukan tindakan
operasi sectio caesarea dengan spinal anestesi. Insisi dilakukan pada
abdomen bawah di atas simfisis pubis dengan panjang ± 12 cm, total
perdarahan ± 300 cc, dan air ketuban ± 100 cc. Saat pembedahan klien
diberikan oksigen 2L/menit, tindakan suction, penggunaan ESU, dan
pemberian selimut. Tindakan pembedahan dilakukan sesuai prosedur.
Prosedur pemberian anastesi, pengatur posisi bedah, manajemen
asepsis, dan prosedur bedah amputasi akan memberikan implikasi pada
masalah keperawatan yang akan muncul. Anastesi spinal merupakan teknik
anastesi yang paling sering digunakan, selain tekniknya yang sederhana juga
memiliki efek samping yang minimal bila dibandingkan dengan anastesi
general. Efek yang biasanya muncul pasca anastesi spinal antara lain
hipotensi, bradikardi, luka tempat tusukan, resiko pendarahan, dan kejadian
nyeri kepala pasca anastesi spinal. (Muttaqin & Sari, 2011).
3. Post Operasi
44

Pukul 11.30 WIB, klien di pindahkan ke ruang recovery room. Klien


mengeluh badan terasa dingin dengan suhu tubuh 35,4C. Klien tampak
menggigil dan akral teraba dingin.
Dalam Jurnal Keperawatan (2013), beberapa kejadian menggingil (hipotermia)
yang tidak diinginkan mungkin dialami pasien akibat suhu yang rendah
diruang operasi, infus dengan cairan yang dingin, inhalasi gas - gas yang
dingin, kavitas atau luka terbuka pada tubuh, aktivitas otot yang menurun, usia
yang lanjut, atau agen obat - obatan yang digunakan seperti vasodilator atau
fenotiasin.
Gejala dan tanda mayor untuk diagnosa hipotemia secara data objektif adalah
kulit teraba dingin, menggigil, suhu tubuh di bawah nilai normal. Sedangkan
gejala dan tanda minor secara data objektif akrosianosis, bradikardia, dasar
kuku sianotik, pengisian kapiler >3 detik, takikardia (SDKI, 2018).

b. Diagnosa Keperawatan

Pada kasus ini mahasiswa mengangkat 3 diagnosa keperawatan antara lain :

1. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (pre operasi sc) (D.0080).


Pada diagnosa ansietas didapatkan data subjektif bahwa klien mengatakan
khawatir dengan tindakan operasi yang akan dilakukan karena baru pertama
kali menjalani tindakan operasi. Sedangkan pada data objektif keadaan
umum klien lemah, wajah klien tampak tegang dan pucat, klien tampak
banyak bertanya tentang prosedur operasi, dan didapatkan skor kecemasan
49 yang berarti tingkat kecemasan sedang.

2. Risiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan. Pada


diagnosa risiko perdarahan didapatkan data objektif bahwa pasien
dilakukan pembedaha pada abdomen, pasien tampak mengalami perdarahan
300cc, pasien tampak terpasang infuse rl 28 tetes/menit, akral dingin, td :
130/90 mmhg, nadi : 90x/menit, pernafasan : 24x/menit, suhu : 35c

3. Risiko hipotermia berhubungan dengan terpapar suhu lingkungan rendah


(D.0131). Pada diagnosa risiko hipotermia didapatkan data subjektif bahwa
klien mengeluh badan terasa dingin. Sedangkan pada data objektif klien
tampak menggigil, akral teraba dingin, dilakukan spinal anestesi, suhu
45

ruangan 22ͦC, terpasang selimut pada seluruh tubuh dan kepala, dan suhu
klien 35,8ͦC.

Hal ini menandakan bahwa antara teori dengan diagnosa aktual memiliki
kesamaan. Untuk diagnosa pertama tindakan yang dilakukan adalah
mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah, memonitor tanda ansietas,
menganjurkan keluarga untuk tetap bersama klien, relaksasi nafas dalam,
dan menjelaskan prosedur tindakan.
Dalam Jurnal Abulyatama (2019), dengan penjelasan informasi pre
operasi akan membantu mengurangi kecemasan, stress, persepsi buruk
tentang operasi sehingga pasien mengerti tentang tindakan yang akan
dilakukan kepadanya. Kemudian dapat memenuhi kebutuhan pasien tentang
pengetahuan operasi, meningkatkan keamanan pada pasien, meningkatkan
kenyamanan psikologis dan fisiologis, meningkatkan kepatuhan terhadap
interuksi yang dijelaskan. Sehinggga dapatmenurunkan tingkat kecemasan
pada pasien sebelum melakukan tindakan operasi.
Untuk diagnosa kedua tindakan yang dilakukan adalah
mengidentifikasi kebutuhan keselamatan, menggunakan ESU,
menggunakan perangkat pelindung, dalm melakukan sign out (surgical
cheklist)

Dalam Jurnal Health Of Studies (2017), WHO telah membuat


Surgical Safety Checklist (selanjutnya disingkat SSC) sebagai tool atau alat
yang digunakan oleh para klinisi di kamar bedah untuk meningkatkan
keamanan operasi, mengurangi kematian dan komplikasi akibat
pembedahan. Program Keselamatan Pasien surgery saves lifes sebagai
bagian dari upaya WHO untuk mengurangi jumlah kematian bedah di
seluruh dunia.

Untuk diagnosa ketiga tindakan yang dilakukan adalah monitor suhu


tubuh, mengatur suhu ruangan, dan pemberian selimut serta pakaian tebal.

Dalam Jurnal Ilmiah Bidan (2018), terdapat dua jenis intervensi


untuk mencegah dan menangani penurunan suhu tubuh pasien yaitu
penggunaan mesin penghangat udara dan selimut, matras hangat,
penggunaan Fluid Warmer dan cairan hangat, serta pengaturan suhu
46

ruangan adalah contoh dari pemanasan metode aktif, sedangkan


penggunaan Isolating Heat Blankets, selimut hangat dan baju hangat adalah
contoh dari metode pasif.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pre Operasi

Dalam kasus ini pengkajian yang didapatkan saat pre operasi adalah pasien
mengatakan cemas karena ini merupakan operasi pertamanya, wajah pasien
tampak tegang, wajah pucat. Intervensi yang dilakukan untuk diagnosa
preoperatif untuk diagnosa ansietas adalah kaji monitor tanda-tanda ansietas,
monitor TTV, ciptakan suasana terapuetik untuk menumbuhkan kepercayaan,
temani pasien untuk mengurangi kecemasan, anjurkan pasien mengungkapkan
yang dirasakan, gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan, ajarkan
teknik relaksasi nafas dalam dan jelaskan prosedur termasuk sensasi yang
mungkin dialami. Evaluasi dari pada fase preoperatif dengan ansietas teratasi
ditandai dengan cemas berkurang, pasien dapat melakukan relaksasi tarik
nafas dalam.

2. Intra Operasi

Pada saat intraoperasi diagnose yang muncul yaitu resiko perdarahan b.d
tindakan pembedahan. Intervensi yang dilakukan meliputi monitor tanda dan
gejala pendarahan, monitor tanda vital, kolaborasi pemberian terapi cairan.
Evaluasi pada fase intra operasi menunjukkan tidak terjadi resiko pendarahan
dengan ditandai pendarahan terkontrol ±300cc, luka telah dijahit sepanjang
±12cm.

3. Post Operasi

Pada saat post operasi pasien mengalami resiko hipotermia ditandai dengan
pasien mengeluh kedinginan, akral teraba dinginn, kulit pucat, suhu 35,4C.

47
48

Diagnosa post operasi resiko hipotermia dilakukan monitor TTV, beri selimut
penghangat, monitor suhu ruangan, anjurkan minum air hangat. Evaluasi pada
fase postoperatif evaluasi di recovery room menunjukan bahwa menggigil
berkurang, suhu tubuh 34,80C menjadi 35,70C, pasien mengggunakan selimut.

B. Saran

1. Diharapkan tenaga keperawatan dapat meningkatkan pengetahuan tentang


proses asuhan keperawatan perioperatif pada pasien dengan tindakan
sectio caesarea.

2. Diharapkan RSUD Alimuddin Umar Lampung Barat dapat menjadikan


asuhan keperawatan perioperatif pada pasien pasien tindakan sectio
caesarea sebagai salah satu rujukan untuk meningkatkan kinerja perawat
dalam pemberian suhan keperawatan perioperatif.

3. Diharapkan bagi Institusi Poltekkes Tanjungkarang dapat


mempertahankan mutu pembelajaran yang bermutu tinggi terutama dalam
bidang keperawatan perioperatif, dan diharapkan hasil laporan tugas akhir
ini dapat memperkaya literatur perpustakaan.

4. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan asuhan


keperawatan perioperatif pada kasus lain dengan berdasarkan pedoman
(SDKI, 2018), (SIKI, 2018), dan (SLKI, 2018) sesuai dengan masalah
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

AORN. (2013). Perioperative Standards and Recommended Practices, 2013 edition.


Denver : AORN, Inc.
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Lampung
Tahun 2018. Lampung : Dinkes Provinsi Lampung
Nugroho. 2016. Ilmu Patologi Kebidanan. Jakarta : EGC.
Hakimi. 2019. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Sarwono, Prawirohardjo. 2017. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Cetakan ke-2. Tridasa
Printer : Jakarta
Padila. (2015). Asuhan Keperawata Maternitas II. Yogyakarta: Nuha Medika.
Metti, Elvia. 2021. Asuhan Keperawatan Ibu Hamil dengan Ketuban Pecah Dini
Aplikasi Teori Keperawatan Need For Help WiedenBach. Penerbit NEM.
ISBN 6236293481, 9786236293485
Kementrian Kesehatan RI. 2020. Profil Kesehatan Indonesia 2020. Jakarta:
Kemenkes RI. Diakses pada tanggal 01 Agustus 2021
World Health Organization. 2015. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi. (Diakses 01 Agustus 2021). Diunduh dari URL :
https://www.unicef.org/indonesia/id/A5_B_Ringkasan_Kajian_Kesehatan_R
EV .pdf
Hipkabi. (2014). Buku Pelatihan Dasar-Dasar Keterampilan Bagi Perawat Kamar
Bedah. Jakarta: Hipkabi Press.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
World Health Organitation. (2009). Patient Safety Solutions Preamble.
www.who.int/entity/patientsafety/solutions/patientsafety/preamble.pdf.
Diakses 30 Juni 2021.
Lampiran 1

POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
JL. SOEKARNO HATTA NO. 1 HAJIMENA BANDAR LAMPUNG TELP. (O721) 703580 FAX. (O721) 703580

INFORMED CONSENT

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama :
Umur :
Alamat :
Setelah mendapat keterangan secukupnya serta mengetahui tentang manfaat asuhan
keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Pasien
G2P2A0 34 Minggu + Ketuban Pecah Dini dengan Tindakan Sectio Caesarea di
Ruang Operasi RSUD Alimuddin Umar Liwa”
Saya menyatakan bersedia diikutsertakan dalam asuhan ini. Saya yakin apa yang saya
sampaikan ini dijamin kebenarannya.

Liwa, ..................... 2021


Penyusun Responden

(RORI WILANDA) (.…………………….)


NIM. 2014901082
Lampiran 2
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF

I. PENGKAJIAN
Identitas klien
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Suku/Bangsa :
Agama :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Gol.Darah :
Alamat :
Tanggunagn :
No.RM :
Tgl Masuk Rs :
Diagnosa :
A. Riwayat Praoperatif
1. Pasien mulai dirawat tanggal: ....................... Ruang: .......................
Ringkasan hasil anamnese preoperatif:
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
........................................................................................................
2. Hasil pemeriksaan fisik:
a. Tanda-tanda vital, tgl ............................................. jam :..........................
Kesadaran : ...................... GCS: ..................... , orientasi :......................
Tekanan darah : ........... mmHg, Nadi :............. x/m, RR:........... x/m,
Suhu:...............°C
b. Pemeriksaan fisik
Kepala & leher :
...................................................................................................................
Thorax (jantung & paru):
......................................................................................................................
Abdomen:
.......................................................................................................................
Ekstremitas ( atas dan bawah)
.......................................................................................................................
Genetalia & rectum:
.....................................................................................................................
Pemeriksaan lain (spesifik):
.......................................................................................................................
3. Pemeriksaan penunjang
a. ECG, Tanggal: .................................. jam .....................:........................
Hasil : ..............................................................................................
b. X-Ray, Tanggal: ............................... jam .....................:..................
Hasil : .............................................................................................
a. Hasil Laboratorium, Tanggal: ........................... jam .....................:........
Hasil : .............................................................................................
d. Pemeriksaan lain :
Hasil : .............................................................................................
Skala nyeri menurut NRS (Numeric Rating Scale)

4. Prosedur Khusus Sebelum Pembedahan


Prosedur Ya Tida Waktu ket
No
k
Tindakan persiapan
1.
psikologis pasien
Lembar informed
2.
consent
3. Puasa
Pembersihan kulit
4.
( pencukuran rambut)
Pembersihan saluran
pencernaan
5.
( lavement/obat
pencahar)
Pengosongan kandung
6.
kemih
Transfusi darah
7.
8.
Terapi cairan infus
Penyimpanan
9. perhiasan, acsesoris,
kacamata, anggota
tubuh palsu
Memakai baju khusu
10.
operasi
5. Pemberian obat-obatan:
a. Obat pramedikasi (diberikan sebelum hari pembedahan)
Tgl/Jam Nama Obat Jenis Obat Dosis Rute

b. Obat pra-pembedahan (diberikan 1-2 jam sebelum pembedahan)


Tgl/Jam Nama Obat Jenis Obat Dosis Rute

6. Pasien dikirim keruang operasi:


Tanggal: ................. jam ................... sadar tidak sadar
Ket : ...............................................................................................................

B. INTRAOPERATIF
1. Tanda-tanda vital
Tanggal: ........................... jam .....................:........
Suhu:................. 0C, Tekanan darah : ............. mmHg, Nadi: ............. x/m,
Frekuensi Pernafasan : .......................x/m
2. Posisi pasien di meja operasi :
Dorsal recumbent Trendelennburg Litotomi
Lateral lain-lain
3. Jenis operasi : Mayor Minor
Nama operasi : ............................................................................................
Area/bagian tubuh yang dibedah : ..............................................................
4. Tenaga medis dan perawat di ruang operasi :
 Dokter anastesi : ......................................................................
 Asisten dokter anastesi : ......................................................................
 Dokter bedah : ......................................................................
 Asisten bedah : ......................................................................
 Perawat instrumentator : ......................................................................
 Perawat sirkuler : ......................................................................

5. SURGICAL PATIENT SAFETY CHECKLIST


SIGN IN TIME OUT SIGN OUT
Pasien telah dikonfirmasi:  Setiap anggota team Melakukan
 Identitas pasien operasi pengecekan :
 Prosedur memperkenalkan  Prosedur sudah di
 Sisi operasi sudah benar diri dan peran catat
 Persetujuan untuk operasi masing-masing.  Kelengkapan spons
telah diberikan  Tim operasi  Penghitungan
 Sisi yang akan di operasi memastikan bahwa instrumen
telah ditandai semua orang di  Pemberian lab PA
 Ceklist keamanan anestesi ruang operasi saling pada spesimen
telah dilengkapi kenal.  Kerusakan alat atau
 Oksimeter pulse pada masalah lain yang
pasien berfungsi Sebelum melakukan perlu ditangani.
sayatan pertama pada  Tim bedah membuat
apakah pasien memiliki kulit : perancanaan post
alergi?  Operasi yang benar operasi sebelum
 Ya  Pada pasien yang memindahkan
 Tidak benar pasien dari kamar
 Antibiotik operasi.
Apakah resiko kesulitan jalan profiklasis telah di
nafas / aspirasi ? berikan dalam 60
 Tidak menit sebelumnya.
 Ya, telah disiapkan
peralatan

Resiko kehilangan darah >


500ml pada orang dewasa
atau > ml/kg BB pada anak-
anak
 Tidak
 Ya, peralatan akses cairan
telah direncanakan
Pemberian obat anastesi Lokal General
Tgl/Jam Nama Obat Jenis Obat Dosis Rute
6. Tahap-tahap /kronologis pembedahan
Waktu/Tahap Kegiatan

7. Tindakan bantuan yang diberikan selama pembedahan


 Pemberian oksigen
 Pemberian suction
 Resusitasi jantung
 Pemasangan drain
 Pemasangan intubasi
 Transfusi darah
8. Pembedahan berlangsung selama :.............. jam
9. Komplikasi dini setelah pembedahan (saat pasien masih berada diruang
operasi) : ..............................................................................................
C. Post Operasi
1. Pasien dipindahkan keruang PACUICU/PICU/NICU Jam: ........... WIB
2. Keluhan saat di RR/PACU
...................................................................................................................
3. Airway
...................................................................................................................
4. Breathing
...................................................................................................................
5. Sirkulasi
..................................................................................................................
6. Observasi Recovery Room :
Steward Score Aldrete Score Bromage Score

ALDRETE SCORE (DEWASA)


NO KRITERIA SCORE SCORE
Warna
1. Kulit
 Kemerahan/normal 2
 Pucat 1
 Sianosis 0
Aktifitas
2. Motorik
 Gerak 4 anggota tubuh 2
 Gerak 2 anggota tubuh 1
 Tidak ada gerakan 0
Pernafasan
3.
 Nafas dalam , batuk dan 2
tangis kuat 1
 Nafas dangkal da adekuat 0
 Apnea atau nafas tidak
adekuat
Tekanan
4. Darah
 ± 20 mmHg dari pre operasi 2
 20-50 mmHg dari pre operasi 1
 ± 50 mmHg dari pre operasi 0
5.
Kesadaran
 Sadar penuh mudah 2
dipanggil 1
 Bangun jika dipanggil 0
 Tidak ada respon
Jumlah
Keterangan :
 Pasien dapat dipindah kebangsal, jika score minimal 8
 Pasien diindahkan ke ICU, jika score <8 setelah dirawat selama 2 jam
BROMAGE SCORE
No. KRITERIA SCORE SCORE
1 Dapat mengangkat tungkai bawah 0
Tidak dapat menekuk lutut tetapi dapat
2 1
mengangkat kaki
Tidak dapat mengangkat tungkai bawah
3 2
tetapi masih dapat mengangkat lutut
Tidak dapat mengangkat kaki sama
4 3
sekali
Keterangan :
 Pasien diindahkan ke bangsal, jika score kurang dari 2
STEWARD SCORE UNTUK PASCA ANASTHESI ANAK
No TANDA KRITERIA SCORE SCORE
.
- Bangun 1
1 KESADARAN - Respon terhadap rangsang 2
- Tidak ada respon 3
- Batuk/menangis 1
PERNAFASA
2 - Pertahankan jalan nafas 2
N
- Perlu bantuan nafas 3
- Gerak bertujuan
1
- Gerak tanpa tujuan
3 MOTORIK 2
- Tidak bergerak dapat 3
mengangkat lutut
Keterangan :
Score ≥ 5 boleh keluar dari RR
7. Keadaan Umum : Baik Sedang Sakit berat
8. Tanda-tanda vital
Suhu:................. 0C, Tekanan darah : ............. mmHg, Nadi: ............. x/m,
Frekuensi Pernafasan : .......................x/m, saturasi : .................%
9. Kesadaran : CM Apatis Somnolen
Soporous Coma
10. Balance Cairan
Pukul Intake Jml (cc) Output Jml (cc)
o Oral o Urine
o Enteral o Muntah
o Parenteral o Iwl
o ... o .....
Jumlah Jumlah

Pengobatan:..........................................................................................................
11. Survey sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas :
Normal Jika tidak normal, jelaskan
YA TIDAK
Kepala
Leher
Dada
Abdomen
Genetalia
Integumen
Ekstremitas
Skala nyeri menurut VAS (Visual Analog Scale)

II. ANALISA DATA

Data Subyektif & Obyektif Masalah Keperawatan Etiologi


III. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Tahapan Masalah Keperawatan Etiologi

IV. INTERVENSI, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO DIAGNOSA TUJUAN IMPLEMENTAS EVALUASI


KEPERAWATAN I

Lampiran 3
LEMBAR KONSULTASI LAPORAN TUGAS AKHIR

NAMA : Rori Wilanda


NIM : 2014901082
JUDUL : Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Pasien G2P2A0 34
Minggu + Ketuban Pecah Dini dengan Tindakan Sectio
Caesarea di Ruang Operasi RSUD Alimuddin Umar Liwa
PEMBIMBING I : Ns. Titi Astuti, S.Kep.,M.Kep.,Sp.Mat
TANGGAL HASIL KONSULTASI PARAF
Mengetahui,
Ketua Prodi Ners Keperawatan Tanjungkarang

Dr. Anita,M.Kep.,Sp.Mat
NIP. 196902101992122001

Lampiran 4

LEMBAR KONSULTASI LAPORAN TUGAS AKHIR

NAMA : Rori Wilanda


NIM : 2014901082
JUDUL : Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Pasien G2P2A0 34
Minggu + Ketuban Pecah Dini dengan Tindakan Sectio
Caesarea di Ruang Operasi RSUD Alimuddin Umar Liwa
PEMBIMBING I : Ns. Efa Trisna, S.Kep.,M.Kes
TANGGAL HASIL KONSULTASI PARAF
Mengetahui,
Ketua Prodi Ners Keperawatan Tanjungkarang

Dr. Anita,M.Kep.,Sp.Mat
NIP. 196902101992122001

Lampiran 5
KODE :
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
TGL :
Formulir REVISI :
Masukan & Perbaikan KTI / Skripsi / LTA HALAMAN : 1 dari 1 Halaman
LEMBAR MASUKAN DAN PERBAIKAN
Nama Mahasiswa: Rori Wilanda
NIM : 2014901082
Prodi : Profesi Ners Keperawatan
Tanggal :
Judul Penelitian : Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Pasien G2P2A0 34 Minggu
+ Ketuban Pecah Dini dengan Tindakan Sectio Caesarea di Ruang
Operasi RSUD Alimuddin Umar Liwa

Masukan/Perbaikan
No Materi Perbaikan
Sudah Belum
Bandar Lampung, 2021
Anggota Penguji II
Ketua Penguji
Anggota Penguji I

Ns. Titi Astuti, S.Kep.,M.Kep.,Sp.Mat Ns. Efa Trisna, S.Kep., M.Kes


Dr. Anita, M.Kep.,Sp.Mat NIP. 196501161988032003 NIP. 196810081989032002
NIP. 196902101992122001

Lampiran 6
JADWAL PELAKSANAAN
No Kegiatan Juni Juli Agustus
1 Pelaksanaan Penelitian
2 Penyusunan Laporan Penelitian
3 Seminar Hasil penelitian

Anda mungkin juga menyukai