Anda di halaman 1dari 11

KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFINISI
Faringitis adalah keadaan inflamasi pada struktur mukosa, submukosa
tenggorokan. Jaringan yang mungkin terlibat antara lain orofaring, nasofaring,
hipofaring, tonsil dan adenoid.Faringitis Akut yaitu radang tenggorok yang disebabkan
oleh organisme virus hampir 70% dan streptokakus group A adalah organisme bakteri
yang umum berkenaan dengan faringitis akut yang kemudian disebut sebagai
streepthroat (Brunner & Suddarth, 2001)
2. PENYEBAB
Beberapa penyebab dari faringitis yaitu:
a. Virus
Virus merupakan etiologi terbanyak dari faringitis. Beberapa jenis virus ini yaitu:
1) Rhinovirus
2) Coronavirus
3) Virus influenza
4) Virus parainfluenza
5) Adenovirus
6) Herpes Simplex Virus tipe 1 dan 2
7) Coxsackievirus A
8) Cytomegalovirus
9) Virus Epstein-Barr
10) HIV
b.

Bakteri
Beberapa jenis bakteri penyebab faringitis yaitu:
1) Streptoccocus pyogenes, merupakan penyebab terbanyak pada faringitis akut
2) Streptokokus grup A, merupakan penyebab terbanyak pada anak usia 5 15
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)

tahun, namun jarang menyebabkan faringitis pada anak usia <3 tahun.
Streptokokus grup C dan G
Neisseria gonorrheae
Corynebacterium diphtheriae
Corynebacterium ulcerans
Yersinia enterocolitica
Treponema pallidum
Vincent angina, merupakan mikroorganisme anaerobik dan dapat menyebabkan
komplikasi yang berat, seperti abses retrofaringeal dan peritonsilar.

3. PATOFISIOLOGI
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara
langsung menginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman

menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid
superfisial

bereaksi,

terjadi

pembendungan

radang

dengan

infiltrasi

leukosit

polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi
yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan kemudian
cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi,
pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning,
putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel
limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral,
menjadi meradang dan membengkak. Virus-virus seperti Rhinovirus dan Coronavirus
dapat menyebabkan iritasi sekunder pada mukosa faring akibat sekresi nasal.
Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan
pelepasan extracellular toxins dan protease yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan
yang hebat karena fragmen M protein dari Group A streptococcus memiliki struktur yang
sama dengan sarkolema pada myocard dan dihubungkan dengan demam rheumatic dan
kerusakan katub jantung. Selain itu juga dapat menyebabkan akut glomerulonefritis
karena fungsi glomerulus terganggu akibat terbentuknya kompleks antigen-antibodi.

4. KLASIFIKASI
Berdasarkan agen penyebabnya:
Faringitis Virus
Biasanya tidak

ditemukan

nanah

Faringitis Bakteri
di Sering ditemukan nanah di tenggorokan

tenggorokan
Demam, biasanya tinggi.
Demam
Jumlah sel darah putih normal atau agak Jumlah sel darah putih meningkat ringa
meningkat
nsampai sedang
Kelenjar getah bening normal atau sedikit Pembengkakan ringan sampai sedang
membesar
pada kelenjar getah bening
Tesapus tenggorokan memberikan hasil Tesapus tenggorokan memberikan hasil
negative
positif untuk strep throat
Pada biakan di laboratorium tidak tumbuh Bakteri tumbuh pada
bakteri

laboratorium

biakan

di

5. GEJALA KLINIS
Tanda dan gejala faringitis dibedakan berdasarkan etiologinya, yaitu:
a. Virus
1) Jarang ditemukan tanda dan gejala yang spesifik. Faringitis yang disebabkan
oleh virus menyebabkan rhinorrhea, batuk, dan konjungtivitis.
2) Gejala lain dari faringitis penyebab virus yaitu demam yang tidak terlalu tinggi
dan sakit kepala ringan.
3) Pada penyebab rhinovirus atau coronavirus, jarang terjadi demam, dan tidak
terlihat adanya adenopati servikal dan eksudat faring.
4) Pada penyebab virus influenza, gejala klinis bisa tampak lebih parah dan
biasanya timbul demam, myalgia, sakit kepala, dan batuk.
5) Pada penyebab adenovirus, terdapat demam faringokonjungtival dan eksudat
faring. Selain itu, terdapat juga konjungtivitis.
6) Pada penyebab HSV, terdapat inflamasi dan eksudat pada faring, dan dapat
ditemukan vesikel dan ulkus dangkal pada palatum molle.
7) Pada penyebab coxsackievirus, terdapat vesikel-vesikel kecil pada palatum
molle dan uvula. Vesikel ini mudah ruptur dan membentuk ulkus dangkal putih.
8) Pada penyebab CMV, terdapat eksudat faring, demam, kelelahan, limfadenopati
generalisata, dan splenomegali.
9) Pada penyebab HIV, terdapat demam, myalgia, arthralgia, malaise, bercak
kemerahan makulopapular yang tidak menyebabkan pruritus, limfadenopati, dan
b.

ulkus mukosa tanpa eksudat.


Bakteri
Faringitis dengan penyebab bakteri umumnya menunjukkan tanda dan gejala

berupa lelah, nyeri/pegal tubuh, menggigil, dan demam yang lebih dari 380C. Faringitis
yang menunjukkan adanya mononukleosis memiliki pembesaran nodus limfa di leher dan
ketiak, tonsil yang membesar, sakit kepala, hilangnya nafsu makan, pembesaran limpa,
dan inflamasi hati.
Pada penyebab streptokokus grup A, C, dan G, terdapat nyeri faringeal, demam,
menggigil, dan nyeri abdomen. Dapat ditemukan hipertrofi tonsil, membran faring yang
hiperemik, eksudat faring, dan adenopati servikal. Batuk tidak ditemukan karena
merupakan tanda dari penyebab virus.
Pada penyebab S. Pyogenes, terdapat demam scarlet yang ditandai dengan bercak
kemerahan dan lidah berwarna stoberi. Pada penyebab bakteri lainnya, ditemukan adanya
eksudat faring dengan atau tanpa tanda klinis lainnya.
1.
Manifestasi klinis faringitis akut, yaitu :
i. Membran mukosa sangat merah dan tonsil berwarna kemerahan.

ii.
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
viii.

2.

Folikel limfoid membengkak dan di penuhi dengan eksudat dan pembesaran.


Nyeri tekan nodus limfa servikal.
Demam
Malaise
Sakit tenggorok
Serak dan batuk
Sakit kepala

Manifestasi klinis faringitis kronik yaitu :


Pasien dengan faringitis kronik mengeluh sensasi iritasi dan sesak pada
tenggorok yang terus-menerus, lendir yang terkumpul dalam tenggorok dan dapat

dikeluarkan dengan membatukkan, kesulitan menelan.


Untuk faringitis akut :
Jika di duga atau ditunjukkan adanya penyebab bakterial, pengobatan dapat
mencakup pemberian Agens antimicrobial untuk streptokukus group A, penisilin
merupakan obat pilihan. Untuk pasien alergi terhadap penisilin atau yang mempunyai
organisme resisten terhadap eritromisin digunakan sefalosporin. Antibiotik di berikan
selama sedikitnya 10 hari untuk menghilangkan streptokokus group A dari orofaring.
Diet cair atau lunak diberikan selama tahap akut penyakit, tergantung pada nafsu
makan pasien dan tingkat rasa tidak nyaman yang terjadi bersama proses menelan.
Kadang tenggorok sakit sehingga cairan tidak dapat di minum dalam jumlah yang cukup
dengan mulut. Pada kondisi yang parah, cairan diberikan secara intravena. Sebaliknya,
pasien didorong untuk memperbanyak minum sedapat yang ia lakukan dengan minimal 2
sampai 3 liter sehari.
Untuk faringitis kronik :
Didasarkan pada penghitungan gejala, menghindari pemajanan terhadap iritan,
dan memperbaiki setiap gangguan saluran napas atas, paru atau jantung yang mungkin
mengakibatkan terhadap batuk kronik.
Kongesti nasal dapat dihilangkan dengan sprei nasal / obat-obatan yang
mengandung epinefrin sulfat (Afrin) atau fenilefrin hidroklorida (Neo-Synphrine). Jika
terdapat riwayat alergi, salah satu medikasi dekongestan antihistamin seperti Drixarol /
Dimentapp, diminum setiap 4-6 jam. Malaise secara efektif dapat dikontrol dengan
aspirin / asetaminofen.

6. PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan dengan mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil
membengkak, hiperemis, terdapat detritus, berupa bercak (folikel, lakuna, bahkan
membran). Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama pada anak.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan Biopsi
Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran
pernapasan (sekitar faring) dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan
tersebut akan diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan
akibat bakteri atau virus.
b) Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik
penting dalam diagnosis etiologi penyakit.Warna bau dan adanya darah
merupakan petunjuk yang berharga.
c) Pemeriksaan Laboratorium
1)
Sel darah putih (SDP)
Peningkatan komponen sel darah putih dapat menunjukkan adanya infeksi atau
inflamasi.
2) Analisa Gas Darah
Untuk menilai fungsi pernapasan secara adekuat, perlu juga mempelajari hal-hal
diluar paru seperti distribusi gas yang diangkut oleh sistem sirkulasi.
8. TERAPI TINDAKAN
Penatalaksanaan terhadap faringitis dapat mengurangi risiko demam reumatik,
menurunkan durasi gejala, dan mengurangi risiko penularan penyakit. Pada faringitis
dengan penyebab bakteri, dapat diberikan antibiotik, yaitu:
a) Penicillin benzathine; diberikan secara IM dalam dosis tunggal
b) Penicillin; diberikan secara oral
c) Eritromisin
d) Penicillin profilaksis, yaitu penicillin benzathine G; diindikasikan pada pasien
dengan risiko demam reumatik berulang.
Sedangkan, pada penyebab virus, penatalaksanaan ditujukan untuk mengobati
gejala, kecuali pada penyebab virus influenza dan HSV. Beberapa obat yang dapat
digunakan yaitu:
1)
2)
3)

Amantadine
Rimantadine
Oseltamivir

4)
5)

Zanamivir; dapat digunakan untuk penyebab virus influenza A dan B


Asiklovir; digunakan untuk penyebab HSV
Faringitis yang disebabkan oleh virus biasanya ditangani dengan istirahat yang

cukup, karena penyakit tersebut dapat sembuh dengan sendirinya. Selain itu, dibutuhkan
juga mengkonsumsi air yang cukup dan hindari konsumsi alkohol. Gejala biasanya
membaik pada keadaan udara yang lembab. Untuk menghilangkan nyeri pada
tenggorokan, dapat digunakan obat kumur yang mengandung asetaminofen (Tylenol) atau
ibuprofen (Advil, Motrin). Anak berusia di bawah 18 tahun sebaiknya tidak diberikan
aspirin sebagai analgesik karena berisiko terkena sindrom Reye.
Pemberian suplemen dapat dilakukan untuk menyembuhkan faringitis atau
mencegahnya, yaitu:
a) Sup hangat atau minuman hangat, dapat meringankan gejala dan mencairkan
mukus, sehingga dapat mencegah hidung tersumbat.
b) Probiotik (Lactobacillus), dapat digunakan untuk

menghindari

dan

mengurangi demam.
c) Madu, dapat digunakan untuk mengurangi batuk.
d) Vitamin C, dapat digunakan untuk menghindari demam, namun penggunaan
dalam dosis tinggi perlu pengawasan dokter.
e) Seng, digunakan dalam fungsi optimal sistem imun tubuh, karena itu seng
dapat digunakan untuk menghindari demam, dan penggunaan dalam spray
dapat

digunakan

untuk

mengurangi

hidung

tersumbat.

Namun,

penggunaannya perlu dalam pengawasan karena konsumsi dalam dosis besar


dan jangka waktu yang lama dapat berbahaya.
9. KOMPLIKASI
a) Otitis media akut
b) Abses peri tonsil
c) Abses para faring
d) Toksenia
e) Septikinia
f) Bronkitis
g) Nefritis akut
h) Miokarditis
i) Artritis
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN

Data fokus:
a.
Data Subjektif
1) Anak mengeluh badannya terasa panas
2) Anak mengatakan tenggorokannya sakit
3) Anak mengeluh batuk
4) Anak mengatakan tidak bisa menelan
b.
Data Objektif
1)
Suhu badan tinggi ( > 37,8 derajat celcius)
2) Terdapat pembengkakan pada folikel limfoid
3)
Nyeri tekan pada nodus limfe servikal
2. DIAGNOSA
a) Hipertermi berhubungan dengan inflamasi pada faring.
b) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada faring.
c) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret
(sputum).
d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan
menelan.
e) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpajan informasi.
3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
N Diagnosa
o

NOC / Tujuan

NIC / Intervensi

Rasional

Keperawat

an
1. Hipertermi
berhubunga
n

Setelah

dilakukan

tindakanperawatan,

dengan diharapakan

1. Kaji

suhu

badan

setiap 2 jam.

a.

Mengetahui suhu

badan anak

suhu

inflamasi

badan pasien normal

2. Anjurkan

pada faring

Termoregulasi (0800)

cairan

Kriteria hasil :

yang adekuat.

dan

intake

b.

Intake cairan dan

nutrisi nutrisi dapat membantu


mempercepat

Suhu kulit normal

proses

Suhu

panas tubuh.

35,9C-37,7C

badan
3. Beri kompres hangat

c.

dalam

pengeluaran
Kompres hangat

misalnya pada

dapat membuka pori-

ketiak

pori

kulit

sehingga

mempercepat

proses

evaporasi.
4. Berikan

obat

antipiretik
2. Nyeri akut Setelah
berhubung

dilakukan

tindakankeperawatan

an dengan ,

diharapkan nyeri

inflamasi

berkurang

pada

kriteria hasil

faring

dengan

Anak
bahwa

nyeri

berkurang
melaporkan

kebutuhan tidur dan


istirahat tercukupi
Anak

dapat

antipiretik
membantu

menurunkan panas.
Lakukan pengkajian a.
Mengetahui
nyeri secara

tingkat

nyeritermasuk

komprehensif

lokasi,

karakteristik,

termasuk

lokasi, durasi,

mampu

frekuensi,

faktor presipitasi

kualitas dan

faktor

presipitasi.
2. Ajarkan tentang T
ekniknon

farmakologi

untuk mengurangi

napas dalam)

Napas

dalam
salah

satu relaksasi
mengurangi ketegangan
dan membuat perasaan

3. Berikan

analgetik

untuk mengurangi
nyeri

nyeri.

b.

merupakan

farmakologi (seperti

menggunakan metode
non

Obat

karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas dan

melaporkan

Anak

1.

d.

lebih nyaman
c.

Analgetik

berguna

untuk

mengurangi

nyeri

sehingga
4. Tingkatkan istirahat
anak

pasien

menjadi lebih nyaman


d.

Istirahat

dapat

merileksasikan
sehingga
3. Ketidakefek Setelah

dilakukan

1. Kaji

dapat

mengurangi nyeri
status
a.
Dengan

tifan

perawatan,

pernafasan

mengkaji

bersihan

diharapakan bersihan

(kecepatan,

pernafasan maka akan

jalan nafas jalan

nafas

efektif

kedalaman,

serta

diketahui

status
tingkat

berhubunga
n

dengan

penumpuka
n

dengan kriteria hasil:

pergerakan dada).

pernafasan

Anak tidak batuk

adanya kelainan pada

Anak dapat bernpas

sistem pernafasan.

sekret dengan lega

(sputum)

dan

RR (u = 3 tahun) =
20-30 x/menit

b.
2. Auskultasi

adanya

suara

nafas

tambahan

(mis

mengi, krekels)

Bunyi

nafas

bertambah

sering

terdengar pada waktu


inspirasi dan ekspirasi
pada respon terhadap
pengumpulan cairan,
sekret

kental

dan

spasme jalan nafas


obstruksi.
c.

Pernafasan

dalam
3. Ajarkan pada klien

membatu

expansi paru maximal

untuk berlatih nafas

dan

batuk

tambahan dalam dan

merupakan

batuk efektif.

mekanisme

efektif

pembersihan silla.
d.

Cairan terutama

yang
4. Berikan
minuman
sedikitnya

klien

membantu di dalam

hangat

mengencerkan sekret

2500

cc/hari.
5. Kolaborasi
tim

dokter

pemberian,
pemberian

hangat

(bronkadilator).
e.

dengan

Expectorantme

mbantu

mengurangi

spasme

pada

dalam

bronchus

terapi

pengeluaran

sehingga

menjadi lancar.

sekret

expectorant
3. Ketidaksei

Setelah

dilakukan

mbangan

tindakan

ke-

nutrisi

perawatan selama 2

dan

broncodilatos.
1. Mengkaji
pola
makan pasien

nutrisi

berhubunga

pasienterpenuhi denga

yang

menyusun

2. Memberikan

menelan

Anak

menghabiskan 1 porsi
makanannya.
b.

menjaga kebersihan

mempermudah
c.

anak

Menghilangkan

rasa tidak enak pada

4. Memberikan
makanan
porsi

Mencukupi

untuk menelan

Berat bedan anak

rencana

kebutuhan nutrisidan

3. Menganjurkan
oral/mulut

normal

dan

kegiatan.

makanan lunak

b.
dapat

terjadi

memudahkan

dengan nkriteria hasil :

kesulitan a.

Untuk

mengetahui masalah

kurang dari x 24jam kebutuhan


kebutuhan

a.

dalam

kecil

tapi

mulut/lidah,dan dapat
meningkatkan

nafsu

makan

sering

d.

Untuk

mencukupi kebutuhan
nutrisi dan mencegah
4. Defisiensi

Setelah

diberikan

pengetahua

asuhan

keperawatan

selama waktu yang

keluarga

berhubunga

telah

tentang

direncanakan,

dengan diharapkanpengetahua

kurangnya

keluarga

terpajan

tentang

informasi

meningkat

pasien
imunisasi
dengan

Keluarga
mengerti

tingkat

pengetahuan
pasien
penyakit

anak

dan

penangananya
2. Beri

pasien

KIE

keluargatentang cara

tentang

pada anak seperti


beri

mual dan muntah


1.
Mengetahui
tingkat

penanganan demam

kriteria hasil:
-

1. Mengkaji

kompres

pengetahuan

keluarga

pasien

tentang penyakit anak


dan penanganannya.
2.

Menambah

pengetahuan
keluarga dan keluarga
mampu
kompres

memberi
hangat

penjelasan

yang

hangat.

ketika dirumah

diberikan
-

Keluaga

pasien

tampak tenang

DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 1. Jakarta :
EGC.
Bulecheck, Gloria M, dkk (Ed). 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) 6th Edition.
Missouri: Elsevier.
Carpenito, Lynda Jual. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 11. Jakarta: EGC
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000, Buku Ajar Ulmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan
Engel, Joyce. 2008. Pengkajian Pediatrik Edisi 4. Jakarta: EGC
Herdman, T. Heather (Ed). 2012. NANDA International: Nursing Diagnosis 2012-2014. Oxford:
Wiley
Kusuma, Hardhi, dkk. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis.
Yogyakarta : Media Action Publlishing
Mansjoer, Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid I FKUI : Media Aescukpius.
Moorhead, Sue, dkk (Ed). 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th Edition. Missouri:
Elsevier.
Potter, Patricia A. 1956. Pengkajian Kesehatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai