Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas
kepalakeluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat
dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Bentuk keluarga merupakan pola manusia yang disadari oleh anggota
keluarga untuk dimasukkan ke dalam anggota keluarga (Potter dan Perry,
2005).Sekilas keluarga memiliki hal-hal yang umum, tetapi setiap bentuk
keluarga memiliki kekuatan dan permasalahan yang unik. Keluarga banyak
menghadapi tantangan seperti pengaruh kesehatan dan penyakit, perubahan
struktur keluarga dan lain lain.
Dalam teori sistem keluarga di pandang sebagai suatu sistem terbuka dengan
batas-batasnya. Sebuah sitem didefinisikan sebagai suatu unit kesatuan yang
diarahkan pada tujuan, dibentuk dari bagian-bagian yang berinteraksi dan
bergantungan satu dengan yang lainnya dan yang dapat bertahan dalam jangka
waktu tertentu. Teori sistem merupakan suatu cara untuk menjelaskan sebuah
unit keluarga sebagai sebuah unit yang berkaitan dan berinteraksi dengan sistem
yang lain (Harmoko, 2012).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi keluarga ?
2. Bagaimana macam-macam/ type keluarga?
3. Bagaimana struktur dan fungsi keluarga
4. Bagaimana tugas perkembangan keluarga?
5. Bagaimana asuhan keperawatan tahap dewasa?

C. TUJUAN
a. TUJUAN UMUM
Setelah proses pembelajaran diharapkan mahasiswa dapat memahami
dan mengetahui tentang konsep keluarga
b. TUJUAN KHUSUS
1. Untuk mengetahui definisi keluarga
2. Untuk mengetahui macam-macam/ type keluarga
3. Untuk mengetahui struktur dan fungsi keluarga
4. Untuk mengetahui tugas perkembangan keluarga
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR TEORI


1. DEFINISI KELUARGA
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang di hubungkan oleh
perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional dan social dari individu-individu yang ada di
dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk
mencapai tujuan bersama (friedman, 1998).
Keluarga sebagai perkumpulan dua atau lebih dari dua individu yang
tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi
satu sama lain dan di dalam peranannya masing- masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. (Effendy, 1998).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu
rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi.
Mereka saling berinteraksi satu dengan lainnya, mempunyai peran
masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya
(Bailon dan Maglaya, 1978) , dikutip dari Setyowati, 2008).
Pengertian keluarga akan berbeda satu dengan yang lainnya,
bergantung pada orientasi dan cara pandang yang digunakan sesorang
dalam mendefinisikannya. Ada beberapa pengertian penting tentang
keluarga, antara lain :
a. Menurut Bussard dan Ball (1966)
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat
hubungannya dengan seseorang.Di kelurga itu, sesorang dibesarkan,
bertempat tinggal, berintraksi satu dengan yang lain, dibentuknya
nilai-nilai, pola pemikiran, dan kebiasaannya, dan berfungsi sebagai
saksi segenap budaya luar, dan mediasi hubungan anak dengan
lingkungannya.
b. Menurur WHO (1969)
Keluaraga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan
melalui pertalian darah, adopsi, atau perkawinan.
c. Menurut Duval (1972)
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota keluarga.
d. Menurut Helvie (1981)
Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu
rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang
erat.
e. Menurut Depkes RI (1988)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
f. Menurut Bailon dan Maglaya (1989)
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena
hubungan darah, perkawinan dan adopsi, dalam satu rumah tangga
berintraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya.
g. Menurut UU No. 10 tahun 1992
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
suami, istri, atau suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau
ibu dan anaknya.
h. Menurut Sayekti (1884)
Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar
perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup
bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah
sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri ataupun
adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
i. Menurut Logan’s (1979)
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari beberapa
komponen yang saling berinteraksi satu denga yang lainnya.
j. Menurut Gillis (1983)
Keluaraga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks
dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen
yang masing-masing mempunyai sebagaimana individu.
k. Menurut Raisner (1980)
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau
lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang
terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, dan kakek nenek.
l. Menurut Johnson’s (1992)
Keluarga adalah adalah kumpulan dua orang atau lebih yang
mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat
dalam kehidupan yang terus menerus, yang tinggal dalam satu atap,
mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban anatara
satu orang dengan lainnya.
m. Menurut Spradley dan Allender (1996)
Keluaraga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama,
sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam
ikatan sosial, peran dan tugas.
n. Menurut Wall (1986)
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional serta mengidentifikasikan diri
mereka sebagai bagian dari keluarga.
o. Menurut Friedman (1998)
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional dan sosial dari individu-individu yang ada
didalamnya terlihat dari pola intraksi yang saling ketergantungan
untuk mencapai tujuan bersama.
p. Menurut Effendy (1998)
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih dari dua individu yang
tergabung karena hubungan darah, perkawinan atau pengangkatan
dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, beraintraksi satu sama
lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta
memepertahankan suatu kebudayaan.

Dari pengertian keluaraga diatas kelompok dapat menyimpulkan


bahwa keluaraga adalah sekelompok orang yang dihubungkan oleh
perkawinan, adopsi dan kelahiran yang tergabung karena hubungan
darah dan tinggal bersama dalam satu atap yang terdiri dari suami,
istri dan anak dan mempunyai peran masing-masing serta memiliki
ikatan emosional.
2. MACAM-MACAM BENTUK/TIPE KELUARGA
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai
macam pola kehidupan.Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga
dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui
berbagai tipe keluarga.
1. Menurut Friedman (1998)
a. Tipe keluarga tradisional
1) Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami,
istri, dan anak (kandung atau angkat)
2) Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga
lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya : kakek, nenek,
keponakan, paman, bibi.
3) Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari
suami dan istri tanpa anak.
4) “Single Parent”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu
orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini
dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
5) “Single Adult”, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri
seorang dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian
tinggal kost untuk bekerja atau kuliah).
b. Tipe keluarga non tradisional
1) The unmarriedteenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak
dari hubungan tanpa nikah.
2) The stepparent family
Keluarga dengan orang tua tiri
3) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi anak
dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anaak
bersama.
4) The non marital heterosexual cohibitang family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan.
5) Gay and lesbian family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana suami-istri (marital partners).
6) Cohibitng couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu.
7) Group-marrige family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu
termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
8) Group network family
Keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai-nilai, hidup
bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan,
dan tanggung jawab membesarkan anaknya.
9) Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau
saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga yang aslinya.
10) Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam
kehidupannya.
2. Menurut Anderson Carter
1) Keluarga inti (nuclear family), keluarga yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak-anak
2) Keluarga besar (extended family), keluarga inti ditambah dengan
sanak saudara, nenek, kakek, keponakan, sepupu, paman, bibi, dan
sebagainya.
3) Keluarga berantai (serial family), keluarga yang terdiri atas wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan keluarga
inti.
4) Keluarga duda atau janda (single family), keluarga ini terjadi karena
adanya perceraian atau kematian.
5) Keluarga berkomposisi, keluarga yang perkawinanya berpoligami
dan hidup secara bersama-sama.
6) Keluarga kabitas, dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi
membentuk satu keluarga.
3. Menurut Setiadi
a. Secara tradisional
1) Keluarga inti (nuclear family ) adalah keluarga yang hanya
terdiri dari ayah, ibu dn anak yang diperoleh dari
keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2) Keluarga besar (extended family), adalah keluarga inti
ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai
hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibi)
b. Secara Modern
1) Tradisional nuclear. Keluarga inti (ayah, inu, anak) tinggal
dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam
suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di
luar rumah.
2) Reconstituted Nuclear. Pembentukan baru dai keluarga inti
melalui perkawinan kembali suami atau istri, tinggal dalam
pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu
bawaan dari perkawinan yang lama maupun hasil dari
perkawinan baru, satu atau kkeduanya dapat bekerja di luar
rumah.
3) Niddle Age/Aging Couple. Suami sebagai pencari uang, istri
dirumah atau kedua-duanya bekerja di runmah, anak-anak
sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/karir.
4) Dyadic Nuclear. Suami istri sudah berumur dan tidak
mempunyai anak yang keduanya atau salah satunya bekerja di
luar rumah.
5) Single Parent. Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau
kematian pasangannya dan anak-anaknya data tinggal di rumah
atau diluar rumah.
6) Dual Carrier. Suami atau istri atau keduanya orang karir dan
tanpa anak.
7) Commuter Married. Suami atau istri atau keduanya orang
karir dan tinggal terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling
mencari pada waktu tertentu.
8) Single Adult. Wanita atau pria dewaa yang tinggal sendiri
dengan tidak adanya keinginan untuk kawin
9) Three Generation. Yaitu tiga generasi atau lebih yang tinggal
dalam satu rumah.
10) Institusional. Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa
tinggal dalam suatu panti.
11) Comunall. Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih
pasangan yang monogamy dengan anak-anaknya dan bersama-
sama dalam penyediaan fasilitas.
12) Group Marriage. Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua
dan keturunanya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap
individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah
orang tua dari anak.
13) Unmarried Parent and Child. Yaitu ibu dan anak
dimanaperkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.
14) Cohibing Couple. Dua orang atau satu pasangan yang hidup
bersama tanpa ikatan perkawinan.
15) Gay and Lesbian Family. Keluarga atau pasangan yang
dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.

3. STRUKTUR DAN FUNGSI KELUARGA


Struktur dan fungsi keluarga merupakan hubungan yang dekat dan adanya
interaksi yang terus menerus antar satu dengan yang lainnya/ struktur didasari
oleh organisasi keanggotaan dan pola hubungan yang terus menerus.Hubungan
dapat banyak dan komplek seperti seorang wanita bisa sebagai istri, sebagai
ibu, sebagai menantu dan lain-lain yang semua itu mempunyai kebutuhan,
peran dan harapan yang berbeda.Struktur keluarga adapat diperluas dan
dipersempit tergantung dari kemampuan keluarga tersebut untuk merespon
stressor yang ada dalam keluarga. Struktur didalam keluarga yang sangat kaku
dan fleksibel akan dapat meneruskan fungsi didalam keluarga (Friedman,
Bowden, & Jones (2003).
Menurut Friedman, Bowden, & Jones (2003) fungsi dalam keluarga
merupakan apa yang dikerjakan dalam keluarga, sedangkan struktur keluarga
meliputi proses yang digunakan dalam keluarga untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Proses ini meliputi komunikasi antar anggota keluarga, tujuan,
pemecahan konflik, pemeliharaan, dan penggunaan sumber internal dan
eksternal. Tujuan reproduksi, seksual, ekonomi dan pendidikan da;am keluarga
memerlukan dukungan secara psikologi antar anggota keluarga, apabila
dukungan tersebut tidak didapatkan maka akan menimbulkan konsekuensi
emosional seperti marah, depresi, dan prilaku yang menyimpang. Tujuan yang
ada didalam keluarga akan lebih mudah dicapai apabila terjadi komunikasi
yang jelas dan secara langsung. Komunikasi tersebut akan mempermudah
menyelesaikan konflik dan pemecahan masalah.
A. Struktur Keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga
melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat ada beberapa struktur
keluarga yang ada di Indonesia yang terdiri dari :
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur
ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur
ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
ibu`
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
ayah.
e. Keluarga kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
B. Ciri-ciri struktur keluarga
1) Terorganisasi : saling berhubungan, saling bergantungan antara
anggota keluarga.
2) Adanya keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi
mereka juga memiliki keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan
tugas masing-masing.
3) Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga memiliki
peran dan fungi masing-masing.

Salah satu pendekatan dalam asuhan keperawatan keluarga adalah


pendekatan structural fungsional. Struktur keluarga menyatakan bagaimana
keluarga disusun atau bagaimana unit-unit ditata dan saling terkait satu sama
lain. Beberapa ahli meletakkan struktur pada bentuk atau tipe keluarga,
namun ada juga yang meamndang struktur keluarga yang menggambarkan
subsistem-subsistemnya sebagai dimensi structural.

Struktur keluarga didasari oleh organisasi meliputi keanggotaan dan pola


hubungan yang terus menerus. Friedman, Bowden, & Jones (2003) membagi
struktur keluarga menjadi empat elemen, yaitu pola komunikasi, peran
keluarga, nilai dan norma keluarga, dan kekuatan keluarga.

1. Pola komunikasi keluarga


Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak,
hal ini bisa disebabkan oleh bebrapa factor yang ada dalam komponen
komunikasi seperti sender, chanel-media, massage, environment dan
receiver.Komunikasi dalam keluarga dapat berupa komunikasi secara
emosional, komunikasi verbal dan non verbal, komunikasi sirkular
(Wright&Leahey, 2000).
Komunikasi emosional memungkinkan setiap individu dalam
keluarga dapat mengekspresikan perasaan seperti bahagia, sedih, atau
marah diantar para anggota keluarga.Pada komunikasi verbal individu
dalam keluarga dapat mengungkapkan sesuatu yang diinginkan melalui
kata-kata yang dapat diiringi dengan adanya komunikasi non verbal yang
dapat berupa gerakan tubuh dalam penekanan sesuatu hal yang
diucapkannya dalam keluarga.Komunikasi sirkular mencakup sesuatu
yang melingkar dua arah dalam keluarga. Misalnya apabila istri marah
pada suami, maka suami akan melakukan klasifikasi kepada istri tentang
sesuatu yang membuat istri marah kepada suami (Wright & Leahey,
2000).
2. Pola peran keluarga
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan sehingga pada struktur peran bisa bersifat
formal atau informal.Posisi atau status dalam keluarga adalah posisi
individu dalam keluarga yang dapat dipandang oleh masyarakat sebagai
istri, suami, atau anak. Peran formal didalam keluarga merupakan
kesepakatan bersama yang dibentuk dalam suatu norma keluarga.
Peran didalam keluarga menunjukkan pola tingah laku dari semua
anggota didalam keluarga (Wright, 1984). Aldous (1978) dalam (Wright
& Leahey, 2000) peran dalam keluarga merupakan pola tingkah laku yag
konsisten terhadap suatu situasi didalam keluarga yang terjadi akibat
interaksi diantara aggota keluarga, seperti menyapu membersihkan
halaman rumah. Peran didalam keluarga sekarang ini terjadi
perubahan.Peran didalam keluarga dapat juga terjadi peran ganda
sehingga anggota keluarga dapat menyesuaikan peran tersebut.Peran
didalam keluarga dapat fleksibel sehingga anggota keluarga dapat
beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi.
3. Pola normal dan nilai keluarga
Nilai merupakan persepsi seseorang tentang sesuatu hal apakah baik
atau bermanfaat bagi dirinya.Norma adalah peran-peran yang dilakukan
manusia, berasal dari nilai budaya terkait.Norma mengarah sesuai
dengan nilai yang dianut oleh masyarakat, dimana norma-norma
dipelajari sejak dari kecil (DeLaune, 2002).Persepsi seorang tentang nilai
dipengaruhi nilai. Nilai mengarahkan respon seseorang terhadap nilai
orang lain. Nilai merefleksikan identitas seseorang sebagai bentuk dasar
evalusi diri. Nilai memberikan dasar untuk posisi seseorang pada
berbagai issue personal, professional, sosial, politik. Nilai yang
merupakan perilku motivasi diekspresikan melalui perasaan, tindakaan
dan pengetahuan.Nilai memberikan makna kehidupan dan meningkatkan
harga diri (DeLaune, 2002).
Nilai merupakan suatu system, sikap dan kepercayaan yang secara
sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya.
Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoma bagi
perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang
baik, menurut masyarakat berdasarkan system nilai dalam keluarga.
4. Pola kekuatan keluarga
Friedman, Bowden, & Jones (2003) kekuatan keluarga merupakan
kemampuan (potensial atau actual) dari individu untuk mengendalikan
atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kea rah positif.
Tipe struktur kekuatan kekuatan dalam keluarga antara lain: legitimate
power/ authority (hak untuk mengontrol) seperti orang tua terhadap anak,
referent power (seseorang yang ditiru), resource or expert power
(pendapat, ahli dan lain-lain), reward power (pengaruh kekuatan karena
adanya harapan yang akan diterima), coercive power pengaruh yang
dipaksakan sesuai keinginan), affective power (pengaruh yang diberikan
melalui manipulasi dengan cinta kasih misalnya hubungan sexual). Hasil
dari keturunan tersebut yang akan mendasari suatu proses dalam
pengendalian kepitusan dalam keluarga seperti konsesus, tawar menawar
atau akomodasi, kompromi atau de facto dan paksaan.
C. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga yang berhubungan dengan struktur
Friedman, Bowden, & jones (2003) fungsi keluarga yang berhubungan
dengan struktur keluarga adalah sebagai berikut:
1. Struktur egalisasi: masing-masing keluarga mempunyai hak yang
sama dalam menyampaikan pendapat (demokrasi)
2. Struktur yang hangat, menerima dan toleransi.
3. Struktur yang terbuka, dan anggota yang terbuka: mendorong
kejujuran dan kebenaran (honesty dan authenticity)
4. Struktur yang kaku: suka melawan dan tergantung pada peraturan.
5. Struktur yang bebas: tidak adanya peraturan yang memaksakan
(permissiveness)
6. Struktur yang kasar: abuse (menyiksa, kejam, dan kasar)
7. Suasana emosi yang dingin (isolasi, sukar berteman)
8. Disorganisasi keluarga (disfungsi individu, stress emosional).
Fungsi keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubugngan erat dengan fungsi internal keluarga,
yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna
untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan
fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari
seluruh anggota keluarga. Keluarga yang berhasil melaksanakan
fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan
konsep diri positif. Menurut ( Murwani, 2007 ) komponen yang perlu
dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah :
1) Saling mengasuh; cinta kasih, kehangatan, saling menerima,
saling mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih
sayang dan dukungan dari anggota yang lain. Maka,
kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan meningkat,
yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling
mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan modal
dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain diluar
keluarga/masyarakat.
2) Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif akan
tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga
dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada
berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus
mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak
anak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orang
tuanya. Fungsi afektif merupakan “sumber energi” yang
menentukan kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan
anak atau masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif didalam
keluarga tidak dapat terpenuhi.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial. Sosialisasi
dimulai sejak manusia lahir.Keluarga merupakan tempat individu
untuk belajar bersosialisasi.Keberhasilan perembangan individu dan
keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota
keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.Anggota keluarga belajar
disiplin, belajar norma-norma, budaya, dan perilaku melalui hubungan
dan interaksi keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan
menambah sumber daya manusia.Maka dengan ikatan suatu
perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis
pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk
meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan seluruh anggoat keluarga seperti memenuhi kebutuhan
akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan
sekarang kita lihat dengan penghasilan tidak seimbang antara suami
dan istri hal ini menjadikan permasalahan yang berujung pada
perceraian.
e. Fungsi Perawatan atau Pemeliharan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan
praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan
kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.Kemampuan
keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status
kesehatan keluarga.Kesanggupan keluarga melaksanakan
pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga
yang dilaksanakan.Keluarga yang dapat melaksanakan tugas
kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

Fungsi keluarga menurut Allender & Spardley (2001):

1. Affection
a. Menciptakan suasana persaudaraan/menjaga perasaan
b. Mengembangkan kehidupan sexual dan kebutuhan sexual
c. Menambah anggota baru
2. Security and acceptance
a. Mempertahankan kebutuhan fisik
b. Menerima individu sebagai anggota
3. Identity and satisfaction
a. Mempertahankan motivasi
b. Mengembangkan peran dan self image
c. Mengidentifikasi tingkat sosial dan kepuasan aktivitas
4. Affiliation and companionship
a. Mengembangkan pola komunikas
b. Mempertahankan hubungan dan harmonis
5. Socialization
a. Mengenal kultur (nilai dan perilaku)
b. Aturan/pedoman hubungan internal dan eksternal
c. Melepas anggota
6. Controls
a. Mempertahankan control sosial
b. Adanya pembagian kerja
c. Penempatan dan menggunakan sumber daya yang ada
B. KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA DEWASA

1. KARAKTERISTIK KELUARGA DEWASA


Menurut Hurlock (1991: 247-252), ciri-ciri umum perkembangan fase
usia dewasa awal sebagai berikut:

a. Masa pengaturan, usia dewasa awal merupakan saat ketika seseorang


mulai menerima tanggungjawab sebagai orang dewasa.
b. Usia reproduktif, usia dewasa awal merupakan masa yang paling
produktif untuk memiliki keturunan, dengan memiliki anak, mereka
akan memiliki peran baru sebagai orang tua.
c. Masa bermasalah, pada usia dewasa awal akan muncul masalah-
masalah baru yang berbeda dengan masalah sebelumnya,
diantaranya masalah pernikahan.
d. Masa ketegangan emosional, usia dewasa awal merupakan masa
yang memiliki peluang terjadinya ketegangan emosional, karena
pada masa itu seseorang berada pada wilayah baru dengan harapan-
harapan baru, dan kondisi lingkungan serta permasalahan baru.
e. Masa keterasingan sosial, ketika pendidikan berakhir seseorang akan
memasuki dunia kerja dan kehidupan keluarga. Seiring dengan itu,
hubungan dengan kelompok teman sebaya semakin renggang.
f. Masa komitmen, pada usia dewasa awal seseorang akan menentukan
pola hidup baru, dengan memikul tanggungjawab baru dan memuat
komitmen-komitmen baru dalam kehidupan.
g. Masa ketergantungan, meskipun telah mencapai status dewasa dan
kemandirian, ternyata masih banyak orang dewasa awal yang
tergantung pada pihak lain.
h. Masa perubahan nilai, jika orang dewasa awal ingin diterima oleh
anggota kelompok orang dewasa.
i. Masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru.
j. Masa kreatif, masa dewasa awal merupakan puncak
2. TUGAS PERKEMBANGAN
Sudah umum diakui bahwa suatu perkembangan tidak berhenti pada
waktu orang mencapai kedewasaan fisik pada masa remaja atau
kedewasaan sosial pada masa dewasa awal. Selama manusia berkembang
maka akan terjadi perubahan-perubahan yakni perkembangan-
perkembagan yang dialami oleh individu tersebut.

Perubahan tersebut terjadi pada fungsi biologis dan motoris, pengamatan


dan berpikir, motif-motif dan kehidupan afeksi, hubungan sosial serta
integrasi masyarakat. Perubahan fisik yang menyebabkan seseorang
bekurang harapan hidupnyadisebut proses menjadi tua. Proses ini
merupakan sebagian dari pada keseluruhan proses menjadi tua. Proses ini
banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor kehidupan bersama dan faktor
pribadi orang itu sendiri, yaitu regulasi diri sendiri.

Perkembangan dalam arti tumbuh, bertambah besar, mengalami


diferensiasi, yaitu sebagai proses perubahan yang dinamis pada masa
dewasa berjalan bersama keadaan menjadi tua. Dalam hal ini ada tiga
macam perubahan, yaitu dalam tubuh orang yang menjadi tua, dalam
kedudukan sosial, dan dalam pengalaman batinnya.

Berbagai perubahan ini terjadi selama hidup seseorang meskipun tidak


harus terkait pada usia tertentu secara eksak. Tempo dan bentuk akhir
proses penuaan berbeda-beda pada orang yang satu dengan orang yang
lain.

Seperti halnya sulit untuk menentukan kapan dimulainya fase dewasa,


begitu pula dirasa sulit untuk menunjukkan kapan dimulainya proses
menjadi tua. Hal itu sebetulnya tidak terlalu penting bila pendapat
mengenai orang lanjut usia tidak diwarnai oelh gambaran citra yang
negatif seperti yang ada pada masyarakat pada umumnya. (F.J. Monks.
2006. 323-324)

Berikut tugas perkembangan pada keluarga dewasa :

1. Mencari dan menemukan calon pasangan hidup

Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki


kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas
reproduksi, yaitu mampu melakukakn hubungan seksual denga lawan
jenisnya, asalkan memnuhi persyaratan yang sah (perkawinan yang resmi).
Untuk sementara waktu, dorongan biolohid tersebut mungkin akan ditahan
terlebih dahulu.

Mereka akan beruapaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk
dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk
kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria
usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai persyaratan
pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.

2. Membina kehidupan rumah tangga

Sikap yang mandiri merupakan langkah positif bagi mereka karena


sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memaasuki kehidupan rumah
tangga yang baru. Namun, lebih dari itu, mereka juga harus dapat
membentuk, membina, danmengembangkan kehidupan rumah tangga
dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup.

3. Meniti karir dalam rangkan memantapkan kehidupan ekonomi rumah


tangga

Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau


universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna
menerapkan ilmu dan keahliannya, mereka berupaya menekuni karier
sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki, sertamemberi jaminan masa
depan keuangan yang baik.

4. Menjadi warga negara yang bertanggung jawab

Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin
hidup tenang, damai, dan bahagia ditengah-tengah masyarakat. Syarat-
syarat untuk menjadi warga negara yang baik harus dipenuhi oleh
seseorang, sesuai dengan norma sosial budaya yang berlaku di masyarakat

3. PERAN PERAWAT PADA KELUARGA DEWASA


Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada
sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar
anggota keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa
tahapan atau kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapan mempunyai tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui
dengan sukses.
Perawat perlu memahami setiap tahapan perkembangan keluarga serta tugas
tugas perkembangannya. Hal ini penting mengingat tugas perawat dalam
mendeteksi adanya masalah keperawatan yang dilakukan terkait erat dengan
sifat masalah yaitu potensial atau aktual.

Tugas bantuan pelayanan kesehatan antara lain:

a. Nasehat meningkatkan hubungan antara anggota keluarga


b. Nasehat untuk hidup mandiri
c. Nasehat kepada anak dewasa yang akan memulai sebuah keluarga

4. PERTIMBANGAN KESEHATAN
Dewasa awal umumnya aktif dan mempunyai masalah kesehatan utama
minimum. Akan tetapi gaya hidup mereka dapat menempatkan mereka pada
resiko penyakit atau kecacatan selama masa dewasa tengah atau akhir.
Dewasa awal mungkin juga rentan secara genetik terhadap penyakit kronis
tertentu seperti diabetes mellitus dan hiperkolesterolemia keturunan ( Price
dan Wilson, 1992). Penyakit crohn, radang kronis pada usus halus lebih
umum terjadi pada usia 15-35 tahun. Insiden infertalitas juga meningkat pada
masa sekarang yang mempengaruhi 15-20% dewasa sehat lain, banyak klien
infertile merupakan dewasa awal (Bobak dan Jensen, 1993)

1. Masalah Fisiologis
a. Faktor Resiko

Faktor risiko bagi kesehatan dewasa awal berasal dari komunitas, gaya
hidup dan riwayat keluarga. Faktor risiko ini mempunyai kategori
sebagai berikut ;

1. Kematian dan Cedera karena kekerasan

Kekerasan adalah penyebab terbesar mortalitas dan


morbilitas pada populasi dewasa awal. Kematian dan cedera dapat
terjadi karena serangan fisik, kecelakaan kendaraan bermotor atau
kecelakaan lain dan usaha bunuh diri.

Pengkajian faktor yang mempredisposisi kekerasan yang


mengakibatkan cedera atau kematian, yaitu :

a. Kemiskinan
b. Keretakan keluarga
c. Penganiayaan
2. Pengabaian anak

Penting sekali bila seseorang perawat melakukan pengkajian


psikososial secara keseluruhan termasuk faktor seperti : pola perilaku,
riwayat penganiayaan fisik dan peyalahgunaan zat, pendidikan,
riwayat pekerjaan dan system pendukung sosial untuk mengetahui
faktor risiko terhadap kekerasan personal dan lingkungan.

3. Penyalahgunaan Zat

Penyalahgunaan zat secara langsung maupun tidak langsung


berperan terhadap mortalitas dan morbilitas pada dewasa awal.
Intoksikasi pada dewasa awal dapat menyebabkan cedera berat dalam
kecelakaan kedaraan bermotor yang dapat mengakibatkan kematian
atau kecacatan permanen. Penyalahgunan pada obat stimulan dan
depresan yang (“upper”) dapat menekan system kardiovaskuler dan
persyarafan yang dapat meluas sehingga menyebabkan kematian.

Penyalahgunaan zat tidak selalu dapat didiagosa, khususnya pada


tahap awal. Informasi yang penting mungkin diperoleh dengan
membuat pertanyaan yang spesifik tentang masalah medis di masa
lalu, perubahan masukan makanan, pola tidur atau masalah labilitas
emosi. Laporan penangkapan karena mengemudi saat intoksikasi,
penganiayaan istri dan anak atau perilaku yang melanggar peraturan
untuk memeriksa kemungkinan penyalahgunaan obat secara cermat
(Winger, Hofmam dan Woods, 1992).

4. Kehamilan yang tidak diinginkan

Kehamilan yang tidak direncanakan meskipun lebih umum terjadi


pada masa remaja, sebanyak 55% kemamilan terjadi pada wanita
dewasa awal dan tengah (Alan Guttmacher Institute). Kehamilan yang
tidak direncanakan dapat mempunyai efek fisik dan emosional jangka
panjang pada masa awal dewasa. Kehamilan yang tidak direncanakan
adalah sumber stress yang berkelanjutan. Sering kali dewasa awal
yang mempunyai tujuan pendidikan, karier dan mengutamakan
perkembangan keluarganya. Gangguan pada tujuan tersebut dapat
mempengaruhi hubungan masa depan dan hubungan orang tua-anak
nantinya.
5. Penyakit Menular Seksual (PMS)

Penyakit menular seksual yaitu sifilis, klamidia, gonore, herpes


genital dan AIDS. Penyakit sekual menular mempunyai efek yang
cepat seperti keluarnya rabas, ketidaknyamanan dan infeksi. PMS
juga memicu gangguan kronis yang diakibatkan penyakit herpes
genital, infertilitas yang diakibatkan gonore atau bahkan kematian
yang disebabkan AIDS. Penyakit ini dapat terjadi pada orang yang
aktif secara seksual dan diperkirakan hampir dua pertiga kasus PMS
terjadi pada individu berusia antara 15-24 tahun (Killion,1994).

6. Faktor Lingkungan dan Pekerjaan

Faktor lingkungan dan pekerjaan yang umum yaitu : paparan


terhadap partikel udara yang dapat menyebabkan penyakit paru dan
kanker. Penyakit paru yang termasuk silikosis berasal dari inhalasi
bedak atau debu silikon dan emfisema karena kanker disebabkan
paparan tentang pekarjaan dapat menyerang paru, hati, otak, darah
atau kulit. Pertanyaan tentang paparan pekerjaan terhadap bahan-
bahan berbahaya harus menjadi bagian rutin pengkajian perawat.

2. Gaya Hidup

Kebiasaan gaya hidup seperti merokok, stres, kurang large dan


higiene personal yang buruk meningkatkan risiko penyakit di masa depan.
Riwayat penyakit dalam keluarga seperti kardiovaskular, ginjal, endokrin
atau neoplastik meningkatkan risiko penyakit juga. Peran perawat dalam
meningkatkan kesehatan yaitu mengidentifikasi faktor yang meningkatkan
risiko masalah kesehatan pada dewasa awal.

Merokok adalah faktor risiko penyakit paru, jantung dan vaskular


yang diketahui dengan baik pada perokok dan orang yang menghisap asap
rokok. Inhalasi polutan rokok meningkatkan risiko kanker paru-paru,
emfisema dan bronkhitis kronis. Nikotin pada tembakau adalah
vasokontriktor yang bekerja pada arteri koroner, darah meningkatkan risiko
penyakit angina, infark miokard dan arteri koroner. Nikotin juga
menyebabkan penyempitan vasokonstriksi perifer dan memicu masalah
vaskular.

Stres lama meningkatkan wear and fear pada kapasitas adaptif tubuh. Pola
latihan dapat mempengaruhi status kesehatan. Latihan yang dilakukan terus-
menerus meningkatkan frekuensi nadi selama 15 sampai 20 menit 3 kali
seminggu meningkatkan fungsi kardiopulmonal dengan menurunkan rata-
rata tekanan darah dan denyut jantung. Selain itu latihan menurunkan
kecenderungan mudah lelah insomnia, ketegangan dan iritabilitas. Perawat
harus melakukan pengkajian muskuloskletal secara menyeluruh, termasuk
mobilitas sendi dan tonus otot, dan pengkajian psikososial untuk
meningkatkan toleransi terhadap stres dalam menentukan efek-efek latihan.

Pada semua kelompok usia, kebiasaan higiene personal pada dewasa


awal dapat menjadi faktor risiko. Meminjamkan peralatan makan dengan
seseorang yang mempunyai penyakit yang mudah menular meningkatkan
risiko penyakit. Higiene gigi yang buruk meningkatkan risiko penyakit
periodontal.

Riwayat penyakit dalam keluarga menempatkan dewasa awal pada


risiko berkembangnya penyakit pada masa dewasa tengah atau dewasa
akhir. Contohnya, seorang pria muda yang ayah dan kakek dari ayahnya
yang mempunyai infark miokard (serangan jantung), pada usia 50-an
mempunyai risiko infark miokard di masa depan. Adanya penyakit kronik
tertentu dalam keluarga meningkatkan risiko bagi anggota keluarga terhadap
perkembangan penyakit itu. Risiko penyakit keluarga jelas merupakan
penyakit herediter. Kurangnya kepatuhan untuk pemeriksaan skrining rutin
dapat menempatkan klien pada risiko penyakit berat karena kegagalan
deteksi dini.

3. Infertilitas

Infertilitas adalah ketidakmampuan konsepsi involunter pada pria, wanita


atau pasangan.
C. KONSEP DASAR MASALAH KESEHATAN
1. Definisi
Hipotensi atau tekanan darah rendah adalah suatu keadaan dimana
tekanan darah lebih rendah dari nilai 90/ 60 mmHg atau tekanan darah
cukup rendah, sehingga menyebabkan gejala – gejala seperti pusing dan
pingsan (A.J. Ramadhan, 2010).
Hipotensi atau tekanan darh rendah ,terjadi jika terdapat
ketidakseimbangan antara kapasitas vaskuler darah dan volume darah
atau jika jantung terlalu lemah untuk menghasilkan tekanan darah yang
dapat mendorong darah (Sherwood,2002).
2. Etiologi
Banyak orang memiliki tekanan darah sistolik di bawah 100,
tetapi beberapa orang mengalami gejala dengan tekanan yang rendah.
Gejala tekanan darah rendah terjadi karena satu atau lebih dari organ
tubuh tidak mendapatkan pasokan darah yang cukup. (Benjamin C.
Wedro, MD, FAAEM 2015).
Jika tekanan darah rendah menyebabkan gejala klinis,
penyebabnya akan berada di salah satu dari tiga kategori umum. Entah
jantung tidak memompa dengan tekanan yang cukup, dinding arteri
terlalu melebar, atau tidak ada cukup cairan intravaskular (pembuluh
intra = dalam + vaskular = darah) dalam sistem (Benjamin C. Wedro, MD,
FAAEM 2015).
1. Jantung
Jantung adalah pompa listrik. Masalah dengan baik pompa
atau listrik dapat menyebabkan masalah dengan tekanan darah
rendah.
Jika jantung berdetak terlalu cepat, tekanan darah bisa turun
karena tidak ada cukup waktu bagi jantung untuk mengisi di antara
setiap denyut (diastole). Jika jantung berdetak terlalu lambat,
mungkin ada terlalu banyak waktu yang dihabiskan di diastol
ketika darah tidak mengalir.
Jika otot jantung telah rusak atau jengkel, mungkin tidak ada
cukup kekuatan memompa untuk mempertahankan tekanan darah.
Dalam serangan jantung (infark miokard), otot jantung cukup
mungkin akan terkejut sehingga jantung terlalu lemah untuk
memompa secara efektif.
Katup jantung memungkinkan darah mengalir hanya satu arah.
Jika katup gagal, darah dapat memuntahkan mundur,
meminimalkan jumlah yang akan mengalir ke tubuh. Jika katup
menjadi menyempit (stenosis), maka aliran darah dapat menurun.
Kedua situasi dapat menyebabkan hipotensi. Lanjutkan membaca
2. Cairan intravascular
Ruang cairan di dalam pembuluh darah terdiri dari sel-sel
darah dan serum ( air , faktor pembekuan , bahan kimia , dan
elektrolit )
a. Dehidrasi , hilangnya air , mengurangi total volume dalam ruang
intravaskular ( dalam pembuluh darah ) . Hal ini dapat dilihat
pada penyakit dengan peningkatan kehilangan air . Muntah dan
diare adalah tanda-tanda kehilangan air .
1) Pasien dengan pneumonia atau infeksi saluran kemih ,
terutama orang tua , rentan terhadap dehidrasi .
2) korban Kembakaranbisa kehilangan sejumlah besar cairan
dari luka bakar mereka .
b. Perdarahan mengurangi jumlah sel darah merah dalam aliran
darah dan menyebabkan penurunan jumlah cairan di ruang
intravaskular dan tekanan darah rendah.
3. Patofisiologi
Tekanan Pada perubahan posisi tubuh misalnya dari tidur ke
berdiri maka tekanan darah bagian atas tubuh akan menurun karena
pengaruh gravitasi. Pada orang dewasa normal, tekanan darah arteri
rata-rata pada kaki adalah 180-200 mmHg. Tekanan darah
arterisetinggi kepala adalah 60-75 mmHg dan tekanan venanya 0.
Pada dasarnya, darah akan mengumpul pada pembuluh kapasitas vena
ekstremitas inferior 650 hingga 750 ml darah akan terlokalisir pada
satu tempat. Pengisian atrium kanan jantun gakan berkurang, dengan
sendirinya curah jantung juga berkurang sehingga pada posisi berdiri
akan terjadi penurunan sementara tekanan darah sistolik hingga
25mmHg, sedang tekanan diastolic tidak berubah atau meningkat
ringan hingga 10mmHg (Andhini Alfiani Putri F, 2012).
Penurunan curah jantung akibat pengumpulan darah pada
anggota tubuh bagian bawah akan cenderung mengurangi darah ke
otak. Tekanan arteri kepala akan turun mencapai 20-30mmHg.
Penurunan tekanan ini akan diikuti kenaikan tekanan persial CO2
(pCO2) dan penurunan tekanan persial O2 (pCO2) serta pH jaringan
otak (Andhini Alfiani Putri F, 2012).
Secara reflektoris, hal ini akan merangsang baroreseptor yang
terdapat didalam dinding dan hamper setiap arteri besar didaerah dada
dan leher, namun dalam jumlah banyak didapatkan dalam diding arteri
karotis interna, sedikit di atas bifurcation carotis, daerah yang dikenal
sebagai sinus karotikus dan dinding arkus aorta. Respon yang
ditimbulkan baroreseptor berupa peningkatan tahanan pembuluh darah
perifer, peningkatan tekanan jaringan pada otot kaki dan abdomen,
peningkatan frekuensi respirasi, kenaikan frekuensi denyut jantung
serta sekresi zat-zat vasoaktif. Sekresi zat vasoaktif berupa
katekolamin, pengaktifan system Renin-Angiostensin Aldosteron,
pelepasan ADH dan neurohipofisis. Kegagalan fungsi reflex
autonomy inilah yang menjadi penyebab timbulnya hipotensi
ortostatik, selain oleh factor penurunan curah jantung akibat berbagai
sebab dan kontraksi volume intravascular baik yang relative maupun
absolute. Tingginya kasus hipotensi ortostatik pada usia lanjut
berkaitan dengan :(Andhini Alfiani Putri F, 2012).
4. Manifestasi Klinis
Terhadat beberapa manifestasi dari beberapa Hipotensi :
a. Hipotensi, (Alo, 2014)
Jantung berdebar kencang dan tidak teratur, pusing, lemas,
mual, pinsan, pandangan buram dan kehilangan keseimbangan
b. Hipotensi Interadialisis, asympomatik hingga syok (Burton Etal,
2009)
Perasaan tidak nyaman pada perut, mual, muntah, menguap,
otot terasa kram, gelisah, pusing kecemasan.
c. Hipotensi Ortostatik, (Jeffrey B. Lanier,dkk, 2014)
Pusing hingga pingsan.

5. komplikasi
a. Pingsan : hipotensi yang menyebabkan tidak cukupnya darah yang
mengalir ke otak, sel-sel otak tidak meneri,a cukup oksigen dan
nutrisi-nutrisi. Sehingga mengakibatkan pening bahkan pingsan.
b. Stroke : hipotensi yang menyebabkan berkurangnya aliran darah
dan oksigen yang menuju otak sehingga mengakibatkan kerusakan
otak. Sehingga menimbulkan kematiain pada jaringan otak karena
arteri otak tersumbat (infark serebral) atau arteri pecah
(pendarahan).
c. Anemia : hipotensi pada tekanan darah 90/80 menyebabkan
produksi sel darah merah yang minimal atau produksi sel darah
merah yang rendah sehingga mengakibatkan anemia.
d. Serangan jantung : hipotensi yang mengakbatkan kurangnya
tekanan darah yang tidak cukup untuk menyerahkan dara ke arter-
arteri koroner (arteri yang menyuplai darah ke otot jantung)
seingga menyebabkan nyeri dada yang mengakibatkan serangan
jantung.
e. Gangguan ginjal : ketika darah yang tidak cukup dialirkan ke
ginjal-ginjal, ginjal-ginjal akan gagal untuk mengeliminasi
pembuangan-pembuangan dari tubuh yaitu urea, dan creatin, dan
peningkatan pada tingkat-tingkat hasil eliminasi didarah terjadi
(contohnya : kenaikan dari blood urea nitrogen atau BUN,dan
serum keratin.
f. Shock : tekanan darah yang rendah memacu jantung untuk
memompa darah lebihbanyak, kondisi tersebut yang mengancam
nyawa dimana tekanan darah yang gigih menyebabkan organ-organ
seperti ginjal , hati, jantung, dan otak untuk secara cepat.

6. Pemeriksaan penujang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan jika gejala-gejala
hipotensi terus menerus berulang namun sulit untuk
mendokumentasikan kelainan-kelainan dalam pembacaan tekanan
darah.Tes mungkin berguna dalam membedakan hipotensi ortostatik
dari gangguan lain yang hadir dengan gejala orthostasis,seperti sinkop
neurocardiogenic dan juga mengevaluasi bagaiman tubuh bereaksi
terhadap perubahan posisi.
Langkah-langkah yang dilakukan saat dilakukan pemeriksaan :
1. Tes ini dilakukan diruangan yang tenang dengan suhu 680F
hingga 750F(200C sampai 240C).
2. Pasien harus beristirahat sementara terlentang selama lima menit
sebelum tes dimulai.
3. Sewaktu tes pasien diikat diatas meja yang rata,kemudian meja
secara berangsur-angsur dimiringkan kesudut 70/80
derajat,pembacaan tekanan darah dan denyut jantung terus
menerus diambil.
4. Pasien dibiarkan diatas meja selama lebih dari 10 menit untuk
mencari perubahan-perubahan orthostatic tachycardia
syndrome.
Tes ini dianggap positif jika tekanan darah sistolik turun
20mmHg bawah dasar atau jika tekanan darah diastolik turun
10mmHg bawah baseline.Jika gejala terjadi selama
pengujian,pasien harus dikembalikan ke posisi terlentang segera.

7. Penatalaksanan
Perawatan untuk penderita hipotensi tergantung penyebabnya yaitu :
1. Hipotensi kronik
Hipotensi kronik jarang terdeteksi dari gejala. Hipotensi yang
tak bergejala pada orang-orang sehat biasanya tak memerlukan
perawatan. Dalam mengatasi hipotensi berdasarkan
penyebabnya yaitu dengan mengurangi atau menghilangkan
gejalanya.
a. Jika keluhan dirasakan klien saat keadaan diare terjadi,
maka klien dianjurkan untuk pemulihan kepada kebutuhan
cairannya, yang mempengaruhi atau mengurangi volume
darah, mengakibatkan menurunnya tekanan darah.
b. Kecelakaan atau luka yang menyebabkan pendarahan, akan
mengakibatkan kurangnya volume daran dan menurunkan
aliran darah, untuk itu yang dibutuhkan oleh penderita
adalah transfusi darah sesuai dengan yang dibutuhkan.
c. Adanya kelainan jantung bawaan seperti kelainan katup,
maka penderita harusmenjalani operasi jantung sesuai
indikasi dokter, ataupun menjalani pengobatan yang intensif
untuk tidak memperburuk keadaan penderitanya.
2. hipotensi ringan
Cara lain untuk mengatasi hipotensi, yaitu Menambahkan
elektrolit. Penambahan elektrolit untuk diet dapat meringankan
gejala dari hipotensi ringan.
a. Minum kopi. Dosis kafein dipagi dapat memberikan efek
karena kafein dapat memacu jantung untuk bekerja lebih
cepat
b. Pemberian posisi trendelenburg. Pada kasus hipotensi
rendah dimana pasien masih merespon dengan meletakkan
posisi kaki lebih tinggi dari pada punggung ( posisi
trendelenburg.) posisi itu akan meningkatkan aliran balik
vena, sehingga membuat banyak darah memenuhi organ-
organ yang membutuhkan seperti bagian dada dan kepala.
c. Klien yang sedang mengalami hipotensi, diharuskan banyak
istirahat, dan membatasi aktifitas fisiknya selama keadaan
ini.
d. Klien dengan hipotensi harus membiasakan diri untuk
mempunyai pola makan yang teratur dan mempunyai
makanan pelengkap , seperti susu untuk meningkatkan
stamina. Karena pada umumnya penderita hipotensi cukup
lemah dan mudah lelah.
e. Jika diperlukan misalnya pada klien dengan anemia maka
klien harus mengkonsumsi makanan yang mengandung zat
besi ataupun suplemen zat besi untuk meningkatkan sel-sel
darah merah darah yang menambah volume darah sehingga
dapat meningkatkan tekanan darah penderita.
f. Penderita hipotensi dianjurkan untuk rajin berolahraga
ringan, misal jogging, untuk melatih kerja jantung secara
teratur, dan melancarkan aliran darah keseluruh tubuh.
3. hipotensi simtomatik :
Hipotensi postural simtomatik dapat ditangani dengan
mengatur posisi tidur pasien dengan kepala lebih tinggi.
Fludrokortison, suatu mineralokortilkoid dapat juga berguna tapi
banyak pasien tidak mempunyai respon yang baik terhadap obat
ini dan obat obatan yang lain yang telah dicoba seperti
indometasin Penanganan hipotensi yang dilakukan sendiri
(lionel ginsberg,2005).
a. Perbanyak asupan cairan terutama air minum.
b. Tambahkan lebih banyak garam pada makanan, kecuali
sudah konsisi lain yang tidak memperbolehkannya.
c. Terarur berolahraga untuk membuat kondisi jantung dan
pembulu darah menjadi lebih sehat .
d. Berhenti merokok dan jauhi asap rokok orang lain (
Dr.Indra k.Muhtadi,2013)
D. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas kepala keluarga

b. Komposisi keluarga

komposisi keluarga biasanya nama, jenis kelamin, hubungan dengan


kk, dan imunisasi bagi balita dan disertai genogram keluarga tersebut

c. Tipe keluarga

Tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan jenis
tipe keluarga tersebut

d. Suku bangsa (etnis)

Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarga, tempat tinggala


keluarga, dan kegiatan keagamaan

e. Agama dan kepercayaan

Apakah anggota keluarga berbeda dalam praktek keyakinan


beragama mereka

f. Status social ekonomi

Status social ekonomi keluarga ditentukan berdasarkan tingkat


kesejahteraan keluarga.

g. Aktifitas rekreasi keluarga

Menonton tv bersama, kadang pergi sekeluarga untuk makan bakso ,


dll

2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga adalah mengkaji keluarga berdasarkan


tahap perkembangan keluarga berdasarkan duvall

b. Tahap perkembangan keluarga yang belu terpenuhi

Tahap ini ditentukan sampai dimana perkembangan keluarga saat ini


dan tahap apa yang belum dilakukan oleh keluarga serta kendalanya
c. Riwayat kesehatan inti

Yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-


masinganggota dan sumber pelayanan yang digunakan keluarga

d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

Disini diuraikan riwayat kepala keluarga sebelum membentuk


keluargasampai saat ini

3. Data lingkungan

a. Karakteristik rumah

b. Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal yang lebih luas

c. Mobilitas geografis keluarga

4. Struktur keluarga

a. Struktur peran

Peran masing – masing anggaota keluarga baik secara formal


maupun informal, model peran keluarga, konflik dalam pengaturan
keluarga

b. Nilai dan norma keluarga

Nilai dan norma yang dianut keluarga yang berhubungan dengan


kesehatan

c. Pola komunikasi keluarga

Cara komunikasi antar anggota keluarga, bahasa, frekuensi dan


kualitas komunikasi

d. Strukur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga dalam mengendalikan dan


mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilakuny

5. Fungsi keluarga

a. Fungsi ekonomi

b. Fungsi mendapatkan status social


c. Funsi pendidikan

d. Fungsi sosialisasi

e. Fungsi perawatan kesehatan

f. Fungsi religious

Menjelaskan tentang kegiatan keagamaan yang dipelajari dan


dijalankan oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan

No. Kriteria Skala Bobot Scoring Pembenaran

1. a. Sifat 3 1 2/3 x 1 Bila lansia tidak segera diatasi


masalah = 2/3 akan membahayakan lansia,
karena setiap hari lansia tinggal
ancaman
dirumah tanpa ada pengawasan
kesehatan

b. 2 2 2/2 x 2 Penyediaan sarana mudah dan


Kemungkinan =2 murah untuk dapat. (missal
masalah dapat sandal karet, keset). Perubahan
diubah:Mudah bias dilaksanakan, missal lantai
yang licin

c. Potensial 3 1 2/3 x 1 Keluarga mempunyai


masalah untuk = 2/3 kesibukan yang cukup tinggi,
diubah:cukup tetapi merawat orang
tuamerupakan tugas dan
pengabdian seorang anak. Lagi
pula mencegah lebih mudah
dan lebih murah dari pada
mengobati.

d. Menonjolnya 2 1 0/2 x 1 Keluarga merasa keadaan


masalah; =1 tersebut sudah berlangsung
masalah tidak lama dan lansia tidak pernah
dirasakan oleh jatuh yang menimbulkan
keluarga masalah.

Total : 3 1/3
DAFTAR PUSTAKA

Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga . Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Effendy.N .1998.Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2.


Jakarta; EGC

Friedman, M. M. 1998. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek.(Family nursing


teori and practice). Edisi 3. Alih bahasa Ina debora R. L. Jakarta: EGC

Dion & Yasinta. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika

Arista, Eka. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat Holistik Untuk Kebidanan.


Yogyakarta: Nuha Medika

Dion & Yasinta.2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep dan Praktik.


Yogyakarta: Nuha Medika

Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Dilengkapi Aplikasi Kasus Askep
Keluarga Terapi Herbal dan Terapi Modalitas. Yogyakarta: Nuha Medika

Susanto, Tantut. 2012. Buku Ajar Keperawatan: Aplikasi Teori Pada Praktik Asuhan
Keperawatan Keluarga. Jakarta: TIM

Fredman, alih bahasa, Achir Yani. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset,
Teori & Praktik. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai