Anda di halaman 1dari 88

KARYA ILMIAH AKHIR (KIA)

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN DHF


DENGAN INOVASI KOMPRES BAWANG MERAH
TERHADAP PENURUNAN HIPERTERMI
DI RSUD SUKADANA TAHUN 2022

DI SUSUN OLEH :

RIAN APRIZAL
2021207209098

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2021/2022

i Universitas Muhammadiyah Pringsewu


KARYA ILMIAH AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN DHF


DENGAN INOVASI KOMPRES BAWANG MERAH
TERHADAP PENURUNAN HIPERTERMI
DI RSUD SUKADANA TAHUN 2022

Untuk Memperoleh Gelar Profesi Keperawatan (Ners) Pada Program Studi


Pendidikan Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung

DI SUSUN OLEH :

RIAN APRIZAL
2021207209098

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2021/2022

ii Universitas Muhammadiyah Pringsewu


PERSETUJUAN PENGUMPULAN KIA

Telah di periksa dan disetujui untuk dikumpulkan

Judul KIA : ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN DHF


DENGAN INOVASI KOMPRES BAWANG MERAH TERHADAP
PENURUNAN HIPERTERMI DI RSUD SUKADANA TAHUN 2022

Nama Mahasiswa :
RIAN APRIZAL 2021207209098

MENYETUJUI

Pembimbing

Ns. Yeti Septiasari, S.Kep., M.Kes


NIDN : 0202098501

iii Universitas Muhammadiyah Pringsewu


ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN DHF
DENGAN INOVASI KOMPRES BAWANG MERAH
TERHADAP PENURUNAN HIPERTERMI
DI RSUD SUKADANA TAHUN 2022

Karya Inovasi Ners ini telah diperiksa dan dinyatakan lulus tanggal : 30 Juli 2022

MENGESAHKAN

Pembimbing : Ns. Yeti Septiasari, S.Kep., M.Kes (..........................)


NIDN : 0202098501

Ketua Program Studi

Ns. Rita Sari, M.Kep.


NIDN. 0220077403

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu

Elmi Nuryati, M.Epid.


NIDN.0215117601

iv Universitas Muhammadiyah Pringsewu


MOTTO

“Berdoa dan berusalah sekuat tenaga jika kita berlari tidak mampu berjalanlah,
jika kita berjalan juga tidak mampu merangkaklah jangan pernah berhenti untuk
berusaha karena usaha tidak pernah menghianati hasil”

v Universitas Muhammadiyah Pringsewu


HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Karya Imiah Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri,


Dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
Telah saya nyatakan dengan benar

Oleh :

Nama : RIAN APRIZAL (..........................)

NIM : 2021207209098

vi Universitas Muhammadiyah Pringsewu


KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan
Karya Ilmiah Akhir Ners dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
PADA PASIEN DHF DENGAN INOVASI KOMPRES BAWANG MERAH
TERHADAP PENURUNAN HIPERTERMI DI RSUD SUKADANA TAHUN
2022” ini dengan tepat waktu sebagai persyaratan dalam menyelesaikan profesi
ners di Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
Penulisan karya ilmiah akhir ners ini tidak terlepas dari bantuan dan
bimbingan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan karya
ilmiah akhir ners ini.
2. Drs.H.Wanawir Am,M.M., M.Pd., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Pringsewu Lampung.
3. Elmi Nuryati,M.Epid., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
4. Ns. Rita Sari, M.Kep., selaku ketua Program Studi S1 Keperawatan Fakultas
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
5. Ns. Yeti Septiasari, S.kep., M.Kes., selaku pembimbing dalam proses
pembuatan karya ilmiah akhir ners
6. Bapak/ibu Dosen serta seluruh staf Fakultas Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
7. Kedua orangtua tercinta dan suami tercinta serta anak yang selalu
memberikan dukungan dalam proses penyelesaian perkuliahan.
8. Rekan – rekan seperjuangan profesi ners 2022

Pringsewu, 30 Juli 2022

Rian Aprizal, S.Kep

vii Universitas Muhammadiyah Pringsewu


DAFTAR ISI
Halaman Judul .......................................................................................... i
Halaman Peretujuan Pengumpulan KIA .................................................. iii
Halaman Pengesahan ................................................................................. iv
Motto .......................................................................................................... v
Halaman Orisinilitas .................................................................................. vi
Kata Pengantar .......................................................................................... vii
Daftar Isi .................................................................................................... viii
Daftar Tabel ............................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang ................................................................................... 1
B. RumusanMasalah .............................................................................. 14
C. Tujuan ............................................................................................... 15
D. Manfaat ............................................................................................. 16

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Konsep Penyakit ............................................................................. 17
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ......................................................... 28
2.3 Studi Literatur ................................................................................. 38
2.4 Tinjauan Al Islamiah ....................................................................... 41

BAB III LAPORAN KASUS


3.1 Data Umum Pasien .......................................................................... 44
3.2 Hasil Pengkajian ............................................................................. 45
3.3 Pemeriksaan Fisik ........................................................................... 51
3.4 Hasil Pemeriksaan Penunjang .......................................................... 55
3.5 Farmakoterapi ................................................................................. 55
3.6 Data Fokus ...................................................................................... 55
3.7 Analisa Data.................................................................................... 57
3.8 Diagnosa Keperawatan .................................................................... 58
3.9 Rencana Keperawatan ..................................................................... 59
3.10 Implementasi Evaluasi .................................................................... 61

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ............................................................ 66
4.2 Pembahasan Asuhan Keperawatan .................................................. 67
4.3 Karya Inovasi Terkait ..................................................................... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 79
5.2 Saran ................................................................................................. 80

DaftarPustaka
Lampiran

viii Universitas Muhammadiyah Pringsewu


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rencana Keperawatan .................................................................. 20


Tabel 3.1 Riwayat Imunisasi ........................................................................ 35
Tabel 3.2 Analisa Data .................................................................................. 44
Tabel 3.3 Proses Rencana Keperawatan ........................................................ 46
Tabel 3.4 Proses Implementasi Evaluasi ........................................................ 50

ix Universitas Muhammadiyah Pringsewu


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia. Derajat kesehatan

anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, karena anak sebagai

generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan

dalam meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan hal tersebut, masalah

kesehatan anak diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan

pembangunan bangsa (Hidayat, 2014).

Pembangunan kesehatan di Indonesia diakui relatif berhasil, namun

keberhasilan yang dicapai belum dapat menuntaskan problem kesehatan

secara menyeluruh. Menjaga kesehatan anak menjadi perhatian khusus saat

pergantian musim yang umumnya disertai dengan berkembangnya berbagai

penyakit. Kondisi anak dari sehat menjadi sakit seperti halnya yang biasa

terjadi padapenderita DHF mengakibatkan tubuh bereaksi untuk

meningkatkan suhu yang disebut demam (hipertermi) (Arisandi, 2012).

Adapun Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) salah satu penyakit

infeksi yang disebabkan oleh satu dari 4 virus dengue berbeda dan

ditularkan melalui nyamuk terutama Aedes aegypti dan Aedes albopictus

yang ditemukan di daerah tropis dan subtropis di antaranya kepulauan di

Indonesia hingga bagian utara Australia. Menurut data (WHO 2016).

10 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


Demam berdarah masih menjadi masalah kesehatan masyarakat utama

di seluruh daerah tropis dan sub-tropis di dunia. Organisasi Kesehatan

Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 2,5 miliar atau 40% populasi di dunia

berisiko terhadap penyakit DBD terutama yang tinggal di daerah perkotaan

di negara tropis dan subtropis. Saat ini juga diperkirakan ada 390 juta

infeksi dengue yang terjadi di seluruh dunia setiap tahun (WHO, 2015).

Penyakit demam berdarah dengue pertama kali dilaporkan di Asia

Tenggara pada tahun 1954 yaitu di Filipina, selanjutnya menyebar

keberbagai negara. Sebelum tahun 1970, hanya 9 negara yang

mengalami wabah DHF, namun sekarang DHF menjadi penyakit endemik

pada lebih dari 100 negara, diantaranya adalah Afrika, Amerika,

Mediterania Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Amerika, Asia

Tenggara dan Pasifik Barat memiliki angka tertinggi kasus DHF. Jumlah

kasus di Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat telah melewati 1,2 juta

kasus di tahun 2008 dan lebih dari 2,3 juta kasus di 2010. Pada tahun 2013

dilaporkan terdapat sebanyak 2,35 juta kasus di Amerika, dimana

37.687 kasus merupakan DHF berat (Kementerian Kesehatan RI 2016).

Saat ini bukan hanya terjadi peningkatan jumlah kasus DHF, tetapi

penyebaran di luar daerah tropis dan subtropis, Setidaknya 500.000

penderita DHF memerlukan rawat inap setiap tahunnya, dimana proporsi

penderita sebagian besar adalah anak-anak dan 2,5% di antaranya

dilaporkan meninggal dunia. Morbiditas dan mortalitas DHF bervariasi dan

dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain status imun, kondisi vector

11 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


nyamuk, transmisi virus dengue, virulensi virus, dan kondisi geografi

setempat (Kemenkes RI 2018).

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi Lampung

mengalami lonjakan tinggi. Dinas kesehatan Provinsi lampung mencatat,

sampai februari 2020 terdapat 1.408 kasus di seluruh wilayah Lampung

dengan angka kematian akibat DBD mencapai 10 orang sepanjang januari –

februari 2020. Sampai februari 2020 terdapat 5 kabupaten/kota di Lampung

dengan jumlah kasus DBD tertinggi, yakni kabupaten Lampung Selatan

sebanyak 408 kasus, Lampung Tengah 212 kasus, Lampung Timur 203

kasus, Pringsewu 129 kasus, dan Kota Bandar Lampung 70 kasus , dan

daerah lainnya relatif dibawah 100 kasus. Sedangkan korban meninggal

akibat demam DBD di Lampung tercatat sebanyak 10 orang, terjadi di

Kabupaten Lampung Tengah dengan jumlah kematian 5 orang pada,

kemudian 2 kasus kematian di lampung timur, 1 kasus kematian di kota

Metro, 1 kasus di Pringsewu, dan 1 kematian di Lampung Utara. Terkait

penanggulangan dan pencegahan, Kabid Promkes Dinas Kesehatan Provinsi

Lampung sudah melakukan pencegahan sejak bulan oktober 2020. Karena

provinsi lampung memiliki catatan tinggi pada kasus DBD yang terjadi

setiap musim penghujan, pada tahun 2019 kasus DBD di Lampung

mencapai angka 5.592 kasus dengan angka kematian akibat DBD sebanyak

17 kasus ( Dinkes Provinsi Lampung, 2020).

Berdasarkan data prasurvey yang telah dilakukan penulis terhitung

dari bulan Febuari-April dimana terdapat 12 kasus DHF di Ruang Anak

12 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


RSUD Sukadana. Peneliti melakukan prasurvey terhadap anak dengan DHF

dimana dari 2 kasus DHF penanganan kedua orangtua masih belum

menggunakan kompres bawang merah sebagai pereda demam anak dengan

DHF (RSUD.Demang, 2022).

Menurut penelitian yang telah dilakukan Rifaldi dkk (2020)

melakukan penelitian berupa Efektifitas Pemberian Kompres Tepid WATER

Spone dan Pemberian Kompres Bawang Merah Terhadap Penurunan Suhu

Tubuh Anak Demam Di Banjarmasin. Penelitian yang menggunakan uji

Paired T-Test dengan rancangan Two group Pre test-Post test dengan sampel

sebanyak 32 orang. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan efektifitas

antara kompres tepid water sponge dengan kompres bawang merah.

Kompres tepid water sponge bernilai mean sesudah perlakuan 36,65 oC

sedangkan kompres bawang merah bernilai mean sesudah perlakuan 37,15oC

(Rifaldi, 2020).

Berdasarkan jurnal keperawatan,dimana penelitian yang dilakukan

oleh Cahyaningrum dkk (2021) mengenai Perbedaan Kompres Hangat Dan

Kompres Bawang Merah Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Dengan

Demam Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kompres

hangat rerata penurunan suhu sebesar 0,976oC (S.D ± 0,3270) sedangkan

pada kelompok kompres bawang merah rerata penurunan suhu sebesar

1,106oC (S.D ± 0,3699). Perbedaan rerata penurunan suhu antara kedua

kelompok sebesar 0,1294oC (95% CI -0,3733 – 0,1145). Hasil Uji t tidak

berpasangan diperoleh nilai signifikansi 0,288 (ρ>0,05). Sehingga

13 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


pemberian kompres bawang merah lebih cepat mencapai suhu normal

dibanding dengan pemberian kompres hangat (Cahyaningrum, 2021).

Berdasarkan hasil studi kasus yang dilakukan oleh Kurnia dkk (2021)

yang berjudul Pengaruh Kompres Bawang Merah Untuk Menurunkan Suhu

Tubuh Pada Anak Demam didapatkan hasil bahwa kompres bawang merah

dapat menurunkan suhu tubuh pada anak demam dengan rentan penurunan

1,09˚C-0,5˚C (Kurnia, 2021).

Adapun penelitian lain yang dilakukan oleh Nur dkk (2019) yang

berjudul Pengaruh Kompres Bawang Merah Terhadap Penurunan Suhu

Tubuh Pada Pasien Demam Di RS PKU Muhammadiyah Gombong

menunjukan hasil bahwa dengan menggunakan metode penelitian desain

quasi eksperimen pretest-post tess pada kelompok kompres bawang merah

rata-rata suhu tubuh sebelum kompres bawang merah 37,8˚C dan setelah

diberikan kompres bawang merah suhu tubuh menjadi 37,4˚C dengan nilai

signifikan p value (0,000) p<0.05 (Nur, 2019).

Berdasarkan teori serta analisa pra-survey penulis tertarik untuk

membuat Karya Ilmiah Akhir yang berjudul “Asuhan Keperawatan Anak

Pada Pasien DHF Dengan Inovasi Kompres Bawang Merah Terhadap

Penurunan Hipertermi di RSUD Sukadana Tahun 2022”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah keperawatan anak pada pasien penderita DHF, maka

rumusan masalah yang diajukan dalam kasus penelitian ini yaitu :

Bagaimanakah proses Asuhan Keperawatan Anak Pada Pasien DHF Dengan

14 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


Inovasi Kompres Bawang Merah Terhadap Penurunan Hipertermi Tahun

2022?

1.3 Tujuan

A. Tujuan Umum

Mampu memberikan Asuhan Keperawatan Anak Pada Pasien DHF

Dengan Inovasi Kompres Bawang Merah Terhadap Penurunan

Hipertermi Di RSUD Sukadana Tahun 2022

B. Tujuan Kusus

Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan Anak Pada Pasien DHF

Dengan Inovasi Kompres Bawang Merah Terhadap Penurunan

Hipertermi, diharapkan penulis mampu :

1. Melakukan pengkajian keperawatan anak dengan penderita DHF

di Ruang Anak RSUD Sukadana

2. Merumuskan diagnosa keperawatan anak dengan penderita DHF

di Ruang Anak RSUD Sukadana

3. Menentukan rencana tindakan keperawatan yang dilakukan

kepada penderita DHF di Ruang Anak RSUD Sukadana

4. Melakukan tindakan keperawatan yang dilakukan kepada

penderita DHF di Ruang Anak RSUD Sukadana

5. Melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan yang dilakukan

kepada penderita DHF di Ruang Anak RSUD Sukadana

15 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


6. Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan yang

dilakukan kepada penderita DHF di Ruang Anak RSUD

Sukadana

1.4 Manfaat

A. Teoritis

Karya Ilmiah Akhir sebagai sarana untuk meningkatkan pengethuan

dalam melakukan Asuhan Keperawatan Anak Pada Pasien DHF

Dengan Inovasi Kompres Bawang Merah Terhadap Penurunan

Hipertermi.

B. Praktis

1. Karya Ilmiah Akhir dapat digunakan sebagai layanan informasi

dalam memberikan asuhan keperawatan anak pada penderita

DHF

2. Klien mendapatkan pelayanan asuhan keperawatan secara

komprehensif.

16 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit

2.1.1 Definisi

Demam dengue atau DF dan demam berdarah dengue atau

DBD (dengue hemorrhagic fever disingkat DHF) adalah penyakit

infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi

klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai

leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis

hemoragik. Pada DHF terjadi perembesan plasma yang ditandai

dengan hemokosentrasi (peningkatan hematokrit) atau

penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue yang

ditandai oleh renjatan atau syok (Nurarif & Kusuma 2015).

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang

menyerang anak dan orang dewasa yang disebabkan oleh virus

dengan manifestasi berupa demam akut, perdarahan, nyeri otot dan

sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod Born

Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti atau oleh

Aedes Aebopictus (Wijayaningsih, 2017).

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) menular melalui gigitan

nyamuk Aedes aegypti. DHF merupakan penyakit berbasis vektor

yang menjadi penyebab kematian utama di banyak negara tropis.

17 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


Penyakit DHF bersifat endemis, sering menyerang masyarakat

dalam bentuk wabah dan disertai dengan angka kematian yang

cukup tinggi, khususnya pada mereka yang berusia dibawah 15

tahun (Harmawan 2018).

2.1.2 Klasifikasi

Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu (Nurarif &

Kusuma 2015) :

a. Derajat I yaitu demam disertai gejala klinik khas dan

satu-satunya manifestasi perdarahan dalam uji tourniquet

positif, trombositopenia, himokonsentrasi.

b. Derajat II yaitu seperti derajat I, disertai dengan

perdarahan spontan pada kulit atau perdarahan di tempat lain.

c. Derajat III yaitu ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai

oleh nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun (20mmHg

atau kurang) atau hipotensi disertai dengan sianosis

disekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan anak tampak

gelisah.

d. Derajat IV yaitu syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan

darah tidak teratur.

2.1.3 Etiologi

Virus dengue, termasuk genus Flavivirus, keluarga

flaviridae. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3

dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan DEN-3

18 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan

antibody terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibody

yang terbentuk terhadap serotype lain sangat kurang, sehingga

tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap

serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis

dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya.

Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah

di Indonesia (Nurarif & Kusuma 2015).

2.1.4 Patofisiologi

Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan

menimbulkan viremia. Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh

pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga menyebabkan

(pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin) terjadinya:

peningkatan suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada

dinding pembuluh darah yang menyebabkan perpindahan cairan

dan plasma dari intravascular ke intersisiel yang menyebabkan

hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi akibat dari

penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi

melawan virus (Murwani 2018).

Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya

perdarahan baik kulit seperti petekia atau perdarahan mukosa di

mulut. Hal ini mengakibatkan adanya kehilangan kemampuan

tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara normal. Hal

19 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani

maka akan menimbulkan syok. Masa virus dengue inkubasi 3-15

hari, rata-rata 5-8 hari. Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui

gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pertama tama yang terjadi adalah

viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit

kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam

atau bintik bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan hal

lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening,

pembesaran hati atau hepatomegali (Murwani 2018).

Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah

kompleks virus antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi

sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan di lepas C3a

dan C5a dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan

merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya

permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan

terjadinya pembesaran plasma ke ruang ekstraseluler. Pembesaran

plasma ke ruang eksta seluler mengakibatkan kekurangan volume

plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia

serta efusi dan renjatan atau syok. Hemokonsentrasi atau

peningkatan hematokrit >20% menunjukan atau menggambarkan

adanya kebocoran atau perembesan sehingga nilai hematokrit

menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena

(Murwani 2018).

20 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di

buktikan dengan ditemukan cairan yang tertimbun dalam

rongga serosa yaitu rongga peritonium, pleura, dan perikardium

yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui

infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah

trombosit menunjukan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga

pemberian cairan intravena harus di kurangi kecepatan dan

jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan gagal jantung,

sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan

mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi

yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau

hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,

metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi

dengan baik (Murwani 2018).

21 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


2.1.5 Pathway

Gambar 2.1
Pathway DHF

22 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan pada

penderita DHF antara lain adalah (Wijayaningsih 2017) :

a. Pemeriksaan darah lengkap

Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar

hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan nilai

hematokrit yang selalu dijumpai pada DHF merupakan

indikator terjadinya perembesan plasma.

1) Pada demam dengue terdapat Leukopenia pada hari

kedua atau hari ketiga.

2) Pada demam berdarah terdapat trombositopenia dan

hemokonsentrasi

3) Pada pemeriksaan kimia darah : Hipoproteinemia,

hipokloremia, SGPT, SGOT, ureum dan Ph darah

mungkin meningkat.

b. Uji Serologi = Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test)

Uji serologi didasarkan atas timbulnya antibody pada

penderita yang terjadi setelah infeksi. Untuk menentukan

kadar antibody atau antigen didasarkan pada manifestasi

reaksi antigen-antibody. Ada tiga kategori, yaitu primer,

sekunder, dan tersier. Reaksi primer merupakan reaksi tahap

awal yang dapat berlanjut menjadi reaksi sekunder atau

tersier. Yang mana tidak dapat dilihat dan berlangsung sangat

23 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


cepat, visualisasi biasanya dilakukan dengan memberi

label antibody atau antigen dengan flouresens, radioaktif,

atau enzimatik. Reaksi sekunder merupakan lanjutan dari

reaksi primer dengan manifestasi yang dapat dilihat secara in

vitro seperti prestipitasi, flokulasi, dan aglutinasi. Reaksi

tersier merupakan lanjutan reaksi sekunder dengan bentuk

lain yang bermanifestasi dengan gejala klinik.

c. Uji hambatan hemaglutinasi

Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan

IgG berdasarkan pada kemampuan antibody-dengue yang

dapat menghambat reaksi hemaglutinasi darah angsa oleh

virus dengue yang disebut reaksi hemaglutinasi inhibitor

(HI).

d. Uji netralisasi (Neutralisasi Test = NT test)

Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif

untuk virus dengue. Menggunakan metode plague reduction

neutralization test (PRNT). Plaque adalah daerah tempat

virus menginfeksi sel dan batas yang jelas akan dilihat

terhadap sel di sekitar yang tidak terkena infeksi.

e. Uji ELISA anti dengue

Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji

Hemaglutination Inhibition (HI). Dan bahkan lebih

sensitive dari pada uji HI. Prinsip dari metode ini adalah

24 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


mendeteksi adanya antibody IgM dan IgG di dalam serum

penderita.

f. Rontgen Thorax : pada foto thorax (pada DHF grade III/

IV dan sebagian besar grade II) di dapatkan efusi pleura.

2.1.7 Penatalaksanaan

Dasar pelaksanaan penderita DHF adalah pengganti cairan

yang hilang sebagai akibat dari kerusakan dinding kapiler yang

menimbulkan peninggian permeabilitas sehingga mengakibatkan

kebocoran plasma. Selain itu, perlu juga diberikan obat penurun

panas (Rampengan 2017). Penatalaksanaan DHF yaitu :

a. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue Tanpa Syok

Penatalaksanaan disesuaikan dengan gambaran klinis

maupun fase, dan untuk diagnosis DHF pada derajat I dan

II menunjukkan bahwa anak mengalami DHF tanpa syok

sedangkan pada derajat III dan derajat IV maka anak

mengalami DHF disertai dengan syok. Tatalaksana untuk

anak yang dirawat di rumah sakit meliputi :

1) Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus

buah, air sirup, susu untuk mengganti cairan yang

hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah, dan

diare.

25 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


2) Berikan parasetamol bila demam, jangan berikan

asetosal atau ibuprofen karena dapat merangsang

terjadinya perdarahan.

3) Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang :

a) Berikan hanya larutan isotonik seperti ringer

laktat atau asetat.

b) Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta

periksa laboratorium (hematokrit, trombosit,

leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam.

c) Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis

membaik, turunkan jumlah cairan secara bertahap

sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya

hanya memerlukan waktu 24-48 jam sejak

kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah

pemberian cairan.

4) Apabila terjadi perburukan klinis maka berikan

tatalaksana sesuai dengan tata laksana syok

terkompensasi.

b. Penatalaksanaan Dengue Hemorrhagic Fever Dengan Syok

Penatalaksanaan DHF menurut WHO (2016), meliputi :

1) Perlakukan sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4

L/menit secara nasal.

26 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


2) Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti ringer

laktat/asetan secepatnya.

3) Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi

pemberian kristaloid 20 ml/kgBB secepatnya

(maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian

koloid 10-20 ml/kg BB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24

jam.

4) Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan

hemoglobin menurun pertimbangkan terjadinya

perdarahan tersembunyi: berikan transfusi darah atau

komponen.

5) Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan

perfusi perifer mulai membaik, tekanan nadi melebar),

jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB dalam 2-4

jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai

kondisi klinis laboratorium.

6) Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan

setelah 36-48 jam. Perlu diingat banyak kematian

terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak

dari pada pemberian yang terlalu sedikit.

2.1.8 Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami demam

berdarah dengue yaitu perdarahan massif dan dengue shock

27 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


syndrome (DSS) atau sindrom syok dengue (SSD). Syok sering

terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun. Syok ditandai

dengan nadi yang lemah dan cepat sampai tidak teraba, tekanan

nadi menurun menjadi 20 mmHg atau sampai nol, tekanan darah

menurun dibawah 80 mmHg atau sampai nol, terjadi penurunan

kesadaran, sianosis di sekitar mulut dan kulit ujung jari, hidung,

telinga, dan kaki teraba dingin dan lembab, pucat dan oliguria atau

anuria (Pangaribuan 2017).

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian

merupakan dasar utama dan hal yang penting di lakukan baik saat

pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun selama pasien

dirawat di rumah sakit (Widyorini et al. 2017).

a. Identitas pasien

Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak

dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat,

pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan

pekerjaan orang tua.

b. Keluhan utama

Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk

datang kerumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah

28 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


c. Riwayat penyakit sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai

menggigil dan saat demam kesadaran composmetis.

Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7 dan anak

semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk

pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau

konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, dan persendian, nyeri ulu

hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya

manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III. IV),

melena atau hematemesis.

d. Riwayat penyakit yang pernah diderita

Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak

biasanya mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus

lain.

e. Riwayat imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka

kemungkinan akan timbulnya koplikasi dapat dihindarkan.

f. Riwayat gizi

Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan

status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila

terdapat factor predisposisinya. Anak yang menderita

DHF sering mengalami keluhan mual, muntah dan tidak

nafsu makan. Apabila kondisi berlanjut dan tidak disertai

29 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak

dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status

gizinya berkurang.

g. Kondisi lingkungan

Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan

lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang menggenang

atau gantungan baju dikamar)

h. Pola kebiasaan

1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, nafsu makan

berkurang dan menurun.

2) Eliminasi (buang air besar): kadang-kadang anak yang

mengalami diare atau konstipasi. Sementara DHF pada

grade IV sering terjadi hematuria.

3) Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang

tidur karena mengalami sakit atau nyeri otot dan

persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur

maupun istirahatnya berkurang.

4) Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan

diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk

membersihkan tempat sarang nyamuk Aedes aegypty.

5) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit

serta upaya untuk menjaga kesehatan.

30 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


i. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan

tingkatan DHF, keadaan anak adalah sebagai berikut :

1) Grade I yaitu kesadaran composmentis, keadaan

umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi lemah.

2) Grade II yaitu kesadaran composmetis, keadaan umum

lemah, ada perdarahan spontan petechie, perdarahan

gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak

teratur.

3) Grade III yaitu kesadaran apatis, somnolen, keadaan

umum lemah, nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta

takanan darah menurun.

4) Grade IV yaitu kesadaran coma, tanda-tanda vital :

nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur,

pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin,

berkeringat, dan kulit tampak biru.

j. Sistem integumen

1) Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan

muncul keringat dingin, dan lembab

2) Kuku sianosis atau tidak

3) Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak

kemerahan karena demam, mata anemis, hidung kadang

31 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


mengalami perdarahan atau epitaksis pada grade

II,III,IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut

kering , terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan.

Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing

dan terjadi perdarahan ditelinga (pada grade II,III,IV).

4) Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa

sesak. Pada poto thorak terdapat cairan yang tertimbun

pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales +, ronchi

+, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.

5) Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran

hati atau hepatomegaly dan asites

6) Ekstremitas : dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan

tulang.

k. Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :

1) HB dan PVC meningkat (≥20%)

2) Trombositopenia (≤ 100.000/ ml)

3) Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis)

4) Ig. D dengue positif

5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan

hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia

6) Ureum dan pH darah mungkin meningkat

32 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


7) Asidosis metabolic : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3

rendah

8) SGOT /SGPT mungkin meningkat.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis

mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses

kehidupan yang dialaminya baik berlangsung aktual maupun

potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi

respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi

yang berkaitan dengan kesehatan. Diagnosa keperawatan yang

sering muncul pada kasus DHF yaitu (SDKI DPP PPNI 2017) :

a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya

napas

b. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

ditandai dengan suhu tubuh diatas nilai normal

c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera

fisiologis ditandai dengan pasien mengeluh nyeri

d. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis

(keengganan untuk makan)

2.2.3 Intervensi

Menurut Oktiawati (2019), rencana tindakan keperawatan

merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai tiap tujuan

khusus. Perencanaan keperawatan meliputi perumusan tujuan

33 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


tindakan, serta penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien

berdasarkan analisis pengkajian agar masalah keperawatan dapat

teratasi. Adapun rencanatindakan keperawatan dapat dilihat pada

uraian berikut :

Tabel 2.1
Rencana Keperawatan

No Diagnosa SLKI SIKI


1 Pola napas Tujuan : Observasi
tidak efektif Mempertahankan  Monitor pola
berhubungan pola pernafasan napas (frekuensi,
dengan normal/efektif usaha napas)
hambatan  Monitor bunyi
Kriteria Hasil :
napas tambahan
upaya napas  Kapasitas (mis, gurgling,
vital mengi,
meningkat wheezing, ronkhi
 Dispneu basah)
menurun  Monitor sputum
(jumlah, warna,
 Frekuensi
aroma)
napas
membaik Terapeutik
 Posisikan semi
fowler atau
fowler e)
Berikan minum
hangat
 Berikan oksigen,
jika perlu
Edukasi
 Anjurkan asupan
cairan 2000
ml/hari, jika
tidak
kontraindikasi
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,

34 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu

2 Hipertermia Tujuan : Observasi


berhubungan Suhu tubuh agar  Identifikasi
dengan tetap berada pada penyebab
proses rentang normal hipertermia
penyakit Kriteria Hasil : (mis.
ditandai  Menggigil Dehidrasi,
dengan suhu menurun terpapar
tubuh diatas  Kulit merah lingkungan
nilai normal menurun panas,
 Suhu tubuh penggunaan
membaik incubator)
 Tekanan darah  Monitor suhu
membaik tubuh
 Monitor kadar
elektrolit
 Monitor haluaran
urine
Terapeutik
 Sediakan
lingkungan yang
dingin
 Longgarkan atau
lepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
 Berikan cairan
oral
Edukasi
 Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian cairan
intravena
3 Nyeri akut Tujuan : Observasi
berhubungan Diharapkan nyeri  Identifikasi
dengan agen yang dirasakan

35 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


pencedera berkurang lokasi,
fisiologis Kriteria hasil : karakteristik,
ditandai  Keluhan nyeri durasi,
dengan pasien menurun frekuensi,
mengeluh  Meringis tidak kualitas,
nyeri ada intensitas nyeri
 Geisah menurun  Identifikasi skala
 Pola nafas nyeri
membaik  Identifikasi
respons nyeri
non verbal
 Identifikasi
factor yang
memperberat dan
memperingan
nyeri
Terapeutik
 Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri (mis, terapi
musik, kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
 Kontrol
lingkungan
yang
memperberat
rasa nyeri (mis,
suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
 Ajarka teknik

36 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


nonfarmakologi
untuk
mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
analgetik (bila
perlu)
4 Defisit Tujuan : Observasi
nutrisi Anoreksia dan  Identfikasi status
berhubungan kebutuhan nutrisi nutrisi
dengan dapat teratasi  Identifikasi alergi
faktor Kriteria hasil : dan intoleransi
psikologis  Porsi makanan makanan
(keengganan yang dihabiskan  Identifikasi
untuk makan) meningkat makanan yang
 Frekuensi disukai
makana  Monitor asupan
membaik makanan
 Nafsu makan  Monitor BB
membaik Terapeutik
 Berikan makanan
yang tinggi serat
untuk mencegah
konstipasi
 Berikan makanan
tinggi kalori dan
protein
 Berikan
suplemen
makanan
Edukasi
 Anjurkan posisi
duduk
 Aanjurkan diit
yang
diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi

37 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


pemberian
medikasi
sebelum
makanan
 Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori dan
protein

2.2.4 Implementasi

Implementasi adalah fase ketika perawat

mengimplementasikan intervensi keperawatan. Implementasi

merupakan langkah keempat dari proses keperawatan yang

telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam

rangka membantu klien untuk mencegah, mengurangi, dan

menghilangkan dampak atau respons yang ditimbulkan oleh

masalah keperawatan dan kesehatan (Ali 2016).

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara

membandingkan perubahan keadaan klien (hasil yang diamati)

dengan tujuan dan kriteria hasil yang perawat buat pada

perencanaan (Budiono, 2015).

2.3 Studi Literatur

Bawang merah (Allium ascalonicum) adalah tanaman tertua dari

silsilah tanaman yang dibudidayaka oleh manusia. Hal ini dapat diketahui

dari sejarah bangsa Mesir pada masa dinasti pertama dan kedua (3200-

38 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


2700 SM), yang melukiskan bawang merah pada patung-patung

peninggalan mereka (Jaelani, 2017).

Kandungan zat gizi dalam umbi bawang merah dapat membantu

sistem peredaran darah dan sistem pencernaan tubuh. Hal ini

memungkinkan organ - organ dan jaringan tubuh dapat berfungsi dengan

baik. Senyawa aktif dalam umbi bawang merah turut berperan dalam

menetralkan zat-zat toksik yang berbahaya, dan membantu

mengeluarkannya dari dalam tubuh. Dalam hal ini, manfaat yang cukup

penting dari umbi bawang merah adalah peranannya sebagai antioksidan

alami, yang mampu menekan efek karsinogenik dari senyawa radikal bebas.

Sebagai bahan obat tradisional, bawang merah sering digunakan secara

tunggal ataupun dipadukan dengan bahan obat herbal lainnya yang memiliki

fungsi saling menguatkan dan melengkapi (Kuswardhani, 2016).

Adapun kandungan lain yang terdapat dalam bawang merah yaitu

dimana bawang merah dapat menurunkan suhu tubuh seperti minyak astri,

florogusin, sikloaliin, metialiin, kaemferol dan kuersetin (Cahyaningrum,

2017).

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Harnani dkk (2020)

mengenai Pengaruh Kompres Bawang Merah Terhadp Penurunan Suhu

Tubuh dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif pretest dan post

test. Dimana hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada kelompok

kompres bawang merah rata-rata suhu tubuh sebelum kompres bawang

39 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


merah 37,8˚C sedangkan setelah dilakukan kompres bawang merah yaitu

37,4˚C dengan nilai signifikan p Value (0.000) p<0.05.

Penelitian lain yang telah dilakukan oleh Medhyna (2020)

menyebutkan bahwa penelitian yang menggunakan 22 sampel dengan

teknik pengambilan sampel accidental sampling. Hasil penelitian tersebut

didapatkan rata-rata suhu tubuh sebelum dilakukan kompres bawang merah

yang menunjukkan hasil uji statistic didapatkan p value 0.000 bermakna

adanya pengaruh penurunan suhu tubuh setelah dilakukan kompres bawang

merah terhadap penurunan suhu tubuh bayi saat demam pasca imunisasi.

Berdasarkan penelitian Etika Cahyaningrum D.(2017) melakukan

penelitian mengenai pengaruh kompres bawang merah terhadap penurunan

suhu. Pada penelitian tersebut didapatkan hasil perbedaan atau selisih rerata

suhu sebelum dan setelah kompres bawang merah yaitu 0.734 oC. Diketahui

nilai significancy 0,000 (ρ < 0,005) yang artinya terdapat perbedaan suhu

tubuh yang bermakna antara sebelum dan setelah kompres bawang merah.

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Rachmad (2012)

yang mengemukakan bahwa semakin besar massa bawang merah yang

diberikan maka semakin sedikit jumlah waktu yang dibutuhkan untuk

menurunkan suhu, sehingga semakin efektif dalam menurunkan suhu.

Sehingga dapat dikatakan bahwa bawang merah asli lebih efektif dalam

menurunkan suhu dibanding dengan ekstrak bawang merah, atau dengan

kata lain ekstrak bawang merah tidak mempunyai pengaruh dalam

penurunan suhu.

40 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


Santich dan Bone (2012) menyatakan bahwa penggunaan bawang

merah merupakan pengobatan tradisional Cina yang memandang demam

sebagai ekspresi panas dalam menanggapi sebuah patogen eksternal. Prinsip

pengobatan berusaha membantu untuk sepenuhnya mengekspresikan

demam dan menghilangkan kelebihan panas, terutama melalui penggunaan

obat-obatan herbal.

Teori Santich didukung oleh penelitian yang dilakukan Emelia (2019)

penelitian tersebut menerapkan kompres bawang merah terhadap suhu tubuh

anak demam pasca imunisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu

tubuh sebelum kompres bawang merah 37,713 dan mean suhu tubuh setelah

dilakukan kompres bawang merah menjadi 37,080 dengan nilai p = 0.000 <

0,005 menunjukkan adanya pengaruh kompres bawang merah terhadap suhu

tubuh anak setelah imunisasi. Dengan demikian dapat diketahui bahwa

kompres bawang merah sangat efektig untuk menurunkan suhu tubuh anak

demam.

2.4 Tinjauan Al – Islam

Bawang merah adalah jenis sayuran favorit dalam dunia kuliner

sepanjang sejarah peradaban. Bawang merah yang memiliki kandungan gizi

berupa vitamin C, kalium, serat, dan asam folat. Kandungan antiseptik dan

senyawa alliin yang diproses oleh enzim allinase menjadi antimikroba yang

bersifat bakterisida. Beberapa khasiatnya, antara lain, mengontrol kadar

kolestrol, pencegah pertumbuhan sel kanker, diabetes, maupun pada

penurunan suhu tubuh yang meningkat pada anak dengan DBD. AlQur'an

41 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


dan sains telah membuktikan jika bawang merah bisa berfungsi sebagai

obat. Hal ini sebagaimana dijelaskan di dalam QS.Al-Baqaroh : 61. Allah

Subhanahu wa ta'ala berfirman :

Artinya:

"Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: 'Hai Musa, kami tidak bisa sabar

(tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk

kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang

ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya,

kacang adasnya, dan bawang merahnya.' Musa berkata: 'Maukah kamu

mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu

ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta.' Lalu

ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat

kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari

ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan.

Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui

batas." (QS Al Baqarah: 61)

Kemudian dalam salah satu riwayat hadis juga disebutkan, Rasulullah

Shallallahu alaihi wassallam bersabda: "Barang siapa yang memakannya

42 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


(bawang merah dan bawang putih), maka hendaknya ia menyempurnakan

(proses) memasaknya." (HR Abu Dawud)

Dikutip dari buku 'Buku Pintar Sains dalam Alquran' karya Dr Nadiah

Thayyarah, hampir mustahil untuk dibantah bahwa bawang merah adalah

makanan sekaligus obat. Di beberapa belahan dunia dan fase sejarah,

bawang merah dikenal memiliki kelebihan istimewa.

Sebuah riset mutakhir di Belanda pun menegaskan adanya hubungan

yang erat antara konsumsi bawang merah dan minimnya resiko terkena

berbagai penyakit. Para ahli gizi menyatakan bawang merah dapat

mengurangi tingkat risiko terkena penyakit kanker karena mengandung

kadar karoten dalam jumlah besar, yaitu salah satu jenis zat antioksidan

flavonoid yang berguna melindungi sel tubuh dari radikal bebas yang dapat

memicu timbulnya penyakit dalam tubuh.

43 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


BAB III

PROSES KEPERAWATAN

3.1 Data Umum Pasien

Tanggal Masuk RS : 02/06/22 Ruang Rawat : R. Anak


Tanggal Pengkajian : 02/06/22 No. Register : 0814

a. Identitas Pasien

Nama : An.D

Umur : 12 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Alamat : Way Jepara

b. Identitas Penanggungjawab

Nama : Ny.T

Umur : 31 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Guru

44 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


3.2 Hasil Pengkajian

a. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat kesehatan saat ini

a) Keluhan utama

Keluarga klien mengatakan sejak 5 hari yang lalu pasien

panas naik turun dan mual dan muntah

b) Alasan masuk RS

Ibu pasien mengatakan anaknya demam naik turun sejak 5

hari yang lalu dan pada saat itu juga Ibu pasien membawa

anaknya ke dokter dan diberi obat sanmol dan cefotaxime

namun tidak kunjung sembuh. Ibu pasien mengatakan

Hari ke 4 dan 5 muntahnya sudah berkurang. Namun

anaknya mengalami keringat dingin kemudian ibunya

membawa ke IGD RSUD Sukadana dengan keluhan panas

naik turun selama 5 hari disertai dengan mual dan muntah

serta keringat dingin, hasil LAB menunjukkan anaknya

positif DHF.

2. Riwayat kesehatan masa lalu

a) Penyakit yang pernah dialami

Ibu pasien mengatakan anaknya pernah mengalami batuk

pilek biasa

45 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


b) Dirawat di RS

Ibu klien mengatakan klien dirawat di RS baru kali

pertama dan tidak pernah memiliki riwayat dioprasi

maupun tiidak ada riwayat penyakit yang menular

3. Riwayat keluarga

Ibu klien mengatakan didalam keluarga klien tidak ada yang

memiliki penyakit menular seperti, TB, asma, tipes, atau

penyakit menular lainnya.

Genogram :

Keterangan :

: Laki - laki

: Perempuan

: Klien

: Hubungan darah

: Tinggal satu rumah

: Meninggal

46 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


4. Riwayat kehamilan

a) Prenatal

Ibu klien mengatakan bahwa selama hamil rutin control ke

dokter kandungan untuk memeriksakan kehamilannya

kurang lebih dari 8 kali dan mendapat imunisasi TT 2 kali,

dan selama hamil Ny.T mengalami kenaikan berat badan 9

kg. Ny.I tidak ada keluhan selama hamil

b) Natal

Ny.I mengatakan melahirkan di Bidan dengan usia

kehamilan 9 bulan dengan lama persalinan kurang lebih 2

jam secara normal, dengan bantuan penolong persalinan

bidan

c) Post natal

Kondisi klien lahir BB 3.200gram, dengan PB 52 cm

5. Riwayat imunisasi

Tabel 3.1
Riwayat Imunisasi

Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi


BCG 1 bulan Tidak ada
DPT (I,II,III) 2, 3, 4 bulan Tidak ada
POLIO (I,II,III) 2, 3, 4, 6 bulan Demam
Campak 9 bulan Tidak ada
Hepatitis (I,II,III) 2, 3, 4 bulan Tidak ada

47 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


6. Riwayat psikososial

a) Pola interaksi anak dengan orangtua , saudara kandung

dan teman-teman sebayanya sangat baik, klien aktif.

b) Pola kultural kedua orangtua klien mengajarkan tingkat

sopan santun kepada anaknya agar berbuat santun kepada

orang yang lebih tua darinya.

c) Pola rekreasi yang biasa klien lakukan hanya bermain

bersama kakanya maupun teman sebayanya.

d) Lingkungan klien tidak mempengaruhi dalam kondisi

kesehatan klien

e) Kedua orangtua klien selalu mengajarkan klien untuk

berani dan percaya diri terhadap orang yang baru dilihat

ataupun dikelnal.

b. Pola Kebutuhan Sehari-Hari

1. Pola nutrisi

Sebelum sakit :

3x sehari porsi habis dan jenis minuman klien yaitu air putih

dan susu

Saat sakit :

3x sehari porsi setengah dan jenis minuman klien yaitu susu,

air putih, serta pemberian infus. Tidak ada pantangan makan,

dan juga tidak ada pembatasan makan, ritual saat makan yaitu

klien selalu berdoa saat sebelum makan

48 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


2. Pola cairan dan elektrolit

Sebelum sakit :

Jenis minuman yang klien konsumsi yaitu berupa air putih dan

jus buah 1 gelas dalam satu hari. Klien mengkonsumsi air

mineral ± 6-7 gelas perhari.

Saat sakit :

Ibu klien mengatakan semenjak anaknya sakit produksi

kebutuhan cairan anaknya menjadi berkurang, sehari hanya

minum 2-3 gelas

3. Pola eleminasi

Sebelum sakit :

BAK : Ibu klien mengatakan produksi output urine anaknya 3-

4x dalam sehari, dengan kualitas urine berwarna kuning jernih,

tidak pernah mengalami perdarahan, bau khas urine.

BAB : Ibu klien mengatakan klien BAB 1x dalam sehari,

dengan konsistensi lunak, bau khas, warna feses tergantung

dengan apa yang anak makan.

Saat sakit :

BAK : Ibu klien mengatakan selama sakit produksi output urine

anakny berkurang tidak seperti biasanya. Frekuensi urine hanya

1-2 kali dalam sehari dengan kapasitas sedikit tidak banyak.

BAB :

49 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


BAB 1x/hari, konsistensi lembek, warna kuning, bau khas feses,

tidak ada masalah eliminasi, tidak mengkonsumsi obat pencahar

4. Pola tidur

Sebelum sakit :

Ibu pasien mengatakan saat dirumah anaknya tidur siang

selama 2 jam dari jam 13.00-15.00, tidur malam selama 8 jam

mulai dari jam 21.00 sampai jam 06.00.

Saat sakit :

Pada saat dirumah sakit, anaknya tidur siang selama 1 jam, jam

12.00 sampai jam 13.00, tidur malam selama 9 jam mulai dari

jam 20.00-05.00.

5. Pola hygiene

Sebelum sakit :

Klien mandi 2x dalam sehari, ibu klien mengatakan jika setiap

mandi klien selalu berkeramas, kebersihan rambut terjaga, serta

ibu klien mengatakan jika memotong kuku klien 5 hari sekali.

Saat sakit :

Klien mandi 1x dalam sehari dengan di lap oleh ibunya.

6. Pola aktivitas

Sebelum sakit :

Ibu klien mengatakan biasanya klien bermain dengan sanak

saudara, kaka dan teman – temannya pada pagi menjelang siang

dan sore hari.

50 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


Saat sakit :

Selama sakit klien hanya terdiam diri dirumah karena merasa

tidak berdaya yang disebabkan oleh sakitnya.

c. Kondisi Psikososial

1. Pola interaksi klien dengan orang tua, tim kesehatan dan

lingkungan rumah sakit, klien hanya terdiam.

2. Pola pertahanan keluarga : Ibu klien mengatakan jika

menggunakan BPJS mandiri untuk merawat anaknya di RS.

3. Pengetahuan keluarga : ibu klien mengatakan bingung, cemas

kurang mengetahui mengenai sakit anaknya, pencegahan yang

dilakukan ibu klien terhadap klien yaitu langsung membawa

anaknya untuk menjalani perawatan di RS.

3.3 Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan Fisik Umum

Keadaan umum : Lemah

Tingkat kesadaran : Composmentis

TTV : S 38,2 ˚C RR 20x/menit

N 98x/menit SpO2 99%

b. Pemeriksaan Fisik Khusus

1. Sistem penglihatan

a) Fungsi penglihatan : Penglihatan normal

b) Posisi mata : Simetris

c) Keadaan kelopak mata : Baik, berwarna hitan

51 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


d) Keadaan conjungtiva : Merah muda

 Keadaan kornea : Tampak jernih

 Keadaan sklera : Tidak ikterus

 Keadaan pupil : Isokor, retraksi terhadap

cahaya baik

 Tanda peradangan : Tidak ada tanda peradangan

e) Penggunaan alat bantu : Tidak menggunakan alat bantu

seperti kacamata

2. Sistem pendengaran

a) Fungsi pendengaran : Normal

b) Posisi telingan : Simetris

c) Keadaan daun telinga : Normal

d) Kondisi telinga

 Kebersihan : Bersih

 Cairan pada telinga : Tidak ada cairan

 Tinitus : Tidak ada tanda gangguan

 Serumen : Berwarna kuning

e) Tanda peradangan : Tidak ada

f) Pemakaian alat bantu : Tidak menggunakanan alat

bantu

g) Uji fungsi pendengaran : Baik

3. Sistem pernafasan

a) Pernafasan cuping hidung : Hidung kembang kempis

52 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


b) Bersihan jalan nafas : Sputum (-)

c) Bentuk dada : Simetris

d) Retraksi dada : Penarikan dinding dada (-)

e) Irama nafas : Dispnea

f) Kedalaman nafas : Cepat dangkal

g) Suara nafas : abnormal

h) Penggunaan alat bantu : Tidak menggunakan alat bantu

4. Sistem kardiovaskulaer

a) Nadi : 98x/menit

b) Temperatur kulit : Panas

c) CRT : < 2’

d) Odema : Tidak ada tanda odema

5. Sistem persyarafan

a) GCS score :E4V6M5

b) Reaksi pupil : Normal

c) Peningkatan TIK : Tidak ada

d) Reflek fiologis patologi: Norma

6. Sistem pencernaan

a) Keadaan mulut : Mukosa mulut kering, bibir

normal, keadaan gigi bersih

b) Kemampuan menelan : Baik

c) Mual – muntah : Iya

53 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


7. Sistem integumen

a) Keadaan rambut : Bersih, tidak rontok

b) Karakteristik kuku : Normal

c) Keadaan kulit

 Turgor kulit : Elastis

 Warna kulit : Sawo matang

 Luka/stoma/lesi : Terdapat bintik merah

 Kebersihan kulit : Bersih

8. Sistem muskuloskeletal

a) Kesulitan pergerakan : Tidak ada masalah dalam

pergerakan

b) Sakit dada – sendi : Tidak ada

c) Fraktur : Tidak ada

d) Kontraktur : Tidak ada

e) Kelainan tulang : Tidak ada

f) Kelainan sendi : Tidak ada

g) Kekuatan otot :
5 5
5 5

9. Sistem imunologik

Tidak ada tanda gejala pembesaran getah bening maupun

kelenjar tiroid.

54 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


3.4 Hasil Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium

 Hb : 12,6 g/dl (10-14 g/dl)

 Leukosit : 3,6 ul (4-10rb/ul)

 Hematrokit : 34,55% (37-48%)

 Eritrosit : 4.9 ul (4.5-5.6jt/ul)

 Trombosit : 78000 ul (150-350rb/ul)

b. Rontgen dada

Hasil bacaan normal

3.5 Farmakoterapi

No Tanggal Terapi Dosis


1 07/04/22 Inf. Asering 1500/24jam
2 07/04/22 Inj. Antrain 500mg/12jam
3 07/04/22 Inj. Ranitidine 50mg/12jam

3.6 Data Fokus

a. Data Subjektif

 Keluarga klien mengatakan An.D demam sejak 5 hari yang lalu

 Ibu pasien mengatakan anaknya mual dan nafsu makannya

menurun

 Pasien mengatakan lemas

 Orang tua pasien mengatakan adanya bitnik merah di kedua tangan

pasien

55 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


 Ibu klien mengatakan semenjak anaknya sakit produksi

kebutuhan cairan anaknya menjadi berkurang, sehari hanya

minum 2-3 gelas

b. Data Objektif

 KU : lemah

 Akral hangat

 Warna kulit bintik – bintik merah

 TD : 90/70

 S : 38,5 oC

 N : 98x/menit

 RR : 22x/menit

 Leukosit 3600

 HB <12,60 g/dl

 Pasien lemas

 Makan 3 kali sehari habis ¼ porsi

 BB menurun (sebelum sakit 22 kg dan setelah sakit 21 kg)

56 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


3.7 Analisa Data

Tabel 3.2
Analisa Data

Data Masalah Etiologi


DS :
Keluarga klien mengatakan
An.D demam sejak 5 hari
yang lalu

DO : Hipertermi Proses infeksi


 KU : lemah virus dengue
 Akral hangat
 Warna kulit bintik –
bintik merah
 TD : 90/70
 S : 38,5 oC
 N : 98x/menit
 RR : 22x/menit
 Leukosit 3600
 HB <12,60 g/dl
DS :
Ibu pasien mengatakan
anaknya mual dan nafsu
makannya menurun
DO : Resiko Intake nutrisi
 Pasien lemas ketidakseimbangan tidak adekuat
 Makan 3 kali sehari nutrisi kurang dari
habis ¼ porsi kebutuhan tubuh
 BB menurun (sebelum
sakit 22 kg dan setelah
sakit 21 kg) BB normal
42 kg
DS :
 Ibu klien mengatakan
semenjak anaknya sakit
produksi kebutuhan Resiko syok Kehilangan
cairan anaknya menjadi hipovolemia cairan secara

57 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


berkurang, sehari hanya aktif
minum 2-3 gelas
 Pasien mengatakan
lemas
 Orang tua pasien
mengatakan adanya
bitnik merah di kedua
tangan pasien
DO :
 S : 38,5C
 Leukosit 3600
 HB <12,60 g/dl
 Terdapat bintik-bintik
merah di badan

3.8 Diagnosa Keperawatan

a. Hipertermi b.d proses infeksi virus dengue

b. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan dalam

menelan d.d mual muntah

c. Resiko syok hipovolemia b.d kehilangan cairan secara aktif

58 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


3.9 Rencana Keperawatan

Tabel 3.3
Proses Rencana Keperawatan

No Diagnosa SLKI SIKI


1 Hipertermi b.d Tujuan : Observasi
proses infeksi Suhu tubuh agar  Identifikasi penyebab
virus dengue tetap berada pada hipertermia (mis.
rentang normal Dehidrasi, terpapar
Kriteria Hasil : lingkungan panas,
 Menggigil penggunaan incubator)
menurun  Monitor suhu tubuh
 Kulit merah  Monitor kadar
menurun elektrolit
 Suhu tubuh  Monitor haluaran urine
membaik Terapeutik
 Tekanan darah  Sediakan lingkungan
membaik yang dingin
 Longgarkan atau
lepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
kompres bawang
merah
2 Resiko nutrisi Tujuan : Observasi
kurang dari Kebutuhan nutrisi  Identfikasi status
kebutuhan b.d dapat teratasi nutrisi
ketidakmampuan Kriteria hasil :  Identifikasi alergi dan
dalam menelan  Porsi makanan intoleransi makanan
d.d mual muntah yang  Identifikasi makanan
dihabiskan yang disukai
meningkat  Monitor asupan
 Frekuensi makanan
makana

59 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


membaik  Monitor BB
 Nafsu makan Terapeutik
membaik  Berikan makanan yang
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
 Berikan makanan
tinggi kalori dan
protein
 Berikan suplemen
makanan
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk
 Aanjurkan diit yang
diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makanan
 Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan
protein
3 Resiko syok Tujuan : Observasi
hipovolemia b.d Tidak terjadinya  Monitor status tanda-
kehilangan cairan syok hipovolemik tanda vital
secara aktif Kriteria hasil :  Monitor status cairan
 Keadaan  Montor tingkat
umum kesadaran
membaik
 Peningkatan Terapeutik
suhu tubuh  Berikan oksigen untuk
tidak ada mempertahankan
saturasi oksigen (jika
perlu)

Edukasi
 Jelaskan penyebab dan
faktor resiko syok
 Anjurkan untuk
melapor jika

60 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


merasakan tanda gejala
syok
 Anjurkan untuk
menghindari alergen

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
IV
 Kolaborasi pemberian
tranfusi darah

3.10 Implementasi - Evaluasi

Tabel 3.4
Proses Implementasi Evaluasi

No Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi


Tanggal
1 Jum’at Hipertermi Observasi S:
03/06/22 b.d proses  Mengidentifikasi Ibu pasien
infeksi penyebab mengatakan anaknya
virus hipertermia masih demam
dengue (mis. O:
Dehidrasi, Akral hangat
terpapar S 37,90C
lingkungan A:
panas, Masalah belum
penggunaan teratasi
incubator) P:
 Memonitor suhu Lanjutkan intervensi
tubuh  Monitor suhu
 Memonitor kadar tubuh
elektrolit  Berikan anti
 Memonitor piretik
haluaran urine  Pertahankan
Terapeutik kolaborasi
 Menyediakan pemberian
lingkungan yang kompres hangat
dingin

61 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


 Melonggarkan
atau lepaskan
pakaian
 Membasahi dan
kipasi
permukaan tubuh
 Memberikan
cairan oral
Edukasi
 Menganjurkan
tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
kompres bawang
merah
2 Jum’at Resiko Observasi S:
03/06/22 nutrisi  Mengidentfikasi Ibu pasien
kurang status nutrisi mengatakan anaknya
dari  Mengidentifikasi masih mual dan
kebutuhan alergi dan nafsu makan belum
b.d intoleransi meningkat
ketidak makanan O:
mampuan  Mengidentifikasi K/U lemas
dalam makanan yang Klien menghabiskan
menelan disukai ½ porsi
d.d mual  Memonitor BB 21kg
muntah asupan makanan A:
 Memonitor BB Masalah belum
Terapeutik teratasi
 Memberikan P:
makanan yang Lanjutkan Intervensi
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
 Memberikan
makanan tinggi
kalori dan
protein
 Memberikan

62 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


suplemen
makanan
Edukasi
 Menganjurkan
posisi duduk
 Menganjurkan
diit yang
diprogramkan
Kolaborasi
 Berkolaborasi
pemberian
medikasi
sebelum
makanan
 Berkolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori
dan protein
3 Sabtu, Resiko Observasi S:
04/06/22 syok  Memonitor status Ibu pasien
hipovolem tanda-tanda vital mengatakan anaknya
ia b.d  Memonitor status masih malas untuk
cairan
kehilangan minum, sehari
 Memonitor
cairan kurang lebih hanya
tingkat kesadaran
secara 1000cc
aktif Edukasi O:
 Menjelaskan Membran mukosa
penyebab dan kering
faktor resiko
IVFD RL 16tpm
syok
 Menganjurkan A:
untuk melapor Masalah sedang
jika merasakan diatasi
tanda gejala syok P:
 Menganjurkan Lanjutkan intervensi
untuk  Observasi intake
menghindari
dan output caian
alergen
 Berikan minum
yang adekuat

63 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


Kolaborasi  Pertahankan
 Berkolaborasi pemberian IV
pemberian IV

4 Sabtu, Hipertermi Observasi S:


04/06/22 b.d proses  Memonitor suhu Ibu pasien
infeksi tubuh mengatakan setelah
virus  Memonitor kadar anaknya diberikan
dengue elektrolit kompres bawang
Terapeutik merah, demam
 Memberikan berangsur menurun
cairan oral O:
Edukasi K/U lemah
 Menganjurkan Trombosit 152.000
tirah baring TD 90/70mmHg
Kolaborasi N 96x/menit
 Kolaborasi S 37,6C
pemberian RR 20x/menit
kompres bawang A:
merah Masalah teratas
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
Pertahankan
pemberian kompres
bawang merah
5 Minggu, Resiko Observasi S:
05/06/22 nutrisi  Mengidentifikasi Ibu pasien
kurang makanan yang mengatakan nafsu
dari disukai makan anaknya
kebutuhan  Memonitor berangsur membaik
b.d asupan makanan O:
ketidak  Memonitor BB K/U sedang
mampuan Terapeutik Mual – muntah (-)
dalam  Memberikan Klien menghabiskan
menelan makanan tinggi porsi makanannya
d.d mual kalori dan A:
muntah protein Masalah teratasi
Edukasi P:
 Menganjurkan Intervensi hentikan

64 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


posisi duduk Anjurkan ibu pasien
Kolaborasi untuk selalu
 Berkolaborasi memantau pola
dengan ahli gizi makan klien.
untuk
menentukan
jumlah kalori
dan protein
6 Minggu, Resiko syok Observasi S:
05/06/22 hipovolemia  Memonitor status Ibu klien
b.d tanda-tanda vital mengatakan bintik
kehilangan  Memonitor status pada kulit klien
cairan
cairan secara berangsur
aktif Edukasi menghilang
 Menganjurkan O:
untuk K/U baik
menghindari Trombosit 167.000
alergen
Suhu tubuh 37,4C
Kolaborasi A:
 Berkolaborasi Masalah teratasi
pemberian IV P:
Hentikan intervensi

65 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Sukadana, atau dikenal sebagai RSUD

Sukadana, merupakan rumah sakit umum yang terletak di Sukadana,

Lampung Timur, Provinsi Lampung. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Sukadana, Lampung Timur, memiliki 7 dokter spesialis. Dengan adanya

dokter spesialis ini diharapkan RSUD bisa maksimal melayani masyarakat.

Dokter spesialis di RSUD Sukadana adalah spesialis bedah Nanang

Salman Saleh dan Jhon Lukman, spesialis penyakit dalam Adi Iryawan,

spesialis obstetri dan ginekologi Sri Roslyana, spesialis anak Humanisa

Ranto MP, spesialis syaraf Halomoan Simon Tambunan, spesialis radiologi

Prim Ardianta Bangun dan Indrayanto, serta spesialis laboratorium klinik

Nurlina Sirait dan Melda Sitanggang.

RSUD Sukadan berdiri sejak tahun 2003 dan saat ini berstatus tipe C.

RSUD Sukadana bervisi menjadi rumah sakit andalan Lamtim, tapi saat ini

masih memiliki sejumlah kekurangan dan ketertinggalan yang harus

dibenahi agar sejajar dengan rumah sakit pemerintah yang lain.

Visi : “Menjadi Rumah Sakit Andalan Lampung Timur”

Misi : “Memberikan Pelayanan Kesehatan Paripurna, Meningkatkan

Sumber Daya Dan Fasilitas Rumah Sakit Yang Mendukung Pelayanan

Kesehatan Paripurna, Meningkatkan Pengelolaan Rumah Sakit Yang

66 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


Professional Secara Efektif Dan Efisien Serta Mampu Berdaya Saing,

Menjadikan Rumah Sakit Sebagai Pusat Penelitian Dan Diklat”.

4.2 Pembahasan Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan dasar utama dan hal yang penting

dilakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun

selama pasien dirawat dirumah sakit (Widyorini, 2017).

Pengkajian pada klien dengan hipertemi ditemukan keluhan

dimana klien mengalami demam yang tidak stabil. Dimana saat

penderita demam biasanya demam tersebut berlangsung sepanjang

hari (Kemenkes, 2015).

Menurut Nurarif & Kusuma (2015) demam terjadi adanya

proses peradangan akibat infeksi yang terjadi akibat gangguan

fisiologi darah, serta gangguan nafsu makan dan gangguan pada

pencernaan baik berupa keluhan mual dan muntah.

Menurut Rosdiana & Sulistiawati (2017) menjelaskan bahwa

kondisi penurunan berat badan disebabkan karena menurunnya nafsu

makan yang dipicu karena demam.

Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan terhadap An.D

saat dilakukan pengkajian didapatkan hasil bahwa An.D mengalami

demam secara berangsur selama 5 hari, suhu 38,5˚C, Ibu pasien

mengatakan anaknya mual dan nafsu makannya menurun, frekuensi

makan 2x dalam sehari hanya ¼ porsi serta tidak menghabiskan porsi

67 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


makanannya. Diketahui bahwa BB sebelum sakit 22 kg dan BB

setelah sakit 21kg. Dimana terjadi penurunan BB saat sakit pada

An.D.

Adapun pengkajian pada status kebutuhan cairan An.D dimana

An.d menggigil, banyak berkeringat, serta frekuensi minum An.D

hanya 2-3 gelas/hari. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah

dilakukan oleh Rahayu dkk (2014), dimana pada saat melakukan

pengkajian pada penderita demam didapatkan hasil turgor kulit jelek,

kulit berkeringat, produksi intake cairan hanya 300cc (Rahayu, 2014).

B. Diagnosa

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis

mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses

kehidupan yang dialami baik berlangsung secara aktual maupun

potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi

respon klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang

berkaitan dengan kesehatan (SDKI DPP PPNI, 2017).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Irma (2017) yang

melakukan penelitian terhadap penderita DBD. Sesuai dengan

masalah data subjektif dan data bjektif yang didapat bahwa penelitian

tersebut mengangkat diagnosa keperawatan seperti hipertermi b.d

ketidakefektifan regulasi suhu tubuh, kurang pengetahuan b.d

kurangnya informasi, dan resiko infeksi. Hal ini dapat disimpulka

68 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


bahwa diagnosa keperawatan diangkat berdasarkan hasil pengkajian

yang telah didapat.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Sari (2017) dimana pada

kasus penderita demam penelitian tersebut mengangkat diagnosa yang

diantaranya sesuai dengan diagnosa pada kasus An.D. dimana

diagnosa tersebut yaitu resiko kekurangan volume cairan. Diagnosa

tersebut diangkat berdasarkan data objektif yang didapat berupa klien

tampak lemas serta mukosa bibir kering (Sari, 2017).

Berdasarkan SDKI (2017) untuk menegakkan diagosa

hipertermi terdapat tanda gejala mayor 80-100% untuk validasi

diagnosis dan terdapat tanda minor : tanda dan gejala tidak harus

ditemukan namun dapat mendukung penegakkan diagnosa. Adapun

gejala mayor subjektif (tidak tersedia) dan data objektif : suhu tubuh

diatas nilai normal, serta kulit terasa hangat.

Berbeda dengan penelitian terhadap An.D hanya satu diagnosa

prioritas yang sesuai dengan diagnosa yang telah diangkat oleh

peneliti Irma. Dimana pada kasus An.D diagnosa yang diangkat

berdasarkan data yang didapat yaitu, hipertermi b.d proses infeksi,

resiko kekurangan nutrisi b.d intake yang kurang dan deporosis,dan

resiko syok hipovolemi b.d hipertermi. Menurut analisa penelitian

An.D muncul diagnosa hipertermi b.d proses infeksi dimana anak

demam sejak lima hari yang lalu dengan suhu 38,5˚C.

69 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


C. Rencana Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan

oleh perawat yang didasarkan padapengetahuan dan penilaian klinis

untuk mencapai iuran (outcome) yang diharapkan (SDKI DPP PPNI,

2018).

Perencanaan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan

yang akan dilaksanakan untuk mengulangi masalah sesuai dengan

diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan

terpenuhinya kebutuhan klien yang dimana tujuannya untuk

mengantisipasi kemungkinan munculnya kembali masalah dengan

menganalisis kondisi lingkungan internal maupun eksternal yang

mengacu pada upaya pencapaian tujuan (Mc Namara, 2013).

1. Hipertermi

Penelitian yang telah dilakukan oleh Fitriani (2020)

dimana rencana keperawatan yang dilakukan pada pasien

dengan masalah hipertermi yaitu meliputi : monitor suhu

sesering mungkin, beri anti piretik, kompres pada lipatan paha

dan aksila, serta kolaborasikan dalam pemberian cairan

intravena (Fitriani, 2020).

Berdasarkan perencanaan pada kasus An.D dimana

diagnosa hipertermi tindakan yang dilakukan sesuai dengan

masalah hipertermi yang menggunakan aplikasi SIKI sesuai

dengan PPNI (2020). Intervensi yang dilakukan pada An.D

70 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


dengan tujuan setelah dilakukan asuhan keperawatan selama

3x24 jam diharapkan hipertermi teratasi dengan kriteria hasil :

suhu tubuh dalam rentang normal, tidak ada perubahan warna

kulit, nadi dan RR dalam rentang normal. Rencana tindakan

dalam masalah hipertermi meliputi : Identifikasi penyebab

hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,

penggunaan incubator), Monitor suhu tubuh, Monitor kadar

elektrolit, Monitor haluaran urine, Sediakan lingkungan yang

dingin, Longgarkan atau lepaskan pakaian, Basahi dan kipasi

permukaan tubuh, Berikan cairan oral, Anjurkan tirah baring,

Kolaborasi pemberian kompres bawang merah

2. Resiko Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan

Nutrisi merupakan zat yang sangat diperlukan oleh tubuh.

Nutrisi sangat berhubungan erat dengan kesehatan dan penyakit,

termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk

menerima makanan atau bahan dari lingkungan hidupnya yang

digunakan untuk aktivitas penting dalam tubuh serta

mengeluarkan sisanya (Jauhari dan Nasution, 2013).

Dalam riwayat medis kejadian kurangnya nutrisi

berhubungan dengan adanya faktor yang mempengaruhi seperti

gizi yang dikaji riwayat alergi, jenis diit, pengobatan yang

sedang dijalani pasien (Mardalena, 2017).

71 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

dimana ketidakmampuan dalam makan, minum, menelan serta

kurang minat untuk makan (Herdman, 2018).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Munthe (2017)

mengenai tindakan keperawatan klien dengan gangguan

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan yaitu :

Tentukan statuss gizi klien dan kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi, Bantu klien dalam memenuhi nutrisi,

Tentukan jumlah kalori, Pastikan makanan disajikan dengan

cara yang menarik, Ciptakan lingkungan yang optimal.

Sedangkan intervensi yang dilakukan kepada An.D

menggunakan standar intervensi keperawatan sesuai dengan

luaran PPNI (2020) yaitu berupa : Identfikasi status nutrisi,

Identifikasi alergi dan intoleransi makanan, Identifikasi

makanan yang disukai, Monitor asupan makanan, Monitor BB,

Berikan makanan yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi,

Berikan makanan tinggi kalori dan protein, Berikan suplemen

makanan, Anjurkan posisi duduk, Aanjurkan diit yang

diprogramkan, Kolaborasi pemberian medikasi sebelum

makanan, Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah

kalori dan protein.

72 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


3. Resiko Syok Hipovolemi

Menurut Nilam (2018) intervensi yang dilakukan pada

penderita DBD dengan diagnosa keperawatan resiko syok

hipovolemi yaitu berupa pertahankan catatan inteke dan output

yang akurat, monitor status dehidrasi (kelembaban membran

mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik) jika diperlukan,

monitor vital sign, dorong keluarga untuk membantu pasien

makan, monitor status cairan termasuk intake dan output,

monitor tanda vital, monitor respon pasien terhadap pemberian

cairan, monitor berat badan, dorong pasien untuk menambah

intake oral, pemberian cairan iv monitor adanya tanda dan gejala

kelebihan volume cairan.

Berdasarkan intervensi asuhan keperawatan menurut teori

PPNI (2019) pada diagnosa keperawatan hipovolemia

berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dengan tujuan

setelah dilakukan asuhan keperawatan, maka diharapkan status

cairan membaik dengan kriteria hasil yaitu produksi urine

normal, kekuatan nadi dan turgor kulit meningkat, kebutuhan

cairan terpenuhi (intake dan output seimbang). Rencana

tindakan keperawatan hipovolemia meliputi yaitu observasi:

periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi

meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun dll),

monitor intake dan output cairan, terapeutik: hitung kebutuhan

73 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


cairan, edukasi: anjurkan dan berikan minum anak ±2,5

liter/hari, kolaborasi: kolaborasi pemberian terapi cairan dan cek

serum elektroli.

Sedangkan analisa rencana keperawatan yang diberikan

kepada An.D yaitu berupa : Monitor status tanda-tanda vital,

Monitor status cairan, Montor tingkat kesadaran, Berikan

oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen (jika perlu),

Jelaskan penyebab dan faktor resiko syok, Anjurkan untuk

melapor jika merasakan tanda gejala syok, Anjurkan untuk

menghindari alergen, Kolaborasi pemberian IV, Kolaborasi

pemberian tranfusi darah.

D. Implementasi Evaluasi

Analisa implementasi merupakan fase ketika perawat

mengimplementasikan intervensi keperawatan yang merupakan

langkah dar keempat proses keperawatan yang telah direncanakan

oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka membantu klien untuk

mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak respons yang

ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan (Ali, 2016).

Sedangkan evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan

untuk menilai apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan

tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah (Meirisa, 2013).

74 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


Pada proses implementasi evaluasi yang dilakukan kepada An.D

penulis melibatkan keluarga daam proses tindakan keperawatan yang

dilakuka selama tiga hari, adapun evaluasi yang didapatkan yaitu :

1. Hipertermi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Harnani,

dkk (2019) dimana setelah dilakuka kompres bawang merah

didapatkan hasil bahwa pada kelompok kompres bawang merah

rata-rata suhu tubuh sebelum kompres bawang merah 37,8˚C

dan setelah dilakukan kompres bawang merah menjadi 37,4˚C

dengan nilai signifikan p value (0,000) p<0,05.

Sedangkat pada tindakan keperawatan yang telah

dilakukan kepada An.D bahwa setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 hari dengan menggunakan kompres

bawang merah dapat menurunkan hipertermi pada An.D dengan

suhu 36,8˚C.

2. Resiko Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

Nutrisi yang digunakan dalam proses dan fungsi tubuh

dalam pemenuhan kebutuhan energi didapatkan dari berbagai

nutrisi seperti : karbohidrat, protein, lemak, air, vitamin, mineral

(Potter & Perry, 2011).

Evaluasi tindakan keperawatan pada penelitian yang

dilakukan oleh Munthe (2017) setelah dilakukan implementasi

75 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


keperawatan didapatkan evaluasi bahwa berat badan klien

meningkat.

Hal ini sesuai dengan proses keperawatan evaluasi yang

didapatkan oleh An.D bahwa sebelum dilakukan tindakan

keperawatan mengalami penurunan BB, dan setelah dilakukan

tindakan keperawatan didapatkan hasil BB awal 21 kg menjadi

22,5kg.

3. Resiko Syok Hipovolemi

Berdasarkan rencana tindakan keperawatan yang telah

dibuat dan disusun untuk mengatasi masalah hipovolemi,

tindakan yang dilakukan sesuai perencanaan. Tindakan yang

dilakukan yaitu mempertahankan catatan inteke dan output,

memonitor status hidrasi, memonitor tanda-tanda vital sign,

mendorong keluarga untuk membantu pasien makan, memonitor

status cairan termasuk intake dan output, memonitor respon

pasien terhadap pemberian cairan, memonitor berat badan,

mendorong pasien untuk menambah intake oral, memberikan

terapi iv seperti yang ditentukan (Nilam, 2018).

Sedangkan hasil implementasi yang telah diberikan

kepada An.D diketahui bahwa tidak ada tanda peningkatan

resiko syok hipovolemi yang terjadi pada An.D.

76 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


4.3 Karya Inovasi Terkait

Bawang merah merupakan salah satu tanaman obat yang dapat

digunakan untuk mengendalikan demam. Bawang merah mengandung

senyawa sulfur organic yaitu Allycysteine sulfoxide( Alliin). Bawang merah

yang digerus akan melepaskan enzim allinase yang berfungsi sebagai

katalisator untuk allin yang akan bereaksi dengan senyawa lain misalnya

kulit yang berfungsi menghancurkan bekuan darah atau akan melancarkan

aliran darah dalam tubuh (Utami, 2013).

Gerusan bawang merah di permukaan kulit membuat pembuluh

darah vena berubah ukuran yang diatur oleh hipotalamus anterior untuk

mengontrol pengeluaran panas, sehingga terjadi pelebaran pembuluh darah

dan hambatan produksi panas. Berdasarkan penelitian Cahyaningrum

(2017), hasil penelitian menunjukan bahwa reratassuhu tubuh anak setelah

kompres bawang merah yaitu 37.98°C, suhu terendah 36.3°C, dan suhu

tertinggi 37.2°C. responden mengalami penurunan suhu tubuh setelah

dilakukan kompres bawang merah sehingga suhu tubuh menjadi normal.

Adapun penelitian yang telah dilakukan oleh Hayuni dkk (2019) yang

berjudul efektifitas pemberian kompres bawang merah terhadap penurunan

suhu tubuh pada anak usia 1-5 tahun. Pada penelitian tersebut menjelaskan

bahwa telah dilakukan penelitian terhadap 20 responden diantaranya 6

responden laki laki dan 14 responden prempuan. Setelah dilakukan

intervensi menggunakan kompres baang merah didapatkan hasil pemberian

77 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


kompres bawang merah sangat efektif terhadap penurunan suhu tubuh anak

dengan nilai (p=0.000) dimana Ha diterima dan Ho ditolak.

Fakta ini sejalan dengan pendapat Santich dan Bone (2012) yang

menyatakan bahwa bawang merah digunakan untuk efek yang

mengeluarkan keringat dan pendingin pada tubuh. Obat-obatan herbal juga

memiliki keuntungan dapat dipersiapkan dalam kombinasi yang sesuai

dengan kebutuhan kondisi masing-masing pasien.

Santich dan Bone (2010) juga menyatakan bahwa penggunaan bawang

merah juga merupakan pengobatan tradisional Cina yang memandang

demam sebagai ekspresi panas dalam menanggapi sebuah patogen. Prinsip

pengobatan berusaha membantu untuk sepenuhnya mengekspresikan

demam dan menghilangkan kelebihan panas, terutama melalui penggunaan

obat- obatan herbal.

Adapun dari teori-teori tersebut, berkesinambungan dengan intervensi

keperawatan yang telah dilakukan kepada An.D dengan kasus Hipertermi

pada Dengue Fever menegakkan masalah utama yaitu hipertermi.

Didapatkan data dari hasil pengkajian yaitu An.D mengalami demam sejak

5 hari yang lalu, demam berangsur meningkat, S 38.5˚C, RR 29x/menit, N

24x/menit, klien mengeluarkan banyak kringat, klien nampak menggigil,

turhor kulit kering, mukosa bibir kering. Dilakukannya inovasi intervensi

keperawatan berupa pemberian kompres bawang merah. Kompres bawang

merah dilakukan secara bertahap 1-2x dalam sehari, dengan cara bawang

merah yang telah dilembutkan kemudian dtempelkan pada bagian dahi

78 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


kepala klien yang bertujuan sebagai terapi komplementer non-farmakologi

guna untuk menurunkan demam anak.

79 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan asuhan keperawatan anak yang telah dilakukan pada

An.D dengan DHF terhadappenurunan hipertermi di Ruang Anak RSUD

Sukadana maka dapat disimpulkan bahwa :

a. Pada hasil pengkajian An.D mengalami demam secara berangsur

selama 5 hari, suhu 38,5˚C, Ibu pasien mengatakan anaknya mual dan

nafsu makannya menurun, frekuensi makan 2x dalam sehari hanya ¼

porsi serta tidak menghabiskan porsi makanannya. Diketahui bahwa

BB sebelum sakit 22 kg dan BB setelah sakit 21kg. Dimana terjadi

penurunan BB saat sakit pada An.D.

b. Terdapat tiga diagnosa yang diangkat berupa : hipertermi, resiko

nutrisi kurang dari kebutuhan, resiko syok hipovoemi.

c. Rencana keperawatan yang dilakukan pada An.D pada diagnosa aktual

berupa :

d. Implementasi terkait inovasi yang telah dilakukan terhadap An.D

yaitu berupa : melakukan kompres bawang merah 1-2x dalam sehari

e. Hasil evaluasi yang didapat setelah dilakukan inovasi berupa kompres

bawangmerah selama tiga hari, suhu tubuh An.D menjadi normal

yaitu 36.8˚C dan tidak mengalami peningkatan sihu tubuh kembali.

80 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


1.2 Saran

a. Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan serta sebagai layanan

informasi dalam melakukan asuhan keperawatan kususnya terhadap

penderita DHF terhadap penurunan hipertermi

b. Diharapkan klien DHF dapat mendapatkan layanan asuhan

keperawatan secara komprehensif.

81 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif & Kusuma, Hardhi. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC (Edisi Revisi).
MediAction.

Myzed dahlia, Faridah BD,E.Y,ingges (2018). Pengaruh pemberian tumbukan


bawang merah sebagai penurun suhu tubuh pada balita demam di
puskesmas lubuk buaya kota padang tahun 2018

Cahyaningrum, E. D., & Putri, D. (2017). Perbedaan Suhu Tubuh Anak Demam
Sebelum dan Setelah Kompres Bawang Merah. MEDISAINS: Jurnal Ilmiah
Ilmu- Ilmu Kesehatan. Vol. 5, No. 2, Hal. 66-74. ISSN: 2621-2366

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2012.Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data.


Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika

Dzulfaijah, N. E. (2017, Desember). Combination Of Cold Pack, Water Spray,


And Fan Cooling On Body Temperature Reduction And Level Of Succes To
Reach Normal Temperature In Critically III Patients With Hypertermia.
Belitung Nursing Journal, 3(6), 757-764. ISSN: 2477-4073

Setyowati & Lina. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Dengan
Penanganan Demam Pada Anak Balita Di Kampung Bakalan Kadipiro
Banjarmasin Surakarta. Jurnal Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta

Sodikin. (2012). Prinsip Perawatan Demam Pada anak. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

Laoh, Jurike. (2019). Efektifitas Kompres Bawang Merah Terhadap Suhu Tubuh
Anak Demam Setelah Imunisasi Di Puskesmas Bailang Kota Manado.
Jurnal Poltekkes Manado

Putri, Vedja. (2020). Pengaruh Kompres Bawang Merah Terhadap Penurunan


Suhu Tubuh Bayi Saat Demam Pasca Imunisasi di Wilayah Kerja Polindes
Pagar Ayu Musi Rawas. Maternal Child Health Care Journal. Volume 2.,
No.2

82 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


Harnani, dkk (2019). Pengaruh Kompres Bawang Merah Terhadap Penurunan
Suhu Tubuh Pada Pasien Demam Typoid di RS PKU Muhammadiyah
Gombong. Jurnal Kesehatan

Nurarif, A.H. & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jakarta : EGC

Nursing Outcome Classification (NOC). (2013). Standar Outcome Intervensi.


Elsevier

Dinas Kesehatan Lampung. (2018). Profil Kesehatan Provinsi Lampung

Dinkes Kabupaten Lampung Tengah. ( 2019). Profil Kesehatan Lampung


Tengah Provinsi Lampung.

83 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


LAMPIRAN

84 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


Lampiran 1

TEKNIK
KOMPRES BAWANG MERAH PADA ANAK

Pengertian Kompres bawang merah merupakan cara untuk menurunkan


demam secara tradisional dengan mengkompreskan tumbukan
bawang merah di daerah kepala (dahi)
Tujuan Menurunkan dan mempercepat menormalkan suhu tubuh
balita / anak dengan efek minimal
Persiapan 1. Termometer
2. Tumbukan bawang merah
3. Handscoond
4. Washlap
Proedur A. Tahap Orientasi
Pelaksanaan 1. Mengucapkan salam
2. Menyapa pasien
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
B. Tahap Kerja
1. Mencuci tangan
2. Memposisikan pasien dengan nyaman
3. Menyiapkan tumbukan bawang merah di dekat pasien
4. Membersihkan area kepala yang akan diletakkan
tumbukan bawang merah
5. Menempelkan tumbukan bawang merah di kepala
selama 15 menit
C. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Melakukan kontrak untuk melakukan kegiatan
selanjutnya
3. Mendoakan klien
4. Berpamitan dengan klien
5. Dokumentasi tindakan

85 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


Lampiran 2

86 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


Lampiran 3

MAJELIS PENDIDIKAN TINGGI


FAKULTAS KESEHATAN
UVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
Alamat : Jl. Makam KH.Ghalin No.112 Telp.Fax (1729) 22537 Pringsewu Lampung 35373

LEMBAR KONSULTASI

Nama : Rian Aprizal


NIM : 2021207209098
Pembimbing : Ns. Yeti Septiasari, S.Kep.,M.Kes

No Tanggal BAB Uraian Konsultasi Paraf


1 20/05/2022  Pengajuan Judul

2 22/05/2022  ACC Judul


 Lanjutkan BAB I

3 26/05/2022  Perbaikan cara penulisan judul


I  Tambahkan penelitian terkait!

4 02/06/2022 I  Dalam latar belakang, jelaskan


alasan yang melatar belakangi
peneliti mengangkat kasus
tersebut!
 Dan inovasi terkait seperti apa?

5 10/06/2022 I  ACC BAB I


 Lanjutkan BAB II

6 18/06/2022 II  Konsep yang dimasukkan di


BAB II apa saja?
 Tambahkan konsep mengenai
penyakit!
 Tambahkan Al-islam
kemuhammadiyahan sesuai
dengan kasus terkait!

87 Universitas Muhammadiyah Pringsewu


7 25/06/2022  ACC BAB II
 Lanjutkan BAB II IV V

8 04/07/2022 III  Pada diagnosa, data tolong


dilengkapi!
 Penulisan diagnosa dibenarkan!
IV  Perbaki karya inovasi
V  Pada kesimpulan harus sesuai
dengan tujuan pada BAB I
 Saran menjawab dari manfaat
penelitian.

9 17/07/2022 IV  Pembahasan : pengkajian s.d


evaluasi dibuat dengan
dikembangkan konsep dan
pendapat peneliti!

10 30/07/2022  ACC CETAK!

88 Universitas Muhammadiyah Pringsewu

Anda mungkin juga menyukai