Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia memerlukan makanan untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Makanan tersebut akan diolah dan diubah menjadi energi
melalui proses pencernaan. Di dalam tubuh kita terdapat organ-organ tubuh
yang sangat berperan penting dalam proses pencernaan. Dimana antara organ
yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Proses pencernaan merupakan
suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan kelenjar-kelenjar
pencernaan. Sistem pencernaan berfungsi memecah bahan-bahan makanan
menjadi sari-sari makanan yang siap diserap dalam tubuh. Agar makanan yang
kita makan dapat di serap di usus halus, maka makanan itu harus diubah
menjadi bentuk sederhana melalui proses pencernaan, zat makanan yang
mengalami proses pencernaan di dalam tubuh adalah karbohidrat, protein, dan
lemak. Sedangkan unsur-unsur mineral, vitamin, dan air tidak mengalami
proses pencernaan.
Berbagai perubahan sifat makanan terjadi karena sintesis berbagai enzim
yang terkandung dalam berbagai cairan pencernaan. Proses pencernaan pada
manusia dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu proses pencernaan secara
mekanik dan kimiawi (enzimatis). Proses pencernaan mekanik adalah proses
perubahan makanan dari bentuk besar atau kasar menjadi bentuk kecil atau halus
dan proses pencernaan kimiawi adalah proses perubahan makanan dari zat yang
kompleks menjadi zat-zat yang lebih sederhana dengan menggunakan enzim.
Enzim adalah zat kimia yang dihasilkan oleh tubuh yang berfungsi mempercepat
reaksi-reaksi kimia dalam tubuh. Setiap enzim mempunyai tugas khusus dan
bekerja atas satu jenis makanan dan tidak mempunyai pengaruh terhadap jenis
makanan lainnya.
Proses pencernaan makanan pada manusia melibatkan alat-alat
pencernaan makanan yang kita makan. Melalui alat pencernaan itulah zat-zat
makanan diolah terlebih dahulu, baru kemudian diserap oleh tubuh. Alat

1
pencernaan makanan dapat dibedakan atas saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan. Saluran pencernaan manusia memanjang dari mulut sampai anus,
terdiri dari mulut (kaum olis), kerongkongan (esofagus), lambung (ventlikulus),
usus halus (intestinum), usus besar (kolon), dan anus. Kelenjar pencernaan
menghasilkan enzim-enzim yang membantu proses pencernaan kimiawi yaitu
kelenjar air liur, kelenjar getah lambung, hati (hepar), dan pankreas. Semua
sistem pencernaan itu akan bekerja sesuai dengan tugasnya, namun tetap saling
berkaitan untuk mencerna semua makanan yang masuk ke tubuh.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, masalah yang dapat kami kaji dalam makalah ini
diantaranya:
1. Bagaimana anatomi sistem pencernaan?
2. Bagaimana fisiologi dan biokimia saluran pencernaan?

C. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami tentang anatomi sistem pencernaan, fisiologi
dan biokimia saluran pencernaan.
b. Tujuan Khusus
1) Mampu memahami dan menjelaskan anatomi sistem pencernaan,
fisiologi dan biokimia saluran pencernaan.

D. Metode Penulisan
Metode yang kami gunakan dalam menulis makalah ini, yaitu:
1. Metode Kepustakaan
Adalah metode pengumpulan data menggunakan buku atau refrensi yang
berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas.
2. Metode Media Informatika
Adalah metode dengan mencari data melalui situs-situs di internet.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. ANATOMI SISTEM PENCERNAAN


1. Pengertian Sistem Pencernaan
Sistem organ perncernaan adalah sistem organ yang menerima makanan,
mencerna untuk dijadikan energi dan nutrient, serta mengeluarkan sisa proses
tersebut. Pada dasarnya system pencernaan makanan yang terbentang dari mulut
atau oris sampai ke anus dalam manusia dibagi menjadi tiga bagian yaitu proses
penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut samapai ke lambung, proses
penyerapan sari makanan yang terjadi di dalam usus, dan proses pengeluaran sisa-
sisa makanan melalui anus (Syaiffudin, 2011).
Agar makanan dapat dicerna secara optimal dalam saluran pencernaan, saluran
pencernaan harus memiliki persediaan air, elektrolit, dan makanan yang terus
menerus, untuk itu dibutuhkan pergerakan makanan melalui saluran pencernaan,
sekresi getah pencernaan, absorpsi hasil pencernaan air dan elektrolit, sirkulasi
darah melalui organ-organ gastrointestinal yang membawa zat yang akan
diabsorpsi, dan pengaturan semua fungsi oleh system arah dan hormone
(Syaiffudin, 2011).
Sistem pencernaan ini terdiri dari saluran pencernaan (alimentar), yaitu tuba
muscular panjang yang memrentang dari mulut sampai anus, dan organ-organ
aksesoris, seperti gigi, lidah, kelenjar saliva, hati, kandung empedu dan
pancreas.Saluran pencernaan yang terletak di bawah area diafragma disebut saluran
grastrointestinal. Sedangkan pengertian dari fisiologi pencernaan itu sendiri adalah
mempelajari fungsi atau kerja system pencernaan dalam keadaan normal.
2. Fungsi Sistem Pencernaan
Fungsi utama dari sistem ini adalah untuk menyediakan makanan, air, dan elektrolit
bagi tubuh dari nutrient yang dicerna sehingga siap diabsorpsi. Pencernaan
berlangsung secara mekanik dan kimia, dan meliputi proses berikut:
a. Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam mulut.

3
b. Pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik oleh gigi.
Makanan kemudian bercampur dengan saliva sebelum ditelan(menelan).
c. Peristalsis adalah gelombang kontraksi otot polos involunter yang
menggerakkan makanan tertelan melalui saluran pencernaan.
d. Digesti adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul
kecil sehingga absorpsi dapat berlangsung.
e. Absorpsi adalah penggerakan produk akhir penccernaan dari lumen saluran
pencernaan ke dalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan
oleh tubuh.
f. Egesti (defekasi) adalah proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna, juga
bakteri, dalam bentuk feses dari saluran pencernaan.
3. Saluran Pencernaan
Dinding saluran terusun dari 4 lapisan jaringan dasar dari lumen (rongga sentral)
ke arah luar. Komponen lapisan pada setiap regia berfariasi sesuai fungsi regia.
a. Mukosa (membrane mukosa) tersusun dari tiga lapisan.
1) Epithelium yang melapisi berfungsi untuk perlindungan, sekresi, dan absorpsi.
Di bagian ujung oral dan anal saluran, lapisannya tersusun dari dari epithelium
skuamosa bertingkat tidak terkeranisasi untuk perlinndungan. Lapisan ini
terdiri dari epithelium kolumnar simple dengan sel goblet di area tersebut yang
dikhususkan untuk sekresi dan absorpsi.
2) Lamina propria adalah jaringan ikat areolar yang menopang epithelium.
Lamina ini mengandung pembuluh darah, limfatik, nodular limfe, dan bebrapa
jenis lainnya.
3) Muskularis mukosa terdiri dari lapisan sirkular dalam yang tipis dan lapisan
otot polos longitudinal luar.
b. Submukosa terdiri dari jaringan ikat areolar yang mengandung pembuluh darah,
pembuluh limfatik, beberapa kelenjar submukosal, dan pleksus serabut saraf,
serta sel-sel ganglion yang disebut pleksus meissner (pleksus submukosal).
Submukosa mengikat mukosa ke muskularis eksterna.

4
c. Muskularis eksterna terdiri dari dua lapisan otot, satu lapisan sirkular dalam dan
satu lapisan longitudinal luar. Konstraksi lapisan sirkular mengkonstriksi lumen
saluran dan kontraksi lapisan longitudinal memperpendek dan memperlebar
lumen saluran. Konstraksi ini mengakibatkan gelombang peristalsis yang
meenggerakkan isi saluran kea rah depan.
1) Muskularis eksterna terdiri dari otot rangka di mulut, faring, dan esophagus
attas, serta otot polos pada saluran selanjutnya.
2) Pleksus auerbach (pleksus mienterik) yang terdiri dari serabut saraf dan
ganglion parasimpatis, terletak diantara lapisan otot sirkular ddalam
longitudinal luar.
d. Serosa (adventisia), lapisan keempat dan paling luar yang disebut juga
peritoneum viseral. Lapisan ini terdiri dari membrane serosa jaringan ikat
renggang yang dilapisi epithelium skuamosa simple. Di bawah area diafragma
dan dalam lokasi tempat epithelium skuamosa dan menghilang dan jaringan ikat
bersatu dengan jaringan ikat di sekitarna area tersebut disebut sebagai
adventisia. Peritoneum, mesenterium, dan omentum abdominopelvis adalah
membrane erosa terlebar dalam tubuh.
1) Peritoneum parietal melapisi rongga abdominopelvis.
2) Peritoneum viseral membungkus organ dan terhubungkan ke peritoneum
parietal oleh berbagai lipatan.
3) Rongga peritoneal adalah ruang potensial antara visceral dan peritoneum
parietal.
4) Mesenterium dan omentum adalah lipatan jaringan peritoneal berlapis ganda
yang merefleks balik dari peritoneum visceral. Lipatan ini berfungsi untuk
mengikat organ-organ abdominal satu sama lain dan melabuhkannya ke dinding
abdominal belakang. Pembuluh darah limfatik, dan saraf terletak dalam lipatan
peritoneal.
a) Omentum besar adalah lipatan ganda berukuran besar yang melekat pada
duodenum, lambung dan usus besar. Lipatan ini tergantung seperrti celemek di
atas usus.

5
b) Omentum kecil menopang lambung dan duodenum sehingga terpisah dari hati.
c) Mesokolon melekatnya kolon ke dinding abdominal belakang.
d) Ligamen falsimoris melekatkan hati ke dinding abdominal depan dan difragma.
e. Organ yang tidak terbungkus peritoneum, tetapi hanya tertutup olehnya disebut
retroperitoneal (di belakang peritoneum). Yang termasuk retroperitoneal antara
lain; pankreas, duodenum, ginjal, rectum, kandung kemih, dan beberapa organ
reproduksi perempuan.
4. Anatomi Sistem Pencernaan
Anatomi saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.

Gambar
Anatomi Sistem Pencernaan Manusia
Sumber : (adam.com)

Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut


sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke
dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau

6
merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Anatomi dan fisiologi sistem
pencernaan yaitu :
a. Rongga Oral, Faring Dan Esofagus
1) Rongga Oral
Mulut atau oris merupakan organ yang pertama dari saluran pencernaan
yang terdiri atas 2 bagian yaitu bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu
ruang di antara gusi, gigi, bibir dan pipi, dan bagian rongga mulut atau bagian
dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum
dan mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan faring. Selaput
lendir mulut ditutupi epitelium yang berlapis-lapis, di bawahnya terletak
kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir, selaput ini kaya akan
pembuluh darah dan juga memuat banyak ujung akhir saraf sensoris. Di dalam
mulut terdapat alat-alat yang membantu dalam proses pencernaan, yaitu: bibir,
gigi, lidah, dan kelenjar ludah (air liur). Dan di dalam ronggga mulut, makanan
menggalami pencernaan secara mekanik dan kimiawi.
Dimana gigi berfungsi untuk mengunyah makanan, pemecahan partikel
besar menjadi partikel kecil yang dapat ditelan tanpa menimbulkan terdesak.
Proses ini merupakan proses mekanik pertama yang dialami makanan pada
waktu melalui saluran pencernaan sehingga makanan menjadi halus. Dan lidah
berfungsi untuk mengaduk makanan di dalam rongga mulut dan membantu
mendorong makanan (proses penelanan). Selain itu lidah juga berfungsi sebagai
alat pengecap yang dapat merasakan manis, asin, pahit dan asam.
Sedangkan kelenjar ludah berfungsi untuk memudahkan penelanan
makanan. Selain itu, lidah juga melindungi selaput mulut terhadap panas,
dingin, asam, dan basa. Didalam ludah terdapat enzim ptialin (amilase). Enzim
ptialin berfungsi mengubah makanan dalam mulut yang mengandung zat
karbohidrat (amilum) menjadi gula sederhana (maltosa). Maltosa mudah di
cerna oleh organ pencernaan selanjutnya. Enzim ptialin bekerja dengan baik
pada PH antara 6, 8-7 dan suhu 37oC.

7
Proses penelanan makanan contohnya lidah terangkat sehingga menelan
makanan yang telah kita kunyah kelangit-langit lunak (tekak). Langit-langit
lunak terangkat, menutup rongga hidung, sedangkan lidah tetap menekan
langit-langit dan menutup rongga mulut. Epiglotes terangkat menutup lubang
ke arah saluran pernapasan.
2) Faring
Faring (tekak) merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut
dengan kerongkong panjangnya kira-kra 12cm, terbentang tegak lurus antara
basis cranii setinggi vertebrae servikalis VI, ke bawah setinggi tulang rawan
krikoidea. Faring dibentuk oleh jaringan yang kuat (jaringan otot melingkar),
orang terpenting di dalamnya adalah tonsil yaitu kumpulan kelenjar limfe yang
banyak mengandung limfosit. Untuk mempertahankan tubuh terhadaop infeksi,
menyaring, dan mematikan bakteri/mikroorganisme yang masuk melalui jalan
pencernaan dan pernapasan. Faring melanjutkan diri ke esophagus untuk
pencernaan makanan (Syaiffudin, 2011).
Keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan
lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari atas tiga bagian:
a) Bagian superior : bagian yang sama tinggi dengan hidung, bagian superior
disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak
sdengan ruang gendang telinga.
b) Bagian media : bagian yang sama tinggi dengan mulut, bagian media
disebut orofaring, bagian ini berbatas ke depan sampai di akar lidah
c) Bagian inferior : bagian yang sama tinggi dengan faring, bagian inferior
disebut laringofaring yaitu pangkal lidah yang menghubungkan tekak dengan
tenggorokkan (trakea).
Menelan (Deglutisio) disaat jalan udara dan jalan makanan pada faring
terjadi penyilangan. Jalan udara masuk ke bagian depan terus ke leher bagian
depan sedangkan jalan makanan masuk ke belakang dari jalan nafas dan di
depan dari ruas tulang belakang. Makanan melewati epiglotis lateral melalui
ressus piriformis masuk keosofagus tanpa membahayakan jalan udara. Gerakan

8
menelan mencegah masuknya makanan ke jalan udara, pada waktu yang sama
jalan udara ditutup sementara. Permulaan menelan, otot mulut dan lidah
kontraksi secara bersamaan.
3) Esofagus (kerongkongan)
Esophagus adalah tuba muscular, panjangnya sekitar 25 cm dan berdiameter
2,54 cm. Esofagus berawal pada area laringofaring, melewati difragma dan
hiatus esophagus (lubang) pada area sekitar vertebra toraks kesepuluh, dan
membuka kearah lambung. Fungsi esophagus menggerakkan makanan dari
faring ke lambung melalui gerak peristalsis. Mukosa esophagus memproduksi
sejumlah besar mukus untuk melumasi dan melindungi esofagus.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.
Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian superior
(sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot rangka dan
otot halus), serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
Lapisan dinding esophagus dari dalam keluar yaitu lapisan selaput lender
(mukosa), lapisan submukosa, lapisan otot melingkar (M. sirkuler), lapisan otot
memanjang (M. longitudinal) (Syaiffudin, 2011).
b. Lambung
Lambung adalah organ pencernaan yang paling melebar, dan terletak di
antara bagian akhir dari esofagus dan awal dari usus halus (Gray, 2008).
Lambung merupakan ruang berbentuk kantung mirip huruf J, berada di bawah
diafragma, terletak pada regio epigastrik, umbilikal, dan hipokondria kiri pada
regio abdomen (Tortora & Derrickson, 2009).
Menurut Syaifuddin (2011), lambung merupakan bagian dari saluran yang
dapat mengembang paling banyak terutama di daerah epigaster. Bagian
lambung terdiri dari :
1) Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak sebelah kiri osteum
kardium dan biasanya penuh berisi gas.

9
2) Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah
kurvatura minor.
3) Antrum pylorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang tebal
membentuk sfingter pilorus.
4) Kurvatura minor, terdapat di sebelah kanan lambung, terbentang dari osteum
kardiak sampai ke pilorus.
5) Kurvatura mayor, terbentang dari sisi kiri osteum kardiak melalui fundus
ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pilorus inferior.
6) Osteum kardiak, merupakan tempat esophagus bagian abdomen masuk ke
lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.

Gambar Pembagian daerah anatomi lambung


(Tortora & Derrickson, 2009)
Dinding lambung tersusun dari empat lapisan dasar utama, sama halnya
dengan lapisan saluran cerna secara umum dengan modifikasi tertentu yaitu
lapisan mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa (Schmitz &
Martin, 2008).
1) Lapisan mukosa terdiri atas epitel permukaan, lamina propia, dan muskularis
mukosa. Epitel permukaan yang berlekuk ke dalam lamina propia dengan
kedalaman yang bervariasi, dan membentuk sumur-sumur lambung disebut
foveola gastrika. Epitel yang menutupi permukaan dan melapisi lekukan-
lekukan tersebut adalah epitel selapis silindris dan semua selnya menyekresi

10
mukus alkalis. Lamina propia lambung terdiri atas jaringan ikat longgar yang
disusupi sel otot polos dan sel limfoid. Muskularis mukosa yang memisahkan
mukosa dari submukosa dan mengandung otot polos (Tortora & Derrickson,
2009).
2) Lapisan sub mukosa mengandung jaringan ikat, pembuluh darah, sistem
limfatik, limfosit, dan sel plasma. Sebagai tambahan yaitu terdapat pleksus
submukosa (Meissner) (Schmitz & Martin, 2008).
3) Lapisan muskularis propia terdiri dari tiga lapisan otot, yaitu (1) inner oblique,
(2) middle circular, (3) outer longitudinal. Pada muskularis propia terdapat
pleksus myenterik (auerbach) (Schmitz & Martin, 2008). Lapisan oblik terbatas
pada bagian badan (body) dari lambung (Tortora & Derrickson, 2009).
4) Lapisan serosa adalah lapisan yang tersusun atas epitel selapis skuamos
(mesotelium) dan jaringan ikat areolar (Tortora & Derrickson, 2009). Lapisan
serosa adalah lapisan paling luar dan merupakan bagian dari viseral peritoneum
(Schmitz & Martin, 2008).
Menurut Syaifuddin (2011), fungsi lambung yaitu untuk penampung
makanan yang masuk melalui esophagus, menghancurkan makanan dan
menghaluskan makanan dengan gerakan peristaltic lambung dan getah
lambung.
1) Mekanis: Menyimpan, mencampur dengan secret lambung, dan mengeluarkan
kimus ke dalam usus. Pendorongan makanan terjadi secara gerakan peristaltic
setiap 20 detik.
2) Kimiawi: bolus dalam lambung akan dengan asam lambung dan enzim-enzim
bergantung jenis makanan enzim yang dihasilkan antara lain:
a) Pepsin: memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan pepton) agar
dapat diabsorpsi di intestinum minor.
b) Asam garam (HCL): mengasamkan makanan sebagai antiseptic dan desinfektan
yang masuk ke dalam makanan. Di samping itu mengubah pepsinogen menjadi
pepsin dalam suasana asam

11
c) Lapisan lambung: memecah lemak menjadi asam lemak untuk merangsang
sekresi getah lambung.
3) Fungsi bakterisid: oleh asam lambung
4) Membantu proses pembentukan eritrosit: lambung menghasilkan zat factor
intrinsic bersama dengan factor ekstrinsik dari makanan, membentuk zat yang
disebut anti-anemik yang berguna untuk pertukaran eritrosit yang disimpan
dalam hati.
Setiap hari lambung mengeluarkan sekitar 2 liter getah lambung. Sel-sel
yang bertanggung jawab untuk fungsi sekresi, terletak di lapisan mukosa
lambung. Secara umum, mukosa lambung dapat dibagi menjadi dua bagian
terpisah : (1) mukosa oksintik yaitu yang melapisi fundus dan badan (body), (2)
daerah kelenjar pilorik yang melapisi bagian antrum. Sel-sel kelenjar mukosa
terdapat di kantong lambung (gastric pits), yaitu suatu invaginasi atau kantung
pada permukaan luminal lambung. Variasi sel sekretori yang melapisi
invaginasi ini beberapa diantaranya adalah eksokrin, endokrin, dan parakrin
(Sherwood, 2010).
Ada tiga jenis sel tipe eksokrin yang ditemukan di dinding kantung dan
kelenjar oksintik mukosa lambung, yaitu :
1) Sel mukus yang melapisi kantung lambung, yang menyekresikan mukus yang
encer.
2) Bagian yang paling dalam dilapisi oleh sel utama (chief cell) dan sel parietal.
Sel utama menyekresikan prekursor enzim pepsinogen.
3) Sel parietal (oksintik) mengeluarkan HCl dan faktor intrinsik. Oksintik artinya
tajam, yang mengacu kepada kemampuan sel ini untuk menghasilkan keadaan
yang sangat asam.
Semua sekresi eksokrin ini dikeluarkan ke lumen lambung dan mereka
berperan dalam membentuk getah lambung (gastric juice) (Sherwood, 2010).
Sel mukus cepat membelah dan berfungsi sebagai sel induk bagi semua sel
baru di mukosa lambung. Sel-sel anak yang dihasilkan dari pembelahan sel
akan bermigrasi ke luar kantung untuk menjadi sel epitel permukaan atau

12
berdiferensiasi ke bawah untuk menjadi sel utama atau sel parietal. Melalui
aktivitas ini, seluruh mukosa lambung diganti setiap tiga hari (Sherwood,
2010).
c. Usus
1) Usus Halus
Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang
membentang dari pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang
usus halus sekitar 12 kaki (22 kaki pada kadaver akibat relaksasi). Usus ini
mengisi bagian tengah dan bawah abdomen. Ujung proksimalnya bergaris
tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin kebawah lambat laun garis tengahnya
berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm (Price & Wilson, 1994). Dinding usus
halus dibagi kedalam empat lapisan (Sabiston,1995):
a) Tunica Serosa. Tunica serosa atau lapisan peritoneum, tak lengkap di atas
duodenum, hampir lengkap di dalam usus halus mesenterica, kekecualian pada
sebagian kecil, tempat lembaran visera dan mesenterica peritoneum bersatu
pada tepi usus.
b) Tunica Muscularis. Dua selubung otot polos tak bergaris membentuk tunica
muscularis usus halus. Ia paling tebal di dalam duodenum dan berkurang
tebalnya ke arah distal. Lapisan luarnya stratum longitudinale dan lapisan
dalamnya stratum circulare. Yang terakhir membentuk massa dinding usus.
Plexus myentericus saraf (Auerbach) dan saluran limfe terletak diantara kedua
lapisan otot.
c) Tela Submucosa. Tela submucosa terdiri dari dari jaringan ikat longgar yang
terletak diantara tunica muskularis dan lapisan tipis lamina muskularis mukosa,
yang terletak di bawah mukosa. Dalam ruangan ini berjalan jalinan pembuluh
darah halus dan pembuluh limfe. Di samping itu, di sini ditemukan neuroplexus
meissner.
d) Tunica Mucosa. Tunica mucosa usus halus, kecuali pars superior duodenum,
tersusun dalam lipatan sirkular tumpang tindih yang berinterdigitasi secara
transversa. Masing-masing lipatan ini ditutup dengan tonjolan, villi.

13
Usus halus ditandai oleh adanya tiga struktur yang sangat menambah luas
permukaan dan membantu fungsi absorpsi yang merupakan fungsi utamanya:
a) Lapisan mukosa dan submukosa membentuk lipatan-lipatan sirkular yang
dinamakan valvula koniventes (lipatan kerckringi) yang menonjol ke dalam
lumen sekitar 3 ampai 10 mm. Lipatan-lipatan ini nyata pada duodenum dan
jejenum dan menghilang dekat pertengahan ileum. Adanya lipatan-lipatan ini
menyerupai bulu pada radiogram.
b) Vili merupakan tonjolan-tonjolan seperti jari-jari dari mukosa yang jumlahnya
sekitar 4 atau 5 juta dan terdapat di sepanjang usus halus. Villi panjangnya 0,5
sampai 1 mm (dapat dilihat dengan mata telanjang) dan menyebabkan
gambaran mukosa menyerupai beludru.
c) Mikrovili merupakan tonjolan menyerupai jari-jari dengan panjang sekitar 1 µ
pada permukaan luar setiap villus. Mikrovilli terlihat dengan mikroskop
elektron dan tampak sebagai brush border pada mikroskop cahaya.
Bila lapisan permukaan usus halus ini rata, maka luas permukaannya
hanyalah sekitar 2.00 cm². Valvula koniventes, vili dan mikrovili bersama-sama
menambah luas permukaan absorpsi sampai 2 juta cm², yaitu menigkat seribu
kali lipat (Price & Wilson, 1994).
Struktur usus halus terdiri dari bagian-bagian berikut ini:
a) Duodenum: bentuknya melengkung seperti kuku kuda. Pada lengkungan ini
terdapat pankreas. Pada bagian kanan duodenum merupakan tempat
bermuaranya saluran empedu (duktus koledokus) dan saluran pankreas (duktus
pankreatikus), tempat ini dinamakan papilla vateri. Dinding duodenum
mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar brunner untuk
memproduksi getah intestinum. Panjang duodenum sekitar 25 cm, mulai dari
pilorus sampai jejunum.
b) Jejunum: Panjangnya 2-3 meter dan berkelok-kelok, terletak di sebelah kiri atas
intestinum minor. Dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas
(mesentrium) memungkinkan keluar masuknya arteri dan vena mesentrika
superior, pembuluh limfe, dan saraf ke ruang antara lapisan peritoneum.

14
Penampang jejunum lebih lebar, dindingnya lebih tebal, dan banyak
mengandung pembuluh darah.
c) Ileum: ujung batas antara ileum dan jejunum tidak jelas, panjangnya ±4-5 m.
Ileum merupakan usus halus yang terletak di sebelah kanan bawah berhubungan
dengan sekum dengan perantaraan lubang orifisium ileosekalis yang diperkuat
sfingter dan katup valvula ceicalis (valvula bauchini) yang berfungsi mencegah
cairan dalam kolon agar tidak masuk lagi ke dalam ileum.
2) Usus Besar
Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang sekitar 5
kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalisani. Diameter
usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci
(sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus diameternya semakin kecil. Lapisan-
lapisan usus besar dari dalam ke luar adalah selaput lendir, lapisan otot yang
memanjang, dan jaringan ikat. Ukurannya lebih besar daripada usus halus,
mukosanya lebih halus daripada usus halus dan tidak memiliki vili. Serabut otot
longitudinal dalam muskulus ekterna membentuk tiga pita, taenia coli yang
menarik kolon menjadi kantong-kantong besar yang disebut dengan haustra.
Dibagian bawah terdapat katup ileosekal yaitu katup antara usus halus dan usus
besar. Katup ini tertutup dan akan terbuka untuk merespon gelombang
peristaltik sehingga memungkinkan kimus mengalir 15 ml masuk dan total
aliran sebanyak 500 ml/hari.
Bagian-bagian usus besar terdiri dari :
a) Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung di bawah area katup
ileosekal apendiks. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang
melekat pada ujung sekum. Apendiks vermiform, suatu tabung buntu yang
sempit yang berisi jaringan limfoit, menonjol dari ujung sekum.
b) Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum. Kolon memiliki tiga
divisi.
(1) Kolon ascenden: merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati di sebelah
kanan dan membalik secara horizontal pada fleksura hepatika.

15
(2) Kolon transversum: merentang menyilang abdomen di bawah hati dan lambung
sampai ke tepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar ke bawah fleksura splenik.
(3) Kolon desenden: merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan maenjadi
kolon sigmoid berbentuk S yang bermuara di rektum.
c) Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang 12-13
cm. Rektum berakhir pada saluran anal dan membuka ke eksterior di anus.
3) Fisiologi
Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan absorbsi
bahan- bahan nutrisi, air, elektrolit dan mineral. Proses pencernaan dimulai
dalam mulut dan lambung oleh kerja ptialin, asam klorida, dan pepsin terhadap
makanan yang masuk. Proses pencernaan dilanjutkan di dalam duodenum
terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat,
lemak, dan protein menjadi zat – zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat
dalam sekret pankreas membantu menetralkan asam dan memberikan pH
optimal untuk kerja enzim – enzim. Sekresi empedu dari hati membantu proses
pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga memberikan permukaan
yang lebih luas bagi kerja lipase pankreas. Proses pencernaan disempurnakan
oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus enterikus). Banyak di antara
enzim – enzim ini terdapat pada brush border vili dan mencernakan zat – zat
makanan sambil diabsorbsi. Isi usus digerakkan oleh peristaltik yang terdiri atas
dua jenis gerakan, yaitu segmental dan peristaltik yang diatur oleh sistem saraf
autonom dan hormon. Pergerakan segmental usus halus mencampur zat-zat
yang dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar, sekresi usus, dan
pergerakan peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung lain dengan
kecepatan yang sesuai untuk absorpsi optimal dan suplai kontinu isi lambung.
Absorpsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat,
lemak dan protein (gula sederhana, asam-asam lemak dan asam-asam amino)
melalui dinding usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel-sel
tubuh. Selain itu air, elektrolit dan vitamin juga diabsorpsi.

16
Lemak dalam bentuk trigliserida dihidrolisa oleh enzim lipase pankreas ;
hasilnya bergabung dengan garam empedu membentuk misel. Misel kemudian
memasuki membran sel secara pasif dengan difusif, kemudian mengalami
disagregasi, melepaskan garam empedu yang kembali ke dalam lumen usus,
dan asam lemak serta monogliserida ke dalam sel. Sel kemudian membentuk
kembali trigliserida dan digabungkan dengan kolesterol, fosfolipid, dan
apoprotein untuk membentuk kilomikron, yang keluar dari sel dan memasuki
lakteal. Asam lemak kecil dapat memasuki kapiler dan secara langsung menuju
ke vena porta. Garam empedu diabsorpsi ke dalam sirkulasi enterohepatik
dalam ileum distalis. Dari kumpulan 5 gram garam empedu yang memasuki
kantung empedu, sekitar 0,5 gram hilang setiap hari; kumpulan ini bersirkulasi
ulang 6 kali dalam 24 jam.
Protein oleh asam lambung di denaturasi, pepsin memulai proses
proteolisis. Enzim protease pankreas (tripsinogen yang diaktifkan oleh
enterokinase menjadi tripsin, dan endopeptidase, eksopeptidase) melanjutkan
proses pencernaan protein, menghasilkan asam amino dan 2 sampai 6 residu
peptida. Transport aktif membawa dipeptida dan tripeptida ke dalam sel untuk
diabsorpsi.
Karbohidrat, metabolisme awalnya dimulai dengan menghidrolisis pati
menjadi maltosa (isomaltosa), yang merupakan disakarida. Kemudian
disakarida ini, bersama dengan disakarida utama lain, laktosa dan sukrosa,
dihidrolisis menjadi monosakarida glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Enzim
laktase, sukrase, maltase, dan isimaltase untuk pemecahan disakarida terletak
di dalam mikrovili ’brush border’ sel epitel. Disakarida ini dicerna menjadi
monosakarida sewaktu berkontak dengan mikrovili ini atau sewaktu mereka
berdifusi ke dalam mikrovili. Produk pencernaan, monosakarida, glukosa,
galaktosa, dan fruktosa, kemudian segera diabsorpsi ke dalam darah porta.
Air dan elektrolit, cairan empedu, cairan lambung, saliva, dan cairan
duodenum menyokong sekitar 8-10 L/hari cairan tubuh, kebanyakan diabsorpsi.
Air secara osmotik dan secara hidrostatik diabsorpsi atau melalui difusi pasif.

17
Natrium dan klorida diabsorpsi dengan pemasangan zat telarut organik atau
secara transport aktif. Kalsium diabsorpsi melalui transport aktif dalam
duodenum dan jejenum, dipercepat oleh hormon parathormon (PTH) dan
vitamin D. Kalium diabsorpsi secara difusi pasif.
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan
proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah
mengabsorpsi air dan elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon bagian
kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa
feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung.
Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai pendek
serta mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga
keseimbangan air dan elektrolit serta mencegah dehidrasi. Gerakan retrograd
dari kolon memperlambat transit materi dari kolon kanan dan meningkatkan
absorpsi. Kontraksi segmental merupakan pola yang paling umum, mengisolasi
segmen pendek dari kolon, kontraksi ini menurun oleh antikolinergik,
meningkat oleh makanan, kolinergik.
Sepertiga berat feses kering adalah bakteri; 10¹¹-10¹²/gram dimana bakteri
Anaerob lebih banyak dari bakteri aerob. Bacteroides paling umum,
Escherichia coli berikutnya. Gas kolon berasal dari udara yang ditelan, difusi
dari darah, dan produksi intralumen. Bakteri membentuk hidrogen dan metan
dari protein dan karbohidrat yang tidak tercerna.

18

Anda mungkin juga menyukai