Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY........ DENGAN SECTIO CAESAREA


DI RUANG NUSA INDAH II
RSUD SLEMAN

Stase Keperawatan Maternitas PN Angkatan XIII

Disusun Oleh:

MARIANO XIMENES NICOLAU


PN. 19. 01. 92

PRODI PROFESI NERS


STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY S DENGAN POST PARTUM SPONTAN
DI RUANG BOUGENVILLE II
RSUP DR. SARDJITO

Laporan pendahuluan ini telah dibaca, diperiksa pada


Hari/tanggal:

Pembimbing Klinik Mahasiswa Praktikan

(.........................................) (...........................................)

Mengetahui
Pembimbing Akademik

(................................................)

LAPORAN PENDAHULUAN
SECTIO CAESAREA

A. Pengertian
Sectio cesarea berasal dari bahasa latin “caedere” yang artinya memotong. Operasi

caesar atau sectio cesarea adalah proses persalinan yang dilakukan dengan cara mengiris

perut hingga rahim seorang ibu untuk mengeluarkan bayi (Soewarto, 2018).

Sectio cesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding

perut dan dinding uterus (Hakimi, 2010). Sectio cesarea adalah persalinan melalui sayatan

pada dinding abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin >1000 gram atau

umur kehamilan lebih dari 28 minggu (Manuaba, 2010). Sectio cesarea adalah prosedur

bedah untuk melahirkan janin dengan insisi melalui abdomen dan uterus.

Mengenai kontra indikasi perlu diketahui bahwa sectio cesarea perlu dilakukan baik

untuk kepentingan ibu maupun untuk kepentingan anak. Oleh sebab itu, sectio cesarea

tidak dilakukan kecuali dalam keadaan terpaksa apabila misalnya terjadi indikasi panggul

sempit, atau apabila janin sudah meninggal dalam rahim, janin terlalu kecil untuk hidup

diluar kandungan, atau apabila janin terbukti menderita cacat seperti hidrosefalus dan

sebagainya.

B. Etiologi
Manuaba (2012), indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen,
perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal
distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas
dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
a. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai
dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang
yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin
ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau
panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami
sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan
bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi
abnormal.
b.  PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan
oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi,
pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling
penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu
mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.

c. KPD (Ketuban Pecah Dini)


Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan
ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah
hamil aterm di atas 37 minggu.
d.  Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran
kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu
bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang
sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
e.  Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan
adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat
pendek dan ibu sulit bernafas.
f.  Kelainan Letak Janin
1.  Kelainan pada letak kepala
a)  Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB
yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya bundar,
anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
b)  Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak paling
rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
c)  Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan
tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan
berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
d)  Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal
beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong
kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna (Saifuddin, 2012).

C.  Jenis- jenis sectio caesarea


1. Abdomen ( Sectio Caesarea Abdominalis )
a.  Sectio Caesarea Transperitonealis
 Sectio Caesarea klasik atau corporal dengan insisi memanjang pada corpus uteri.
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada corpus uteri kira – kira 10
cm.
Kelebihan:
1) Mengeluarkan janin lebih cepat
2) Tidak menyebabkan komplikasi tertariknya vesica urinaria
3) Sayatan bisa diperpanjang proximal atau distal.
Kekurangan :
a) Mudah terjadi penyebaran infeksi intra abdominal karena tidak ada
retroperitonealisasi yang baik.
b) Sering terjadi rupture uteri pada persalinan berikutnya.
b. Sectio Caesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen
bawah rahim.
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang ( konkaf ) pada segmen bawah
rahim, kira – kira 10 cm.
Kelebihan:
1) Penutupan luka lebih mudah.
2)  Penutupan luka dengan retroperitonealisasi yang baik.
3)   Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi
uterus ke rongga peritoneum.
4)  Perdarahan kurang.
5) Kemungkinan terjadi rupture uteri spontan kurang / lebih kecil dari pada cara
klasik.
Kekurangan:
a) Luka dapat melebar ke kiri , ke kanan dan ke bawah sehingga dapat
menyebabkan arteri Uterina putus sehingga terjadi pendarahan hebat.
b) Keluhan pada vesica urinaria post operatif tinggi.
c. Sectio Caesarea Extraperitonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis
dengan demikian tidak membuka cavum abdomen.
2. Vagina ( Sectio Caesarea Vaginalis )
Menurut arah sayatan rahim, section caesarea dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Sayatan memanjang ( longitudinal )
b.  Sayatan melintang ( transversal )
c. Sayatan huruf T ( T incision)

D. Indikasi
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan
menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-halyang
perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal (
Dystasia )
1. Fetal distress
2. His lemah / melemah
3.  Janin dalam posisi sungsang atau melintang
4. Bayi besar ( BBL≥4,2 kg )
5. Plasenta previa
6. Kalainan letak
7. Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul)
8. Rupture uteri mengancam
9. Hydrocephalus
10. Primi muda atau tua
11. Partus dengan komplikasi
12.  Panggul sempit
E.  Patofisiologi
Sectio Cesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas
500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan
tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak,
placenta previa dan lain-lain untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin
besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum
baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari
aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang
keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh
karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril.
Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa
nyaman. Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat
regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin
maupun ibu anestesi janin sehingga kadang- kadang bayi lahir dalam keadaan apnoe
yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan
pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri
sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas
yang tidak efektif akibat sekret yang berlebihan karena kerja otot nafas silia yang
menutup.
Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan
mobilitas usus. Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan
terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk
metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun
maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan
karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi
sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga
berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi (Saifuddin, 2012).
F. Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :
1. Infeksi puerperal ( Nifas )
a. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
b. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit
kembung
c. Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2. Perdarahan
a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b. Perdarahan pada plasenta bed
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi
terlalu tinggi

G. Penatalaksanaan
Medis Penatalaksanaan medis dan perawatan setelah dilakukan Sectio Caesarea yaitu
sebagai berikut :
1. Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat.

2. Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap

berkontraksi dengan kuat.

3. Analgesia meperidin 75-100 mg atau morfin 10-15 mg diberikan, pemberian

narkotik biasanya disertai anti emetik, misalnya prometazin 25 mg.

4. Periksa aliran darah uterus paling sedikit 30 ml/jam.

5. Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk 24 jam

pertama setelah pembedahan.

6. Ambulasi, satu hari setelah pembedahan klien dapat turun sebertar dari tempat tidur

dengan bantuan orang lain.

7. Perawatan luka, insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip) diangkat pada hari

keempat setelah pembedahan.

8. Pemeriksaan laboratorium, hematokrit diukur pagi hari setelah pembedahan untuk

memastikan perdarahan pasca operasi atau mengisyaratkan hipovolemia.

9. Mencegah infeksi pasca operasi, ampisilin 29 dosis tunggal, sefalosporin, atau

penisilin spekrum luas setelahjanin lahir (Cuningham, 2015).

H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan hemoglobin, dilakukan untuk mendeteksi adanya anemia dan penyakit

ginjal. Peningkatan hemoglobin dapat menunjukan indikasi adanya dehidrasi,

penyakit paru-paru obstruksi menahun, gagal jantung kongesti.


2. Urinalisis adalah analisa fisik kimia dan mikroskopik terhadap urin berguna untuk

menentukan kadar albumin/glukosa.

3. USG abdomen adalah sebuah teknik diagnostik pencitraan menggunakan suara

ultra yang digunakan untuk mencitrakan organ internal otot, ukuran, struktur dan

luka patologi, membuat teknik ini berguna untuk memeriksa organ, melokalisasi

plasenta, menentukan pertumbuhan, kedudukan, persentasi janin, mengetahui usia

kehamilan, dan melihat keadaan janin.

4. Amnioskopi : Melihat kekeruhan air ketuban

5. Tes stress kontraksi atau tes nonstress : Mengkaji respon janin terhadap gerakan/

stress dari pola kontraksi uterus/ pola abnormal (Smeltzer 2011).


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Sirkulasi
Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit vaskuler perifer atau
stasis vaskuler (peningkatan resiko pembentukan thrombus).
7. Integritas ego
Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya factor-faktor stress multiple
seperti financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda tidak dapat beristirahat,
peningkatan ketegangan, stimulasi simpatis.
8. Makanan/cairan
Malnutrisi, membrane mukosa yang kering pembatasan puasa pra operasi insufisiensi
Pancreas/ DM, predisposisi untuk hipoglikemia/ ketoasidosis.
9. Pernafasan
Adanya infeksi, kondisi yang kronik/batuk, merokok.
10.  Keamanan

B. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d luka post operasi
2. Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
3. Gangguan Integritas Kulit b.d tindakan pembedahan.

C. Intervensi
Diaknosa Tujuan Intervensi
keperawatan
Gangguan rasa Setelah dilakukan asuhan NIC: Manajemen Nyeri
nyaman: Nyeri b.d keperawatan diharapkan nyeri 1. Kalikan pengkajian nyeri
luka post operasi dada pasien berkurang dengan secara konferhensif
kriteria hasil: termasuk lokasi,
NOC: Kontrol Nyeri karakteristik, durasi,
No Indikator A T frekuensi, kualitas dan
1 Mengenal factor- 2 4 factor presipitasi.
factor penyebab 2. Observasi reaksi
2 Tindakan 2 4
nonverbal  dari
pertolongan non
ketidaknyamanan.
analgetik
3 Menggunakan 2 4 3. Bantu pasien dan
analgetik keluarga untuk mencari dan
4 Nyeri terkontrol 2 4 menemukan dukungan
5 Frekuensi nyeri 2 4
6 Melaporkan 2 4 4. Kontrol lingkungan yang

gejala kepada dapat mempengaruhi nyeri


seperti suhu ruangan,
perawat pencahayaan dan
kebisingan
5. Ajarkan tentang teknik
non farakologi
6. Berikan analgetik untuk
mengatasi nyeri

Intoleransi aktivitas NOC : Pain Management


berhubungan 1. toleransi terhadap aktivitas
dengan kelemahan 2. daya tahan 1. Kaji status fisiologis

Indikator A T pasien yang menyebabkan


dapat melakukan 2 4 kelelahan
aktivtas mandiri 2. Anjurkan pasien
dapat mengontrol 2 4
mengungkapkan perasaan
pernafasaan saat
secara verbal
aktivitas
3. Tentukan persepsi
Mampu mengenali 2 4
pasien
tanda-tanda yang
4. Pilih intervensi untuk
dapat mengganggu
untuk mengurangi kelelahan
pernafasan
Menyatakan rasa 2 4 5. Monitor intake atau
nyaman setelah asupan nutrisi untuk
melakukan aktivitas mengetahui sumber energi
Tanda vital dalam 2 4 yang adekuat
rentang normal 6. Monitor atau catat waktu
dan lama istirahat tidur
pasien
7. Lakukan ROM aktif
8. Anjurkan tidur siang bila
diperlukan
9. Evaluasi secara
bertahap kenaikan level
aktivitas pasien
10. Monitor respon oksigen
pasien saat perawatan
maupun saat melakukan
perawatan diri secara
mandiri
Defisit perawatan NOC : NIC :
diri: makan, mandi, Status Nutrisi: Asupan Makan & Bantuan Perawatan Diri:
berpakaian, Cairan Pemberian makan
eliminasi Perawatan Diri; Kebersihan Bantuan Perawtan Diri:
berhubungan Perawatan Diri: Berpakaian Mandi/Kebersihan
dengan kelemahan Perawatan Diri: Eliminasi Berpakaian
Kriteria Hasil : Bantuan Perawatan Diri:
1. Asupan makanan dan Eliminasi
minuman secara oral
2. Mempertahankan 1. Monitor kemempuan pasien
kebersihan tubuh untuk menelan
3. Menggunakan pakaian atas 2. Berikan bantuan sampai
dan bawah pasien benar-benar mampu
4. Memposisikan diri di toilet merawat diri sendiri
atau alat bantu eliminasi 3. Monitor integritas kulit
pasien
4. Monitor kemampuan pasien
untuk berpakaian sendiri
5. Dukung penggunakan
perangkat perwatan diri
dengan tepat
6. Sediakan alat bantu
(misalnya., kateter eksternal
atau urinal) dengan tepat
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati Retna, Eni dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Cetakan ke v. Jogjakarta: Nuha
Medika

Bobak, 2014. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC

Hanifa, Wikyasastro. 2011. Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo,
Jakarta.

Prawiroharjo S, 2017. Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka. Jakarta

Rustam, Mochtar. 2012. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai