SYOK KARDIOGENIK
Mata Ajar : Anatomi Fisiologi dan Kardiorespirasi
Disusun Oleh
D IV KEPERAWATAN REGULER A
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Syok merupakan suatu keadaan kegawat daruratan yang ditandai
dengan kegagalan perfusi darah ke jaringan, sehingga mengakibatkan
gangguan metabolisme sel. Dalam keadaan berat terjadi kerusakan sel yang
tak dapat dipulihkan kembali (syok ireversibel), oleh karena itu penting untuk
mengenali keadaan-keadaan tertentu yang dapat mengakibatkan syok, gejala
dini yang berguna untuk penegakan diagnosis yang cepat dan tepat untuk
selanjutnya dilakukan suatu penatalaksanaan yang sesuai.
Satu bentuk syok yang amat berbahaya dan mengancam
jiwa penderitanya adalah syok kardiogenik. Pada syok kardiogenik ini terjadi
suatu keadaan yang diakibatkan oleh karena tidak cukupnya curah jantung
untuk mempertahankan fungsi alat-alat vital tubuh akibat disfungsi otot
jantung. Hal ini merupakan suatu keadaan gawat yang membutuhkan
penanganan yang cepat dan tepat, bahkan dengan penanganan yang agresif
pun angka kematiannya tetap tinggi yaitu antara 80-90%. Penanganan yang
cepat dan tepat pada penderita syokkardiogenik ini mengambil peranan
penting di dalam pengelolaan/penatalaksanaan pasien guna menyelamatkan
jiwanya dari ancaman kematian.
Syok kardiogenik ini paling sering disebabkan oleh karena infark jantung
akut dan kemungkinan terjadinya pada infark akut 5-10%. Syok merupakan
komplikasi infark yang paling ditakuti karena mempunyai mortalitas yang
sangat tinggi. Walaupun akhir-akhir ini angka kematian dapat diturunkan
sampai 56% (GUSTO), syok kardiogenik masih merupakan penyebab
kematian yang terpenting pada pasien infark yang dirawat di rumah sakit.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi fisiologi dari jantung ?
2. Apa itu syok kardiogenik, etiologi, dan faktor predisposisi ?
3. Bagaimana patofisiologi, dan manifestasi klinis dari syok kardiogenik ?
4. Apa saja komplikasi dari syok kardiogenik ?
5. Bagaimana pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik dari syok
kardiogenik ?
6. Apa saja terapi yang diberikan untuk syok kardiogenik ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari syok kardiogenik ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami mengenai syok kardiogenik dan
penatalaksanaan pada pasien dengan syok kardiogenik.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui anatomi fisiologi jantung
b. Mengetahui pengertian syok kardiogenik, etiologi, dan faktor
predisposisi
c. Mengetahui patofisiologi, manifestasi klinis dari syok kardiogenik
d. Mengetahui komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita syok
kardiogenik
e. Mengetahui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik dari syok
kardiogenik
f. Mengetahui terapi yang diberikan untuk penderita syok kardiogenik
g. Mengetahui penatalaksanaan pada pasien dengan syok kardiogenik
BAB II
KAJIAN TEORI
b. Persyarafan Jantung
Jantung dipersyarafi oleh serabut simpatis, parasimpatis,
dan sistem syaraf autonom melalui pleksus kardiakus. Syaraf
simpatis berasal dari trunkus simpatikus bagian servical dan torakal
bagian atas dan syaraf parasimpatis berasal dari nervous vagus.
Sistem persyarafan jantung banyak dipersyarafi oleh serabut sistem
syaraf otonom (parasimpatis dan simpatis) dengan efek yang saling
berlawanan dan bekerja bertolak belakang untuk mempengaruhi
perubahan pada denyut jantung, yang dapat mempertinggi
ketelitian pengaturan syaraf oleh sistem syaraf otot.
c. Elektrofisiologi jantung
Di dalam otot jantung, terdapat jaringan khusus yang
menghantarkan aliran listrik. Jaringan tersebut mempunyai sifat-
sifat yang khusus, yaitu :
a) Otomatisasi : kemampuan untuk menimbulkan impuls secara
spontan.
b) Irama : pembentukan impuls yang teratur.
c) Daya konduksi : kemampuan untuk menyalurkan impuls.
d) Daya rangsang : kemampuan untuk bereaksi terhadap rangsang.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut diatas, maka secara spontan
dan teratur jantung akan menghasilkan impuls-impuls yang
disalurkan melalui sistem hantar untuk merangsang otot jantung
dan dapat menimbulkan kontraksi otot. Perjalanan impuls dimulai
dari nodus SA, nodus AV, sampai ke serabut purkinye.
1) SA Node
Disebut pemacu alami karena secara teratur mengeluarkan
aliran listrik impuls yang kemudian menggerakkan jantung
secara otomatis. Pada keadaan normal, impuls yang
dikeluarkan frekuensinya 60-100 kali/ menit. Respons dari
impuls SA memberikan dampak pada aktivitas atrium. SA
node dapat menghasilkan impuls karena adanya sel-sel
pacemaker yang mengeluarkan impuls secara otomatis. Sel
ini dipengarungi oleh saraf simpatis dan parasimpatis.
Stimulasi SA yang menjalar melintasi permukaan atrium
menuju nodus AV memberikan respons terhadap adanya
kontraksi dari dinding atrium untuk melakukan kontraksi.
Bachman bundle menghantarkan impuls dari nodus SA ke
atrium kiri. Waktu yang diperlukan pada penyebaran impuls
SA ke AV berkisar 0,05 atau 50 ml/ detik.
2) Traktus Internodal
Berfungsi sebagai penghantar impuls dari nodus SA ke
Nodus AV. Traktus internodal terdiri dari :
- Anterior Tract
- Middle Tract.
- Posterior Tract.
- Bachman Bundle
Berfungsi untuk menghantarkan impuls dari nodus SA ke
atrium kiri.
3) AV Node
AV node terletak di dalam dinding septum (sekat) atrium
sebelah kanan, tepat diatas katup trikuspid dekat muara sinus
koronarius. AV node mempunya dua fungsi penting, yaitu :
- Impuls jantung ditahan selama 0,1 atau 100 ml/ detik,
untuk memungkinkan pengisisan ventrikel selama atrium
berkontraksi.
- Mengatur jumlah impuls atrium yang mencapai ventrikel.
AV node dapat menghasilkan impuls dengan frekuensi 40-
60 kali/ menit.
4) Bundle His
Berfungsi untuk menghantarkan impuls dari nodus AV ke
sistem bundle branch.
5) Bundle Branch
Merupakan lanjutan dari bundle of his yang bercabang menjadi
dua bagian, yaitu :
- Righ bundle branch (RBB/ cabang kanan), untuk mengirim
impuls ke otot jantung ventrikel kanan.
- Left bundle branch (LBB/ cabang kiri) yang terbagi dua, yaitu
deviasi ke belakang (left posterior vesicle), menghantarkan
impuls ke endokardium ventrikel kiri bagian posterior dan
inferior, dan deviasi ke depan (left anterior vesicle),
menghantarkan impuls ke endokardium ventrikel kiri bagian
anterior dan superior.
6) Sistem Purkiye
Merupakan bagian ujung dari bundle branch. Berfungsi untuk
menghantarkan/ mengirimkan impuls menuju lapisan sub-
endokard pada kedua ventrikel, sehingga terjadi depolarisasi
yang diikuti oleh kontraksi ventrikel. Sel-sel pacemaker di
subendokard ventrikel dapat menghasilkan impuls dengan
frekuensi 20-40 kali/ menit. Pemacu- pemacu cadangan ini
mempunyai fungsi sangat penting, yaitu untuk mencegah
berhentinya denyut jantung pada waktu pemacu alami (SA
node) tidak berfungsi. Depolarisasi yang dimulai pada SA node
disebarkan secara radial ke seluruh atrium, kemudian semuanya
bertemu di AV node. Seluruh depolarisasi atrium berlangsung
selama kira-kira 0,1 detik. Oleh karena hantaran di AV node
lambat, maka terjadi perlambatan kira- kira 0,1 detik
(perlambatan AV node) sebelum eksitasi menyebar ke ventrikel.
Pelambatan ini diperpendek oleh perangsangan saraf simpatis
yang menuju jantung dan akan memanjang akibat perangsangan
vagus. Dari puncak septum, gelombang depolarisasi menyebar
secara cepat di dalam serat penghantar purkinye ke semua
bagian ventrikel dalam waktu 0,08-0,1 detik.(Muttaqin, 2009)
d. Siklus jantung
Siklus jantung adalah periode dimulainya satu denyutan
jantung dan awal dari denyutan selanjutnya. Siklus jantung terdiri
dari periode sistole, dan diastole. Sistole adalah periode kontraksi
dari ventrikel, dimana darah dikeluarkan dari jantung. Diastole
adalah periode relaksasi dari ventrikel dan kontraksi atrium,
dimana terjadi pengisian darah dari atrium ke ventrikel.
- Periode sistole (periode kontraksi)
Periode sistole adalah suatu keadaan jantung dimana
bagian ventrikel dalam keadaan menguncup. Katup
bikuspidalis dan trikuspidalis dalam keadaan tertutup, dan
valvula semilunaris aorta dan valvula semilunaris arteri
pulmonalis terbuka, sehingga darah dari ventrikel kanan
mengalir ke arteri pulmonalis, dan masuk kedalam paru-
paru kiri dan kanan. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke
aorta dan selanjutnya beredar keseluruh tubuh.
- Periode diastole (periode dilatasi)
Periode diastole adalah suatu keadaan dimana jantung
mengembang. Katup bikuspidalis dan trikuspidalis dalam
keadaan terbuka sehingga darah dari atrium kiri masuk ke
ventrikel kiri, dan darah dari atrium kanan masuk ke
ventrikel kanan. Selanjutnya darah yang datang dari paru-
paru kiri kanan melalua vena pulmonal kemudian masuk ke
atrium kiri. Darah dari seluruh tubuh melalui vena cava
superior dan inferior masuk ke atrium kanan.
- Periode istirahat
Adalah waktu antara periode diastole dengan periode
sistole dimana jantung berhenti kira-kira sepersepuluh
detik. (Kasron, 2011)
b. Faktor Predisposisi
Menurut Bakta&Ketut (2009) faktor-faktor predisposisi
timbulnya syok kardiogenik, yaitu :
1. Umur yang relative lebih tua > 60 tahun : dengan
bertambah umur produksi hormone, enzim dan daya imun
biasanya juga menurun.
2. Wanita yang memiliki penyakit jantung memiliki resiko
lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki yang memiliki
penyakit jantung
3. Riwayat gagal jantung atau serangan jantung
4. Riwayat diabetes melitus
5. Telah terjadi payah jantung sebelumnya.
6. Adanya infark yang lama ataupun baru
7. IMA yang meluas secara progresif
8. Komplikasi IMA : septum sobek, disenergi ventrikel
9. Gangguan irama jantung
10. Factor factor ekstramiokardial : obat obatan yang
menyebabkan hipotensi atau hipovolemi.
4. Patofisiologi
Patofisiologi dari syok kardiogenik adalah adanya penurunan dari
kontraktilitas miokardium yang menyebabkan curah jantung menurun,
tekanan darah rendah dan iskemia arteri koroner. Hal tersebut semakin
memperburuk kontraktilitas jantung. Siklus ini dapat berakhir pada
kematian. Syok kardiogenik bukan hanya akibat disfungsi ventrikel
kiri, namun akibat gangguan pada seluruh sistem sirkulasi. Gangguan
ini berupa vasokonstriksi sistemik dan pelepasan mediator inflamasi.
Vasokonstriksi sistemik merupakan mekanisme kompensasi akibat
curah jantung yang menurun. Vasokonstriksi ini bertujuan untuk
memperbaiki perfusi perifer dan koroner, namun justru meningkatkan
beban akhir. (van Diepen S, 2017)
Syok kardiogenik dicirikan oleh lingkaran setan (vicious circle
dimana terjadi depresi kontraktilitas miokard (depression
of myocardial contractility), biasanya karena iskemia,
menyebabkan pengurangan cardiac output dan tekanan arteri
(arterial pressure), dimana menghasilkan hipoperfusi miokardium dan
iskemia lanjutan dan penurunan cardiac output .Disfungsi miokardial
sistolik mengurangi stroke volume ; dan bersama dengan disfungsi
diastolik, memicu peninggian tekanan end-diastolic ventrikel kiri dan
pulmonary capillarywedge pressure seperti pada kongesti paru.
Jantung tidak mampu memusatkan secara sinkron atau penekanan
dan aliran darah ke aorta dihindarkan. LEVD (The Left Ventricular
End – Diastolik Pressure) dan Arterial Pressure (LAP) meningkat
dari sistolik outflow yang tidak efisien. Pada akhirnya, tekanan arteri
pulmonary selaput interstisial dan alveoli menurunkan daerah
permukaan untuk pertukaran gas.
Penurunan/ pengurangan perfusi koroner memacu pemburukan
iskemia, disfungsi miokardium progresif, dan spiral menurun yang
cepat (rapid downward spiral),bilamana jika tidak diputus, seringkali
menyebabkan kematian. Asidosis laktat dari perfusi jaringan yang
buruk dan hipoksemia dari edem paru (pulmonaryedema) dapat
sebagai hasil dari kegagalan pompa dan kemudian berkontribusi
terhadap lingkaran setan ini dengan memburuknya iskemia
miokardium dan hipotensi. Asidosis berat(Ph <7,25) mengurangi daya
kemanjuran efektivitas (efficacy) yang secara endogen dan eksogen
telah diberi katekolamin (Fauci AS,et al.,2008.)
5. Pathway
Sumber : (Fauci AS,et al.,2008)
6. Manifestasi Klinis
Syok kardiogenik merupakan kasus kegawatdaruratan. Penilaian
klinis yang lengkap sangat penting untuk mendapatkan penyebabnya
dan menetapkan sasaran terapi untuk mengatasi penyebabnya. Syok
kardiogenik yang muncul akibat infark miokard biasanya muncul
setelah pasien masuk ke rumah sakit, namun demikian, sebagian kecil
pasien datang ke rumah sakit sudah dalam keadaan syok. Pada pasien
terlihat tanda-tanda hipoperfusi (curah jantung yang rendah) yang
terlihat dari adanya sinus takikardia, volume urine yang sedikit, serta
ekstremitas dingin. Hipotensi sistemik ( TDS < 90mmHg atau
turunnnya TD < 30 mmHg dari TD rata-rata) belakangan akan muncul
dan meyebabkan hipoperfusi jaringan.
Kebanyakan pasien yang datang dengan infark miokard akut
merasakan nyeri dada yang muncul tiba-tiba seperti diperas atau
ditimpa beban berat di substernal. Nyeri ini dapat menyebar hingga ke
lengan kiri atau leher. Nyeri dada bisa saja tidak khas, terutama jika
lokasinya hanya di epigastrium, leher atau lengan. Kualitas nyerinya
bisa seperti terbakar, seperti ditusuk-tusuk atau seperti ditikam.
Bahkan nyeri bisa saja tidak dirasakan pada pasien-pasien diabetes dan
usia tua. Gejala-gejala autonomik lain bisa juga muncul seperti mual,
muntah, serta berkeringat. Riwayat penyakit jantung sebelumnya,
riwayat penggunaan kokain, riwayat infark miokard sebelumnya, atau
riwayat pembedahan jantung sebelumnya perlu ditanyakan. Faktor
resiko penyakit jantung perlu dinilai pada pasien yang disangkakan
mengalami iskemik miokardial. Evaluasinya antara lain mencakup
riwayat hiperlipidemia, hipertrofi ventrikel kiri, hipertensi, riwayat
merokok, serta riwayat keluarga yang mengalami penyakit jantung
koroner premature.
Keberadaan 2 atau lebih faktor resiko meningkatkan
kecenderungan suatu infark miokard. Gejala-gejala lain yang berkaitan
antara lain : diaphoresis, sesak nafas saat beraktifitas, sesak nafas saat
beristrahat. Presinkop, sinkop, palpitasi, ansietas generalisata serta
depresi.
Syok kardiogenik didiagnosa jika ditemukan adanya disfungsi
miokardium setelah mengeksklusikan penyebab lain yang mungkin
misalnya hipovolemia, perdarahan, sepsis, emboli paru, tamponade
perikard, diseksi aorta atau penyakit katup jantung. Dikatakan syok
jika terdapat bukti adanya hipoperfusi organ yang dapat dideteksi pada
pemeriksaan fisik. Adapun karakteristik pasien-pasien syok
kardiogenik antara lain :
1. Kulit berwarna keabu-abuan atau bisa juga sianosis. Suhu kulit
dingin dan bisa muncul gambaran mottled skin pada ekstremitas.
2. Nadi cepat dan halus/lemah serta dapat juga disertai dengan irama
yang tidak teratur jika terdapat aritmia
3. Distensi vena jugularis dan ronkhi basah di paru biasanya ada
namun tidak harus selalu. Edema perifer juga biasanya bisa
dijumpai.
4. Suara jantung terdengar agak jauh, bunyi jantung III dan IV bisa
terdengar
5. Tekanan nadi lemah dan pasien biasanya dalam keadaan takikardia
6. Tampak pada pasien tanda-tanda hipoperfusi misalnya perubahan
status mental dan penurunan jumlah urine
7. Murmur sistolik biasanya terdengar pada pasien dengan regurgitasi
mitral, murmur biasanya terdengar di awal sistol
8. Dijumpainya thrill parasternal menandakan adanya defek septum
ventrikel.
8. Pemeriksaan Fisik
Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia
(2015) hasil-hasil pemeriksaan fisik yang ditemukan pada pasien
dengan syok kardiogenk diantaranya :
a. Terdapat tanda-tanda hipoperfusi seperti perabaan kulit
ekstermitas dingin, takikardi, nadi lemah, hipotensi, bising usus
berkurang, oliguria)
b. JVP meningkat
c. Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua basal paru.
d. Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar.
e. Sianosis.
f. Diaforesis (mandi keringat).
9. Pemeriksaan Diagnostik
Seseorang dapat dicurigai menderita syok kardiogenik berdasarkan
gejala-gejalanya. Untuk memastikan hal tersebut, dokter akan
mengadakan beberapa jenis pemeriksaan seperti:
a. Pemeriksaan tekanan darah. Penderita syok kardiogenik memiliki
tekanan darah rendah, yaitu di bawah 90 mmHg, atau mengalami
hipotensi ortostatik.
b. Elektrokardiogram (EKG). Dilakukan untuk mengetahui aktivitas
listrik pada jantung dengan menempelkan beberapa alat pada dada,
pergelangan tangan, dan kaki, serta tersambung dengan mesin
melalui kabel-kabel.
c. Rontgen dada. Rontgen dada dilakukan untuk memeriksa struktur
fisik serta ukuran jantung, sekaligus keberadaan cairan dalam paru-
paru.
d. Tes darah. Untuk mengetahui kerusakan jantung dengan
pemeriksaan enzim jantung (troponin dan CKMB), serta
memeriksa kadar oksigen dalam darah dengan analisis gas darah.
e. Ekokardiografi. Ekokardiografi dilakukan dengan menggunakan
gelombang suara ini dilakukan guna melihat struktur, ketebalan,
dan gerak tiap denyut jantung. Alat yang digunakan sama dengan
alat USG.
f. Angiografi koroner atau kateterisasi jantung. Pemeriksaan ini
mengombinasikan penyuntikan cairan kontras ke dalam pembuluh
darah dengan pemindaian sinar-X untuk mendeteksi adanya
penyumbatan di dalam pembuluh darah serta untuk mengukur
tekanan di dalam bilik jantung.
10. Penatalaksanaan
a. Medis
Ada berbagai pendekatan pada penatalaksanaan syok
kardiogenik. Setiap disritmia mayor harus dikoreksi karena
mungkin dapat menyebabkan atau berperan pada terjadinya syok.
- Hipovolemia
Bila dari hasil pengukuran tekanan diduga atau
terdeteksi terjadi hipovolemia atau volume intravaskuler
rendah. Pasien harus diberi infus IV untuk menambah
jumlah cairan dalam sistem sirkulasi. Bila terjadi hipoksia,
berikan oksigen, kadang dengan tekanan positif bila aliran
biasa tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
jaringan.
- Farmakoterapi
Pemberian terapi antitrombotik yakni aspirin dan
heparin harus diberikan sebagaimana yang telah
direkomendasikan pada infark miokard. Clopidogrel dapat
ditunda setelah tindakan angiografi emergensi sebab, bisa
saja setelah dilakukan angiografi, pasien selanjutnya
diputuskan akan segera menjalani bedah pintas jantung /
CABG (coronary artery bypass grafting).Clopidogrel
dianjurkan bagi semua pasien yang menjalani PCI (pada
pasien infark miokard yang dalam keadaan syok ataupun
tidak). Pemberian inotropik negatif dan vasodilator
(termasuk nitrogliserin) harus dihindari. Oksigenasi arteri
dan pH darah harus dipertahankan dalam batas normal
untuk meminimalisasi iskemia. Pemberian insulin dapat
meningkatkan angka keselamatan pada pasien kritis yang
mengalami hiperglikemia. Pemberian ventilasi mekanik
perlu dipertimbangkan baik melalui sungkup ataupun pipa
endotrakeal. Hal ini bermanfaat untuk menurunkan preload
dan afterload serta mengurangi kerja pernafasan.
Terapi medis dipilih dan diarahkan sesuai dengan curah
jantung dan tekanan darah arteri rerata. Salah satu
kelompok obat yang biasa digunakan adalah katekolamin
yang dapat meningkatkan tekanan darah dan curah jantung.
Namun demikian mereka cenderung meningkatkan beban
kerja jantung dengan meningkatkan kebutuhan oksigen.
Bahan vasoaktif seperti natrium nitroprusida dan
nitrogliserin adalah obat yang efektif untuk menurunkan
tekanan darah sehingga kerja jantung menurun. Bahan-
bahan ini menyebabkan arteri dan vena mengalami dilatasi,
sehingga menimbulkan lebih banyak pintasan volume
intravaskuler keperifer dan menyebabkan penurunan
preload dan afterload. Bahan vasoaktif ini biasanya
diberikan bersama dopamin, suatu vasopresor yang
membantu memelihara tekanan darah yang adekuat.
- Pompa Balon Intra Aorta
Terapi lain yang digunakan untuk menangani syok
kardiogenik meliputi penggunaan alat bantu sirkulasi.
Sistem bantuan mekanis yang paling sering digunakan
adalah Pompa Balon Intra Aorta (IABP = Intra Aorta
Baloon Pump). IABP menggunakan counterpulsation
internal untuk menguatkan kerja pemompaan jantung
dengan cara pengembangan dan pengempisan balon secara
teratur yang diletakkan di aorta descendens. Alat ini
dihubungkan dengan kotak pengontrol yang seirama
dengan aktivitas elektrokardiogram.
Pemantauan hemodinamika juga sangat penting untuk
menentukan position sirkulasi pasien selama penggunaan
IABP.
Balon dikembangkan selam diastole ventrikel dan
dikempiskan selama sistole dengan kecepatan yang sama
dengan frekuensi jantung. IABP akan menguatkan
diastole,yang mengakibatkan peningkatan perfusi arteria
koronaria jantung. IABP dikempiskan selama sistole, yang
akan mengurangi beban kerja ventrikel.
IABP (Intra-aortic balloon pump)Intra-aortic ballon
pump merupakan terapi mekanik yang sudah sejak lama
digunakan pada syok kardiogenik. IABP dapat
memperbaiki perfusi koroner dan perifer melalui deflasi
balon pada saat sistole dan inflasi balon saat diastol
sehingga afterload menjadi sangat berkurangdan aliran ke
koroner menjadi semakin baik. Namun tidak semua pasien
dapat memberikan respon hemodinamik terhadap
pemasangan IABP, hal ini selanjutnya menjadi salah satu
faktor prognostik. IABP semestinya dilakuan secepatnya
bahkan jika ada operator yang terlatih dan prosedur
memungkinkan untuk dilakukan secepatnya, maka IABP
dapat dilakukan sebelum pasien dikirim untuk tidakan
revaskularisasi. Komplikasi dari tindakan ini semakin
jarang sejalan dengan dengan kemajuan zaman yakni
sebesar 7,2% untuk komplikasi secara keseluruhan dan
2,8%.
b. Lainnya
1. Istirahat
2. Diit, diit jantung, makanan lunak, rendah garam
3. Pemberian digitalis, membantu kontraksi jantung dan
memperlambat frekuensi jantung. Hasil yang diharapkan
peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena, dan
volume darah dan peningkatan diuresis akan mengurangi
edema. Pada saat pemberian ini pasien harus dipantau
terhadap hilangnya dispnea, ortopnea, berkurangnya krekel,
dan edema perifer. Apabila terjadi keracunan ditandai
dengan anoreksia, mual dan muntah namun itu gejala awal
selanjutnya akan terjadi perubahan irama, bradikardi
kontrak ventrikel premature, bigemini (denyut normal dan
premature saling bergantian), dan takikardia atria
proksimal.
4. Pemberian diuretik, yaitu untuk memacu ekskresi natrium
dan air melalui ginjal. Bila sudah diresepkan harus
diberikan pada siang hari agar tidak menganggu istirahat
pada malam hari, intake dan output pasien harus dicatat
mungkin pasien dapat mengalami kehilangan cairan setelah
pemberian diuretik. Pasien juga harus menimbang
badannya setiap hari turgor kulit untuk menghindari
terjadinya tanda - tanda dehidrasi.
5. Morfin, diberikan untuk mengurangi sesak napas pada asma
cardial, hati-hati depresi pernapasan
6. Pemberian oksigen
7. Terapi vasodilator dan natrium nitropurisida, obat-obatan
vasoaktif merupakan pengobatan utama untuk mengurangi
impedansi (tekanan) terhadap penyemburan darah oleh
ventrikel.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
of Cardiology
Dalam.Jakarta : EGC
Fauci et al. 2008.Severe Sepsis and Septic Shock. Harison's: Principles of.
dan Kolesterol, Edisi Ketiga, hal 387, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Bidang Pendidikan & Pelatihan Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah
Penerbit FKUI
Van Diepen S, Katz JN, Albert NM, Henry TD, Jacobs AK, Kapur NK, et al.
Contemporary management of cardiogenic shock: a scientific statement from the
American Heart Association. Circulation. 2017;136(16):e232–68.