Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Mutu Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan

(Diagram Ishiqawa)

DI SUSUN OLEH :

1. Riska Novianasari
2. Ulfa Dwi Jayanti
3. Dewi Permata Sari
4. Emi Syahtrianggaeni
5. Rizka febri Cahyani
6. Sevi Ariyati
7. Novita Sari
8. Reni Saputri
9. Meri Gustina
10. Ismalinda
11. Ade Anggi

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) AISYAH

PRINGSEWU-LAMPUNG

TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga dapat menyusun makalah mata kuliah mutu pelayanan keperawatan dan
kebidanan. Makalah ini membahas tentang diagram ishiqawa.
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan ini bisa teratasi. Karena itu kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini, semoga mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari ibu dosen dan teman-teman sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini
memberikan manfaat bagi kita semua.

Gading Rejo, 05 Mei 2017

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ...........................................................................


1.2. Rumusan Masalah ..........................................................................
1.3. Tujuan Penulisan ...........................................................................
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Definisi Diagram Ishikawa ...........................................................

2.2. Manfaat Diagram Ishikawa ...........................................................

2.3. Langkah-Langkah Pembuatan Fishbone Diagram .........................

2.4. Pengertian Pil .................................................................................

2.4. Pengertian Suntik ...........................................................................

2.5. Pengertian AKDR ..........................................................................

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ....................................................................................

3.2. Saran .............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kita sering menghadapi berbagai macam masalah, namun kita sering kurang tahu
masalah yang seharusnya menjadi prioritas utama dan harus segera diselesaikan.
Sebelum kita mencari pemecahan dari suatu masalah, kita harus mencari penyebab
utama serta penyebab lain dari masalah sehingga dapat menyusun rencana kegiatan
yang lebih spesifik dan mampu menyelesaikan masalah. Menetapkan prioritas dari
sekian banyak masalah kesehatan dimasyarakat saat ini merupakan tugas yang penting
dan semakin sulit. Manager kesehatan masyarakat sering didapatkan pada masalah
yang semakin menekan dengan sumber daya yang semakin terbatas. Metode untuk
menetapkan prioritas secara adil, masuk akal, dan mudah dihitung merupakan
perangkat managemen yang penting. Dalam dunia keperawatan dikenal dengan proses
keperawatan, langkah ketiga dari proses keperawatan adalah rencana (intervensi)
keperawatan intervensi didefinisikan untuk memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan
pasien intervensi mempunyai maksud mengindividualkan perawatan dengan memenuhi
kebutuhan spesifik pasien serta harus menyertakan kekuatan-kekuatan pasien yang
telah diidentifikasi bila memungkinkan.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan mutu pelayanan?
2. Bagaimana cara penyelesaian masalah menggunakan diagram tulang ikan?

1.3 Tujuan penulis


1. Untuk mengetahui mutu pelayanan.
2. Untuk mengetahui cara menyelesaikan masalah menggunakan diagram tulang ikan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DIAGRAM ISHIKAWA (SEBAB AKIBAT)

Diagram sebab akibat menggambarkan garis dan simbol-simbol yang menunjukkan


hubungan antara akibat dan penyebab suatu masalah. Diagram ini digunakan untuk
mengetahui akibat dari suatu masalah untuk selanjutnya diambil tindakan perbaikan. Dari
akibat tersebut kemudian dicari beberapa kemungkinan penyebabnya. Penyebab masalah
inipun dapat berasal dari berbagai sumber utama, misalnya metode kerja, alat dan bahan,
pengukuran, karyawan, lingkungan dan sebagainya. Selanjutnya dari sumber-sumber utama
diturunkan menjadi beberapa sumber yang lebih kecil dan mendetail. Untuk mencari
berbagai penyebab tersebut dapat digunakan teknik brainstorming dari seluruh elemen
karyawan yang terlibat dalam proses yang sedang dianalisis. Hasil brainstorming masalah
dikelompokkan kedalam beberapa tema sebab akibat. Diagram sebab akibat merupakan
pendekatan secara khusus dalam metode six sigma yang berguna untuk menentukan faktor
yang berakibat pada kualitas.

Diagram sebab akibat adalah suatu tools yang membantu tim untuk menggabungkan
ide-ide mengenai penyebab potensial dari suatu masalah. Diagram ini juga bisa disebut
dengan diagram fishbone karna bentuknya yang seperti tulang ikan. Masalah yang terjadi
dianggap sebagai kepala ikan sedangkan penyebab masalah dilambangkan dengan tulang-
tulang ikan yang dihubungkan menuju kepala ikan. Tulang paling kecil adalah penyebab
yang paling spesifik yang membangun penyebab yang lebih besar (tulang yang lebih besar).

Diagram ini berguna untuk menganalisa dan menemukan faktor-faktor yang


berpengaruh atau efek secara signifikan didalam menentukan karakteristik kualitas output
kerja. Efek ini bisa bernilai baik dan bisa bernilai buruk. Jadi dengan diketahui sebab dari
efek yang terjadi, diharapkan hasil dari proses produksi bisa diperbaiki dengan mengubah
faktor terkontrol dari suatu proses. Diagram ini juga berguna untuk mengidentifikasi akar
penyebab potensi dari suatu masalah. Diagram sebab akibat memfokuskan pada penekanan
masalah atau gejala yang merupakan akar penyebab masalah. Diagram sebab akibat juga
menampilkan penyebab-penyebab masalah dengan cara menghubungkan penyebab-
penyebab menjadi satu.

Beberapa manfaat dari diagram sebab-akibat (diagram ishiqawa):


1. Dapat menggunakan kondisi yang sesungguhnya untuk tujuan perbaikan kualitas produk
atau jasa, lebih efisien dalam penggunaan sumber daya dan dapat menggurangi biaya.
2. Dapat mengurangi dan menghilangkan kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian
produk dan jasa dengan permintaan pelanggan.
3. Dapat membuat suatu standarisasi operasi yang ada maupun yang direncanakan.
4. Dapat memberi pendidikan dan pelatihan bagi karyawan dalam kegiatan pembuatan
keputusan dan melakukan tindakan perbaikan.

Penerapan diagram sebab akibat misalnya dalam menghitung banyaknya penyebab


kesalahan yang mengakibatkan terjadinya suatu masalah, menganalisis penyebaran pada
masing-masing penyebab masalah dan menganalisis proses. Untuk menghitung penyebab
kesalahan dilakukan dengan mencari akibat terbesar dari suatu masalah kemudian
dijabarkan dalam beberapa penyebab utama. Untuk melihat faktor utama yang
mengakibatkan terjadinya masalah dapat diselesaikan dengan menggunakan diagram
pareto.

Diagram pareto merupakan suatu gambaran yang mengurutkan data yang tertinggi
sampai yang terendah. Hal ini dapat membantu menemukan masalah yang paling penting
untuk diselesaikan (pada urutan tertinggi) sampai dengan yang tidak harus diselesaikan
(pada urutan terendah). Selanjutnya akar utama permasalahan tersebut dapat dianalisis
menggunakan diagram sebab akibat.

Ini bukan ajakan untuk menikmati tulang ikan layaknya kucing. Tapi gambar tersebut juga
bukan bermaksud mengaburkan topik tulisan mengenai sebuah “tulang ikan”. Yakni
tepatnya sebuah meetode / tool yang disebut dengan diagram tulang ikan (fishbone
diagram). Atau sering juga disebut dengan cause effect diagram. Penggagas adalah seorang
ilmuan jepang yang juga alumni teknik kimia universitas tokyo. Sehingga sering juga
disebut manajemen khualitas. Yang menggunakan data verbal (non-numerical). Atau data
kualitatif. Dr. Ishikawa juga ditengarai sebagai orang pertama yang memperkenalkan 7 alat
atau metode pengendalian khualitas (7 tools) yakni:
1. Fishbone diagram (diagram sebab-akibat)
Fishbone diagram (diagram sebab-akibat) dikembangkan oleh Dr. Kaoru
Ishikawa pada tahun 1943, sehingga sering disebut dengan diagram ishikawa.
Diagram sebab akibat (cause and effect diagram atau fishbone diagram). Adalah
sebuah teknik grafis yang digunakan untuk mengurutkan dan menghubungkan
interaksi antara faktor-faktor yang berpengaruh dalam suatu proses.
Diagram ini berguna untuk menganalisis dan menemukan faktor-faktor yang
berpengaruh atau efek secara signifikan didalam menentukan karakteristik kualitas
output kerja. Efek ini bisa bernilai baik dan bisa bernilai buruk. Jadi dengan
diketahui sebab dari efek yang terjadi, diharapkan hasil dari proses produksi bisa
diperbaiki dengan mengubah faktor terkontrol dari suatu proses. Diagram ini juga
berguna untuk mengidentifikasi akar penyebab potensi dari suatu masalah. Diagram
sebab akibat mengfokuskan pada penekanan masalah atau gejala yang merupakan
akar penyebab masalah. Diagram sebab akibat juga menampilkan penyebab-
penyebab masalah dengan cara menghubungkan penyebab-penyebab menjadi satu.
2. Peta kendali (Control chart)
Peta kendali (control chart) adalah peta yang menunjukkan batas-batas yang
dihasilkan oleh suatu proses dengan tingkat kepercayaan tertentu. Peta kendali untuk
menunjukkan batasan khualitas dalam proses produksi, dan sangat bermanfaat untuk
deteksi situasi abnormal diluar standar yang ditentukan dalam proses manufaktur.
3. Run chart
4. Histogram
Histogram adalah bentuk dari grafik kolom yang memperlihatkan distribusi yang
diperoleh bila mana data dalam bentuk angka telah terkumpul. Meskipun suatu
histogram dibuat berdasarkan contoh data, namun tujuannya adalah untuk
memberikan sarana mengenai kemungkinan distribusi keseluruhan data (populasi)
yang contoh datanya diambil. Dalam histogram, nilai dari perubah
berkesinambungan digambarkan pada sumbu horizontal yang dibagi dalam kelas
atau sel yang mempunyai ukuran sama. Biasanya ada satu kolom untuk tiap kelas
dan tingginya kolom menggambarkan jumlah terjadinya nilai data dalam jarak yang
digambarkan oleh kelas. Histogram ini dipakai untuk menentukan masalah dengan
melihat bentuk dan sifat dispersi dan nilai rata-rata.
5. Scatter diagram
Adalah perangkat untuk pembuktian degaan sebab akibat. Proses
penyusunannya adalah dengan menggunakan diagram sebab akibat, data
dikumpulkan dalam bentuk pasangan titik (x,y). Dari titik-titik tersebut dapat
diketahui hubungan antara variabel x dan variabel y, apakah ada hubungan positif
atau negatif.
6. Pareto chart
Diagram pareto merupakan suatu gambaran yang mengurutkan data yang
tertinggi sampai yang terendah. Hal ini dapat membantu menemukan masalah yang
paling penting untuk diselesaikan (pada urutan tertinggi) sampai dengan yang tidak
harus diselesaikan (pada urutan terendah). Selanjutnya akar utama permasalahan
tersebut dapat dianalisis menggunakan diagram sebab akibat.
Diagram pareto membantu memfokuskan pada sejumlah masalah atau efek yang
sedikit tetapi dengan dampak terbesar (memakai skala prioritas). Digunakan untuk
menemukan masalah utama kecacatan dan penyebab utama kecacatan dengan cara
mengklarifikasi masalah mutu kedalam sebab penting yang sedikit dan sebab tidak
penting yang banyak. Dalam banyak hal, kebanyakan rusak dan biaya yang timbul
didapat dari sejumlah kecil dari sebab (purba, 2008).
7. flowchart

Diagram tulang ikan ini memang berbentuk mirip dengan tulang ikan yang moncong
kepalanya menghadap ke kanan. Diagram ini akan menunjukkan sebuah dampak atau akibat
dari sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya. Efek atau akibat dituliskan
sebagai moncong kepala. Sedangkan tulang ikan diisi oleh sebab-sebab sesuai dengan
pendekatan permasalahannya.

Langkah-langkah pembuatan fishbone diagram

Pembuatan fishbone diagram kemungkinan akan menghabiskan waktu sekitar 30-60


menit dengan peserta terdiri dari orang-orang yang kira-kira mengerti atau paham tentang
masalah yang terjadi, dan tunjuklah satu orang pencatat untuk mengisi fishbone diagram.

Alat-alat yang perlu dipersiapkan adalah: flipchart atau whiteboard dan marking pens atau
spidol.
Langkah 1 : menyepakati pernyataan masalah
1. sepakati sebuah pernyataan masalah (problem statement). Penyataan masalah ini
diinterpretasikan sebagai “effect” atau secara visual dalam fishbone seperti “kepala
ikan”.
2. Tuliskan masalah tersebut ditengah whiteboard disebelah paling kanan, misal:
“Mengapa
3. Gambarkan sebuah kotak megelilingi tulisan pernyataan masalah tersebut dan buat
panah horizontal panjang menuju kearah kotak (lihat gambar 1)

CAUSE EFFECT

Gambar 1. Pembuatan fishbone diagram-menyepakati pernyataan masalah


Langkah 2 : mengidentifikasi kategori-kategori

1. Dari garis horizontal utama, buat garis diagonal yang memjadi “cabang”. Setiap cabang
mewakili “sebab utama” dari masalah yang ditulis. Sebab ini diinterpretasikan sebagai
“cause”, atau secara visual dalam fishbone seperti “tulang ikan”.
2. Kategori sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa sehingga masuk akal
dengan situasi. Kategori-kategori ini antara lain:
Kategori 6 M yang biasa digunakan dalam industri manufaktur:
a. Machine (mesin atau teknologi),
b. Method (metode atau proses),
c. Material (termasuk raw-material, consumption, dan informasi),
d. Man power (tenaga kerja atau pekerja fisik) / mind power (pekerjaan pikiran:
kaizen, saran dan sebagainya),
e. Measurement (pengukuran atau inspeksi), dan
f. Milieu / mother nature (lingkungan).

Kategori 8P yang biasa digunakan dalam industri jasa:


a. Product (produk /jasa),
b. Price (harga),
c. Place (tempat),
d. Promotion (promosi atau hiburan),
e. People (orang),
f. Process (proses),
g. Physical evidence (bukti fisik), dan
h. Productivity & quality (produktivitas dan kualitas).

Kategore 5S yang biasa digunakan dalam industri jasa:


a. Surroundings (lingkungan),
b. Supplier (pemasok),
c. Systems (sistem),
d. Skills (keterampilan) dan ,
e. Safety (keselamatan).
3. Kategori diatas hanya sebagai saran, kita bisa menggunakan kategori lain yang dapat
membantu mengatur gagasan-gagasan. Jumlah kategori biasanya sekitar 4 sampai
dengan 6 kategori. Kategori pada contoh ini lihat gambar 2.
Gambar 2 pembuatan fishbone diagram – mengidentifikasi kategori-kategori

Langkah 3 : menemukan sebab-sebab potensial dengan cara brainstorming


1. Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi
brainstorming.
2. Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersama-sama dimana sebab-sebab
tersebut harus ditempatkan dalam fishbone diagram, yaitu tentukan dibawah
kategori yang mana gagasan tersebut harus ditempatkan, misal: “mengapa bahaya
potensial? Penyebab karyawan tidak mengikuti prosedur!” Karena penyebabnya
karyawan (manusia), maka diletakkan dibawah “Man”.
3. Sebab-sebab ditulis dengan garis horizontal sehingga banyak “tulang” kecil keluar
dari garis diagonal.
4. Pertanyakan kembali “mengapa sebab itu muncul?” sehingga “tulang” lebih kecil
(subsebab) keluar dari gaaris horizontal tadi, misal: “mengapa karyawan disebut
tidak mengikuti prosedur? Jawab : karena tidak memakai APD”. Lihat gambar 3
5. Satu sebab bisa ditulis dibeberapa tempat jika sebab tersebut berhubungan dnegan
beberapa kategori.
Gambar 3 pembuatan fishbone diagram- menemukan sebab-sebab potensial

Langkah 4 : mengkali dan menyepakati sebab-sebab yang paling mungkin


1. Setelah setiap kategori diisi carilah sebab yang paling mungkin diantara semua
sebab-sebab dan sub-subnya.
2. Jika ada sebab-sebab yang muncul pada lebih satu kategori, kemungkinan
merupakan petunjuk sebab yang palin mungkin.
3. Kaji kembali sebab-sebab yang telah didaftarkan (sebab yang tampaknya paling
memungkinkan) dan tanyakan, “mengapa ini sebabnya?”.
4. Pertanyaan “Mengapa?” akan membantu kita sampai pada sebab pokok dari
permasalahan teridentifikasi.
5. Tanyakan “mengapa?” sampai saat pertanyaan itu tidak bisa dijawab lagi. Kalau
sudah sampai kesitu sebab pokok telah teridentifikasi.
6. Lingkarilah sebab yang tampaknya paling memungkin pada fishbone diagram
(lihat gambar 4)
Gambar 4 pembuatan fishbone diagram – melingkari sebab yang paling
mungkin
.
A. Program KB
Keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam
mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera (Undang-undang No. 10/1992).
Keluarga Berencana (family Planning, Planned Parenthood) : suatu usaha untuk
menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai
kontrasepsi.
WHO (Expert Committe, 1970), tindakan yang membantu individu/pasutri untuk
mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Berdasarkan paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah
visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi utuk mewujudkan keluarga yang sejahtera,
sehat, maju, mandiri dan memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan,
bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa.
Secara umum Keluarga Berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengatur
banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga tidak akan menimbulkan kerugian sebagai
akibat langsung dari kehamilan tersebut.
Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga yang matang sehingga terhindar dari
perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi.
Keefektifan dari konrasepsi yang digunakan seperti kondom secara ilmiah didapatkan
hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan pertahun.
Untuk kontrasepsi pil sangat efektif (98,5%) agar dapat kehandalan yang tinggi maka jangan
sampai ada tablet yang lupa, gunakan tablet pada jam yang sama bersenggama sebaiknya
dilakukan 3-20 jam setelah penggunaan pil sedangkan untuk kontrasepsi suntik memiliki
efektifitas tinggi dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan pertahun, asal penyuntikannya
dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. Dan untuk AKDR atau IUD
sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan)
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA

DitjenNak. (2000). Panduan Pelatihan Total Quality Management dan


Meningkatkan Sistemsistem Organisasi. Jakarta: Direktorat Jenderal dan Kesehatan
Hewan, Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai