Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga
pada umumnya adalah sistem pendukung yang paling penting karena keluarga
merupakan kelompok sosial terkecil dalam masyarakat. Dalam keluargalah semua
aktivitas dimulai. Dalam pengertian psikologis yang dikemukakan oleh Shochib
(2000), keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat
tinggal yang sama dan masing-masing anggota merasakan adanya ikatan batin
sehingga terjadi interaksi yang saling mempengaruhi serta saling memperhatikan
satu sama lain. Lebih jauh lagi, keluarga memberikan konteks sosial saat terjadinya
penyakit dan bagaimana penyakit tersebut diatasi. Konsekuensinya, keluarga
bertindak sebagai suatu unit utama di dalam pelayanan perawatan kesehatan
(Stanley, 2002).
Selain itu keluarga merupakan sentral pelayanan keperawatan karena keluarga
merupakan sumber kritikal untuk pemberian pelayanan keperawatan, intervensi
yang dilakukan pada keluarga merupakan hal penting untuk pemenuhan kebutuhan
individu (Achjar, 2010).
Bentuk keluarga merupakan pola manusia yang disadari oleh anggota keluarga
untuk dimasukkan ke dalam anggota keluarga (Potter dan Perry, 2005). Sekilas
keluarga memiliki hal-hal yang umum, tetapi setiap bentuk keluarga memiliki
kekuatan dan permasalahan yang unik. Keluarga banyak menghadapi tantangan
seperti pengaruh kesehatan dan penyakit, perubahan struktur keluarga dll.
Seorang perawat perlu mengetahui dan memiliki pemikiran yang terbuka
mengenai bentuk keluarga, sehingga sumber-sumber yang potensial dan kepedulian
menjadi tidak terlupakan. Pemahaman tentang konsep keluarga membantu seorang
perawat dalam menyediakan fondasi toritis untuk terapi keluarga dan pedoman
untuk melaksanakan keperawatan keluarga.

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, masalah yang dapat kami kaji dalam makalah ini
diantaranya:
1. Apakah yang dimaksud dengan keluarga?
2. Apa saja tipe atau bentuk keluarga?
3. Apa saja fungsi keluarga?
4. Bagaimanakah dimensi dan struktur keluarga?
5. Apa saja tahap-tahap keluarga?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami tentang Konsep Keluarga
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan memahami arti/definisi dari keluarga
2. Untuk mengetahui dan memahami tipe/bentuk dari keluarga
3. Untuk mengetahui dan memahami fungsi dari keluarga
4. Untuk mengetahui dan memahami dimensi dan struktur dari keluarga
5. Untuk mengetahui dan memahami tahap-tahap dari keluarga

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional, dan sosial, dari individu - individu yang ada di dalamnya
terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan
bersama (Friedman, 1998 dalam Achjar, 2010).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang
berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya (Ali, 2010).
Keluarga adalah sekelompok manuasia yang tinggal dalam satu rumah
tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat. (Helvie,
dalam Harmoko 2012).
Menurut Duvall dalam (Harmoko, 2012) konsep keluarga merupakan
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum: meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari
tiap anggota.Keluarga merupakan aspek terpenting dalam unit terkecil dalam
masyarakat, penerima asuhan, kesehatan anggota keluarga dan kualitas
kehidupan keluarga saling berhubungan, dan menempati posisi antara
individu dan masyarakat.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa definisi dari keluarga merupakan
sekumpulan orang yang terikat oleh ikatan perkawinan, darah serta adopsi
dan tinggal dalam satu rumah.

3
2. Tipe Keluarga
Berbagai bentuk dan tipe keluarga berdasarkan sumber dibedakan
berdasarkan keluarga tradisional dan keluarga non tradisional seperti:
a. Dalam (Sri Setyowati, 2007) tipe keluarga dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1) Tipe Keluarga Tradisional
a) Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu, dan anak-anak.
b) Keluarga Besar (Exstended Family) adalah keluarga inti ditambah dengan
sanak saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi,
dan sebagainya.
c) Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan
istri tanpa anak.
d) “Single Parent”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
(ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan
oleh perceraian atau kematian.
e) “Single Adult”, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang
dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk
bekerja atau kuliah).
2) Tipe Keluarga Non Tradisional
a) The Unmarriedteenege other
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah.
b) The Stepparent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
c) Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok atau membesarkan anak bersama.

4
d) The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
e) Gay And Lesbian Family
Seseorang yang mempunyai persamaan seks hidup bersama sebagaimana
suami istri (marital partners).
f) Cohibiting Couple
Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan karena
beberapa alasan tertentu.
g) Group-Marriage Family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat rumah tangga bersama
yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk seksual dan
membesarkan anaknya.
h) Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai-nilai, hidup bersama atau
berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang-barang
rumah tangga bersama, pelayanan, dan tanggung jawab membesarkan
anaknya.
i) Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara
di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
j) Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
k) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

5
b. Menurut Allender & Spradley (2001), tipe keluarga berdasarkan :
1) Keluarga Tradisional
a) Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri
dan anak kandung atau anak angkat.
b) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek,
paman dan bibi.
c) Keluarga Dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa
anak.
d) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan
anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau
kematian.
e) Single adult, rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa saja.
f) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang
berusia lanjut.
2) Keluarga Non Tradisional
a) Commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah
hidup serumah.
b) Orang tua (ayah/ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak yang
hidup bersama dalam satu rumah tangga.
c) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama
dalam satu rumah tangga.
c. Menurut Carter & Mc Goldrick (1998) dalam Setiawati dan Dermawan
(2005), tipe keluarga dibagi berdasarkan :
1) Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga
inti.
2) Keluarga berkomposisi, yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami
dan hidup secara bersama-sama.
3) Keluarga kabitas, yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan.

6
3. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau
sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga. Terdapat beberapa fungsi
keluarga menurut Friedman (1998); Setiawati & Dermawan (2005) yaitu:
a. Fungsi Afektif
Merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan pemeliharaan
kepribadian anggota keluarga terhadap kondisi dan situasi yang dialami tiap
anggota keluarga baik senang maupun sedih, dengan melihat bagaimana cara
keluarga mengekspresikan kasih sayang.
b. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada
anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini, dan meneruskan nilai-nilai
budaya keluarga. Bagaimana keluarga produktif terhadap sosial dan
memperkenalkan anak dengan dunia luar dengan belajar berdisiplin,
mengenal budaya dan norma melalui hubungan interaksi dalam keluarga
sehingga mampu berperan dalam masyarakat.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam
melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta
menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental dan spiritual,
dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali
kondisi sakit tiap anggota keluarga.
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek
asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan
atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam
memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga.
Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat
dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Tugas kesehatan keluarga
adalah sebagai berikut:
1) Mengenal masalah kesehatan.

7
2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
4) Memelihara / modifikasi lingkungan rumah yang sehat.
5) Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat.
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,
pangan, papan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana
keluarga. Mencari sumber penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga,
pengaturan penghasilan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
e. Fungsi Biologis
Fungsi biologis, bukan hanya ditujukan untuk meneruskan keturunan tetapi
untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi
selanjutnya.
f. Fungsi Psikologis
Fungsi psikologis, terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih sayang dan
rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas
keluarga.
g. Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan
pengetahuan, ketrampilan, membentuk prilaku anak, mempersiapkan anak
untuk kehidupan dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkatan
perkembangannya (Achjar, 2010).

Terdapat 8 fungsi keluarga dan berikut penjelasannya antara lain


(Wirdhana et al., 2013):
a. Fungsi Keagamaan
Fungsi keluarga sebagai tempat pertama seorang anak mengenal,
menanamankan dan menumbuhkan serta mengembangkan nilai-nilai agama,

8
sehingga bisa menjadi insan-insan yang agamis, berakhlak baik dengan
keimanan dan ketakwaan yang kuat kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Fungsi Sosial Budaya
Fungsi keluarga dalam memberikan kesempatan kepada seluruh anggota
keluarganya dalam mengembangkan kekayaan sosial budaya bangsa yang
beraneka ragam dalam satu kesatuan.
c. Fungsi Cinta dan Kasih Sayang
Fungsi keluarga dalam memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan
suami dengan istri, orang tua dengan anak-anaknya, anak dengan anak, serta
hubungan kekerabatan antar generasi sehingga keluarga menjadi tempat
utama bersemainya kehidupan yang punuh cinta kasih lahir dan batin.
d. Fungsi Perlindungan
Fungsi keluarga sebagai tempat berlindung keluarganya dalam
menumbuhkan rasa aman dan tentram serta kehangatan bagi setiap anggota
keluarganya.
e. Fungsi Reproduksi
Fungsi keluarga dalam perencanaan untuk melanjutkan keturunannya yang
sudah menjadi fitrah manusia sehingga dapat menunjang kesejahteraan umat
manusia secara universal.
f. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
Fungsi keluarga dalam memberikan peran dan arahan kepada keluarganya
dalam mendidikketurunannyasehingga dapat menyesuaikan kehidupannya di
masa mendatang.
g. Fungsi Ekonomi
Fungsi keluarga sebagaiunsur pendukung kemandirian dan ketahanan
keluarga.
h. Fungsi Pembinaan Lingkungan
Fungsi keluarga dalam memberi kemampuan kepada setiap anggota
keluarganya sehingga dapat menempatkan diri secara serasi, selaras, dan

9
seimbang sesuai dengan aturan dan daya dukung alam dan lingkungan yang
setiap saat selalu berubah secara dinamis.

Fungsi Pokok Keluarga menurut Effendy (1998) terdapat 3 fungsi pokok


Keluarga terhadap anggota keluarganya yaitu:
a. Asih
Adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada
anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang
sesuai dengan usia dan kebutuhannya.
b. Asuh
Memenuhi kebutuhan akan pemeliharaan dan perawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara, sehingga mampu menjadikan mereka anak-
anak yang sehat, baik fisik maupun mental, social dan spiritual.
c. Asah
Adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi manusia
dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.

4. Dimensi dan Struktur Keluarga


Struktur keluarga meliputi proses yang digunakan dalam keluarga untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Proses ini meliputi komunikasi antar
anggota keluarga, tujuan, pemecahan konflik, pemeliharaan, dan penggunaan
sumber internal / eksternal.
Struktur sebuah keluarga memberikan gambaran tentang bagaimana
suatu keluarga itu melaksanakan fungsinya dalam masyarakat. Menurut
Setiadi (2008), adapun macam-macam Struktur Keluarga diantaranya adalah:
a. Patrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

10
c. Matrilokal
Sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal
Sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
e. Keluarga Kawin
Hubungan suami-istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa
sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan
suami atau istri.

Friedman, Bowden, & Jones (2003) membagi struktur keluarga menjadi


4 elemen yaitu pola komunikasi, peran keluarga, nilai dan norma keluarga,
dan kekuatan keluarga.
a. Pola Komunikasi
1) Fungsional pengirim pesan (yakin mengemukakan pesan, jelas dan
berkualitas, meminta dan menerima umpan balik)
2) Fungsional penerima pesan (mendengarkan pesan, memberikan umpan
balik dan valid)
3) Disfungsional pengirim pesan (menyampaikan asumsi, ekspresi perasaan
yang tidak jelas, judgemental expression, komunikasi tidak sesuai)
4) Disfungsional penerima pesan (gagal mendengar, diskualifikasi, ofensif,
miskomunikasi, kurang/tidak valid)
b. Peran Keluarga
Peran Formal
1) Peran formal ayah-suami sebagai pencari nafkah, ibu-istri sebagai
pengelola rumah tangga.
2) Peran formal mulai berubah, ibu-istri sebagai pencari nafkah.
3) Peran formal : provider, pengurus RT, pengasuh anak, rekreasional, peran
pertemanan (memelihara hubungan dengan keluarga ayah dan ibu), peran
seksual, terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif pasangan/intim dewasa),
sosialisasi anak.

11
4) Belum bisa membedakan peran orang tua & peran pernikahan.
5) Peran orang tua berfokus pada interaksi orang tua-anak dan tanggung
jawab orang tua.
6) Peran pernikahan, interaksi suami-istri
7) Lebih banyak pada peran orang tua dan melupakan peran pernikahan.
Peran Informal
1) Pendorong : memuji, menyetujui, menerima kontribusi orang lain sehingga
merasa berharga.
2) Penyelaras : menengahi perbedaan yang ada di anggota keluarga misalnya
dengan melawak/melunakkan ketidaksepakatan.
3) Insiator-kontributor : mengusulkan ide, sebagai penggerak tindakan.
4) Negoisator : berasal dari salah satu yang berkonflik, mengalah /
menawarkan jalan tengah.
5) Penghalang : sikap cenderung negatif dengan menolak semua ide.
6) Dominator : mencoba memperkuat kewenangan.
7) Penyalah : pencari kesalahan.
8) Pengikut : sejalan dengan tindakan kelompok, misalnya sebagai
pendengar.
c. Nilai dan Norma Keluarga
1) Nilai adalah persepsi seseorang tentangg sesuatu hal apakah baik atau
bermanfaat bagi dirinya.
2) Nilai Keluarga merupakan pedoman perilaku dan pedoman bagi
perkembangan norma dan peraturan.
3) Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan
sistem nilai dalam keluarga.
4) Sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu.
d. Kekuatan Keluarga
1) Kekuatan keluarga : kemampuan (potensial atau aktual) dari individu untuk
mengendalikan atau mempengaruhi untuk mengubah perilaku orang lain
ke arah positif.

12
2) Hasil dari kekuatan tersebut akan mendasari proses dalam pengambilan
keputusan keluarga.
3) Pengambil keputusan (keuangan, pekerjaan, rekreasi, mendisiplinkan
anak).
4) Teknik pengambilan keputusan.
5) Variabel yg mempengaruhi pengambilan keputusan (hierarki kekuatan
keluarga, tipe keluarga, gender, usia, budaya, kelas sosial).

5. Tahap-tahap Keluarga
a. Tahap I, keluarga pemula atau pasangan baru
Tugas perkembangan keluarga pemula antara lain membina hubungan yang
harmonis dan kepuasan bersama dengan membangun perkawinan yang saling
memuaskan, membina hubungan dengan orang lain dengan menghubungkan
jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan kehamilan dan
mempersiapkan diri menjadi orang tua.
b. Tahap II, keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30
bulan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap dua yaitu membentuk keluarga
muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan
dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan.
c. Tahap III, keluarga dengan anak prasekolah (anak tertua berumur 2-6 tahun)
Tugas perkembangan keluarga tahap III yaitu memenuhi kebutuhan anggota
keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru
sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan
hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai
dan norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga, menanamkan
keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.

13
d. Tahap IV, keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap IV yaitu mensosialisasikan anak
termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan
dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga,
membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas
sekolah.
e. Tahap V, keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13 - 20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap V yaitu menyeimbangkan
kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan
mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara
terbuka antara orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan
kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi
terbuka dua arah
f. Tahap VI, keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak
pertama sampai terakhir yang meninggalkan rumah)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap VI yaitu memperluas siklus
keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapat melalui
perkawinan anak-anak, melanjutkan untuk memperbaharui hubungan
perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami
maupun istri, membantu anak mandiri, mempertahankan komunikasi,
memperluas hubungan keluarga antara orang tua dengan menantu, menata
kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan anak.
g. Tahap VII, orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap VII yaitu menyediakan lingkungan
yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan yang memuaskan
dan penuh arti para orang tua dan lansia, memperkokoh hubungan
perkawinan, keintiman, merencanakan kegiatan yang akan datang,
memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan, tetap menjaga
komunikasi dengan anak- anak.

14
h. Tahap VIII, keluarga dalam masa pensiun dan lansia.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap VIII yaitu mempertahankan
pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan tahap pendapatan yang
menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri
terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar
generasi, meneruskan untuk memahami ekstensi mereka, saling member
perhatian yang menyenangkan antar pasangan, merencanakan kegiatan untuk
mengisi waktu tua seperti berolahraga, berkebun, mengasuh cucu.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan,
adopsi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya
yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial, dari
individu - individu yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling
ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama (Friedman, 1998 dalam Achjar,
2010:1).
B. Saran
1. Keluarga diharapkan dapat mengenal masalah, mengambil keputusan, merawat
keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada dalam menghadapi masalah kesehatan yang ada di keluarga.
2. Petugas kesehatan khususnya petugas puskesmas diharapkan lebih tanggap terhadap
masalah kesehatan yang ada di keluarga di wilayah kerja puskesmas.
3. Institusi pendidikan diharapkan dapat meningkatkan pelaksanaan praktek
keperawatan keluarga sehingga nantinya mahasiswa dapat menerapkan asuhan
keperawatan keluarga dengan lebih baik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, Henny. (2010). Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta:


Sagung Seto
Ali, Zaidin. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC
Allender, J.A dan Spradley, B.W. (2001). Community Health Nursing: Concepts and
Practice 5th Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Friedman, M.M., Bowden, V.R., Jones, E.G. (2003). Family Nursing: Research,
Theory & Practice 5th Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Mubarak, Wahid Iqbal. (2009). Ilmu Pengantar Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.
Setiadi. (2008). Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu
Setyowati, Sri. (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga. Konsep dan Aplikasi Kasus.
Jogjakarta: Mitra Cendikia
Stanhope, M., & Lancaster, J. (2004). Community & Public Health Nursing 6th
Edition. Missouri: Mosby Elsivier Inc.

17

Anda mungkin juga menyukai