PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan yang berkualitas mempunyai arti bahwa pelayanan
yang diberikan kepada individu, keluarga ataupun masyarakat haruslah baik
(bersifat etis) dan benar (berdasarkan ilmu dan hukum yang berlaku). Hukum yang
mengatur praktik keperawatan telah tersedia dengan lengkap, baik dalam bentuk
undang-undang kesehatan, maupun surat keputusan Menkes tentang praktik
keperawatan.
Kesehatan merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap manusia, hal ini
tercermin dari banyaknya jumlah penderita yang datang ke pelayanan kesehatan
untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan, mereka datang dari berbagai
golongan yang berbeda, mulai dari golongan ekonomi kelas tingi hingga ekonomi
kelas bawah.
Dengan banyaknya pelayanan kesehatan saat ini menyebabkan berbagai
pelayanan memberikan service yang lebih memuaskan pelanggan, hal ini
menyebabkan tingginya tarif rumah sakit yang tidak mampu ditanggung oleh
masyarakat biasa.
Homecare adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan
komprehensif yang diberikan kepada perorangan dan keluarga di tempat tinggal
pasien yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan, mempertahankan, atau
memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan
meminimalkan akibat dari penyakit (DepKese, 2002). Biasanya seseorang akan
mengeluh jika terlalu lama berada di rumah sakit. Dengan hadirnya program
homecare ini diharapkan dapat menjadi salah satu pelayanan kesehatan yang bisa
dilakukan di luar rumah sakit. Homecare bisa disebut juga pelayanan kesehatan di
rumah. Akan ada pelatihan terhadap anggota keluarga yang dilakukan oleh staf atau
tim kesehatan. Pelayanan kesehatan ini menjadikan seseorang dan keluarganya
sebagai pelaku yang berperan dalam merencanakan kegiatan pelayanan. Ada
berbagai macam lingkup praktik keperawatan mandiri ini, diantaranya asuhan
keperawatan perinatal, asuhan keperawatan neonatal, asuhan keperawatan anak,
1
asuhan keperawatan dewasa, asuhan keperawatan maternitas serta asuhan
keperawatan jiwa
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian home care di rumah sakit pemerintah dan swasta?
2. Bagaimana kendala / masalah yang sering ditemui dalam menjalankan home
care di rumah sakit pemerintah dan swasta?
3. Apa persyaratan pendirian home care berbasis rumah sakit pemerintah dan
swasta?
4. Bagaimana keuntungan / manfaat adanya home care di rumah sakit pemerintah
dan swasta?
5. Apa perbedaan home care di rumah sakit dengan home care mandiri?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian home care di rumah sakit pemerintah dan swasta
2. Mengetahui kendala / masalah yang sering ditemui dalam menjalankan home
care di rumah sakit pemerintah dan swasta
3. Mengetahui persyaratan pendirian home care berbasis rumah sakit pemerintah
dan swasta
4. Mengetahi keuntungan / manfaat adanya home care di rumah sakit pemerintah
dan swasta
5. Mengetahi perbedaan home care di rumah sakit dengan home care mandiri
D. Manfaat
Mahasiswa mampu memahami mengenai pelaksanaan home care di RS Pemerintah
dan RS swasta sehingga dapat mengaplikasikannya didunia kerja
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
profesional dibantu tenaga non profesional, di bidang kesehatan maupun non
kesehatan (Depkes, 2002).
4
1. Menetapkan strategi MIA ( Mission, Innovation, and Autonomy) untuk
mengatasi hambatan internal
a. M =Mission
Antara agen/unit home care dan rumah sakit harus saling bersinergi dan
mempunyai kesamaan pandangan dalam hal :
1) Meningkatkan kunjungan klien, dimana bersama-sama berusaha
secara aktif dan proaktif, sehingga akan mampu meningkatkan
kepuasan pelanggan dalam pelayanan program HHC sehingga akan
berdampak pada peningkatan kunjungan ke rumah sakit (klien rawat
jalan)
2) Penghematan biaya; HHC didesain untuk memaksimalkan
penghematan biaya rumah sakit dengan menurunkan Lenght of stay
(LOS).
b. I =Innovation
Agensi/unit Hospital-Based Home Care harus dapat mendorong
menciptakan inovasi-inovasi terbaru berkaitan dengan pemasaran dan
pelayanan. Dalam konteks ini Rumah Sakit harus mendukung kegiatan
HHC tersebut dengan memberikan reward yang positif dan memadai.
Ada dua prinsip yang harus dipegang untuk mengembangkan hal
tersebut adalah :
1) Jika RS memiliki program inovasi yang dapat diimplementasikan
tanpa mengganggu operasional HHC, maka sebaiknya unit HHC
mengadaptasi program RS tersebut
2) Dan sebaliknya jika agensi/unit HHC memiliki proses dan sistem
inovasi sendiri dan tidak mengganggu sistem RS, maka RS sebaiknya
mengadaptasi sistem HHC tersebut.
c. A = Autonomy
Karena dalam mengembangkan program HHC mengandung unsur
bisnis (profit oriented), maka sebaiknya pengelola HHC diberi otonomi
dalam mengembangkan tehnik-tehnik euntrepreneurship
(kewirausahaan), oleh karena itu sebaiknya yang menjadi administratur
HHC adalah seorang euntrepreneur. Dengan demikian akan mampu
5
mengingkatkan penampilan HHC yang professional. Untuk mengatasi
hambatan eksternal, direkomendarisakan 4 hal yang perlu diperhatikan :
1) Administrator harus memastikan semua informasi yang dibutuhkan
oleh staff dan tersedia dengan lengkap, meliputi akunting, laporan
pelayanan,dan monitor produktifitas pelayanan.
2) Untuk meningkatkan efisiensi operasional HHC, maka pengelola
HHC harus mampu mengembangkn sistem pembiayaan yang efektif
dan efisien (dihitung berdasarkan unit cost/kunjungan)
3) Program HHC harus mampu menciptakan sistem referal (rujukan)
sebagai upaya mengembangkan net-working yang mendukung
peningkatan kunjungan ke HHC.
4) Kunci sukses yang paling penting adalah menciptakan
service/pelayanan yang berorientasi pada customers/pelanggan. Oleh
karena orientasi kalkulasi bisnis harus berubah dari :
Keuntungan (profit) = Revenue – Biaya (cost)
Menjadi :
Long term profit (dari cutomer yang puas) - Biaya = Profit plus
a. Perizinan
Mekanisme perizinan pendirian home care sebagai berikut : Berbadan hukum yg
ditetapkan dlm akte notaris Mengajukan ijin usaha Home care kpd Dinkes
Kab/Kota setempat dg melampirkan :
1) Rekomendasi dari PPNI
2) Ijin lokasi bangunan
3) Ijin lingkungan
4) ijin usaha
5) Persyaratan tata ruang bangunan meliputi :
a) ruang direktur
6
b) ruang menajemen pelayanan
c) gudang sarana dan peralatan
6) sarana komunikasi
7) sarana transportasi
8) Ijin persyaratan tenaga meliputi ijin praktek profesi dan sertifikasi home care
9) Daftar tarif dibuat berdasarkan dengan memperhatikan standar harga di
wilayah tempat berdirinya home care dengan memperhatikan golongan
ekonomi lemah Sarana dan Prasarana, meliputi set alat yang sering dipakai
seperti perawatan luka, perawatan bayi, nebulizier, aksigen, suction dan juga
peralatan komputer dan perlengkapan kantor.
10) Format askep, meliputi format register, pengkajian, tindakan, rekap
alat/bahan yang terpakai, evaluasi dari perawat ataupun dari pasien/keluarga.
Form informed consent, meliputi persetujuan tindakan dari pasien dan
keluarga, persetujuan pembiayaan dan keikutsertaaan dalam perawatan.
11) Surat Perjanjian kerjasama antara profesi lain seperti misalnya fisioterapi,
dokter, laboratorium, radiologi dan juga dinas sosial. Transportasi terutama
untuk perawat home care dan juga transportasi pasien bila sewaktu-waktu
perlu rujukan ke rumah sakit atau tempat pelayanan lainnya. Sistem
gaji/upah personil home care. Sistem ini harus lebih berorientasi pada
kepentingan perawat pelaksana bukan keuntungan manajemen semata.
Sistem penggajian bisa dalam bentuk bulanan atau dibuat dalam setiap kali
selesai merawat pasien.
2. Fase Implementasi
Case manager menugaskan surveyor untuk melakukan pengkajian kebutuhan
klien dan perawat pelaksana untuk merawat klien. Hasil pengkajian awal sebagai
referensi untuk merencanakan kebutuhan klien selanjutnya dan dibuat
kesepakatan dengan keluarga (waktu, biaya dan sistem perawatan yg dipilih).
Surveyor memantau pelaksanaan pelayanan keperawatan oleh perawat
pelaksana.
7
3. Fase Terminasi
Perawat menyelesaikan tugas sesuai kontrak yg disepakati surveyor
menyerahkan rekap peralatan dan biaya selama perawatan. Kolektor melak
kunjungan ke klg untuk penyelesaian administrasi.
4. Fase Pasca Kunjungan
Evaluasi pelayanan home care pada pasien/keluarga dengan:
a) Angket
b) Pertelepon
c) lewat email
d) Kunjungan Mengenai : pelayanan perawatan, komunikasi, sarana, dll
8
biasanya adalah kalangan menengah ke bawah. Di Amerika hal ini dilakukan
oleh Visiting Nurse (VN)
2. Institusi Swasta
Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dalam bentuk praktik
mandiri baik perorangan maupun kelompok yang menyelenggarakan pelayanan
HC dengan menerima imbalan jasa baik secara langsung dari klien maupun
pembayaran melalui pihak ke tiga (asuransi).Sebagaimana layaknya layanan
kesehatan swasta, tentu tidak berorientasi “not for profit service”
9
a. Kemudahan (untuk dihubungi , untuk mendapatkan informasi, untuk
membuat janji)
b. Selalu tepat janji, penting untuk membina kepercayaan masyarakat pada
institusi HC
c. Sesuai dengan standar yang telah di tetapkan, hal ini merupakan ciri
professional
d. Bersifat responsive terhadap keluhan, kebutuhan dan harapan klien
e. Mengembangkan hubungan kerja sama secara internal dan eksternal untuk
memperbaiki kualitas layanan.
10
5) skin integrity
6) tissue perfusion
7) bowel elimination
8) urinary elimination
d Komponen psikologis
1) Cognitive
2) Coping
3) role relationship
4) self concept
11
mental, keterbatasan pengetahuan dan kurangnya kemauan menuju kepada
kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.
Praktik keperawatan sudah di atur dalam surat keputusan Menteri
Kesehatan No.1239 tentang registrasi dan praktik keperawatan yang mengatur
hak, kewajiban, dan kewajiban perawat, tindakan-tindakan keperawatan yang
dapat dilakukan oleh perawat dalam menjalankan praktiknya, dan persyaratan
praktik keperawatan dan mekanisme pembinaan dan pengawasan. Sekarang
rancangan undang-undang tentang praktik keperawatan sudah di usulkan ke
DPR untuk mendapatkan pengesahan.
12
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Home care merupakan bagian integral dari pelayanan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu individu, keluarga dan masyarakat
mencapai kemandirian dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang mereka
hadapi.
Institusi home care dibedakan menjadi dua. Pertama adalah hospital home
care yang dikelola oleh rumah sakit dan kebanyakan pasien yang dilayani adalah
pasien pasca rawat di rumah sakit tersebut. Kedua adalah home care swasta
(agency) yang dikelola oleh swasta atau suatu agency dan didirikan oleh yayasan
atau lembaga lain yang sudah disyahkan dengan akta notaris.Keduanya merupakan
bentuk pelayanan kesehatan masa depan karena dengan home care, pasien dapat
dirawat dirumahnya sendiri dengan ditemani oleh anggota keluarga yang lain
sehingga kecemasan pasien dapat diminimalkan. Perawatan di rumah selain dapat
mengurangi kecemasan juga dapat menghemat biaya dari beberapa segi misal biaya
kamar, biaya transpor dan biaya lain-lain yang terkait dengan penjaga yang
sakit.Tetapi perlu diingat bahwa pasien yang dapat layananhome care adalah pasien
yang secara medis dinyatakan aman untuk dirawat di rumah dengan kondisi rumah
yang memadai.
B. Saran
Perawat yang menjalankan perawatan home care hendaknya sudah memiliki SIP,
harus kompeten dalam bidangnya, bertanggung jawab terhadap tugasnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Alimul Hidayat. 2004. Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Koenig Kathleen Blais dkk, 2006, Pratik Keperawatan Profesional, Edisi 4, EGC,
Jakarta.
Setyowati Sri dkk, 2008, Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep Dan Aplikas kasus,
Edisi Revisi, Mitra Cendikiaa, jogyakarta
Zang, S.M & Bailey, N.C. Alih Bahasa Komalasari, R. (2004). Manual Perawatan di
rumah (Home Care Manual) Edisi Terjemahan Cetakan I. Jakarta: EGC
14