Anda di halaman 1dari 10

Pendidikan Perawat dan Motivasi Menuju Dokumentasi Keperawatan

Devi Mediarti1, Rehana Rehana1 dan Abunyamin Abunyamin2

1 Departemen Politeknik Perawatan Kesehatan Palembang, Sumatra Selatan, Indonesia 2 Rumah

Sakit Umum Palembang BARI, Sumatra Selatan, Indonesia

ABSTRAK

Pendahuluan: Dokumentasi keperawatan merupakan bagian integral yang tidak dapat

dipisahkan dari perawatan kesehatan sebagai tanggung jawab dan akuntabilitas perawat.

Dibutuhkan pendidikan dan motivasi yang tinggi untuk mencapai dokumentasi keperawatan

yang baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan

motivasi perawat terhadap dokumentasi keperawatan Intensive Care.

Metode: Desain yang digunakan adalah survei analitik dengan pendekatan cross-sectional.

Populasi adalah perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit BARI Palembang dengan jumlah 46

perawat dan 44 sampel diperoleh dengan total sampling. Data dikumpulkan dengan kuesioner

dan observasi dan dianalisis dengan Chi-Square. Variabel bebas adalah pendidikan dan motivasi

perawat dan variabel terikat adalah dokumentasi keperawatan.

Hasil: Ada hubungan antara pendidikan (p = 0,035) dan motivasi (p = 0,040) perawat terhadap

dokumentasi keperawatan.

Kesimpulan: Pendidikan tinggi dan motivasi perawat berpengaruh terhadap kualitas pendidikan

keperawatan. Manajer keperawatan rumah sakit direkomendasikan untuk memberikan

kesempatan untuk mendukung sumber daya manusia di rumah sakit, terutama bagi perawat

untuk berpartisipasi dalam pendidikan, sesuai dengan tuntutan undang-undang dalam pendidikan

keperawatan, dan untuk mengatur pelatihan dokumentasi keperawatan.


PENDAHULUAN

Keperawatan adalah bentuk layanan profesional dari kebutuhan dasar yang diberikan

untuk kesehatan individu dan kondisi sakit, yang meliputi gangguan fisik, psikologis dan sosial,

untuk mencapai status kesehatan yang optimal. Bentuk dasar pemenuhan pada individu dapat

berupa peningkatan kemampuan yang ada, pencegahan, perbaikan dan rehabilitasi kondisi sakit

seperti yang dirasakan oleh individu (Alligood dan Tomey, 2006).

Perawatan adalah bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya perawatan

kesehatan secara keseluruhan. Keperawatan adalah studi yang mempelajari tentang penyebab

tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan dasar

manusia tersebut dalam menanggapi pasien (Nursalam, 2008). Layanan keperawatan profesional

didasarkan pada keperawatan sebagai proses sains. Artinya, asuhan keperawatan sebagai metode

ilmiah masalah keperawatan pasien - dan menyelesaikannya untuk meningkatkan hasil pasien,

yang harus didokumentasikan (Aziz, 2003).

Perawatan dokumentasi adalah kegiatan pencatatan, pelaporan, dan pemeliharaan yang

terkait dengan pengelolaan klien untuk mempertahankan sejumlah fakta dari suatu peristiwa

dalam waktu (Nursalam, 2008). Dokumentasi adalah bukti pencatatan dan pelaporan yang

dimiliki oleh perawat dalam catatan yang berguna untuk kepentingan klien, perawat dan tim

medis dalam menyediakan layanan kesehatan berdasarkan data yang akurat dan lengkap yang

ditulis sebagai tanggung jawab perawat (Suprapto, 2013). Dokumentasi keperawatan dapat

digunakan sebagai tanggung jawab dan akuntabilitas dari berbagai masalah yang mungkin

dialami oleh pasien atau klien dan terdiri dari kepuasan atau ketidakpuasan terhadap layanan

kesehatan yang diberikan (Nursalam 2008).

Dokumentasi keperawatan yang tepat waktu, akurat dan lengkap tidak hanya penting

untuk menutupi dan melindungi keperawatan, tetapi juga penting untuk membantu pasien dan
klien untuk mendapatkan perawatan keperawatan yang lebih baik (Depkes, 1996). Implementasi

dokumentasi keperawatan adalah ukuran untuk menentukan, memantau dan menyimpulkan

menyelenggarakan layanan perawatan keperawatan di rumah sakit (Setiadi, 2012).

Sebuah penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Mataram

Provinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun 2013 menunjukkan bahwa 71,60% dokumentasi

keperawatan tidak lengkap (Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Barat, 2013). Dokumentasi

keperawatan di provinsi Sumatera Selatan di unit rawat inap Rumah Sakit Umum Prabumulih

2012 menunjukkan bahwa 65,62% dokumentasi keperawatan tidak lengkap dan 34,37%

dokumentasi keperawatan selesai (Zakiroh, 2013).

Fenomena dokumentasi keperawatan yang tidak lengkap dipengaruhi oleh banyak

faktor, di antaranya karakteristik individu perawat, termasuk pendidikan, usia, jenis kelamin,

lama layanan dan pengetahuan. Faktor psikologis meliputi faktor motivasi dan organisasi.

(Gibson dan Ivancevich 2002 dikutip dalam Nursalam, 2008).

Hasil wawancara dengan perawat yang bertugas di ruang perawatan intensif

menemukan bahwa banyak perawat, saat bertugas di ruangan itu, tidak menyelesaikan

dokumentasi keperawatan dengan benar. Pendidikan sangat memengaruhi penerapan

dokumentasi keperawatan. Perawat dengan tingkat pendidikan yang berbeda akan memiliki

kualitas dokumentasi yang berbeda, karena semakin tinggi tingkat pendidikan, kemampuan dan

keterampilan kognitif akan meningkat juga (Notoatmodjo, 2003).

Kinerja rumah sakit dipengaruhi oleh layanan keperawatannya. Layanan keperawatan

sangat tergantung pada kinerja perawat, di mana kinerja perawat sangat dipengaruhi oleh

motivasi perawat dalam dokumentasi keperawatan. Ini sesuai dengan pendapat Davis (1998

dikutip dalam Abdullah, 2012), yang mengatakan bahwa di antara faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi pencapaian kinerja perawat dalam dokumentasi keperawatan adalah kemampuan


dan motivasi. Dalam hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, data dari Rumah

Sakit Umum BARI Palembang diperoleh total perawat, perawat gigi dan bidan sepanjang rawat

inap berjumlah 290 orang.

Untuk jumlah perawat yang bertugas di Instalasi Perawatan Intensif ada 46 orang

dengan total kapasitas 15 tempat tidur. Ketidaklengkapan rekam medis dari semua status rawat

inap Rumah Sakit Umum BARI Palembang pada tahun 2013 adalah 40,03%, pada tahun 2014

adalah 30%, dan pada tahun 2015 31,8%. (Rekam Medis Rumah Sakit Umum BARI

Palembang). Berdasarkan uraian tersebut, para peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul "Pendidikan Perawat dan Motivasi Menuju Dokumentasi Keperawatan". Tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan motivasi perawat

terhadap dokumentasi keperawatan. Analisis kesenjangan penelitian tidak dapat memeriksa

kelengkapan dokumen keperawatan dan bahasa keperawatan yang sesuai, karena data

dikumpulkan dengan kuesioner.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini menggunakan survei analitik dengan pendekatan cross-sectional. Data dalam

penelitian ini diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan lembar observasi dan dianalisis

dengan Chi - Square. Total populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang bertugas di

Instalasi Perawatan Intensif Rumah Sakit Umum Palembang BARI 2016 dengan sebanyak 46

perawat dan 44 sampel diperoleh dengan teknik total sampling yang sesuai dengan kriteria

inklusi. Kriteria inklusi adalah: 1) bersedia menjadi responden, 2) tidak dalam masa sakit, izin,

atau penangguhan, 3) berada di tempat selama penelitian. Variabel independen adalah

pendidikan dan motivasi perawat dan variabel dependen adalah dokumentasi keperawatan.

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Perawatan Intensif Rumah Sakit Umum BARI Palembang

antara 20 - 25 April 2016.


HASIL

Hasil penelitian ini akan dijelaskan berdasarkan informasi yang disajikan dalam tabel. Hasil

penelitian ini dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan Chi-Square. Hasil penelitian

menunjukkan Karakteristik Responden di Instalasi Rumah Sakit Umum Perawatan Intensif,

pendidikan perawat dan motivasi terhadap dokumentasi keperawatan. Tabel 1 menunjukkan

bahwa dokumentasi keperawatan dengan kategori baik adalah 31 responden (70,5%), responden

dengan pendidikan rendah adalah 30 responden (68,2%). Responden dengan kategori motivasi

kekuatan adalah 28 (63,6% ).

Tabel 2 menunjukkan bahwa responden dengan pendidikan tinggi (sarjana) melakukan

dokumentasi keperawatan yang baik dengan sebanyak 13 responden (92,9%) dari 14 responden,

lebih tinggi jika dibandingkan dengan responden dengan pendidikan rendah (diploma), yang

disajikan dalam dokumentasi keperawatan dengan sebanyak 18 responden (60%) dari 30

responden. Analisis Chi – Square diperoleh nilai p 0,035 <α (0,05) yang berarti ada hubungan

antara pendidikan perawat dengan dokumentasi keperawatan. Odds Ratio (OR) = 8.667, yang

berarti peluang keperawatan dengan pendidikan tinggi adalah 8.677 kali lebih baik dalam

dokumentasi keperawatan daripada perawat dengan pendidikan rendah.

Tabel 3 menunjukkan bahwa responden dengan motivasi kuat selama dokumentasi keperawatan

dengan kategori baik adalah 23 responden (82,1%). Analisis Chi - Square diperoleh nilai p 0,040

<α (0,05), yang berarti ada hubungan antara motivasi perawat terhadap dokumentasi

keperawatan. Odds Ratio (OR) = 4,600, yang berarti perawat motivasi yang kuat adalah 4,600

kali lebih baik dalam dokumentasi keperawatan daripada perawat dengan motivasi yang lemah.
DISKUSI

Peran perawat sekolah yang independen dan kompleks membutuhkan dokumentasi

penilaian, intervensi, dan hasil yang akurat. Dokumentasi yang konsisten oleh semua perawat

sekolah sangat penting untuk mempelajari dampak intervensi keperawatan terhadap kesehatan

dan keberhasilan siswa di sekolah. Sementara bahasa keperawatan terstandar tersedia,

penggunaan sebenarnya dari bahasa-bahasa ini oleh perawat sekolah masih dalam tahap awal

implementasi. Survei nasional perawat sekolah ini mengungkapkan beragam praktik dalam

dokumentasi keperawatan sekolah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kay dan Yearous (2011)

menunjukkan penerapan Bahasa Keperawatan (Nanda, NOC, NIC) akan memungkinkan perawat

sekolah untuk mendokumentasikan lebih konsisten, mendasarkan keputusan praktik pada bukti

dan meningkatkan kesehatan dan keberhasilan akademik siswa di sekolah.

Artinya, mulai dari sekolah, perawat harus memiliki pendidikan dokumentasi

keperawatan yang optimal. Dokumentasi keperawatan adalah bagian penting dari dokumentasi

klinis. Dokumentasi keperawatan yang menyeluruh adalah prasyarat untuk perawatan pasien

yang baik dan untuk komunikasi dan kerjasama yang efisien dalam tim profesional perawatan

kesehatan (Ammenwerth, et al., 2001). Dokumentasi keperawatan adalah indikator kinerja

keperawatan saat melakukan asuhan keperawatan yang dapat dilihat dari implementasi

dokumentasi keperawatan. Tanpa dokumentasi keperawatan, semua implementasi keperawatan

yang dilakukan oleh perawat tidak memiliki arti dalam hal tanggung jawab dan akuntabilitas

(Dellefield, 2006). Dokumentasi keperawatan adalah salah satu upaya yang diperlukan untuk

membangun dan mempertahankan akuntabilitas perawat dan keperawatan (Webster New World

Dictionary dikutip dalam Marelli, 2007).


Staf perawat yang bekerja dalam perawatan institusional jangka panjang mendatangi

penghuni dengan semakin banyak keterbatasan fisik dan kognitif. Untuk bertukar informasi

tentang status kesehatan penghuni ini, dokumentasi keperawatan yang akurat penting untuk

memastikan keselamatan penghuni (Saranto dan Kinnunen, 2009). Implementasi dokumentasi

keperawatan merupakan langkah dalam menentukan, memantau dan menyimpulkan layanan

perawatan keperawatan yang diselenggarakan oleh rumah sakit (Fischbach, 1991 dalam Setiadi,

2012). Pendidikan sangat mempengaruhi implementasi dokumentasi keperawatan. Perawat

dengan tingkat pendidikan yang berbeda akan memiliki kualitas dokumentasi yang berbeda,

karena semakin tinggi tingkat pendidikan, kemampuan kognitif dan keterampilan akan

meningkat juga (Notoatmodjo, 2003).

Wawan dan Dewi (2010) menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang,

semakin mudah untuk menerima informasi, sehingga mereka dapat membuat keputusan untuk

melakukan dokumentasi. Sedangkan Siagian (2010) menyatakan Meja bahwa pendidikan tinggi

akan meningkatkan motivasi, keinginan dan kematangan intelektual dalam penerapan

dokumentasi yang lengkap. Gibson dan Ivancevich (1995) menyatakan bahwa tingkat

pendidikan tinggi umumnya menyebabkan seseorang menjadi lebih mampu dan mau menerima

tanggung jawab. Ini akan mempengaruhi kelengkapan dokumentasi keperawatan. Layanan

keperawatan sangat tergantung pada kinerja perawat, yang sangat dipengaruhi oleh kinerja

motivasi perawat (Broderic dan Coffey 2013).

Ini sesuai dengan pendapat Davis (1997) yang dikutip dalam Abdullah, 2012) yang

mengatakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian kinerja perawat dalam

dokumentasi keperawatan termasuk kemampuan dan motivasi. Dokumentasi keperawatan

membutuhkan motivasi perawat yang berasal dari hati, untuk menciptakan motivasi kuat

perawat, dan kebutuhan untuk menyadari kebutuhan dan pentingnya dokumentasi keperawatan
(Swanburg, 2000). Motivasi yang tepat akan mendorong karyawan untuk melakukan sebanyak

mungkin dalam melaksanakan tugasnya karena mereka percaya bahwa keberhasilan organisasi

dalam mencapai tujuan dan target dari berbagai kepentingan pribadi anggota akan terpenuhi juga

(Siagian, 2010).

Ilyas (2001) mengatakan bahwa jika seseorang termotivasi dan peduli mereka akan

berusaha untuk meningkatkan prestasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara pendidikan perawat terhadap dokumentasi keperawatan di Instalasi

Intensif Rumah Sakit Umum BARI Palembang 2016. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Pratiwi et al. (2013) mengenai korelasi tingkat pendidikan dan lama bekerja terhadap

kelengkapan dokumentasi keperawatan di Rumah Sakit Umum Tugumulyo, Tugurejo,

Semarang, menunjukkan bahwa ada korelasi yang signifikan antara tingkat pendidikan terhadap

kelengkapan dokumentasi keperawatan.

Peneliti berasumsi bahwa tingkat pendidikan perawat memiliki peran penting dalam

kualitas dokumentasi keperawatan sebagai indikator baik atau tidaknya layanan keperawatan di

rumah sakit yang akan meningkatkan kualitas rumah sakit sehingga standar kualitas perawatan

yang tepat akan tercapai. Hasilnya adalah bahwa tingkat pendidikan perawat yang lebih tinggi

akan meningkatkan kualitas dokumentasi keperawatan di area kerja perawat. Ini karena tingkat

pendidikan akan mempengaruhi kemampuan kognitif dan kematangan intelektual serta motivasi

para perawat (Voyer et al., 2014). Studi saat ini dilakukan oleh Tuinman et al. (2017)

menemukan ketidakakuratan dalam konten dan koherensi dokumentasi keperawatan dalam

perawatan institusional jangka panjang. Ini dapat mempersulit komunikasi antara para

profesional kesehatan, ekstraksi data oleh manajer untuk tujuan kualitas dan penggantian biaya

dan juga membahayakan keselamatan dan kesejahteraan penduduk. Dengan mempertimbangkan


tingkat ketajaman yang meningkat dari penghuni, manajer harus mempertimbangkan kembali

apakah keperawatan yang tersedia

staf dan sumber daya cukup untuk menyediakan dokumentasi keperawatan yang akurat. Investasi

dalam sumber daya (mis., Waktu, careplan terstruktur (elektronik)) mungkin diperlukan untuk

memfasilitasi dokumentasi yang akurat. Selain itu, keterampilan nalar staf keperawatan harus

diselidiki dan dilatih, disesuaikan dengan latar belakang pendidikan dan ruang lingkup praktik

mereka, untuk memastikan bahwa mereka kompeten melakukan tanggung jawab pekerjaan

pemeliharaan rencana mereka. Penerapan standar profesional sesuai dengan persyaratan hukum

dan audit berkala dapat semakin meningkatkan kualitas dokumentasi keperawatan. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa ada hubungan antara motivasi

perawat terhadap dokumentasi keperawatan di Instalasi Umum Rumah Sakit Umum BARI

Palembang 2016. Penelitian dilakukan oleh Pakudek et al. (2014) tentang korelasi motivasi

perawat terhadap dokumentasi keperawatan di Instalasi Rawat Inap C RSUP Prof. Dr. Kandou

Manado, menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi perawat terhadap

dokumentasi keperawatan. Peneliti berasumsi bahwa tingkat motivasi perawat memiliki peran

penting dalam kualitas dokumentasi keperawatan, sebagai indikator pelayanan perawat yang baik

atau tidak baik di rumah sakit, yang akan meningkatkan kualitas rumah sakit sehingga standar

kualitas perawatan yang tepat akan menjadi. tercapai.

Menurut pendapat kami, penerimaan yang tinggi dari proses keperawatan, persiapan yang cermat

dari rencana perawatan yang telah ditentukan (setidaknya sebagian didasarkan pada kosakata

terstandarisasi), bersama dengan langkah-langkah dasar, seperti persiapan organisasi, manajemen

proyek yang baik, penyertaan pengguna masa depan dalam persiapan proses, dan peralatan teknis

yang memadai dengan integrasi ke dalam sistem informasi rumah sakit, adalah prasyarat penting
untuk keberhasilan dokumentasi proses keperawatan (Ammenwerth et al., 2001). Ini

mengkonfirmasi hasil penelitian lain. Selain itu, terminologi keperawatan dan rencana asuhan

keperawatan harus dipelihara dan diperbarui secara berkala, dengan mempertimbangkan

pengembangan keterampilan dan pengalaman pengguna (Wang et al., 2011). Akibatnya, tingkat

pendidikan perawat yang lebih tinggi akan meningkatkan kualitas dokumentasi keperawatan di

area kerja perawat. Ini karena tingkat motivasi perawat akan memengaruhi kinerja mereka dan

motivasi untuk memberi arah minat kepada perawat dalam melakukan pekerjaan mereka.

KESIMPULAN

Pendidikan dan motivasi perawat memiliki hubungan yang signifikan dengan dokumentasi

keperawatan di Rumah Sakit Unit Perawatan Intensif. Hal ini disebabkan oleh tingkat pendidikan

yang tinggi dan tingkat motivasi yang kuat yang akan memberikan asuhan keperawatan yang

berkualitas. Manajemen rumah sakit diharapkan memberikan peluang dan mendorong manusia

rumah sakit

NER JURNAL http://e-journal.unair.ac.id/JNERS | 35 sumber daya, terutama bagi perawat untuk

dapat mengikuti pendidikan yang tepat secara hierarkis. Ini sesuai dengan tuntutan undang-

undang yang mengatur pendidikan keperawatan, dan harus mengadakan pelatihan tentang

dokumentasi. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan metodologi, sampel,

variabel, dan faktor lain yang terkait dengan dokumentasi keperawatan di Instalasi Perawatan

Intensif.

Anda mungkin juga menyukai