PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas
kepalakeluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat
dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Bentuk keluarga merupakan pola manusia yang disadari oleh anggota
keluarga untuk dimasukkan ke dalam anggota keluarga (Potter dan Perry,
2005).Sekilas keluarga memiliki hal-hal yang umum, tetapi setiap bentuk
keluarga memiliki kekuatan dan permasalahan yang unik. Keluarga banyak
menghadapi tantangan seperti pengaruh kesehatan dan penyakit, perubahan
struktur keluarga dan lain lain.
Dalam teori sistem keluarga di pandang sebagai suatu sistem terbuka dengan
batas-batasnya. Sebuah sitem didefinisikan sebagai suatu unit kesatuan yang
diarahkan pada tujuan, dibentuk dari bagian-bagian yang berinteraksi dan
bergantungan satu dengan yang lainnya dan yang dapat bertahan dalam jangka
waktu tertentu. Teori sistem merupakan suatu cara untuk menjelaskan sebuah
unit keluarga sebagai sebuah unit yang berkaitan dan berinteraksi dengan sistem
yang lain (Harmoko, 2012).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi keluarga ?
2. Bagaimana macam-macam/ type keluarga?
3. Bagaimana struktur dan fungsi keluarga
4. Bagaimana tugas perkembangan keluarga?
5. Bagaimana asuhan keperawatan tahap dewasa?
C. TUJUAN
a. TUJUAN UMUM
Setelah proses pembelajaran diharapkan mahasiswa dapat memahami
dan mengetahui tentang konsep keluarga
b. TUJUAN KHUSUS
1. Untuk mengetahui definisi keluarga
2. Untuk mengetahui macam-macam/ type keluarga
3. Untuk mengetahui struktur dan fungsi keluarga
4. Untuk mengetahui tugas perkembangan keluarga
BAB II
PEMBAHASAN
1. Affection
a. Menciptakan suasana persaudaraan/menjaga perasaan
b. Mengembangkan kehidupan sexual dan kebutuhan sexual
c. Menambah anggota baru
2. Security and acceptance
a. Mempertahankan kebutuhan fisik
b. Menerima individu sebagai anggota
3. Identity and satisfaction
a. Mempertahankan motivasi
b. Mengembangkan peran dan self image
c. Mengidentifikasi tingkat sosial dan kepuasan aktivitas
4. Affiliation and companionship
a. Mengembangkan pola komunikas
b. Mempertahankan hubungan dan harmonis
5. Socialization
a. Mengenal kultur (nilai dan perilaku)
b. Aturan/pedoman hubungan internal dan eksternal
c. Melepas anggota
6. Controls
a. Mempertahankan control sosial
b. Adanya pembagian kerja
c. Penempatan dan menggunakan sumber daya yang ada
B. KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA DEWASA
Mereka akan beruapaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk
dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk
kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria
usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai persyaratan
pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.
Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin
hidup tenang, damai, dan bahagia ditengah-tengah masyarakat. Syarat-
syarat untuk menjadi warga negara yang baik harus dipenuhi oleh
seseorang, sesuai dengan norma sosial budaya yang berlaku di masyarakat
4. PERTIMBANGAN KESEHATAN
Dewasa awal umumnya aktif dan mempunyai masalah kesehatan utama
minimum. Akan tetapi gaya hidup mereka dapat menempatkan mereka pada
resiko penyakit atau kecacatan selama masa dewasa tengah atau akhir.
Dewasa awal mungkin juga rentan secara genetik terhadap penyakit kronis
tertentu seperti diabetes mellitus dan hiperkolesterolemia keturunan ( Price
dan Wilson, 1992). Penyakit crohn, radang kronis pada usus halus lebih
umum terjadi pada usia 15-35 tahun. Insiden infertalitas juga meningkat pada
masa sekarang yang mempengaruhi 15-20% dewasa sehat lain, banyak klien
infertile merupakan dewasa awal (Bobak dan Jensen, 1993)
1. Masalah Fisiologis
a. Faktor Resiko
Faktor risiko bagi kesehatan dewasa awal berasal dari komunitas, gaya
hidup dan riwayat keluarga. Faktor risiko ini mempunyai kategori
sebagai berikut ;
a. Kemiskinan
b. Keretakan keluarga
c. Penganiayaan
2. Pengabaian anak
3. Penyalahgunaan Zat
2. Gaya Hidup
Stres lama meningkatkan wear and fear pada kapasitas adaptif tubuh. Pola
latihan dapat mempengaruhi status kesehatan. Latihan yang dilakukan terus-
menerus meningkatkan frekuensi nadi selama 15 sampai 20 menit 3 kali
seminggu meningkatkan fungsi kardiopulmonal dengan menurunkan rata-
rata tekanan darah dan denyut jantung. Selain itu latihan menurunkan
kecenderungan mudah lelah insomnia, ketegangan dan iritabilitas. Perawat
harus melakukan pengkajian muskuloskletal secara menyeluruh, termasuk
mobilitas sendi dan tonus otot, dan pengkajian psikososial untuk
meningkatkan toleransi terhadap stres dalam menentukan efek-efek latihan.
3. Infertilitas
5. komplikasi
a. Pingsan : hipotensi yang menyebabkan tidak cukupnya darah yang
mengalir ke otak, sel-sel otak tidak meneri,a cukup oksigen dan
nutrisi-nutrisi. Sehingga mengakibatkan pening bahkan pingsan.
b. Stroke : hipotensi yang menyebabkan berkurangnya aliran darah
dan oksigen yang menuju otak sehingga mengakibatkan kerusakan
otak. Sehingga menimbulkan kematiain pada jaringan otak karena
arteri otak tersumbat (infark serebral) atau arteri pecah
(pendarahan).
c. Anemia : hipotensi pada tekanan darah 90/80 menyebabkan
produksi sel darah merah yang minimal atau produksi sel darah
merah yang rendah sehingga mengakibatkan anemia.
d. Serangan jantung : hipotensi yang mengakbatkan kurangnya
tekanan darah yang tidak cukup untuk menyerahkan dara ke arter-
arteri koroner (arteri yang menyuplai darah ke otot jantung)
seingga menyebabkan nyeri dada yang mengakibatkan serangan
jantung.
e. Gangguan ginjal : ketika darah yang tidak cukup dialirkan ke
ginjal-ginjal, ginjal-ginjal akan gagal untuk mengeliminasi
pembuangan-pembuangan dari tubuh yaitu urea, dan creatin, dan
peningkatan pada tingkat-tingkat hasil eliminasi didarah terjadi
(contohnya : kenaikan dari blood urea nitrogen atau BUN,dan
serum keratin.
f. Shock : tekanan darah yang rendah memacu jantung untuk
memompa darah lebihbanyak, kondisi tersebut yang mengancam
nyawa dimana tekanan darah yang gigih menyebabkan organ-organ
seperti ginjal , hati, jantung, dan otak untuk secara cepat.
6. Pemeriksaan penujang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan jika gejala-gejala
hipotensi terus menerus berulang namun sulit untuk
mendokumentasikan kelainan-kelainan dalam pembacaan tekanan
darah.Tes mungkin berguna dalam membedakan hipotensi ortostatik
dari gangguan lain yang hadir dengan gejala orthostasis,seperti sinkop
neurocardiogenic dan juga mengevaluasi bagaiman tubuh bereaksi
terhadap perubahan posisi.
Langkah-langkah yang dilakukan saat dilakukan pemeriksaan :
1. Tes ini dilakukan diruangan yang tenang dengan suhu 680F
hingga 750F(200C sampai 240C).
2. Pasien harus beristirahat sementara terlentang selama lima menit
sebelum tes dimulai.
3. Sewaktu tes pasien diikat diatas meja yang rata,kemudian meja
secara berangsur-angsur dimiringkan kesudut 70/80
derajat,pembacaan tekanan darah dan denyut jantung terus
menerus diambil.
4. Pasien dibiarkan diatas meja selama lebih dari 10 menit untuk
mencari perubahan-perubahan orthostatic tachycardia
syndrome.
Tes ini dianggap positif jika tekanan darah sistolik turun
20mmHg bawah dasar atau jika tekanan darah diastolik turun
10mmHg bawah baseline.Jika gejala terjadi selama
pengujian,pasien harus dikembalikan ke posisi terlentang segera.
7. Penatalaksanan
Perawatan untuk penderita hipotensi tergantung penyebabnya yaitu :
1. Hipotensi kronik
Hipotensi kronik jarang terdeteksi dari gejala. Hipotensi yang
tak bergejala pada orang-orang sehat biasanya tak memerlukan
perawatan. Dalam mengatasi hipotensi berdasarkan
penyebabnya yaitu dengan mengurangi atau menghilangkan
gejalanya.
a. Jika keluhan dirasakan klien saat keadaan diare terjadi,
maka klien dianjurkan untuk pemulihan kepada kebutuhan
cairannya, yang mempengaruhi atau mengurangi volume
darah, mengakibatkan menurunnya tekanan darah.
b. Kecelakaan atau luka yang menyebabkan pendarahan, akan
mengakibatkan kurangnya volume daran dan menurunkan
aliran darah, untuk itu yang dibutuhkan oleh penderita
adalah transfusi darah sesuai dengan yang dibutuhkan.
c. Adanya kelainan jantung bawaan seperti kelainan katup,
maka penderita harusmenjalani operasi jantung sesuai
indikasi dokter, ataupun menjalani pengobatan yang intensif
untuk tidak memperburuk keadaan penderitanya.
2. hipotensi ringan
Cara lain untuk mengatasi hipotensi, yaitu Menambahkan
elektrolit. Penambahan elektrolit untuk diet dapat meringankan
gejala dari hipotensi ringan.
a. Minum kopi. Dosis kafein dipagi dapat memberikan efek
karena kafein dapat memacu jantung untuk bekerja lebih
cepat
b. Pemberian posisi trendelenburg. Pada kasus hipotensi
rendah dimana pasien masih merespon dengan meletakkan
posisi kaki lebih tinggi dari pada punggung ( posisi
trendelenburg.) posisi itu akan meningkatkan aliran balik
vena, sehingga membuat banyak darah memenuhi organ-
organ yang membutuhkan seperti bagian dada dan kepala.
c. Klien yang sedang mengalami hipotensi, diharuskan banyak
istirahat, dan membatasi aktifitas fisiknya selama keadaan
ini.
d. Klien dengan hipotensi harus membiasakan diri untuk
mempunyai pola makan yang teratur dan mempunyai
makanan pelengkap , seperti susu untuk meningkatkan
stamina. Karena pada umumnya penderita hipotensi cukup
lemah dan mudah lelah.
e. Jika diperlukan misalnya pada klien dengan anemia maka
klien harus mengkonsumsi makanan yang mengandung zat
besi ataupun suplemen zat besi untuk meningkatkan sel-sel
darah merah darah yang menambah volume darah sehingga
dapat meningkatkan tekanan darah penderita.
f. Penderita hipotensi dianjurkan untuk rajin berolahraga
ringan, misal jogging, untuk melatih kerja jantung secara
teratur, dan melancarkan aliran darah keseluruh tubuh.
3. hipotensi simtomatik :
Hipotensi postural simtomatik dapat ditangani dengan
mengatur posisi tidur pasien dengan kepala lebih tinggi.
Fludrokortison, suatu mineralokortilkoid dapat juga berguna tapi
banyak pasien tidak mempunyai respon yang baik terhadap obat
ini dan obat obatan yang lain yang telah dicoba seperti
indometasin Penanganan hipotensi yang dilakukan sendiri
(lionel ginsberg,2005).
a. Perbanyak asupan cairan terutama air minum.
b. Tambahkan lebih banyak garam pada makanan, kecuali
sudah konsisi lain yang tidak memperbolehkannya.
c. Terarur berolahraga untuk membuat kondisi jantung dan
pembulu darah menjadi lebih sehat .
d. Berhenti merokok dan jauhi asap rokok orang lain (
Dr.Indra k.Muhtadi,2013)
D. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
b. Komposisi keluarga
c. Tipe keluarga
Tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan jenis
tipe keluarga tersebut
3. Data lingkungan
a. Karakteristik rumah
4. Struktur keluarga
a. Struktur peran
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi ekonomi
d. Fungsi sosialisasi
f. Fungsi religious
Total : 3 1/3
DAFTAR PUSTAKA
Dion & Yasinta. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika
Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Dilengkapi Aplikasi Kasus Askep
Keluarga Terapi Herbal dan Terapi Modalitas. Yogyakarta: Nuha Medika
Susanto, Tantut. 2012. Buku Ajar Keperawatan: Aplikasi Teori Pada Praktik Asuhan
Keperawatan Keluarga. Jakarta: TIM
Fredman, alih bahasa, Achir Yani. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset,
Teori & Praktik. Jakarta: EGC