Kelompok 5:
1.Dwi Gandono
2.Emmanuel Anton
3.Endah Dwi L
4.Endah K
5.Ester Whida
6.Sigit Ungu
7.Sri Indah
8.Titin Erawati
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya kami dapat
menyelesikan makalah yang berjudul “Makalah Tentang Tanda-Tanda Vital”. Kemudian Shalawat
beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan
pedoman hidup yakni Al Qur’an dan Sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Penulis mengharapkan dengan adanya dengan adanya makalah ini, pembaca dapat memperoleh
pengetahuan tentang prosedur pemeriksaan tanda-tanda vital. Kami menyadari masih banyak
kekurangan yang kami lakukan dalam penyelesaian dalam makalah ini. Oleh karena itu kritik dan
sran yang membangun sangat kami perlukan demi tercapainya kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………………
BAB I – PENDAHULUAN
BAB II – PEMBAHASAN………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
Pengukuran yang paling sering dilakukan oleh praktsisi kesehatan adalah pengukuran suhu, nadi,
tekanan darah dan frekuensi pernafasan. Sebagai indikator dari status kesehatan, ukuran-ukuran ini
menandakan keefektifan sirkulasi, respirasi, fungsi neural dan endokrin tubuh, karena sangat
penting maka disebut tanda vital. Pengukuran tanda vital memberi data untuk menentukan status
kesehatan klien yang lazim. Perubahan tanda vital dapat juga menandakan kebutuhan dilakukannya
intervensi keperawatan dan medis.
Tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien untuk memantau kondisi klien atau
mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respon klien terhadap intervensi. Pengkajian tanda
vital memungkinkan perawat untuk mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengimplementasikan
rencana intervensi dan mengevaluasi keberhasilan bila tanda vital dikembalikan pada nilai yang
dapat diterima. Ketika perawat mempelajari variabel yang mempengaruhi tanda vital dan
mengenali hubungan perubahan tanda vital tersebut terhadap temuan lain dalam pengkajian
fisiologis, masalah klien dapat ditentukan dengan tepat.
Tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien untuk memantau kondisi klien atau
mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respon klien terhadap intervensi. Pengukuran yang
paling sering dilakukan oleh praktisi kesehatan adalah pengukuran suhu, nadi, tekanan darah dan
frekuensi pernafasan.
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Tanda-tanda vital adalah pengukuran yang dilakukan oleh praktisi kesehatan untuk mengetahui
tanda-tanda vital tubuh yang paling dasar.
a. Suhu
b. Nadi
c. Tekanan darah
d. Frekuensi pernafasan dan saturasi oksigen
Waktu yang dilakukan untuk mengukur tanda-tanda vital ( Potter dan Perry, 2005) yaitu :
Suhu tubuh adalah jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dikurangi jumlah panas yang
hilang ke lingkungan luar. Suhu tubuh manuasi diatur dengan mekanisme umpan baik (feed back)
yang diperankan ole pusat pengaturan suhu tubuh di hipotalamus. Mekanisme umpan balik ini
terjadi suhu inti tubuh telah melewati batas tolesransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang
disebut titik tetap (set point).
2. Usia
Pengaturan suhu tubuh tidak stabil sampai pubertas, lansia sangat sensitif terhadap suhu yang
ekstrim
4. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan pemecahan karbohidrat dan lemak. Hl ini
menyebabkan peningkatan metabolisme dan produksi panas
5. Kadar hormon
wanita mengalami fruktuasi suhu tubuh yang lebih besar dari pria
6. Irama sikardian
suhu tubuh secara normal berubah secara normal 0,5° sampai 1° selama 24 jam, titik terendah pada
pukul 1-4 dini hari.
7. Lingkungan
Bila suhu dikaji dalam ruangan yang sangat hangat, suhu tubuh akan naik. Bila klien berada di luar
lingkungan tanpa baju hangat, suhu tubuh mungkin rendah. Bayi dan lansia paling sering
dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekanisme suhu mereka kurang efisien.
8. Stres
Stres fisik dan emosional meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan persarafan.
9.Gangguan organ
10.Status gizi
a. Demam
Demam merupakan mekanisme pertahanan yang penting. Peningkatan ringan suhu sampai 39°C
meningkatkan sistem imun tubuh. Demam juga meruapakan bentuk pertarungan akibat infeksi
karena virus menstimulasi interferon (substansi yang bersifat melawan virus).Pola demam berbeda
bergantung pada pirogen. Peningkatan dan penurunan jumlah pirogen berakibat puncak demam
dan turun dalam waktu yang berbeda.Selama demam, metabolisme meningkat dan konsumsi
oksigen bertambah. Metabolisme tubuh meningkat 7% untuk setiap derajat kenaikan suhu.
Frekuensi jantung dan pernapasan meningkat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh
terhadap nutrient. Metabolisme yang meningkat menggunakan energi yang memproduksi panas
tambahan.
Kelelahan akibat panas terjadi bila diaforesis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas. Tanda dan gejala
kurang volume cairan adalah hal yang umum selama kelelahan akibat panas. Tindakan pertama
yaitu memindahkan klien ke lingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan cairan
dan elektrolit.
c. Hipertermia
d. Heat stroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi dapat
mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebutheat stroke, kedaruratan yang
berbahaya panas dengan angka mortalitas yang tinggi. Klien beresiko termasuk yang masih sangat
muda atau sangat tua, yang memiliki penyakit kardiovaskular, hipotiroidisme, diabetes atau
alkoholik. Yang termasuk beresiko adalah orang yang mengkonsumsi obat yang menurunkan
kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas (mis. fenotiazin, antikolinergik, diuretik, amfetamin,
dan antagonis reseptor beta-adrenergik) dan mereka yang menjalani latihan olahraga atau kerja
yang berat (mis. atlet, pekerja konstruksi dan petani). Tanda dan gejala heatstroke termasuk
gamang, konfusi, delirium, sangat haus, mual, kram otot, gangguan visual, dan bahkan
inkontinensia. Tanda lain yang paling penting adalah kulit yang hangat dan kering.
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangan elektrolit sangat berat dan malfungsi
hipotalamus. Heatstroke dengan suhu yang lebih besar dari 40,5°C mengakibatkan kerusakan
jaringan pada sel dari semua organ tubuh. Tanda vital menyatakan suhu tubuh kadang-kadang
setinggi 45°C, takikardia dan hipotensi. Otak mungkin merupakan organ yang terlebih dahulu
terkena karena sensitivitasnya terhadap keseimbangan elektrolit. Jika kondisi terus berlanjut, klien
menjadi tidak sadar, pupil tidak reaktif. Terjai kerusakan neurologis yang permanen kecuali jika
tindakan pendinginan segera dimulai.
e. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin memengaruhi kemampuan tubuh
untuk memproduksi panas sehingga akan mengakibatakan hipotermia.
Tingkatan hipotermia
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui selama beberapa jam.
Ketika suhu tubuh turun menjadi 35°C, orang yang mengalami hipotermia mengalami gemetar
yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menilai. Jika suhu tubuh turun
dibawah 34,4°c, frekuensi jantung, pernapasan, dan tekanan darah turun. Jika hipotermia terus
berlangsung, disritmia jantung akan berlangsung, kehilangan kesadaran, dan tidak responsif
terhadap stimulus nyeri.
Ada banyak tempat pengukuran suhu inti dan permukaan. Suhu inti dari arteri paru, esofagus dan
katung kemih digunakan untuk perawatan intensif. Pengukuran ini memerlukan peralatan yang
dipasang invasif secara terus-menerus dalam rongga atau organ tubuh. Peralatan ini harus memiliki
pembacaan akurat yang secara cepat dan terus-menerus menunjukkan pembacaan pada monitor
elektronik.
Tempat yang paling sering digunakan unutk pengukuran suhu dan dapat digunakan secara
intermitten adalah membran timpani, mulut, rektum dan aksila. Variasi suhu yang didapatkan
bergantung pada tempat pengukuran tetapi harus antara suhu 36-38°C.
Suhu inti:
Suhu permukaan:
1. Kulit
2. Aksila (Aksila rata2®36,5°C)
Keuntungan suhu axila :
Aman dan non-invasif
Cara yanglebih disukai pada bayi baru lahir dan klien yang tidak
kooperatif
Kerugian :
Waktu pengukuran lama
Memerlukan bantuan perawat untuk mempertahankan posisi klien
Tertinggal dalam pengukuran suhu inti pada waktu perubahan suhu yang
cepat
Memerlukan paparan toraks
3. Oral ( rata-rata 37°C)
4. Keuntungan suhu oral :
a. Mudah dijangkau-tidak membutuhkan perubahan posisi
b. Nyaman bagi klien
c. Memberi pembacaan suhu yang akurat
C. Nadi
Denyut nadi (pulse) adalah getaran/ denyut darah didalam pembuluh darah arteri akibat
kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut ini dapat dirasakan dengan palpasi yaitu dengan
menggunakan ujung jari tangan disepanjang jalannya pembuluh darah arteri, terutama pada
tempat- tempat tonjolan tulang dengan sedikit menekan diatas pembuluh darah arteri.
Pulse merupakan manifestasi dari status sirkulasi darah didalam pembuluh darah arteri.
Kondisi status sirkulasi menjadi media bagi sel-sel untuk menerima nutrien dan membuang
sampah dari metabolisme.
Supaya sel-sel berfungsi secara fisiologis, maka kondisi aliran darah yang kontinyu dengan
volume yang sesuai didistribusikan darah ke sel yang membutuhkan nutrien.
Bila curah jantung menurun secara signifikan, nadi perifer akan melemah.
Lokasi Nadi :
Frekuensi nadi dapat dikaji pada setiap arteri, namun arteri radialis dan artei karotid dapat dengan
mudah diraba pada nadi perifer. Pada saat kondisi klien tiba-tiba memburuk, area karotid adalah
area terbaik untuk menemukan nadi dengan cepat. Nadi radialis dan apikal merupakan tempat yang
paling sering digunakan untuk mengkaji frekuensi nadi. Jika nadi radialis pada pergelanagn tanagn
tidak normal atau intermitten akibat disritmia atau jika nadi yang tidak dapat diraba karena balutan,
gips, atau halangan lain, yang dikaji adalah nadi apikal. Pada saat klien menggunakna medikasi
yang mempengaruhi frekuensi jantung, nadi apikal dapat memberikan pengkajian yang lebih akurat
terhadap fungsi jantung. Nadi apikal merupakan tempat terbaik untuk mengkaji nadi bayi atau nadi
anak kecil karena nadi perifer dalam dan sulit untuk dipalpasi dengan akurat.
Alasan penggunaan nadi yang spesifik
1) Frekuensi
Pengkajian frekuensi nadi perifer dan apikal dapat menyatakan perbedaan frekuensi jantung. Dua
jenis ketidaknormalan yang biasa terjadi pada frekuensi nadi adalah takikardia dan bradikardia.
Bayi 120-160
Todler 90-140
Prasekolah 80-110
Remaja 60-90
Dewasa 60-100
2) Irama
Secara normal irama adalah interval reguler yang terjadi antara setipa denyut nadi atau jantung.
Interval yang disela oleh denyut di awal dan di akhiratau tidak ada denyut menandakan irama yang
tidak normal atau disritmia
3) Kekuatan
Kekuatan nadi menunjukkan volume darah yang diejeksikan ke dinding arteri pada setiap kontraksi
jantung dankondisi sistem pembuluuh darah arterial yang mengarah nadi dan digambarkan dengan
kuat, lemah, berurutan atau bersamaan
4) Kesamaan
Nadi kedua tempat dari sistem pembuluh darah perifer harus dikaji. Semua nadi simetris dapat
dikaji secara simultan kecuali nadi karotid karena tekanan yang besar dapat menyumbat pasokan
darah ke otak.
a. Pada aspek ventral dari pergelangan tangan pada sisi ibu (radial arteri), dan kurang
umum ulnar arteri kemerah-merahan pada sisi yang lebih mendalam dan sulit
untuk meraba.
b. Leher (pembuluh nadi kepala),
c. Bagian dalam siku, atau di bawah otot bisep (arteri brachial)
d. Kunci paha
e. Dibalik malleolus di tengah-tengah kaki (belakang tibial arteri)
f. Tengah dorsum dari kaki (dorsalis pedis).
g. Di belakang lutut (popliteal arteri)
h. Diatas Perut (Abdominal aorta)
i. Dada (aorta). Hal ini dapat dirasakan dengan satu tangan atau jari tetapi mungkin
auscultate jantung dengan menggunakan stetoskop.
a. Arteri radialis
b. Arteri Brankialis
c. Arteri Karotid
Pola Nadi
Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang didorong
dengan tekanan dari jantung.
Puncak dari tekanan maksimum saat ejeksi terjadi adalah tekanan darah sistolik. Pada saat
ventrikel rileks, darah yang tetap dalam arteri menimbulkan tekanan diastolik.
Kedua systolic dan tekanan diastolic dicatat sebagai "mm Hg (millimeters of mercury).
1. Curah jantung
Tahanan terhadap aliran darah yang ditentukan oleh tonus otot vaskular dan diameter pembuluh
darah.
3. Volume darah
Normalnya volume darah tetap konstans (5000 ml). Peningkatan volume darah
mengakibatkan tekanan dinding arteri lebih besar.
4. Viskositas darah
Kekentalan/viskositas mempengaruhi kemudahan aliran darah melewati pembuluh darah
yang kecil. Peningkatan henatokrit menentukan viskositas darah
5. Elastisitas arteri
Kemampuan distensi arteri mencegah pelebaran fluktuasi tekanan darah.
Tekanan darah dikontrol oleh otak, sistem saraf otonom, ginjal, beberapa kelenjar endokrin, arteri
dan jantung. Otak adalah pusat pengontrol tekanan darah di dalam tubuh. Serabut saraf adalah
bagian sistem saraf otonom yang membawa isyarat dari semua bagian tubuh untuk
menginformasikan kepada otak perihal tekanan darah, volume darah dan kebutuhan khusus semua
organ. Semua informasi ini diproses oleh otak dan keputusan dikirim melalui saraf menuju organ-
organ tubuh termasuk pembuluh darah, isyaratnya ditandai dengan mengempis atau
mengembangnya pembuluh darah. Saraf-saraf ini dapat berfungsi secara otomatis (Hayens, 2003).
Ginjal adalah organ yang berfungsi mengatur fluida (campuran cairan dan gas) di dalam tubuh.
Ginjal juga memproduksi hormon yang disebut renin. Renin dari ginjal merangsang pembentukan
angiotensin yang menyebabkan pembuluh darah kontriksi sehingga tekanan darah meningkat.
Sedangkan hormon dari beberapa organ juga dapat mempengaruhi pembuluh darah seperti kelenjar
adrenal pada ginjal yang mensekresikan beberapa hormon seperti adrenalin dan aldosteron juga
ovari yang mensekresikan estrogen yang dapat meningkatkan tekanan darah. Kelenjar tiroid atau
hormon tiroksin, yang juga berperan penting dalam pengontrolan tekanan darah (Hayens, 2003).
Pada akhirnya tekanan darah dikontrol oleh berbagai proses fisiologis yang bekerja bersamaan.
Serangkaian mekanisme inilah yang memastikan darah mengalir di sirkulasi dan memungkinkan
jaringan mendapatkan nutrisi agar dapat berfungsi dengan baik. Jika salah satu mekanisme
mengalami gangguan, maka dapat terjadi tekanan darah tinggi.
Menurut Kozier et al (2009), ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi tekanan darah,
diantaranya adalah:
o Umur
Bayi yang baru lahir memiliki tekanan sistolik rata-rata 73 mmHg. Tekanan sistolik dan
diastolik meningkat secara bertahap sesuai usia hingga dewasa. Pada orang lanjut usia,
arterinya lebih keras dan kurang fleksibel terhadap darah. Hal ini mengakibatkan
peningkatan tekanan sistolik. Tekanan diastolik juga meningkat karena dinding pembuluh
darah tidak lagi retraksi secara fleksibel pada penurunan tekanan darah.
o Jenis Kelamin
Berdasarkan Journal of Clinical Hypertension, Oparil menyatakan bahwa perubahan
hormonal yang sering terjadi pada wanita menyebabkan wanita lebih cenderung memiliki
tekanan darah tinggi. Hal ini juga menyebabkan risiko wanita untuk terkena penyakit
jantung menjadi lebih tinggi (Miller, 2010).
o Olahraga
Aktivitas fisik meningkatkan tekanan darah.
o Obat-obatan
Banyak obat-obatan yang dapat meningkatkan atau menurunkan tekanan darah.
o Ras
Pria Amerika Afrika berusia di atas 35 tahun memiliki tekanan darah yang lebih tinggi
daripada pria Amerika Eropa dengan usia yang sama.
o Obesitas
Obesitas, baik pada masa anak-anak maupun dewasa merupakan faktor predisposisi
hipertensi.
E. PERNAFASAN
Pernafasan adalah mekanisme tubuh menggunakan pertukaran udara antara atmosfir dengan darah
serta darah dengan sel.Pernafasan termasuk ventilasi, difusi, perfusi, semua dpt dikaji secara
tunggal.Frekuensi, kedalaman, dan irama gerakan ventilasi menandakan kualitas dan efisiensi
ventilasi.
2) Difusi yaitu pertukaran O2 & CO2 antara alveoli & sel darah merah
3) Perfusi yaitu distribusi oleh sel drh merah ke dan dari kapiler darah
Kontrol Fisiologis :
Ventilasi diatur oleh kadar O2 & CO2 serta ion hidrogen dalam darah
Peningkatan PCO2 berakibat sistem kontrol pernafasan di otak meningkatkan frekuensi dan
kedalaman.
2) Nyeri akut dan kecemasan meningkatkan frekuensi dan kedalaman akibat stimulasi saraf
simpatik.
3) Anemia
Penurunan kadar hemoglobin menurunkan jumlah pembawa O2 dalam daragh.. individu bernapas
dengan lebih cepat untuk meningkatkan penghantaran O2.
4) Posisi tubuh
postur tubuh yang lurus dan tegak meningkatkan ekspansi paru. Posisi yang bungkuk dan
telungkup mengganggu pergerakan ventilasi.
Mekanisme pernapasan
1. Inhalasi
Normalnya terjadi proses berikut; diafragma berkontraksi (mengempis), tulang iga bergerak ke atas
dan keluar, dan sternum bergerak keluar sehingga memperbesar ukuran toraks dan memungkinkan
pengembangan paru
2. Ekshalasi
Selama ekshalasi, diafragma relaksasi, tulang iga bergerak ke bawah dan ke dalam, dan strenum
bergerak ke dalam sehingga memperkecil ukuran toraks saat paru-paru terkompresi. Normalnya
proses bernapas terjadi secara normal dan tanpa usaha. Proses inspirasi pada orang dewasa normal
berlangsung selama 1-1,5 detik dan proses ekspirasi berlangsung selama 2-3 detik.
1) Frekuensi pernafasan
Perawat mengobservasi inspirasi dan ekspirasi penuh pada saat menghitung frekuensi ventilasi dan
pernapasan. Frekuensi pernapasan normal turun sepanjang hidup.
2) Kedalaman pernafasan
Kedalaman dikaji dengan mengobservasi derajat peyimpangan atau gerakan dinding dada. Perawat
menggambarkan gerakan ventilator sebagai dalam, normal dan dangkal. Pernapasan yang dalam
melibatkan ekspansi penuh paru dengan ekshalasi penuh.
3) Irama pernafasan
Dengan bernapas normal interval reguler terjadi setelah setiap siklus pernapasan. Bayi cenderung
untuk kurang teratur dalam bernapas. Anak-anak kecil mungkin beranpas secara lambat selama
beberapa detik dan kemudian tiba-tiba bernapas secara cepat. Irama pernapasan teratur dan tidak
teratur.
Frekuensi pernapasan
Usia Frekuensi
Bayi Baru Lahir 35-40
Anak-anak 20-30
Remaja 16-19
Dewasa 12-20
Bunyi pernafasan
Bunyi normal
BunyiBronchial
Bunyi pernafasan bronchial dihasilkan saat udara mengalir melalui trakea dan bronki.
Bunyi bronchial cukup keras terdengar, dengan nada yang cukup tinggi, dan suara
terdengar jelas dengan bantuan stetoskop
BunyiVesikular
Bunyi pernafasan vesikular dapat terdengar apabila udara memasuki alveoli. Suara
pernafasan vesikular terdiri atas fase inspirasi yang terdengar lemah (suara pelan) yang
diikuti oleh fase ekspirasi yang hampir tidak terdengar. Suara pernafasan ini terdengar di
sekitar peripheral dari daerah paru-paru
a. Bradipnea: Nafas teratur namun lambat secara tidak normal ( pernafasan kurang
dari 12x/menit).
b. Takipnea: Nafas teratur namun cepat secara tidak normal (pernafasan lebih dari
20x/menit).
c. Hipernea: Nafas sulit, dalam , lebih dari 20x/menit. Secara normal terjadi setelah
olahraga
d. Apnea: Nafas berhenti untuk beberapa detik
e. Hiperventilasi: Frekeunsi dan kedalaman nafas meningkat
f. Hipoventilasi: Frekuensi nafas abnormal dalam kecepatan dan kedalaman
g. Pernafasan Cheyne stokes: Frekuensi dan kedalamn nafas tidak teratur ditandai
dengan periode apnea dan hiperventilasi yang berubah
h. Pernafasan Kussmaul: pernafasan dalam secara tidak normal dalam frekuensi
meningkat
i. Pernafasan Biot: Nafas dangkal secara tidak normal diikuti oleh periode apnea
yang tidak teratur.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tanda vital meliputi: tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, dan frekuensi pernafasan. Tanda
vital mempunyai nilai yang sangat penting bagi fungsi tubuh. Adanya perubahan tanda vital maka
mempunyai arti sebagai indikasi adanya kegiatan organ-organ di dalam tubuh.
Suhu tubuh merupakan hasil keseimbangan antara produksi panas dan hilangnya panas dari tubuh
ke lingkungan. Produksi panas yang dihasilkan tubuh antara lain berasal dari:
a. Metabolisme
b. Kontraksi otot
c. Peningkatan produksi hormon tiroksin
d. Proses penyakit infeksi
Saran
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan, karena terbatasnya pengetahuan
dan kurangnya referensi yang ada.
Penulis berharap pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
kesempurnaa makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan juga para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Konsep, proses dan praktik. Jakarta :
EGC.
Tim Penulis Poltekkes Depkes Jakarta III. 2009. Panduan Praktik Kebutuhan Dasar Manusia I.
Berbasis Kompetensi. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2011. Pengkajian Keperawatan. Aplikasi Pada Praktik Klinik. Jakarta: Salemba
Medika.
Kozier, et al. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC.