Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA Tn.

P
DENGAN MASALAH KESEHATAN UTAMA HIPERTENSI
DI DESA KARANGBAWANG RT 03 RW 03
REMBANG-PURBALINGGA

Disusun Oleh :
RIZKI PUJIANTO
190104082

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO
2019/2020
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga

1. Definisi Keluarga

Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat

oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga

selalu berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di

bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012).

Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit dari masyarakat dan

merupakan lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam

masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya dengan keluarga sangat

menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit layanan perlu di

perhitungkan.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu sebuah

ikatan (perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun adopsi),

tinggal dalam satu atap yang selalu berinteraksi serta saling ketergantungan.

2. Fungsi Keluarga

Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu : a. Fungsi

Afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk


pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak pada

kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Komponen

yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah

(Friedman, M.M et al., 2010) :

1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling

menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.

2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan

mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu

mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.

3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan sepakat

memulai hidup baru.

b. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat

individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan

menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal ini

keluarga dapat Membina hubungan sosial pada anak, Membentuk norma-

norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan Menaruh

nilai-nilai budaya keluarga.

c. Fungsi Reproduksi

Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya

manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk

memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk

keluarga adalah meneruskan keturunan.


d. Fungsi Ekonomi

Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota

keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan,

yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga

yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti

sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

3. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga

Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan keluarga dibagi

menjadi 8 :

a. Keluarga Baru (Berganning Family)

Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan

keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu membina hubungan intim yang

memuaskan, menetapkan tujuan bersama, membina hubungan dengan

keluarga lain, mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB, persiapan

menjadi orangtua dan memahami prenatal care (pengertian kehamilan,

persalinan dan menjadi orangtua).

b. Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing)

Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan

krisis keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain

yaitu adaptasi perubahan anggota keluarga, mempertahankan hubungan yang

memuaskan dengan pasangan, membagi peran dan tanggung jawab,


bimbingan orangtua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, serta

konseling KB post partum 6 minggu.

c. Keluarga dengan anak pra sekolah

Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan kebutuhan pada

anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kontak

sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya.

d. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)

Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan keluarga

seperti membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah,

mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual, dan

menyediakan aktifitas anak.

e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan terhadap

remaja, memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan perubahan sistem

peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh

kembang anggota keluarga.

f. Keluarga dengan anak dewasa

Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri

dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang

ada dalam keluarganya.


g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih banyak

waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan waktu santai,

memulihkan hubungan antara generasi muda-tua, serta persiapan masa tua.

h. Keluarga lanjut usia

Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti penyesuaian tahap

masa pensiun dengan cara merubah cara hidup, menerima kematian

pasangan, dan mempersiapkan kematian, serta melakukan life review masa

lalu.

4. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan

b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan

c. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang

sakit

d. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan

kesehatan

e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di

lingkungan setempat

B. Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah tinggi

secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan
diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan

suatu keadaan peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena

jantung bekerja lebih cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen

dan nutrisi di dalam tubuh (Koes Irianto, 2014).

Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya gangguan kardiovaskular.

Apabila tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan gagal ginjal, stroke,

dimensia, gagal jantung, infark miokard, gangguan penglihatan dan hipertensi

(Andrian Patica N Ejournal keperawatan volume 4 nomor 1, Mei 2016)

2. Jenis Hipertensi

Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri tetapi sering

dijumpai dengan penyakit lain, misalnya arterioskeloris, obesitas, dan diabetes

militus. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua

golongan yaitu (WHO, 2014) :

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui dengan

pasti apa penyebabnya. Para pakar menemukan hubungan antara riwayat

keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan resiko menderita penyakit ini.

Selain itu juga para pakar menunjukan stres sebagai tertuduh utama, dan

faktor lain yang mempengaruhinya. Faktor-faktor lain yang dapat

dimasukkan dalam penyebab hipertensi jenis ini adalah lingkungan, kelainan

metabolisme, intra seluler, dan faktor-faktor ynag meningkatkan resikonya

seperti obesitas, merokok, konsumsi alkohol, dan kelainan darah.


b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder

Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab khususnya sudah diketahui, yaitu

gangguan hormonal, penyakit diabetes, jantung, ginjal, penyakit pembuluh

darah atau berhubungan dengan kehamilan. Kasus yang sering terjadi adalah

karena tumor kelenjar adrenal. Garam dapur akan memperburuk resiko

hipertensi tetapi bukan faktor penyebab.

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa


Kategori Sistolik Diastoli
mmHg k
mmHg
Normal < 130 < 85
mmHg mmHg
Normal Tinggi 130-139 85-89
mmHg mmHg
Stadium 1 140-159 90-99
(HipertensiRingan) mmHg mmHg
Stadium 2 160-179 100-109
(HipertensiSedang) mmHg mmHg
Stadium 3 180-209 110-119
(HipertensiBerat) mmHg mmHg
Stadium 4 201 120
(HipertensiSangatBeratatauMaligna mmHg mmHg
) ataulebih ataulebi
h
Sumber : Heniwati, 2008

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi

a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol :

1) Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan wanita. Wanita

diketahui mempunyai tekanan darah lebih rendah dibandingkan pria

ketika berusia 20-30 tahun. Tetapi akan mudah menyerang pada wanita
ketika berumur 55 tahun, sekitar 60% menderita hipertensi berpengaruh

pada wanita. Hal ini dikaitkan dengan perubahan hormon pada wanita

setelah menopause (Endang Triyanto, 2014).

2) Umur

Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil akan berubah di

usia 20-40 tahun. Setelah itu akan cenderung lebih meningkat secara

cepat. Sehingga, semakin bertambah usia seseorang maka tekanan darah

semakin meningkat. Jadi seorang lansia cenderung mempunyai tekanan

darah lebih tinggi dibandingkan diusia muda (Endang Triyanto, 2014).

3) Keturunan (genetik)

Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap keluarga yang

telah menderita hipertensi sebelumnya. Hal ini terjadi adanya

peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara

potasium terhadap sodium individu sehingga pada orang tua cenderung

beresiko lebih tinggi menderita hipertensi dua kali lebih besar

dibandingan dengan orang yang tidak mempunyai riwayat keluarga

dengan hipertensi (Buckman, 2010).

4) Pendidikan

Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi tekanan darah.

Tingginya resiko hipertensi pada pendidikan yang rendah, kemungkinan

kurangnya pengetahuan dalam menerima informasi oleh petugas

kesehatan sehingga berdampak pada perilaku atau pola hidup sehat

(Armilawaty, Amalia H, Amirudin R., 2007).


b. Faktor resiko hipertensi yang dapat dikonrol

1) Obesitas

Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung kurangnya melakukan

aktivitas sehingga asupan kalori mengimbangi kebutuhan energi,

sehingga akan terjadi peningkatan berat badan atau obesitas dan akan

memperburuk kondisi (Anggara, F.H.D., & N. Prayitno, 2013).

2) Kurang olahraga

Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah untuk mengurangi

peningkatan tekanan darah tinggi yang akan menurunkan tahanan

perifer, sehigga melatih otot jantung untuk terbiasa melakuakn pekerjaan

yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu.

3) Kebiasaan merokok

Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini dikarenakan di

dalam kandungan nikotik yang dapat menyebabkan penyempitan

pembuluh darah.

4) Konsumsi garam berlebihan

WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat mengurangi

peningkatan hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah

tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram) (H.

Hadi Martono Kris Pranaka, 2014-2015).


5) Minum alkohol

Ketika mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan menyebabkan

peningkatan tekanan darah yang tergolong parah karena dapat

menyebabkan darah di otak tersumbat dan menyebabkan stroke.

6) Minum kopi

Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana dalam satu

cangkir kopi dapat meningkatakan tekanan darah 510 mmHg.

7) Kecemasan

Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang akan

meningkatkan frekuensi jantung, curah jantung dan resistensi vaskuler,

efek samping ini akan meningkatkan tekanan darah. Kecemasan atau

stress meningkatkan tekanan darah sebesar 30 mmHg. Jika individu

meras cemas pada masalah yang di hadapinya maka hipertensi akan

terjadi pada dirinya. Hal ini dikarenakan kecemasan yang berulang-ulang

akan mempengaruhi detak jantung semakin cepat sehingga jantung

memompa darah keseluruh tubuh akan semakin cepat.

C. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi

Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam

praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada

tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada


standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan

(WHO, 2014).

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan

melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk

menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan, yaitu sebagai berikut (Heniwati, 2008) :

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar

diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga.

Sumber informasi dari tahapan pengkaajian dapat menggunakan metode

wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik pada anggota

keluarga dan data sekunder.

Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :

a. Data Umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :

1) Nama kepala keluarga

2) Alamat dan telepon

3) Pekerjaan kepala keluarga

4) Pendidikan kepala keluarga

5) Komposisi keluarga dan genogram

6) Tipe keluarga

7) Suku bangsa
8) Agama

9) Status sosial ekonomi keluarga

10) Aktifitas rekreasi keluarga

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua

dari keluarga inti.

2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai tugas

perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala

mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan

pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat

kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap

pencegahan penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan

keluarga serta pengalamanpengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat

kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.

c. Pengkajian Lingkungan

1) Karakteristik rumah

2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

4) Sistem pendukung keluarga

d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara

berkomunikasi antar anggota keluarga.

2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga

mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.

3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota

keluarga baik secara formal maupun informal.

4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan norma

yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan kesehatan.

5) Fungsi keluarga :

a) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga,

perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga

terhadap anggota keluarga lain, bagaimana kehangatan tercipta pada

anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap

saling menghargai.

b) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi atau

hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar

disiplin, norma, budaya dan perilaku.

c) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh mana

keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta

merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan

keluarga mengenal sehat sakit. Kesanggupan keluarga dalam

melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan

keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu mampu


mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan

tindakan, melakukan perawatan kesehatan pada anggota keluarga yang

sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatan kesehatan dan

keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di

lingkungan setempat.

d) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana

kemampuan keluarga dalam mengenal, mengambil keputusan dalam

tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit, menciptakan

lingkungan yang mendukung kesehatan dan memanfaatkan fasilitas

pelayanan kesehatan yang ada.

6) Stres dan koping keluarga

a) Stressor jaangka pendek dan panjang

(1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 5 bulan.

(2) Stressorr jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.

b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor

c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan.

d) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi

permasalah

e) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa keluarga.

Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan

pemeriksaan fisik di klinik. Harapan keluarga yang dilakukan pada

akhir pengkajian, menanyakan harapan keluarga terhadap petugas

kesehatan yang ada.

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

Dari pengkajian asuhan keperawatan keluarga di atas maka diagnosa

keperawatan keluarga yang mungkin muncul adalah :

a. Manajemen keluarga tidak efektif, yaitu pola penanganan masalah kesehatan

dalam keluarga tidak memuaskan untuk memulihkan kondisi kesehatan

anggota keluarga.

b. Manajemen kesehatan tidak efektif, yaitu pola pengaturan dan pengintegrasian

penanganan masalah kesehatan ke dalam kebiasaan hidup sehari-hari tidak

memuaskan untuk mencapai status kesehatan yang diharapkan.

c. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif, yaitu ketidakmampuan

mengidentifikasi, mengelola dan atau menemukan bantuan untuk

mempertahankan kesehatan.

d. Kesiapan peningkatan koping keluarga yaitu pola adaptasi anggota keluarga

dalam mengatasi situasi yang dialami klien secara efektif dan menunjukkan

keinginan serta kesiapan untuk meningkatkan kesehatan keluarga dan klien.

e. Penurunan koping keluarga yaitu ketidakefektifan dukungan, rasa nyaman,

bantuan dan motivasi orang terdekat (anggota keluarga atau orang berarti)

yang dibutuhkan klien untuk mengelola atau mengatasi masalah kesehatan.


f. Ketidakberdayaan, persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan

mempengaruhi hati secara signifikan, persepsi kurang kontrol pada situasi saat

ini atau yang akan datang.

g. Ketidakmampuan koping keluarga, yaitu perilaku orang terdekat (anggota

keluarga) yang membatasi kemampuan dirinya dan klien untuk beradaptasi

dengan masalah kesehatan yang dihadapi klien.

Yang menjadi etiologi atau penyebab dari masalah keperawatan yang muncul

adalah hasil dari pengkajian tentang tugas kesehatan keluarga yang meliputi 5

unsur sebagai berikut :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi pada

anggota keluarga

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi

penyakit hipertensi

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi

d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan

yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi

e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna

perawatan dan pengobatan hipertensi

3. Membuat Perencanaan

Menurut Suprajitno perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan

khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar

yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan


yang berorientasi pada kriteria dan standar. Perencanaan yang dapat dilakukan

pada asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi ini adalah sebagai berikut :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi pada

keluarga.

Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan mengerti

tentang penyakit hipertensi.

Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi setelah tiga kali

kunjungan rumah.

Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit hipertensi.

Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala

penyakit hipertensi serta pencegahan dan pengobatan penyakit hipertensi secara

lisan.

Intervensi :

1) Jelaskan arti penyakit hipertensi

2) Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit hipertensi 3) Tanyakan

kembali apa yang telah didiskusikan.

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi

penyakit hipertensi.

Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui akibat lebih

lanjut dari penyakit hipertensi.

Tujuan : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota

keluarga dengan hipertensi setelah tiga kali kunjungan rumah. Kriteria :


Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat mengambil tindakan yang

tepat dalam merawat anggota keluarga yang sakit.

Standar : Keluarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana akibat

hipertensi dan dapat mengambil keputusan yang tepat.

Intervensi:

1) Diskusikan tentang akibat penyakit hipertensi

2) Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota

keluarga yang menderita hipertensi.

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi

Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat anggota

keluarga yang menderita penyakit hipertensi.

Tujuan : Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota

keluarga yang menderita hipertensisetelah tiga kali kunjungan rumah.

Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan

perawatan penyakit hipertensi

Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang

menderita penyakit hipertensi secara tepat.

Intervensi:
1) Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit hipertensi.

2) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah

raga khususnya untuk anggota keluarga yang menderita hipertensi.

d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan

yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi berhubungan.


Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang pengaruh

lingkungan terhadap penyakit hipertensi.

Tujuan : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang

penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali kunjungan rumah.

Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh

lingkungan terhadap proses penyakit hipertensi

Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi

penyakit hipertensi.

Intervensi :

1) Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan mengatasi

penyakit hipertensimisalnya :

a) Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya

benda yang tajam.

b) Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.

c) Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi

terjadinya iritasi.

2) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.

e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna

perawatan dan pengobatan hipertensi.

Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan fasilitas

pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.

Tujuan : Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat

untuk mengatasi penyakit hipertensisetelah dua kali kunjungan rumah.


Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus

meminta pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit hipertensi.

Standar : Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.

Intervensi : Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan

untuk perawatan dan pengobatan hipertensi.


DAFTAR PUSTAKA

Andrian Patica N. (E-journal keperawatan volume 4 nomor 1 Mei 2016). Hubungan


Konsumsi Makanan dan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Puskesmas Ranomut
Kota Manado.

Anggara, F.H.D., & Prayitno, N. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012.
Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKES MH. Thamrin. Jakarta. Jurnal
Ilmiah Kesehatan. 5 (1) : 20-25.

Armilawaty, Amalia H, Amirudin R. (2007). Hipertensi dan Faktor Resikonya Dalam


Kajian Epidemiologi. Bagian Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanudin Makasar.

Buckman. (2010). Apa yang Anda Ketahui Tentang Tekanan Darah Tinggi.
Yogyakarta: Citra Aji Parama.
Dina Savitri, S.ST. (2017). Cegah Asam Urat Dan Hipertensi. Yogyakarta: Healthy.

Friedman, M.M et al. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan
Praktik. Ed 5. Jakarta: EGC.
Heniwati. (2008). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan
Posyandu Lansia Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh Timur.
Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara.

H. Hadi Martono Kris Pranaka. (2014-2015). Geriatri Edisi ke-5. Jakarta: FKUI.

Irianto, Koes. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular, Panduan
Klinis. Bandung: Alfa Beta.

Mubarak, Wahid Iqbal. (2009). Ilmu Pengantar Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.

Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi


SecaraTerpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

WHO. (2014). Global Target 6:A 25% relative reduction in the prevalence of reise
blood pressure or contain the according to national circumstances

Wolf, II. (2008). Hipertensi. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai