Anda di halaman 1dari 22

FAKTOR LINGKUNGAN, SOSIAL, BUDAYA, DAN

EKONOMI

DOSEN PENGAMPU :

DARMAYANTI, S. Si. T, M. Kes.

KELOMPOK 8

CANTIKA FATIMATUZZAHRA NIM : P07124118177

RIZKY AMELIA NIM : P07124118236

RENITA EKA SILVIYANTI NIM : P07124118230

POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN


PRODI D3 KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Faktor Lingkungan, Sosial, Budaya, dan Ekonomi” sebagai salah satu tugas mata kuliah
Asuhan Kebidanan pada Kehamilan pada semester 2 D3 Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Banjarmasin.

Penyelesaian makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini izinkan penulis menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing untuk
menyumbangkan ide dan pikiran mereka dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna di masa yang akan datang
serta dapat menambah pengetahuan dan wawasan kepada kita semua. Aamiin.

Banjarbaru, 18 Maret 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i


KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1


A. LATAR BELAKANG .................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................ 1
C. TUJUAN PENULISAN .................................................................................................. 1
D. MANFAAT PENULISAN ............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3


A. FAKTOR LINGKUNGAN, SOSIAL, BUDAYA, DAN EKONOMI......................... 3
1. Faktor Lingkungan dan Adat Istiadat ...................................................................... 3
2. Faktor Lingkungan Sosial ........................................................................................ 9
3. Fasilitas Kesehatan ................................................................................................ 10
4. Ekonomi ................................................................................................................. 14

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 17


A. Kesimpulan ................................................................................................................. 17
B. Saran ........................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Status kesehatan ibu hamil sangat berpengaruh terhadap masa depan kesejahteraan
janin dan merupakan suatu cerminan dari keadaan janin yang aktual. Status kesehatan
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang tidak semua ibu mengetahuinya. Bukan hanya
faktor fisik ibu yang dapat dinilai dengan status kesehatan, melainkan juga sehat dalam
arti ibu tidak merasa terpaksa mempersiapkan segala sesuatu untuk kehamilannya
(faktor sosbud dan ekonomi). Dengan begitu sangat perlu bagi para tenaga kesehatan
untuk memahami seluruh kebutuhan ibu dalam masa antenatal, intranatal dan postnatal
yang akan sangat menunjang proses persalinan nanti.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Faktor apa saja yang memengaruhi masa kehamilan?
2. Seberapa besar pengaruh faktor lingkungan,sosial budaya, ekonomi dalam menjaga
kehamilan?
3. Apa saja yang memengaruhi status kesehatan ibu hamil?
4. Bagaimana faktor lingkungan, sosial budaya, ekonomi memengaruhi kesehatan ibu
hamil?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi kehamilan
2. Mengetahui seberapa besar pengaruh faktor-faktor sosial budaya, ekonomi dalam
menjaga kehamilan
3. Mengetahui apa saja yang memengaruhi status kesehatan ibu hamil
4. Mengetahui pengaruh lingkungan terhadap kesehatan ibu hamil

4
D. Manfaat Penulisan
Adapun Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1. Menambah wawasan dan pengetahuan
2. Mengetahui faktor lingkungan, sosial, budaya, ekonomi yang berpengaruh pada
kehamilan
3. Penulisan makalah ini dapat dijadikan sebagai pembelajaran baik untuk individu
maupun kelompok.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Faktor Lingkungan, Sosial, Budaya, dan Ekonomi


1. Faktor Lingkungan dan Adat Istiadat
Ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang merugikan kesehatan ibu hamil. Tenaga
kesehatan harus dapat menyikapi hal ini dengan bijaksana jangan sampai
menyinggung “kearifan local” yang sudah berlaku di daerah tersebut. Penyampaian
mengenai pengaruh adat dapat melalui berbagai teknik, misalnya melalui media
masa, pendekatan tokoh masyarakat dan penyuluhan yang menggunakan media
efektif. Namun, tenaga kesehatan juga tidak boleh mengesampingkan adanya
kebiasaan yang sebenarnya menguntungkan bagi kesehatan. Jika kita menemukan
adanya adat yang sama sekali tidak berpengaruh buruk terhadap kesehatan, tidak ada
salahnya jika memberikan respon yang positif dalam rangka menjalin hubungan
yang sinergis dengan masyarakat. Lingkungan adat ini meliputi berbagai kegiatan
yang dilakukan secara turun temurun sejak dahulu ada dan dijaga baik proses dan
tata caranya hingga sekarang yang tentunya dikhususkan pada ibu hamil. Kegiatan
tersebut diantaranya adalah :
a. Mitos
Mitos ialah suatu kepercayaan yang melekat pada disuatu lingkungan masyarakat
tetentu pada daerah tertentu. Mitos bersifat local atau hanya pada daerah tertentu
yang memegang teguh kepercayaan tersebut, kadang mitos berupa larangan atau
hal yang harus dihindari karena mereka parcaya bila hal tersebut dilakukan akan
berdampak pada kehidupan mereka atau akan terjadi hal buruk pada mereka. Di
Indonesia, utamanya di pedesaan daerah Jawa berlaku begitu banyak mitos
(larangan) seputar kehamilan yang beredar di masyarakat. Dari segi makanan,
keseharian, tindak tanduk, ataupun semua hal yang berkaitan dengan keseharian
si ibu hamil ataupun si jabang bayi. Tradisi ini amat kuat diterapkan oleh
masyarakat. Beberapa mitos bahkan dipercaya sebagai amanat / pesan dari nenek
moyang yang jika tidak ditaati akan menimbulkan dampak / karma yang tidak
menyenangkan.

6
Padahal jika dinalar dengan akal sehat, diteliti dari segi medis, maupun dari segi
aqidah, banyak mitos yang tidak berhubungan. Walaupun maksud dari nenek-
nenek moyang semuanya adalah baik tetapi tidak semua dari nasehat atau
pantangan kehamilan yang diberitahukan itu benar secara medis maupun ilmiah.
Kebanyakan hanya berdasarkan mitos atau kepercayan saja daripada
kenyataannya.

Pada dasarnya tujuan dari orang-orang terdahulu menciptakan mitos bermacam-


macam tentang kehamilan hanyalah supaya si Ibu hamil maupun suaminya dapat
menjaga kehamilan dengan baik. Tujuannya untuk menyiapkan kehamilan yang
sehat. Sehingga bisa menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Terutama yang
berkaitan dengan kebiasaan, konsumsi bahan makanan, dan sebagainya.

Berikut adalah beberapa mitos / adat istiadat Jawa yang berhubungan dengan
kehamilan:

1) Tradisi masa kehamilan :


a) Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang. Sebab, jika itu
dilakukan, bisa menimbulkan cacat pada janin sesuai dengan
perbuatannya itu.
Fakta: Tentu saja tak demikian. Cacat janin disebabkan oleh
kesalahan/kekurangan gizi, penyakit, keturunan atau pengaruh radiasi.
Sedangkan gugurnya janin paling banyak disebabkan karena penyakit,
gerakan ekstrem yang dilakukan oleh ibu (misal benturan) dan karena
psikologis (misalnya shock, stres, pingsan). Tapi, yang perlu diingat,
membunuh atau menganiaya binatang adalah perbuatan yang tak bisa
dibenarkan.
b) Membawa gunting kecil / pisau / benda tajam lainnya di kantung baju si
Ibu agar janin terhindar dari marabahaya
Fakta: Hal ini justru lebih membahayakan apabila benda tajam itu melukai
Ibu.
c) Ibu hamil tidak boleh keluar malam, karena banyak roh jahat yang akan
mengganggu janin.
Fakta: secara psikologis, Ibu hamil mentalnya sensitif dan mudah takut
sehingga pada malam hari tidak dianjurkan bepergian. Secara medis-

7
biologis, ibu hamil tidak dianjurkan keluar malam terlalu lama, apalagi
larut malam. Kondisi ibu dan janin bisa terancam karena udara malam
kurang bersahabat disebabkan banyak mengendapkan karbon dioksida
(CO2).
d) Ibu hamil tidak boleh benci terhadap seseorang secara berlebihan, nanti
anaknya jadi mirip seperti orang yang dibenci tersebut.
Fakta: Jelas ini bertujuan supaya Ibu yang sedang hamil dapat menjaga
batinnya agar tidak membenci seseorang berlebihan.
e) Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi
kembar siam.
Fakta: Secara medis-biologis, lahirnya anak kembar dempet / kembar siam
tidak dipengaruhi oleh makanan pisang dempet yang dimakan oleh ibu
hamil. Jelas ini hanyalah sebuah mitos.
f) “Amit-amit” adalah ungkapan yang harus diucapkan sebagai "dzikir"-nya
orang hamil ketika melihat peristiwa yang menjijikkan, mengerikan,
mengecewakan dan sebagainya dengan harapan janin terhindar dari
kejadian tersebut.
Fakta: Secara psikologis, perilaku tersebu justru dapat berujung pada
ketakutan yang tidak bermanfaat.
g) Ngidam adalah perilaku khas perempuan hamil yang menginginkan
sesuatu, makanan atau sifat tertentu terutama di awal kehamilannya. Jika
tidak dituruti maka anaknya akan mudah mengeluarkan air liur.
h) Dilarang makan nanas, nanas dipercaya dapat menyebabkan janin dalam
kandungan gugur.
Fakta: Secara medis-biologis, Getah nanas muda mengandung senyawa
yang dapat melunakkan daging. Tetapi buah nanas yang sudah tua atau
disimpan lama akan semakin berkurang kadar getahnya. Demikian juga
nanas olahan. Yang pasti nanas mengandung vitamin C (asam askorbat)
dengan kadar tinggi sehingga baik untuk kesehatan.
i) Jangan makan buah stroberi, karena mengakibatkan bercak-bercak pada
kulit bayi.
Fakta: Tak ada kaitan bercak pada kulit bayi dengan buah stroberi. Yang
perlu diingat, jangan makan stroberi terlalu banyak, karena bisa sakit

8
perut. Mungkin memang bayi mengalami infeksi saat di dalam rahim atau
di jalan lahir, sehingga timbul bercak-bercak pada kulitnya.
j) Jangan makan ikan mentah agar bayinya tak bau amis.
Fakta: Bayi yang baru saja dilahirkan dan belum dibersihkan memang
sedikit berbau amis darah. Tapi ini bukan lantaran ikan yang dikonsumsi
ibu hamil, melainkan karena aroma (bau) cairan ketuban. Yang terbaik,
tentu saja makan ikan matang. Karena kebersihannya jelas terjaga
ketimbang ikan mentah.
k) Jangan minum air es agar bayinya tak besar. Minum es atau minuman
dingin diyakini menyebabkan janin membesar atau membeku sehingga
dikhawatirkan bayi akan sulit keluar.
Fakta: Sebenarnya, yang menyebabkan bayi besar adalah makanan yang
bergizi baik dan faktor keturunan. Minum es tak dilarang, asal tak
berlebihan. Karena jika terlalu banyak, ulu hati akan terasa sesak dan ini
tentu membuat ibu hamil merasa tak nyaman. Lagipula segala sesuatu
yang berlebihan akan selalu berdampak tak baik.
l) Wanita hamil dianjurkan minum minyak kelapa (satu sendok makan per
hari) menjelang kelahiran. Maksudnya agar proses persalinan berjalan
lancar.
Fakta: Ini jelas tidak berkaitan. Semua unsur makanan akan dipecah dalam
usus halus menjadi asam amino, glukosa, asam lemak, dan lain-lain agar
mudah diserap oleh usus.
2) Upacara Adat Masa Kehamilan
a) Upacara Mengandung Empat Bulan
Dulu Masyarakat Jawa Barat apabila seorang perempuan baru
mengandung 2 atau 3 bulan belum disebut hamil, masih disebut
mengidam. Setelah lewat 3 bulan barulah disebut hamil. Upacara
mengandung Tiga Bulan dan Lima Bulan dilakukan sebagai
pemberitahuan kepada tetangga dan kerabat bahwa perempuan itu sudah
betul-betul hamil.

Namun sekarang kecenderungan orang-orang melaksanakan upacara pada


saat kehamilan menginjank empat bulan, karena pada usia kehamilan
empat bulan itulah saat ditiupkannya roh pada jabang bayi oleh Allah

9
SWT. Biasanya pelaksanaan upacara Mengandung empat Bulan ini
mengundang pengajian untuk membacakan do’a selamat, biasanya doa
nurbuat dan doa lainnya agar bayinya mulus, sempurna, sehat, dan
selamat.

b) Upacara Mengandung Tujuh Bulan/Tingkeban


Upacara Tingkeban adalah upacara yang diselenggarakan pada saat
seorang ibu mengandung 7 bulan. Hal itu dilaksanakan agar bayi yang di
dalam kandungan dan ibu yang melahirkan akan selamat. Tingkeban
berasal dari kata tingkeb artinya tutup, maksudnya si ibu yang sedang
mengandung tujuh bulan tidak boleh bercampur dengan suaminya sampai
empat puluh hari sesudah persalinan, dan jangan bekerja terlalu berat
karena bayi yang dikandung sudah besar, hal ini untuk menghindari dari
sesuatu yang tidak diinginkan. Di dalam upacara ini biasa diadakan
pengajian biasanya membaca ayat-ayat Al-Quran surat Yusuf, surat
Lukman dan surat Maryam.

Di samping itu dipersiapkan pula peralatan untuk upacara memandikan


ibu hamil , dan yang utama adalah rujak kanistren yang terdiri dari 7
macam buah-buahan. Ibu yang sedang hamil tadi dimandikan oleh 7 orang
keluarga dekat yang dipimpin seorang paraji secara bergantian dengan
menggunakan 7 lembar kain batik yang dipakai bergantian setiap guyuran
dan dimandikan dengan air kembang 7 rupa. Pada guyuran ketujuh
dimasukan belut sampai mengena pada perut si ibu hamil, hal ini
dimaksudkan agar bayi yang akan dilahirkan dapat berjalan lancar (licin
seperti belut). Bersamaan dengan jatuhnya belut, kelapa gading yang telah
digambari tokoh wayang oleh suaminya dibelah dengan golok. Hal ini
dimaksudkan agar bayi yang dikandung dan orang tuanya dapat berbuat
baik lahir dan batin, seperti keadaan kelapa gading warnanya elok, bila
dibelah airnya bersih dan manis. Itulah perumpamaan yang diharapkan
bagi bayi yang dikandung supaya mendapatkan keselamatan dunia-
akhirat.

Sesudah selesai dimandikan biasanya ibu hamil didandani dibawa menuju


ke tempat rujak kanistren tadi yang sudah dipersiapkan. Kemudian sang

10
ibu menjual rujak itu kepada anak-anak dan para tamu yang hadir dalam
upacara itu, dan mereka membelinya dengan menggunakan talawengkar,
yaitu genteng yang sudah dibentuk bundar seperti koin. Sementara si ibu
hamil menjual rujak, suaminya membuang sisa peralatan mandi seperti air
sisa dalam jajambaran, belut, bunga, dsb. Semuanya itu harus dibuang di
jalan simpang empat atau simpang tiga. Setelah rujak kanistren habis
terjual selesailah serangkaian upacara adat tingkeban.

3) Upacara Mengandung Sembilan Bulan


Upacara sembuilan bulan dilaksanakan setelah usia kandungan masuk
sembilan bulan. Dalam upacara ini diadakan pengajian dengan maksud agar
bayi yang dikandung cepat lahir dengan selamat karena sudah waktunya lahir.
Dalam upacara ini dibuar bubur lolos, sebagai simbul dari upacara ini yaitu
supaya mendapat kemudahan waktu melahirkan, lolos. Bubur lolos ini
biasanya dibagikan beserta nasi tumpeng atau makanan lainnya.
4) Upacara Reuneuh Mundingeun
Upacara Reuneuh Mundingeun dilaksanakan apabila perempuan yang
mengandung lebih dari sembilan bulan,bahkan ada yang sampai 12 bulan
tetapi belum melahirkan juga, perempuan yang hamil itu disebut Reuneuh
Mundingeun, seperti munding atau kerbau yang bunting. Upacara ini
diselenggarakan agar perempuan yang hamil tua itu segera melahirkan jangan
seperti kerbau, dan agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Pada
pelaksanaannya leher perempuan itu dikalungi kolotok dan dituntun oleh
indung beurang sambil membaca doa dibawa ke kandang kerbau. Kalau tidak
ada kandang kerbau, cukup dengan mengelilingi rumah sebanyak tujuh kali.
Perempuan yang hamil itu harus berbuat seperti kerbau dan menirukan bunyi
kerbau sambil dituntun dan diiringkan oleh anak-anak yang memegang
cambuk. Setelah mengelilingi kandang kerbau atau rumah, kemudian oleh
indung beurang dimandikan dan disuruh masuk ke dalam rumah. Di kota
pelaksanaan upacara ini sudah jarang dilaksanakan.
b. Adat budaya
Pada masyarakat batak bila ada bayi lahir dirumah sendiri, si ayah akan langsung
membelah kayu dengan suara yang sangat keras dan akan membuka jendela
dapur lebar-lebar dengan tujuan kayu yang tadi dibelah lalu dibakar supaya

11
asapnya membumbung tinggi. Ini menjadi pertanda bahwa di rumah tersebut ada
sebuah kehidupan baru.

c. Agama lain
Adat atau budaya agama lain hampir sama atau serupa dengan agama islam
tergantung lingkungan agama tersebut misalnya agama selain islam juga
mengadakan syukuran bila kehamilan telah mencapai usia 4 bulan atau 7 bulan.
Hanya saja bila dalam islam acara tasyakuran diisi dengan bacaat do’a-do’a yang
ada dalam al-qur’an, agama lain dibacakan do’a-do’a menurut kepercayaan
mereka.

2. Faktor Lingkungan Sosial


a. Gaya hidup adalah pola kegiatan masyarakat yang terjadi di lingkungan
masyarakat. Gaya hidup masyarakat sekarang terutama didaerah perkotaan yang
serba sibuk dan terburu-buru yang telah terjadi sekarang akan memperbesar
kemungkinan bahkan kadang-kadang menyebabkan secara langsung aspek
kehamilan yang sangat mengganggu si ibu. Aspek yang mengganggu itu seperti
mual muntah, keletihan yang dapat membuat si ibu letih dan tentu saja sangat
mengganggu kegiatan dan aktivitas si ibu
b. Perokok
Merokok adalah suatu kegiatan yang akan sangat merugikan bagi ibu. Merokok
akan mengganggu pertumbuhan janin dan dapat menurunkan BL. Selain dapat
menurunkan BB bayi dalam kandungan karena terganggu perkembangan dan
pertumbuhannya, merokok juga dapat menjadikan persalinan preeferm, dan
kematian perinatal. Faktor lingkungan yang mendukung akan dan paling tidak
menurunkan kebiasaan merokok.

c. Dukungan dari suami dan keluarga


Dukungan dari keluarga amat penting untuk kestabilan psikis ibu. Terutama
dukungan dari suami. Dukungan yang ibu perlukan tidak hanya dari suami,
hendaknya dari keluarga dan lingkungan sekitar ibu hamil. Karena bila tidak ada
dukungan ibu akan merasa stress dan stress tersebut dapat mengganggu kesehatan
ibu dan mengganggu perkembangan janin.

12
3. Fasilitas Kesehatan
a. Fasilitas kesehatan yang lengkap akan mendukung dalam target penurunan AKI
dan AKB
b. Fasilitas kesehatan di tingkat desa PUSTU, pondok bersalin yang disediakan
untuk bidan PTT
c. Fasilitas kesehatan yang ada di wilayah kelurahan biasanya kurang lengkap
sehingga pada pelaksanaannya apabila ada ibu hamil yang memerlikan tindakan
kegawat daruratan
d. Dirujuk ke rumah sakit yang ada di wilayah kabupaten dimana mempunyai
fasilitas perlengkapan alat yang lebih lengkap, dan tenaga medis, dokter spesialis
lebih banyak
e. Untuk itu sebagai bidan harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang
luas agar dalam memberikan pelayanan pada masyarakat setidaknya bisa
memberikan pertolongan pertama pada tindakan kegawat daruratan

Adanya fasilitas kesehatan yang memadai akan sangat menguntungkan kualitas


pelayanan kepada ibu hamil. Deteksi dini terhadap kemungkinan adanya penyulit
akan lebih tepat, sehingga langkah antisipatif akan lebih cepat diambil. Fasilitas
kesehatan ini sangat menentukan atau berpengaruh terhadap upaya penurunan angka
kesehatan ibu (AKI).

Untuk mencapai suatu kondisi yang sehat diperlukan adanya sarana dan prasarana
(fasilitas kesehatan) yang memadai. Masalah yang timbul karena faktor 3
keterlambatan, yaitu:
a. Keterlambatan dalam pengambilan keputusan dalam mencari pelayanan
kesehatan.
Hal ini dipengaruhi oleh status ekonomi, status pendidikan, status wanita,
karakteristik penyakit. Untuk mengantisipasi keadaan ini kita sebagai bidan harus
menanyakan kepada ibu hamil sejak awal tentang:
1) Ibu akan melahirkan dimana.
2) Ibu ingin ditolong siapa
3) Kalau ada masalah dirujuk kemana

13
4) Kalau berangkat ke fasilitas kesehatan pakai kendaraan apa
5) Sudah menyiapkan biaya atau belum
6) Yang akan mendampingi saat persalinan siapa
7) Kalau memerlukan donor darah siapa yang menjadi pendonornya, pastikan
sekitar HPL orang tersebut tidak pergi keluar kota
8) Alat perlengkapan ibu dan bayi apakah sudah disiapkan
9) Kalau memerlukan penanganan khusus, siapa yang berhak menentukan
keputusan.

Kalau hal ini dilakukan sejak dini, akan mengurangi resiko kejadian yang tidak
diinginkan pada ibu hamil. Seringkali terjadi ibu hamil sudah merasakan sakit-
sakit atau bahkan ada tanda bahaya baru mikir akan dibawa kemana, hal inilah
yang dimaksud dengan keterlambatan dalam pengambilan keputusan dalam
mencari pelayanan kesehatan.

b. Keterlambatan dalam mencapai fasilitas kesehatan itu sendiri.


Hal ini disebabkan oleh jarak, transportasi, jalan dan biaya. Ini masih
berhubungan dengan keterlambatan dalam pengambilan keputusan dalam mencari
pelayanan kesehatan. Kalau anda sudah mengantisipasi sejak awal maka
keterlambatan dalam mencapai fasilitas kesehatan tidak akan terjadi karena sejak
awal ibu hamil dan keluarganya sudah menyiapkan kendaraan dan biaya.
c. Keterlambatan dalam menerima penanganan yang tepat dipengaruhi oleh kualitas
tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan yang tersedia juga menunggu keputusan
dari keluarga pasien.
Hal ini dapat terjadi apabila ada tenaga kesehatan yang tidak mampu
mendiagnosa secara tepat sehingga tindakan yang diberikan kepada pasien tidak
tepat, atau tenaga kesehatan yang kurang serius dan lambat sehingga tidak segera
menangani pasien. Demikian juga melihat kondisi di daerah dimana alat sarana
prasarana yang memadai sehingga tidak menunjang tenaga kesehatan yang akan
melakukan tindakan karena tidak adanya alat. Keterlambatan ini tidak hanya
tergantung tenaga kesehatan dan sarana kesehatan tetapi dapat juga dipengaruhi
oleh keluarga ibu hamil. Misalnya : ibu hamil memerlukan penangan tindakan
darurat sehingga dikirim rumah sakit besar di ibukota propinsi yang jauh dari
rumah ibu hamil. Banyak orang mengantar termasuk suami dan tetangga tetapi
bapak dari ibu hamil tersebut tidak ikut mengantar karena saat itu sedang ke

14
sawah.Ketika sampai di rumah sakit, ibu hamil diperiksa, maka dokter
menentukan segra harus di operasi, maka perlu minta persetujuan dari keluarga
untuk menandatangani inform consent (surat persetujuan) sebagai bukti bahwa
keluarga menyetujui tindakan yang akan dilakukan. Ternyata suami tidak berani
tanda tangan karena yang berhak menentukan keputusan adalah bapak dari ibu
hamil tersebut, sehingga sangat berpengaruh pada pelayanan. Maka anda sebagai
seorang bidan harus sejak awal menyiapkan ibu hamil dan keluarganya untuk
bersiap diri sejak awal untuk mengantisipasi hal – hal yang tidak diinginkan.

Pemanfaatan pelayanan antenatal care dan sejumlah ibu hamil di Indonesia belum
sepenuhnya sesuai dengan pedoman yang di tetapkan. Hal ini cenderung
menyulitkan tenaga kesehatan dalam melekukan pembinaan pemeliharaan kesehatan
ibu hamil secara teratur dan menyeluruh, termasuk deteksi dini terhadap faktor
resiko kehamilan yang penting segera di tangani. Fasilitas kesehatan

Kurangnya pemanfaatan antenatal care oleh ibu hamil ini berhubungan dengan
faktor-faktor:

a. Predis posisi (predis porsing factors)


Terwujud dalam pendidikan umlah anak, pendidikan suami, sikap, umur,
pekerjaan, pendataan, pengetahuan ibu hamil dan sebagaimnya.
b. Pemungkin atau pendukung (enabling factors)
Terwujud dalam jarak fisik lokasi, biaya antenatal care, fasilitas pelayanan
antenatal care, waktu tunggu dan sebagainya.
c. Penguat (reinforcing factors )
Terwujud dalam perilaku petugas pelayanan antenatal care, sikap petugas
pelayanan antenatal care, sikap tokoh masyarakat.

Dampak dari kurangnya pembinaan pemeliharaan kesehatan ibu hamil akan


menimbulkan kerugian tidak saja pada ibu hamil itu sendiri tetapi juga pengaruh
buruk bagi anak yang akan dilahirkan

Penyebab kematian ibu di Indonesia antara lain :

a. Perdarahan
b. Infeksi dan eklamsia
c. Anemia

15
d. Terlalu muda atau tua,sering dan banyak

Macam-macam fasilitas kesehatan :

a. Puskesmas

Puskesmas adalah pusat kesehatan masyarakat yang bertempat di kecamatan


dimaksudkan sebagai pengganti keberadaan rumah sakit dan klinik2 kesehatan
yang bertanggung jawab atas kesehatan rakyat.

Sasaran pelayanan di klinik keperawatan adalah kasus-kasus yang memerlukan


asuhan keperawatan yang terdiri dari :

1) Sasaran prioritas
Sasaran prioritas individu adalah usia lanjut, penderita penyakit menular (a.l
TB, Paru, Kusta, Malaria, Demam Berdarah, Diare, Ispa,/Penumonia),
penderitapenyakit degeneratif. Sasaran prioritas ini kemudian akan dilakukan
tindak lanjut dengan kunjungan rumah untuk mengurangi potensi penyebaran
penyakit, ketidak teraturan minum obat, dan meminimalkan bertambah
buruknya kondisi pasien karena faktor lain di lingkungan tempat tinggal.

2) Sasaran non prioritas


Adalah sasaran yang perlu mendapatkan asuhan keperawatan sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari pelayanan pengobatan ataupun pelayanan
kesehatan lainnya. Antara lain : jahit luka, perawatan luka, ganti balutan,
kontrol pasca operasi, perawatan luka bakar, pembersihan kotoran ditelinga,
circumcisi/kithan, pemasangan kateter, pemeriksaan rekam jantung,
oksigenasi, dan tindakan lain sesuai dengan ketersediaan sarana di masing-
masing Puskesmas.

Masyarakat golongan ekonomi lemah selalu diidentikkan dengan kelompok orang


miskin. Pengidentifikasian ini didasarkan pada rendahnya tingkat pendidikan dan
ketrampilan, rendahnya tingkat kesehatan, rendahnya tingkat produktivitas dan
minimnya permodalan menjadi faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat
pendapatan, rendahnya daya tabung dan juga rendahnya posisi tawar dengan
pihak luar. Masing-masing seperti mata rantai yang membentuk lingkaran

16
kemiskinan yang tidak berujung pangkal, yang pada akhirnya berdampak pada
penurunan pendapatan per kapita.

b. Klinik
Perubahan kelas rumah sakit dapat saja terjadi sehubungan dengan turunnya
kinerja rumah sakit yang ditetapkan oleh menteri kesehatan Indonesia, melalui
keputusan Dirjen Pelayanan Medik.

Sasaran pelayanan / macam-macam pelayanan yang diberikan :

a. Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis


b. Pelaksanaan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang medis
c. Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman
d. Melaksanakan pelayanan medis khusus
e. Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan
f. Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi
g. Melaksanakan pelayanan kedokteran social
h. Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan
i. Melaksanakan pelayanan penyuluhan rawat jalan
j. Atau rawat darurat dan rawat tinggal.

4. Ekonomi
Tingkat social ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik
dan psikologis ibu hamil. Pada ibu hamil dengan tingkat social ibu hamil yang baik
otomatis akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula. Status
gizi pun akan meningkat karena nutrisi yang didapatkan berkualitas, selain itu ibu
tidak akan terbebani secara psikologis mengenai biaya persalinan dan pemenuhan
kebutuhan sehari-hari setelah bayinya lahir.

a. Sosial ekonomi menentukan bagaimanakah seseorang dalam memilih fasilitas


dalam pelayanan kesehatan
b. Banyak masyarakat di indonesia yang mempunyai sosial ekonomi di bawah garis
kemiskinan

17
c. Dalam pengambilan keputusan sering terjadi keterlambatan sehingga berdampak
kefatalan dan kematian
d. Program pemerintah yaitu: adanya ASKES untuk para PNS, JPKM, ASESKIN
e. Diharapkan dapat meringankan beban dari segi pembiayaan masyarakat

Ada pula bila ibu tinggal ditempat yang kumuh, dan rumah kontrakan yang sempit.
Keadaan ini sangat tidak nyaman bagi ibu, dan pada akhirnya akan membuat ibu
stress dan tergaggu psikisnya.

Keadaan ibu hamil yang ada pada posisi :

a. Ibu hamil dari ekonomi bawah


Kondisi kesehatan ibu hamil dari ekonomi bawah biasanya kurang. Ini bisa
disebabkan karena kurangnya fasilitas kesehatan yang tersedia atau karena
kurangnya dana bagi ibu dan bisa juga karena kurangnya pengetahuan si ibu
untuk menjaga kesehatannya. Frekuensi ANC bagi ibu hamil yang berasal dari
ekonomi bawah ini, jarang atau bahkan tidak memeriksakan kehamilannya karena
keterbatasan dana, dan pengetahuan ibu untuk memeriksakan kondisi
kehamilannya. Ibu mungkin akan berkunjung ke rumah bidan untuk
memeriksakan kondisi kehamilanya bila merasakan adanya hal yang tidak beres
pada kehamilannya. Asupan nutrisi ibu hamil ini tentunya kurang karena janin
yang ada di kandungan membutuhkan banyak sekali nutrisi sdangkan untuk
makan pun hanya bisa satu kali sehari.
b. Ibu hamil dari ekonomi menengah
Kondisi kesehatan ibu hamil dari ekonomi menengah umumnya cukup. Ini
disebabkan karena baik dari fasilitas kesehatan yang tersedia atau karena dana
bagi ibu yang memadai bgi iu untuk memeriksakan kehamilannya dan bisa juga
karena ibu berpengetahuan untuk menjaga kesehatannya. Frekuensi ANC bagi ibu
hamil yang berasal dari ekonomi menengah ini, cukup rutin setiap trimesternya
untuk memeriksakan kondisi kehamilannya. Biasanya si ibu akn memeriksakan
kehamilannya di bidan. Asupan nutrisi ibu hamil ini cukup bagi janin yang ada di
kandungan, janin membutuhkan banyak sekali nutrisi. Ibu akan berusaha untuk
bisa memenuhi kebutuhan nutrisi bagi janinnya karena dengan terpenuhinya
nutrisi janin, janin akan berkembang maksimal.
c. Ibu hamil dari ekonomi atas

18
Kondisi kesehatan ibu hamil dari ekonomi atas umumnya baik. Ini disebabkan
karena baik dari fasilitas kesehatan yang tersedia atau dana bagi ibu yang
memadai bagi ibu untuk memeriksakan kehamilannya dan karena ibu
berpengetahuan untuk menjaga kesehatannya. Frekuensi ANC bagi ibu hamil
yang berasal dari ekonomi atas ini, rutin setiap trimesternya untuk memeriksakan
kondisi kehamilannya. Ibu akan memeriksakan kondisi kehamilannya ke bidan
atau dokter spesialis kandungan. Asupan nutrisi ibu hamil ini cukup bagi janin
yang ada di kandungan, janin membutuhkan banyak sekali nutrisi. Ibu akan
berusaha untuk bisa memenuhi kebutuhan nutrisi bagi janinnya karena dengan
terpenuhinya nutrisi janin, janin akan berkembang maksimal. Selain asupan
nutrisi, ibu hamil dari ekonomi atas ini juga melakukan senam hamil untuk
menjaga kehamilannya baik dan berharap nantinya saat persalinan akan mudah.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang merugikan kesehatan ibu hamil. Tenaga
kesehatan harus dapat menyikapi hal ini dengan bijaksana jangan sampai menyinggung
“kearifan local” yang sudah berlaku di daerah tersebut. Tenaga kesehatan juga tidak
boleh mengesampingkan adanya kebiasaan yang sebenarnya menguntungkan bagi
kesehatan. Jika kita menemukan adanya adat yang sama sekali tidak berpengaruh buruk
terhadap kesehatan, tidak ada salahnya jika memberikan respon yang positif dalam
rangka menjalin hubungan yang sinergis dengan masyarakat.

Adanya fasilitas kesehatan yang memadai akan sangat menguntungkan kualitas


pelayanan kepada ibu hamil. Fasilitas kesehatan ini sangat menentukan atau
berpengaruh terhadap upaya penurunan angka kesehatan ibu (AKI). Untuk mencapai
suatu kondisi yang sehat diperlukan adanya sarana dan prasarana (fasilitas kesehatan)
yang memadai.

Tingkat social ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik
dan psikologis ibu hamil. Pada ibu hamil dengan tingkat social ibu hamil yang baik
otomatis akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula. Status
gizi pun akan meningkat karena nutrisi yang didapatkan berkualitas, selain itu ibu tidak
akan terbebani secara psikologis mengenai biaya persalinan dan pemenuhan kebutuhan
sehari-hari setelah bayinya lahir.

B. Saran
1. Saran untuk masyarakat
Masyarakat diharapkan dapat memahami betapa pentingnya mengetahui faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin jadi masyarakat harus
dapat berfikir realistis bahwa kebiasaan adat yang kurang baik atau bahkan dapat
merugihkan jangan ditiru.
2. Saran untuk ibu hamil
Ibu hamil diharap dapat memilih yang terbaik bagi kondisi bayi dan janin ibu sendiri
jangan mengikuti adat yang dapat merugihkan bagi si ibu dan bayi kebutuhan gizi
harus simbang agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dan juga faktor
lingkungan sangat berperan dalam kondisi ibu dan bayi hindari polo-pola yang

20
buruk dan ekonomi harus diperhatikan agar saat terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan dapat ditangani dengan baik

21
DAFTAR PUSTAKA

Asrinah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha Ilmu

MIMS Bidan.

Kemenkes, Pjj. 2015. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pndidikan Tinggi Kesehatan. Di www.
Slidesshare.net (18 Maret)

22

Anda mungkin juga menyukai