Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PERSALINAN

DENGAN VACUM EKSTRAKSI

I. Konsep Persalinan dengan Vacum Ekstraksi


1.1 Definisi

Ekstraksi Vacum adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan


ekstraksi tenaga negatif (vacum) di kepalanya. (Jannah, 2012).
Ekstraksi Vacum adalah suatu persalinan buatan dengan prinsip anatara
kepala janin dan alat penarik mengikuti gerakan alat vacum ekstraktor
(Prawirohardjo, 2011).
Ekstraksi Vacum adalah suatu tindakan obstetrik yang bertujuan untuk
mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan menggunakan vacum
ekstraktor (Manuaba, dkk. 2010).

1.2 Etiologi
1.2.1 Kelelahan pada ibu : terkurasnya tenaga ibu pada saat melahirkan
karena kelelahan fisik pada ibu (Prawirohardjo, 2011).
1.2.2 Partus tak maju : His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya
menyebabkan bahwa rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat
pada setiap persaiinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan
mengalami hambatan atau kematian (Prawirohardjo, 2011).
1.2.3 Gawat janin : Denyut Jantung Janin Abnormal ditandai dengan:
Denyut Jantung Janin irreguler dalam persalinan sangat bereaksi dan
dapat kembali beberapa waktu. Bila Denyut Jantung Janin tidak
kembali normal setelah kontraksi, hal ini mengakibatkan adanya
hipoksia.
1.3 Tanda dan gejala
Manifestasi yang terjadi pada persalinan dengan vacum ektrakasi adalah
1.3.1 Terhadap Ibu
1.3.1.1 Robekan bibir servik atau vagina karena terjepit kepala bayi dan
cup
1.3.1.2 Robekan perineum yang lebih luas
1.3.2 Terhadap Anak
Caput succedaneum

1.4 Patofisiologi
Adanya beberapa faktor baik faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan
ekstraksi vakum dilakukan, yaitu bisa karena ketidakmampuan mengejan,
keletihan, serta kala II yang lama. Oleh sebab itu untuk melahirkan secara per
vaginam maka perlu dilakukan tindakan ekstraksi vacuum. Tindakan ekstraksi
vacum menyebabkan terjadinya laserasi pada servik uteri dan vagina ibu.
disamping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat mengakibatkan
perdarahan intrakranial. Selain itu apabila terjadi partus tidak maju dan ibu
sudah mengejan serta ketuban pun sudah pecah namun bayi tidak juga lahir.
Maka sudah tentu terjadi kompresi dari pembuluh darah ibu bayi. Akibatnya,
bayi tak mendapat suplai darah yang cukup sehingga dapat terjadinya resiko
asfiksia.
Pathway

Ketidakmampuan mengejan, keletihan, serta kala II yang lama

Vacum Ektraksi

Ibu Janin
Kompresi pembuluh darah pada ibu
Trauma Kepala

Fisik Psikologis suplai darah menurun Cephalhematoma

robekan jalan lahir takut suplai oksigen menurun Resiko gangguan perkembangan

luka Ansietas Resiko asfiksia (pada janin)

Nyeri persalinan b/d Resiko infeksi


dilatasi serviks

Nyeri akut b/d agen injury fisik


1.5 Komplikasi
1.5.1 Ibu :
1.5.1.1 Perdarahan akibat atonia uteri / trauma.
1.5.1.2 Trauma jalan lahir.
1.5.1.3 Infeksi.
1.5.2 Janin :
1.5.2.1 Aberasi dan laserasi kulit kepala.
1.5.2.2 Nekrosis kulit kepala
1.5.2.3 Fraktur klavikula.
1.5.2.3 Kerusakan N.VI dan VII.

1.6 Penatalaksanaan
Agar tidak terjadi komplikasi dari persalinan dengan vakum ekstraksi maka ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1.6.1 Pastikan indikasi dan syarat penggunannya.
1.6.2 Penempatan mangkuk tepat.
1.6.3 Hindari terjepitnya jaringan lunak ibu.
1.6.4 Arah tarikan yang benar.
1.6.5 Hindari kekuatan tarikan yang berlebihan.
1.6.6 Koordinasikan tarikan dengan usaha meneran.
1.6.7 Awasi penurunan /pengeluaran.
1.6.8 Terapkan the rule of threes, penghentian tindakan
II. Rencana asuhan klien persalinan dengan vacuum ektraksi
2.1 Pengkajian
2.1.1 Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,
medical record dan lain lain
2.1.2 Riwayat kesehatan :
a. Riwayat kesehatan dahulu: riwayat penyakit jantung, hipertensi,
penyakit ginjal kronik, hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma
jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat
implantasi plasenta, retensi sisa plasenta.
b. Riwayat kesehatan sekarang: keluhan yang dirasakan saat ini
yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak (>500ml), Nadi
lemah, pucat, haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah,
ekstremitas dingin, dan mual.
c. Riwayat kesehatan keluarga: adanya riwayat keluarga yang pernah
atau sedang menderita hipertensi, penyakit jantung, dan pre
eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan penyakit menular.
d. Riwayat obstetrik
1) Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus,
banyaknya, baunya , keluhan waktu haid, HPHT
2) Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang
keberapa, Usia mulai hamil
3) Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
4) Riwayat Kehamilan sekarang

2.2 Pemeriksaan Fisik


Hal pemenuhan KDM
2.2.1 Aktivitas /istirahat
- Klien melaporkan adanya kelelahan
- Klien melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan atau
tehknik relaksasi
- Adanya letargi
2.2.2 Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg diantara kontraksi atau lebih.
2.2.3 Integritas Ego
- Respon emosional dimana klien mengalami kecemasan akibat
persalinan yang dialami.
- Klien kelihatan gelisah
- Klien kelihatan putus asa
2.2.4 Nyeri atau ketidak nyamanan
- Klien kelihatan meringis dan merintih akibat nyeri yang tidak
terkontrol.
- Timbul amnesia diantara kontraksi
- Klien mengatakan nyerinya tidak mampu ia kontrol.

2.3 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1: Nyeri persalinan
2.3.1 Definisi
Pengalaman sensori dan emosi yang bervariasi dari
menyenangkan sampai tidak menyenangkan, yang dikaitkan
dengan persalinan dan melahirkan.
2.3.2 Batasan Karakteristik
Diaforesis
Dilatasi pupil
Ekspresi wajah meringis
Focus pada diri sendiri
Kontraksi uterin
Mual muntah
Nyeri
Peningkatan nafsu makan
Penurunan nafsu makan
Penyempitan focus
Perilkau ekspresif
Perubahan tekanan darah, frekuensi Jantung, frekuensi
Pernafasan
Tekanan perineal
2.3.3 Faktor Yang Berhubungan
Dilatasi serviks
Ekspulsi Fetal

Diagnosa 2: Ansietas
2.3.4 Definisi
Perasaan tidak nyaman atau kekawatiran yang samar disertai
respon autonom, perasaan takut yang disebabkan oleh
antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya
bahaya dan memempukan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman
2.3.5 Batasan Krakteristik
Perilaku : penurunan produktivitas, gerakan yang ireleven,
gelisah, melihat sepintas, insomnia, kontak mata yang buruk,
agitasi, menintai, tampak waspada.
Afektif: gelisah, distress, kesedihan yang mendalam,
ketakutan, perasaan tidak adekuat, berfokus pada diri sendiri,
iritabilitas,, gugup senang berlebihan, rasa nyeri yang
meningkatkan ketidakberdayaan, bngung, menyesal, ragu,
khawatir
Fisiologis : wajah tegang, tremor tangan, peningkatan
produksi keringat, peningkatan ketegangan, gemetar, suata
bergetar.
Simpatik : anoreksia, ekstasi kardiovaskular, wajah memerah,
mukosa kering, jantung berdebar, peningkatan denyut nadi,
peningkatan reflek, sulit bernapas, vasokontriksi superficial,
lemah, gangguan perhatian.
2.3.6 Faktor yang Berhubungan
Perubahan besar (status kesehatan)
Pemajanan toksin
Infeksi
Krisis maturasi krisis situasional
Proses penyakit
Stresor
Kebutuha yang tidak dipenuhi
Konflik tentang tujuan hidup
Diagnosa 3: Nyeri akut
2.3.7 Definisi
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan
akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial,
yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai
berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat
diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.
2.3.8 Batasan Krakteristik
Subjektif
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan nyeri dengan
isyarat
Objektif
Posisi untuk menghindari nyeri, perubahan tonus otot, respons
autonomik, perubahan selera makan, perilaku distraksi,
perilaku ekspresif, wajah topeng, perilaku menjaga atau sikap
melindungi, focus menyempit, bukti nyeri dapat
diamati,berfokus pada diri sendiri dan gangguan tidur.
2.3.9 Faktor faktor yang berhubungan
Agen-agen penyebab cedera (misalnya biologis, kimia, fisik,
dan psikologis)

Diagnosa 4: Resiko Infeksi


2.3.10 Definisi
Peningkatan resiko masuknya organisme pathogen
2.3.11 Faktor Risiko
Prosedur Infasif
Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan
pathogen
Trauma
Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
Ruptur membran amnion
Agen farmasi (imunosupresan)
Malnutrisi
Peningkatan paparan lingkungan pathogen
Imonusupresi
Ketidakadekuatan imum buatan
Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan respon inflamasi)
Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh,
trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis,
perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik)
Penyakit kronik

Diagnosa 5: Resiko Asfiksia


2.3.12 Definisi
Risiko utama asfiksia yang tidak disengaja (ketidakadekuatan
udara yang tersedia untuk dihirup)
2.3.13 Faktor resiko
Proses penyakit
Cedera
Penurunan kemampuan motorik
Kurang kewaspadaan keamanan

Diagnosa 6: Resiko gangguan perkembangan


2.3.14 Definisi
Risiko keterlambatan 25% atau lebih dalam satu atau lebih
area sosial atau perilaku mengatur diri dalam keterampilan
kognitif, bahasa, keterampilan motorik kasar, atau motorik
halus.
2.3.15 Faktor risiko
Perawatan prenatal yang tidak dilakukan
Kehamilan yang tidak direncanakan
infeksi
Usia ibu <15 tahun atau >35 tahun
Kerusakan otak (perdarahan)
Nutrisi tidak adekuat
Kelainan kongenital
2.4 Perencanaan
Diagnosa 1: Nyeri persalinan
Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri pasien dapat
berkurang dengan criteria hasil sebagai berikut :
a. Keluhan nyeri berkurang
b. Pasien tanpak rileks
Intervensi dan rasional
a. Pengkajian
1) Lakukan pengkajian nyeri yang komperhensip meliputi
lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas atau keparahan nyeri dan factor presipitasinya.
Rasional : memberikan informasi untuk membantu
memudahkan tindakan keperawatan.
2) Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya
pada pasien yang tidak mampu berkomunikasi efektif.
Rasional : mengetahui tingkat nyeri pasien dari ekspresi
pasien.
b. Manajemen Nyeri
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (misalnya : teknik
relaksasi dan distraksi, terapi music, dan tindakan pereda nyeri
lainnya)
Rasional : membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan
kenyamanan klien.
c. Kolaboratif
Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi
lebih berat. Rasional : penanganan dini pada nyeri yang dirasa
pasien.
d. Mandiri
Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan.
Rasional : lingkungan yang panas, gaduh dan sebagainya dapat
mempengaruhi keadaan pasien yang dapat berdampak pada rasa
nyeri.
Diagnosa 2: Ansietas
Tujuan dan kriteria hasil NOC
Kontrol diri terhadap kecemasan, tingkat kecemasan, koping
Kriteria hasil :
Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
Menunjukan cara mengatasi cemas
Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan aktivitas menunjukan penurunan
kecemasan
Intervensi keperawatan dan Rasional (NIC)
a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
Rasional : klien yang cemas cenderung waspada terhadap kondisi yang ada
dilingkungannya, dengan pendekatan yang menenangkan diharapkan tidak
menambah kecemasan klien dan klien dapat lebih koopertif
b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku pasien
Rasional : klien harus mengetahui dengan jelas apa yang harus dilakukannya
untuk mengatasi kecemasan, hal ini selain menyadarkan klien tentang
keadaannya juga menyadarkan klien untuk mau mengatasi cemas yang dialami
c. Pahami perspektif pasien terhadap situasi stress
Rasional : perawat memiliki peran sebagai konselor, memalui itu diharapkan
perawat mampu memberikan konsultasi yang baik agar klien dapat mengatasi
cemasnya
d. Anjurkan keluarga untuk menemani klien untuk memberikan keamnan dan
mnegurangi takut
Rasional : menurunkan stimulus yang memicu peningkatan cemas, dengan
berada disekitar orang terdekatnya diharapkan klien akan lebih tenang
e. Identifikasi tingkat kecemasan
Rasional : dengan mengetahui tingkat kecemasan klien perawat dapat
mengambil keputusan tentang tindakan maupun intervensi yang akan diberikan
f. Anjurkan klien menggunakan teknik relaksasi
Rasional : teknik relaksasi terbukti dapat membuat tubuh melepaskan hormone
kebahagiaan sehingga menenangkan dan membuat kondisi tubuh rileks
Diagnosa 3: Nyeri akut
Tujuan dan kriteria hasil NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama diharapakan nyeri
berkurang dengan kriteria :
1. Tingkat Kenyamanan :
Tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik dan psikologis
2. Pengendalian diri :
Tindakan individu untuk mengendalikan nyeri
3. Tingkat nyeri :
Keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan
Memperlihatkan pengendalian nyeri yang dibuktikan oleh
indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5:tidak pernah,
jarang,kadang-kadang,sering, atau selalu)
Menunjukkan tingkat nyeri , yang dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut ( sangat berat, berat, sedang, ringan atau tidak
ada): Ekspresi nyeri pada wajah, gelisah atau ketegangan otot,
durasi nyeri, merintih dan menangis, gelisah.

Intervensi Keperawatan dan rasional (NIC)


Pengkajian
- Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk
mengumpulkan informasi pengkajian
- Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0
sampai 10 (0= tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan, 10 = nyeri hebat)
- Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh
analgesic dan kemungkinan efek sampingnya
- Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap
nyeri dan respons pasien
- Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan
tingkat perkembangan pasien
- Manajemen Nyeri (NIC)
Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi,
karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas , intensitas atau
keparahan nyerim dan faktor presipitasinya
Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka
yang tidak mampu berkomunikasi efektif
Penyuluhan untuk Pasien/Keluarga

- Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus


diminum , frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping,
kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus saat mengonsumsi
obat tersebut (misalnya , pembatasan aktivitas fisik , pembatasan diet)
dan nama orang yang harus dihubungi bila mengalami nyeri membandel
- Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika
peredaan nyeri tidak dapat dicapai
- Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan
nyeri dan tawarkan strategi koping yang disarankan
- Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesik narkotik atau opioid
(misalnya, risiko ketergantungan atau overdosis)
- Manajemen Nyeri (NIC) : berikan informasi tentang nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung dan antisipasi
ketidaknyamanan akibat prosedur
- Manajemen Nyeri (NIC) :
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis (misalnya, umpan-balik
biologis, transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS), hypnosis,
relaksasi, atau kompres hangat atau dingin, dan masase) sebelum,
setelah, dan jika memungkinkan, selama aktivitas yang menimbulkan
nyeri; sebelum nyeri terjadi atau meningkat; dan bersama penggunaan
tindakan peredaan nyeri yang lain.
Aktivitas Lain
- Sesuaikan frekuensi dosis sesuai indikasi melalui pengkajian nyeri dan
efek samping
- Bantu pasien mengidentifikan tindakan kenyamanan yang efektif di
masa lalu, seperti , distraksi, relaksasi, atau kompres hangat/dingin
- Hadir di dekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman dan
aktivitas lain untuk membantu relaksasi, meliputi tidakan sebagai
berikut :
Lakukan perubahan posisi, masase punggung, dan relaksasi
Ganti linen tempat tidur, bila diperlukan
Berikan perawatan dengan tidak terburu-buru, dengan sikap yang
mendukung
Libatkan pasien dalam pengambilan keputusan yang menyangkut
aktivitas perawatan
- Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas, bukan pada nyeri dan
rasa tidak nyaman dengan melakukan pengalihan melalui televise,
radio, tape dan interaksi dengan pengunjung
- Gunakan pendekatan yang positif untuk mengoptimalkan respons pasien
terhadap analgesic (misalnya Obat ini akan mengurangi nyeri Anda)

Diagnosa 4: Resiko Infeksi


Tujuan dan Kriteria hasil
NOC :
Immune Status
Knowledge : Infection control
Risk control
Hasil :
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang
mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya,
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup sehat

Intervensi keperawatan dan rasional


Intervensi :
a) Tinjau ulang kondisi factor resiko yang ada sebelumnya.
Rasional : kondisi dasar ibu : seperti DM dan hemoragi menimbulkan
potensial resiko infeksi atau penyembuhan luka yang buruk. Adanya
proses infeksi dapat meningkat resiko kontaminasi janin.
b) Kaji terhadap tanda dan gejala infeksi ( misalnya peningkatan suhu, nadi,
jumlah sel darah putih atau bau / warna secret vagina.
Rasional : pecah ketuban terjadi 24 jam sebelum pembedahan dapat
mengakibatkan korioamonitis sebelum mengintervensi bedah dan dapat
mengubah penyembuhan luka.
c) Berikan perawatan perineal sedikitnya setiap 4 jam bila ketuban telah
pecah.
Rasional : membantu mengurangi resiko infeksi asenden.
KOLABORASI
d) Berikan antibiotic
Rasional : mencegah terjadinya proses infeksi

Diagnosa 5: Resiko Asfiksia


Tujuan dan Kriteria hasil
Menunjukkan Pencegahan Aspirasi
Hasil
Mengidentifikasi dan menghindari faktor resiko
Intervensi keperawatan dan rasional
a. Pantau pernafasan
Rasional: mengetahui frekuensi, irama, dan usaha nafas
b. Lakukan upaya resusitasi
Rasional: memberikan ventilasi yang adekuat
c. Atur posisi sebagai manajemen jalan nafas
Rasional: memaksimalkan ventilasi
d. Identifikasi bahaya dan modifikasi lingkungan
Rasional: meminimalkan resiko dan bahaya

Diagnosa 6: Resiko gangguan perkembangan


Tujuan dan Kriteria hasil
Anak tidak mengalami keterlambatan 25% atau lebih dalam satu atau
lebih area sosial atau perilaku mengatur diri dalam keterampilan
kognitif, bahasa, keterampilan motorik kasar, atau motorik halus.
Intervensi keperawatan dan rasional
a. Kaji adanya faktor resiko
Rasional: memberikan informasi untuk membantu memudahkan
tindakan keperawatan.
b. Ajarkan cara cara memberikan rangsangan yang berarti untuk
bayi
Rasional: meningkatkan perkembangan
c. Anjurkan orang tua untuk konseling terhadap perkembangan
anaknya
Rasional: mencegah keterlambatan perkembangan
d. Anjurkan penigkatan support sistem
Rasional: meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental.
DAFTAR PUSTAKA

Jannah, N. 2012. Buku Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta

Manuaba, IBG, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB.Jakarta :
EGC

NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Edisi 9, Jakarta : EGC

Prawirohardjo, Sarwono. (2011). Ilmu Kandungan Edisi III.Jakarta : Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai