Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Laporan Pendahuluan Kunjungan ke-1


Tanggal :
A. LATAR BELAKANG

1. Karakteristik keluarga
Pengkajian dalam keluarga perlu dilakukan untuk mendapatakan data-data yang
akurat. Adanya data-data yang akurat mengenai karakteristik dan permasalahan dalam
keluarga memudahkan untuk memberikan asuhan keperawatan yang sistematis dan
komprehensif dengan menerapkan teori-teori keperawatan yang telah diajarkan sesuai
tahap perkembangan keluarga.
Sebelum melakukan pengkajian yang paling utama harus ditanamkan adalah bina
hubungan saling percaya (BHSP) antara perawat degan keluarga. Jika sudah terbina
hubungan saling percaya maka asuhan keperawatan akan dapat dilakukan dengan baik,
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Teknik pengkajian dapat dilakukan dengan
wawancara, diskusi, observasi serta pengkajian fisik.
2. Data yang perlu dikaji lebih lanjut
a. Data umum ( identitas keluarga, komposisi anggota keluarga, genogram, tipe keluarga,
suku bangsa, agama, status sosial, ekonomi keluarga, aktivitas rekreasi keluarga )
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga ( tahap perkembangan keluarga, tahap
perkembangan yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti, riwayat keluarga
sebelumnya ).
c. Lingkungan ( karakteristik rumah, karakteristiktetangga, mobilitas geografis keluarga,
perkumpulan keluarga dan interaksi dalam masyarakat, sistem pendukung keluarga)
d. Struktur keluarga ( pola komunikasi, struktur kekuatan keluarga, struktur peran, nilai
dan norma keluarga )
e. Fungsi keluarga ( fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi perawatan kesehatan, fungsi
reproduksi, fungsi ekonomi)
f. Stres dan koping keluarga ( stress jangka pendek dan panjang, kemampuan keluarga,
strategi koping, strategi adaptasi )
3. Masalah Keperawatan Keluarga
-
-

B. TINJAUAN TEORI
1. Konsep dasar keluarga
a. Definisi Keluarga
Menurut beberapa ahli pengertian keluarga yaitu :
1) Harmoko (2012), Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang
diikat oleh hubungandarah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga
selalu berinteraksisatu sama lain.
2) Friedman (2010), Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan san mereka
hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya
masing-masing menciptakan sarta mempertahankan kebudayaan.
3) Ali (2010), Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang
berinteraksi atau dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya.
4) WHO, dalam Harmoko (2012), keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling
berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.
Jadi dapat disimpulakan bahwa definisi dari keluarga merupakan sekumpulan
orang yang terikat oleh ikatan perkawinan, darah serta adopsi dan tinggal dalam
satu rumah.
b. Tipe Keluarga
1) Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga, yaitu :
a) Keluarga Tradisional
 Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak
yang hidup dalam rumah tangga yang sama.
 Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya dengan satu
orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah, atau ditinggalkan.
 Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau tidak
ada anak yang tinggal bersama mereka.
 Bujang dewasa yang tinggal sendiri
 Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah, istri
tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja.
 Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau
anggota yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis.
b) Keluarga non tradisional
 Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak menikah
(biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).
 Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak
 Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama hidup
bersama sebagai pasangan yang menikah
 Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu
pasangan monogamy dengan anak-anak, secara bersama menggunakan
fasilitas, sumber dan mempunyai pengalaman yang sama.
2) Menurut Allender dan Spradley (2001)
a) Keluarga tradisional
 Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri,
dan anak kandung atau anak angkat
 Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek,
paman, dan bibi
 Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak
 Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan
anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau
kematian.
 Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang dewasa saja
 Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang
berusia lanjut
b) Keluarga non tradisional
 Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup
serumah
 Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah
 Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam
satu rumah tangga
3) Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988) dalam Setiawan dan Darmawan (2005)
 Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita dan
pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
 Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami dan
hidup secara bersama-sama.
 Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan
c. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam struktur, diantaranya :
1) Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2) Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi di mana hubungan hubungan itu dususun melalui jalur
garis ibu.
3) Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
istri.
4) Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
5) Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
Berdasarkan kemampuan untuk pemenuhan kebutuhan dasar, psikososial, ekonomi,
dan aktualisasi keluarga dalam masyarakat keluarga dikelompokkan menjadi 5
tahap, yaitu sebagai berikut :
1) Keluarga Pra Sejahtera
Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal,
yaitu kebutuhan penhgajaran agama, pangan, sandang, papan, dan kesehatan atau
keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indicator keluarga
sejahtera tahap I
2) Keluarga Sejahtera tahap I
Adalah keluarga yang telah memeuhi kebutuhan dasar secara minimal serta
memenuhi kebutuhan sosial psikologinya, yaitu kebutuhan pendidikan, Keluarga
Berencana (KB), interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat
tinggal atau transportasi
3) Keluarga Sejahtera Tahap II
Adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan secara minimal serta telah
memenuhi seluruh kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.
4) Keluarga Sejahtera Tahap III
Adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan
sosial psikososial dan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan
baik internal atau keluarga, serta berfikir dengan menjadi pengurus lembaga
masyarakat, yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olah raga, pendidikan dan
sebagainya.
5) Keluarga Sejahtera Tahap III (Plus)
Adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan baik yang bersifat dasar,
sosial, psikologis, pengembangan, serta telah mampu memberikan sumbangan
yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.
d. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau
sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya : Fungsi keluarga menurut Friedman
(1998) dalam Setiawati dan Darmawan (2005), yaitu:
1) Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan pemeliharaan
kepribadian anggota keluarga.
2) Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak,
membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan perilaku yang
boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya anak.
3) Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam melindungi
keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin pemenuhan
kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan spiritual, dengan cara memelihara dan
merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.
4) Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan, dan
papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber daya keluarga.
5) Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan tetapi untuk
memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya.
6) Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan rasa
aman/ memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan
kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga.
7) Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan,
keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan
dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.
e. Ciri-ciri Keluarga
1) Diikat dalam suatu tali perkawinan
2) Ada hubungan darah
3) Ada ikatan batin
4) Ada tanggung jawab masing-masing anggotanya
5) Ada pengambilan keputusan
6) Kerjasama diantara anggota keluarga
7) Komunikasi interaksi antar anggota keluarga
8) Tinggal dalam suatu rumah
f. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
Friedman (2010) membagi lima tugas keluarga dalam bidang kesehatannya :
1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotannya
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3) Merawat anggota keluarga yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri
4) Memelihara lingkungan rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan
anggota keluarga
5) Mempertahankan hubungan timbale balik antar keluarga dan lembaga-lembaga
kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik, fasilitas-fasilitas pelayanan
kesehatan yang baik.
g. Tahap-tahap Perkembangan Keluarga
Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun secara
umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama :
1) Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis)
keluarga masing-masing :
a) Membina hubungan intim yang memuaskan
b) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok social
c) Mendiskusikan rencana memiliki anak
2) Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi kelahiran anak
pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan :
a) Persiapan menjadi orang tua
b) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual
dan kegiatan keluarga
c) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
3) Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun :
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi
dan rasa aman
b) Membantu anak untuk bersosialisasi
c) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain
juga harus terpenuhi
d) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga
(keluarga lain dan lingkungan sekitar)
e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling repot)
f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
4) Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada
usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga
maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
a) Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
b) Mempertahankan keintiman pasangan
c) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk
kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga
5) Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7
tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan
keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta
kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
a) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat
remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya
b) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
c) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
d) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
6) Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada
saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah
anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal
bersama orang tua :
a) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b) Mempertahankan keintiman pasangan
c) Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
d) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
e) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7) Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
a) Mempertahankan kesehatan
b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-
anak
c) Meningkatkan keakraban pasangan
8) Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu pasangan
pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi keduanya meninggal :
a) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b) Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan
c) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
d) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
e) Melakukan life review (merenungkan hidupnya).

2. Konsep Dasar Masalah


a. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolic dengan konsisten di
atas 140/90 mmhg. Diagnosis hipertensi tidak berdasarkan pada peningkatan tekanan
darah yang hanya sekali. Ada dua macam hipertensi, yaitu hipertensi esensial (primer)
dan skunder. Sembilan puluh persen dari semua kasus hipertensi adalah primer. Tidak
ada penyebab yang jelas tentang hipertensi primer, sekalipun ada beberapa teori yang
menunjukan adanya faktor-faktor genetik, perubahan hormon, dan perubahan simpatis.
Hipertensi sekunder adalah akibat dari penyakit tertentu (Baredero, Dayrit, & Siswadi,
2008)
b. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, Hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
1) Hipertensi esensial atau primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat diketahui.
Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer,
seperti bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan). Kurang
lebih 90% penderita hipertensi tergolong Hipertensi primer sedangkan 10% nya
tergolong hipertensi sekunder.
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara
lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit
kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain lain. Karena golongan terbesar dari
penderita hipertensi adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan dan pengobatan
lebih banyak ditujukan ke penderita hipertensi esensial.
c. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.
Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh darah perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi ateroklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang ada pada regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner &
Suddarth, 2002)
d. Manifestasi Klinis
Hipertensi sering disebut sebagai pembunuh diam-diam karena sering tanpa
gejala yang memberi peringatan akan adanya masalah. Kadang- kadang orang
menganggap sakit kepala, pusing, atau hidung berdarah sebagai gajala peringatan
meningkatnya tekanan darah. Padahal hanya sedikit orang yang mengalami
perdarahan di hidung atau pusing jika tekanan darahnya meningkat. Pada sebagian
besar kasus hipertensi tidak menimbulkan gejala apa pun, dan bisa saja baru muncul
gejala setelah terjadi komplikasi pada organ lain, seperti ginjal, mata, otak, dan
jantung. Gejala seperti sakit kepala , migrain sering ditemukan sebagai gejala klinis
hipertensi primer, walaupun tidak jarang yang berlangsung tanpa adanya gejala. Pada
survei hipertensi di indonesia, tercatat berbagai keluhan yang dikaitkan dengan
hipertensi, seperti sakit kepala, mudah marah, telinga 11 berdengung, suka tidur, dan
rasa berat di tengkuk (Junaedi, Yulianti & Rianata, 2013).
e. Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas : hipertensi dimana tekanan sistolik
sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan/atau tekanan diastolik sama atau lebih
besar dari 90 mmHg dan hipertensi sistolik terisolasi lebih besar dari 160 mmHg dan
tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.(Darmojo, 1999).
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan
rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National Committee, Prevention,
Detection and Treatment of High Blood Pressure “ (JNC VI) sebagai berikut :
(Rahardjo, 2000)

No Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)


1. Optimal <120 <80
2. Normal 120 – 129 80 – 84
3. High Normal 130 – 139 85 – 89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
Grade 3 (berat) 180 – 209 100 – 119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120

f. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
1) BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal
2) Glukosa
Hiperglikemi dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin
3) Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
4) Kalsium serum
Peningkatan dapat menyebabkan hipertensi
5) Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan dapat membentuk adanya plak ateromatosa
6) Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
7) Kadar aldosteron urin/serum
Mengkaji aldosteronisme primer
8) Urinalisa
Mengisyaratkan disfungsi ginjal
9) Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
10) Steroid urin
Mengindikasikan hiperadrenalisme
11) IVP
Mengetahui penyebab hipertensi
12) Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
13) CT scan
Mengkaji tumor serebral, CSV, ensefalopati
14) EKG
Perbesaran jantung gangguan konduksi (Smeltzer, 2001)
g. Penatalaksanaan Medis
1). Penatalaksanaan non farmakologis atau perubahan gaya hidup
Pengurangan asupan garam serta upaya penurunan berat badan merupakan
langkah awal pengobatan hipertensi. Pembatasan asupan garam sampai 60
mmol/hari, berarti tidak menambahkan garam pada waktu makan. Akan sulit
dilaksanakan karena akan mengurangi asupan garam secara ketat dan akan
mempengaruhi kebiasaan makan pasien secara drastis. Pada beberapa
penyelidikan didapatkan bahwa diet rendah lemak jenuh dapat mengurangi resiko
penyakit kardiovaskuler. Dengan melakukan aktivitas fisik yang teratur dapat
menurunkan tahanan perifer sehingga dapat menurunkan tekanan darah.
Perubahan gaya hidup lain ialah menghindari faktor resiko seperti
merokok, minum alkohol, hiperlipidemia, stres. Merokok dapat meningkatkan
tekanan darah, alkohol diketahui dapat meningkatkan tekanan darah sehingga
menghindari alkohol berarti menghindari kemungkinan mendapat hipertensi.
Relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf
autonom dengan kemungkinan dapat pula menurunkan tekanan darah.
2) Penatalaksanaan farmakologis atau pengobatan hipertensi
Keputusan untuk mulai memberikan obat antihipertensi berdasarkan
beberapa faktor seperti derajat peninggian tekanan darah, terdapatnya kerusakan
organ target dan terdapatnya manifetasi klinis penyakit kardiovaskuler atau faktor
resiko lain. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam risiko tinggi(pria,
perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85 atau 95 mmHg
dan sistoliknya diatas 130 sampai 139 mmHg maka perlu dimulai terapi obat-
obatan. (Smeltzer,2001)
Jenis-jenis obat hipertensi yaitu sebagai berikut :
a) Diuretik
Cara kerja obat ini yaitu dengan meningkatkan volume air seni dan pengeluaran
Natrium (garam) melalui air seni tersebut. Obat golongan diuretik yang lazim
diberikan adalah tiazid. Efek samping terjadinya penyakit “gout” dan kadar gula
pada DM sedikit meningkat.
b) Beta Bloker
Bekerja dengan menghambat kerja hormon stres yaitu adrenalin terhadap
jantung dan pembuluh darah. Efek samping rasa lelah dan lesu, kaki lemah dan
tangan (kaki) terasa dingin. Yang termasuk yaitu asebutolol, alprenolol,
propanolol, timolol, pindolol,dll.
c) Antagonis Kalsium
Antagonis kalsium bekerja dngan cara mengurangi jumlah kalsium yang masuk
ke sel otot dinding pembuluh darah dan jantung serta mengurangi ketegangan
otot. Berkurangnya tegangan otot ini mengakibatkan tekanan darah turun. Efek
samping adalah sakit kepala, muka merah dan pembengkakan pergelangan kaki.
Golongan obat ini seperti nifedipine, diltiazim, verapamil, amlodipin, felodipin
dan nikardipin.
d) Penghambat enzim konversi Angiotensin (Angiotensin Converting Enzyme
Inhibitor atau ACE Inhibitor)
ACE inhibitor menghambat substansi yang dihasilkan ginjal, yang bertugas
menyempitkan arteri kecil. Efek samping : terjadi penurunan tekanan darah
yang drastis, gangguan pengecap dan batuk yang menggelitik. contoh losartan,
valsartan dan irbesartan.
e) Vasodilator
Bekerja dengan melebarkan arteri secara langsung. Efek samping dari vasodilator
sedikit meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan pembengkakan
pergelangan kaki. Yang temasuk golongan ini adalah doksazosin, prazosin,
hidralazin, minoksidil, diazosid dan sodium nitroprusid.
f) Golongan penghambat simpatetik
Penghambatan aktivitas simpatik dapat terjadi pada pusat vasomotor otak seperti
pada pemerian metildopa dan klonidin atau pada ujung saraf perifer seperti
reserpin dan guanetidine.(Susalit, 2001)

C. TINJAUAN ASKEP
1. Pengkajian
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur
keadaan klien (keluarga) yang memakai patokan norma-norma kesehatan pribadi maupun
sosial serta integritas dan kesanggupan untuk mengatasi masalah.
a. Pengumpulan data
Pengkajian data yang dikumpulkan (Setiadi , 2008) adalah
1) Data umum
a) Identitas kepala keluarga
b) Komposisi kelaurga
c) Genogram
d) Tipe keluarga
e) Latar belakang keluarga (etnis)
f) Agama
g) Status Sosial Ekonomi
h) Aktivitas rekreasi keluarga
2) Tahap dan riwayat perkembangan keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
c) Riwayat keluarga sebelumnya
3) Data lingkungan
a) Karakteristik rumah
b) Karakteristik lingkungan komunis
c) Mobilitas geografis keluarga
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi sosial keluarga
e) Sistem pendukung atau jaringan sosial keluarga
4) Struktur keluarga
a) Pola komunikasi
b) Struktur kekuasaan
c) Struktur peran
d) Nilai dan normal keluarga
5) Pemeriksaan fisik
Yaitu pemeriksaan yang menggunakan pendekatan ”Head to toe” .

6) Koping keluarga
a) Stressor jangka pendek dan jangka panjang
b) Kemampuan keluarga untuk berespon terhadap situasi atau stressor
c) Penggunaan strategi koping
d) Strategi adaptasi disfungsional
b. Analisa data
Dalam menganalisa ada tiga norma yang perlu diperhatikan dalam melihat
perkembangan keluarga antara lain :

1) Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga


2) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan
3) Karakter keluarga
c. Rumusan Masalah
Setelah data dianalisa, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah keperawatan
keluarga, perumusan masalah kesehatan dan keperawatan yang diambil didasarkan
kepada penganalisaan praktek lapangan yang didasarkan pada analisa konsep, prinsip,
teori dan standar yang dapat dijadikan acuan dalam menganalisa sebelum mengambil
keputusan tentang masalah keperawatan keluarga (Setiadi, 2008).

d. Skoring
Dalam penyusunan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus
didasarkan pada beberapa kriteria yaitu :

a. Sifat masalah yang dikelompokkan menjadi aktual, resiko dan potensial


b. Kemungkinan masalah dapat dirubah adalah kemungkinan kebersihan untuk
mengurangi masalah atau mencegah masalah bila dilakukan intervensi
keperawatan dan kesehatan.
c. Potensi masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul
dan dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan atau kesehatan.
d. Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah dalam
hal beratnya dan mendesaknya untuk diatasi melalui intervensi keperawatan atau
kesehatan.
Menentukan prioritas diangnosa keperawatan keluarga, perlu disusun skala prioritas
dengan teknik skoring sebagai berikut :

Tabel 3 : Skoring Masalah Keperawatan

No Kriteria Nilai Bobot


1 Sifat masalah
Skala :
a. Aktual 3
b. Resiko 2 1
c. Potensial 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala :
a. Dengan mudah 2
b. Hanya sebagian 1 2
c. Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah
Skala :
a. Tinggi 3
b. Cukup 2 1
c. Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
Skala :
a. Masalah berat harus segera ditangani 2
b. Masalah yang tidak perlu segera 1 1
ditangani
c. Masalah tidak dirasakan 0
TOTAL 5
(Suprajitno, 2004)

Berdasarkan kriteria diatas, maka dapat diprioritaskan suatu masalah. Masing-masing


masalah keperawatan diskoring terlebih dahulu. Kemudian dari hasil skoring tersebut
dijumlahkan nilainya. Adapun rumus untuk mendapatkan nilai skoring tersebut
adalah :

Skor

x bobot

Nilai Tertinggi

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga yang muncul menurut NANDA (Carpenito L.J. 2001)
adalah :
a. Manajemen kesehatan yang dapat diubah
b. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
c. Kurang pengetahuan
d. Konflik keputusan
e. Berduka disfungsional
f. Konflik peran orang tua
g. Isolasi sosial
h. Perubahan dalam proses keluarga
i. Potensial perubahan dalam menjadi orang tua
j. Perubahan penampilan peran
k. Potensial terhadap kekerasan
l. Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga
m. Penatalaksanaan program terapeutik tak efektif
n. Perilaku mencari hidup sehat
o. Berduka diantisipasi
3. Perencanaan
Setelah pengkajian langkah selanjutnya adalah menyusun perencanaan keperawatan atau
kesehatan dan keperawatan keluarga yaitu sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat
untuk dilaksanakan, dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah
diidentifikasi.
Tahap-tahap dalam menyusun perencanaan :
a. Prioritas diagnosa keperawatan
Prioritas diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan atas nilai skor tertinggi.
b. Rencana perawatan
Dalam penyusunan rencana perawatan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan
jangka pendek. Tujuan jangka panjang mengacu pada masalah dan tujuan jangka
pendek yang mengacu pada lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan, kriteria dan
standar yang menunjukkan tingkat pelaksanaan yang diinginkan untuk
membandingkan pelaksanaan yang sebenarnya (Setiadi, 2008).
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga didasarkan pada rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan terhadap keluarga adalah sumber daya keluarga, tingkat pendidikan
keluarga dan sarana prasarana yang ada pada keluarga.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan komponen terakhir dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan
upaya untuk menentukan apakah seluruh proses sudah berjalan dengan baik atau belum.
Apabila hasil tidak mencapai tujuan maka pelaksanaan tindakan diulang kembali dengan
melakukan berbagai perbaikan.
Sebagai suatu proses evaluasi ada empat dimensi yaitu :
a. Dimensi keberhasilan, yaitu evaluasi dipusatkan untuk mencapai tujuan tindakan
keperawatan.
b. Dimensi ketepatgunaan: yaitu evaluasi yang dikaitkan sumber daya
c. Dimensi kecocokan, yaitu evaluasi yang berkaitan dengan kecocokan kemampuan dalam
pelaksanan tindakan keperawatan
d. Dimensi kecukupan, yaitu evaluasi yang berkaitan dengan kecukupan perlengkapan dari
tindakan yang telah dilaksanakan (Setiadi, 2008).
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Raharjo, 2000. Pengembangan Wilayah Konsep dan Teori.Yogyakarta.:Graha Ilmu

Ali, 2010. Konsep Dukungan Keluarga. Jakarta: salemba medika

Baradero, M., Wilfrid Dayrit, Yakobus Siswadi., 2008. Klien Gangguan Kardiovaskular. Jakarta
: EGC

Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi ke-5.
Jakarta: EGC.

Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Junaedi, E. Dan Yulianti, S. Dkk. 2013. Hipertensi Kandas Berkat Herbal, ed 1. Jakarta: Fmedia.

Smeltzer, S. C., Bare, B. G., 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Vol. 2. E/8, EGC,
Jakarta.

Susalit dkk, 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam II. Jakarta : Balai penerbit FKUI; 2001.

Anda mungkin juga menyukai