Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH ETIKOLEGAL

PRINSIP ETIKA DAN MORALITAS KEBIDANAN

DOSEN PENGAMPU :
Rosmadewi, S.Pd., SST., M.Kes

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1 REGULER 1

1. Agita Eka Wirna (2015301001)


2. Alif Rahma Shiddiqa (2015301002)
3. Anisa Pertiwi (2015301004)
4. Annisa Ajmala (2015301005)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D4 KEBIDANAN TANJUNG KARANG
T.A 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “PRINSIP ETIKA DAN MORALITAS
KEBIDANAN ”.
Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu sehingga makalah
ini dapat terselaisaikan tepat pada waktunya.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Bandar Lampung, 15 Januari 2021

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................2
1.3 Tujuan .......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Etika, Etiket, Moral, Hukum....................................................................3
2.1.1 Etika..................................................................................................................3
2.1.2 Etiket.................................................................................................................3
2.1.3 Moral.................................................................................................................5
2.1.4 Hukum...............................................................................................................6
2.2 Sistematika Etika.........................................................................................................12
2.3 Fungsi Etika dan Moralitas dalam Pelayanan Kebidanan...........................................16
2.4 Sumber Etika...............................................................................................................17
2.5 Kode Etik Profesi Bidan..............................................................................................17
2.6 Hak, Kewajiban, dan Tanggung Jawab.......................................................................19
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................................23
3.2 Saran...........................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuntutan terhadap kualitas pelayanan kebidanan semakin meningkat seiring


dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan era globalisasi. Pemahaman yang
baik mengenai etika profesi merupakan landasan yang kuat bagi profesi bidan agar
mampu menerapkan dan memberikan pelayanan kebidanan yang profesional dalam
melakukan profesi kebidanan, dan dalam berkarya di pelayanan kebidanan, baik kepada
individu, keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu, para bidan maupun calon bidan,
harus mampu memahami kondisi masyarakat yang semakin kritis dalam memandang
kualitas pelayanan kebidanan, termasuk pula ketidakpuasan dalam pelayanan.
Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan isu utama diberbagai tempat,
dimana sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan
terhadap etika. Pelayanan kebidanan adalah proses dari berbagai dimensi.
Bidan sebagai praktisi pelayanan harus menjaga perkembangan praktik
berdasarkan evidencebased  Etika adalah penerapan dan proses dan teori filsafat moral
pada situasi nyata. Etilka dibagi menjadi tiga bagian, meliputi:
1) Metaetika (etika)
2) Etika atau teori moral;
3) Etika praktik.
Etika atau teori moral untuk memformulasikan prosedur atau mekanisme untuk
memecahkan masalah etika. Etika praktik merupakan penerapan etika dalam praktik
sehari-hari, dimana dalam situasi praktik ketika kecelakaan terjadi keputusan harus segera
dibuat.
Guna etika adalah memberi arah bagi perilaku manusa tentang: apa yang baik atau
buruk, apa yang benar atau salah, hak dan kewajiban moral (akhlak), apa yang boleh atau
tidak boleh dilakukan.
Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap
anggota didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.

1
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan Masalah pembuatan makalah ini adalah :


A. Apa pengertian dan perbedaan dari etika, etiket, moral dan hukum?
B. Bagaimana sistematika etika dalam pelayanan kebidanan ?
C. Apa fungsi etika dan moralitas dalam pelayanan kebidanan.

1.3 Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah :


A. Mengetahui pengertian etika, etiket, moral dan hukum.
B. Memahami sistematika etika kebidanan.
C. Mengetahui fungsi etika dan moralitas dalam pelayanan kebidanan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika, Etiket, Moral, Hukum

2.1.1 Etika

1. Pengertian Etika (Etimologi)


Berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos” yang berarti, karakter, watak,
kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Sebagai suatu subyek, etika akan
berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk
menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar,
buruk atau baik.
2. Menurut Martin [1993]
Etika didefinisikan sebagai "the discipline which can act as
the  performanceindex or reference for our control system" yang artinya disiplin
yang dapat bertindak sebagai acuan atau indeks capaian untuk sistem kendali
kita/kami. Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara
tentang praxis (tindakan) manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia,
melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak.
3. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia
Pengertian etika adalah : Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang
hak dan kewajiban moral, Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak, Nilai mengenai benar dan salah yang dianut masyarakat.

2.1.2 Etiket
1. Adalah ajaran sopan santun yang berlaku bila manusia bergaul atau berkelompok
dengan manusia lain.
2.  Berkaitan dengan nilai sopan santun, tata krama dalam pergaulan formal.
3. Etiket tidak berlaku bila seorang manusia hidup sendiri misalnya hidup di
sebuah pulau terpencil atau di tengah hutan.

3
4. Etiket berasal kata dari Etiquette (Perancis) yang berarti dari awal suatu kartu
undangan yang biasanya dipergunakan semasa raja-raja di Perancis mengadakan
pertemuan resmi, pesta dan resepsi un¬tuk kalangan para elite kerajaan atau
bangsawan. Dalam pertemuan tersebut telah ditentukan atau disepakati berbagai
peraturan atau tata krama yang harus dipatuhi, seperti cara berpakaian (tata
busana), cara duduk, cara bersalaman, cara berbicara, dan cara bertamu dengan
si kap serta perilaku yang penuh sopan santun dalam pergaulan formal atau
resmi.
5.  Definisi etiket, menurut para pakar ada beberapa pengertian, yaitu merupakan
kumpulan tata cara dan sikap baik dalam pergaulan antar manusia yang beradab.
Pendapat lain mengatakan bahwa etiket adalah tata aturan sopan santun yang
disetujui oleh masyarakat ter¬tentu dan menjadi norma serta panutan dalam
bertingkah laku sebagai anggota masyarakat yang baik dan menyenangkan.

Persamaan etika dan etiket yaitu:


a. Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia. Istilah tersebut dipakai mengenai
manusia tidak mengenai binatang karena binatang tidak mengenal etika maupun
etiket.
b.   Kedua-duanya mengatur perilaku manusia secara normatif artinya memberi
norma bagi perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yag harus
dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Justru karena sifatnya normatif
maka kedua istilah tersebut sering dicampur adukkan.

Perbedaan etika dan etiket yaitu:


Etiket
1. Etiket menyangkut cara melakukan perbuatan manusia. Etiket menunjukkan cara
yang tepat artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam sebuah kalangan
tertentu.
2. Etiket hanya berlaku untuk pergaulan. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap
tidak sopan dalam sebuah kebudayaan, dapat saja dianggap sopan dalam
kebudayaan lain.

4
3. Etiket hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja

Etika
1. Etika tidak terbatas pada cara melakukan sebuah perbuatan, etika member norma
tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah apakah sebuah
perbuatan boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
2. Etika selalu berlaku walaupun tidak ada orang lain.
3. Etika jauh lebih absolut. Perintah seperti “jangan berbohong”, “jangan mencuri”
merupakan prinsip etika yang tidak dapat ditawar-tawar.

2.1.3 Moral
Kata moral berasal dari bahasa latin mos (jamak:mores), yang berarti
kebiasaan atau adat. Kata mores dipakai oleh banyak bahasa masih dalam arti yang
sama, termasuk bahasa indonesia. Dalam kamus besar bahasa indonesia[1], “moral”
dijelaskan dengan membedakan tiga arti: “1) (ajaran tt) baik buruk yg diterima
umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dsb; akhlak; budi pekerti; susila 2)
kondisi mental yg membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin,
dsb; isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap dl perbuatan 3) ajaran
kesusilaan yg dapat ditarik dari suatu cerita.”
Fungsi etika dan moralitas dalam pelayanan kebidanan
1. Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya Bidan dan Klien.
2. Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah tindakan yg
merugikan/membahayakan orang lain.
3. Menjaga privacy setiap individu.
4. Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan porsinya
5. Dengan etik kita mengatahui apakah suatu tindakan itu dapat diterima dan apa
alasannya.
6. Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam menganalisis
suatu masalah
7. Menghasilkan tindakan yg benar

5
8. Mendapatkan informasi tenfang hal yg sebenarnya
9. Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku/perilaku manusia antara baik,
buruk, benar atau salah sesuai dengan moral yg berlaku pada umumnya.
10. Berhubungan dengans pengaturan hal-hal yg bersifat abstrak.
11. Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik
12. Mengatur hal-hal yang bersifat praktik
13. Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat maupun tata
cara di dalam organisasi profesi
14. Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya yg
biasa disebut kode etik profesi.

2.1.4 Hukum
Adalah keseluruhan asas dan aturan  tentang perbuatan manusia yang  di
tetapkan  atau di akui oleh otoritas tinggi .

1. Langsung berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan


2. Merupakan penerapan hukum perdata, pidana dan hukum administrasi negara
dalam kaitan dengan pemeliharaan kesehatan
3. Bersumber dari hukum otonom yang berlaku untuk kalangan tertentu saja,
hukum kebiasaan, yurisprudensi, aturan-aturan internasional, ilmu pengetahuan
dan literatur yang ada kaitannya dengan pemeliharaan kesehatan.
a. Pengantar Ilmu Hukum
Ilmu hukum adalah kumpulan pengetahuan tentang hokum yang telah
deibuat sistematiknya. Filosofis dasarnya adalah bahwa manusia adalah mahluk
hidup yang mempunyai rasa, karsa, dan karya, akal dan perasaan.

Sumber hukum formal adalah :


1. Perundang – undangan
2. Kebiasaan
3. Traktat ( perjanjian Internasional public .

6
4. Yurisprudensi
5. Doktrin ( pendapat pakar )

Macam – macam hokum adalah :


1. Hukum perdata dan hokum public
2. Hukum material dan hokum formal
3. Hukum perdata,
4. Hukum pidanan,
5. Hukum tatanegara/tata usaha Negara,
6. Hukum internasional
7. Hukum adat.

b. Pengantar Hukum Kesehatan


1. Kelompok masalah yang menyangkut asas umum, meliputi hak menentukan
diri sendiri,hak atas pemeliharaan kesehatan , fungsiundang – undang dan
hokum danpemeliharaan kesehataan , hubungan hokumkesehatan dengan
etika kesehatan.
2. Kelompok masalah tentang kedudukan indifidu dalam hokum kesehatan,
antara lain hak atas tubuh sendiri, kedudukan material tubuh, hak atas
kehidupan, genetika, reproduksi, status hokum hasil pembuahan, Perawatan
yang dipaksakan dalam RS.
3. Kelompok masalah dengan aspek- aspek pidana antara lain : tanggung jawab
pidana,tindakan medis dan hokum pidana, hak untuk tidak membuka rahasia.
4. Kelompok masalah dakam pelayanan kuratif, antara lain kewajiban
memberika pertolongan medis, menjaga mutu, eksperimen – eksperimen
medis, batas – batas pemberiaan pertolongan medis, penyakit menular.
Dokumentasi medis dan lain – lain.
5. Kelompok tentang pelaksanaan profesi dankepentingan pihak ketiga antara
lain kesehatan industry, pelaksanaan medis skrining, keterangan medis, saksi
ahli, asuransi kesehatan social.

7
Hak asasi manusian yang berhubungan dengan kesehatan manusia
dimulai dari tiga hak asasi,yaitu :
a.       The right to health care ( Hak untuk mendapat pelanyanan kesehatan )
b.      The right to self dateminartion ( hak untuk menentukan nasib sendiri )
c.       The righ toinformation ( Hak untuk mendapat informasi )

Etika dan hokum berkait dengan ruang lingkup masing –masing, dengan


jalur yang berbeda. Adapun gambaran jalur etik dan hokum dapat dideskripsikan
:
a) Etika profesi bersifat interen (self inposed regulation) , bertujuan menjaga
mutu profesi dan memelihara harkat dan martabat profesi (tidak berlaku
umum) sanksi ditetapkan oleh organisas.
b) Majelis disiplin bersifat sebagai hokum public ( ada unsure pemerintah).
Bertujuanmemelihara tata tertib anggota profesi ( tidak berlaku bagi
bukananggota profesi ) sanksi teguran, scorsing, pemecatan
( ditetapkan pemerintah ).
c) Hukum bersifat berlaku umum ( sifat memaksa, bertujuan menjaga
ketertiban masnyarakat luas ( termaksud anggota profesi ), dengan sanksi
hokum perdata atau hukum perdanan)

c. Aspek Hukum Dalam Praktik Kebidanan


Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu hal yang
penting dan dituntut dari suatu profesi, terutama profesi  yang berhubungan
dengan keselamatan jiwa manusia, adalah pertanggung jawaban dan tanggung
gugat (accountability) atas semua tindakan yang dilakukuannya. Sehingga
semua tindakan yang dilakukan oleh bidan harus berbasis kompetensi dan
didasari suatu evidence based. Accountability diperkuat dengan satu landasan
hokum yang mengatur batas-batas wewenang profesi yang bersangkutan.
Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan
memiliki hak otonomi dan mandiri untuk bertindak secara profesional yang

8
dilandasi kemampuan berfikir logis dan sitematis serta bertindak sesuai standar
profesi dan etika profesi.
Praktek kebidanan merupakan inti dari berbagai kegiatan bidan
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus-menerus ditingkatkan
mutunya melalui:
1. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
2. Pengembangan ilmu dan teknologi dalam kebidanan
3. Akreditasi
4. Sertifikasi
5. Registrasi
6. Uji kompetensi
7. Lisensi
Beberapa dasar dalam otonomi pelayanan kebidanan antara lain sebagai
berikut:
1.      Kepmenkes 900/Menkes/SK/VII/2002 tentanng registrasi dan praktik
bidan
2.      Standar Pelayanan Kebidanan
3.      UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
4.      PP No 32/ Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
5.      Kepmenkes 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang oraganisasi dan tata kerja
Depkes
6.      UU No 22/1999 tentang Otonomi daerah
7.       UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
8.       UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung dan transplantasi

d. Legislasi Pelayanan Kebidanan


Pelayanan legislasi adalah:
1.      Menjamin perlindungan pada masyarakat pengguna jasa profesi dan profesi
sendiri.
2.      Legislasi sangat berperan dalam pemberian pelayanan professional\

9
Bidan dikatakan profesional, mematuhi beberapa criteria sebagai
berikut:
1. Mandiri
2. Peningkatan kompetensi
3. Praktek berdasrkan evidence based
4. Penggunaan berbagai sumber informasi
Masyarakat membutuhkan pelayanan yang aman dan berkualitas,
serta butuh perlindungan sebagai pengguna jasa profesi.

Ada beberapa hal yang menjadi sumber ketidak puasan pasien atau


masyarakat yaitu:
1.      . Pelayanan yang aman
2.      Sikap petugas kurang baik
3.      Komunikasi yang kurang
4.      Kesalahan prosedur
5.      Saran kurang baik.
6.      Tidak adanya penjelasan atau bimbingan atau informasi atau pendidikan
kesehatan.
Legislasi adalah proses pembuatan UU atau penyempurnaan perangkat
hukum yang sudah ada melalui serangkaian sertifikasi (pengaturan kompetensi),
registrasi (pengaturan kemenangan) dan lisensi (pengaturan penyelenggaraan
kewenangan).
Tujuan legislasi adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat
terhadap pelayanan yang telah diberikan. Bentuk perlindungan tersebut antara
lain:
1.      Mempertahankan kualitas pelayanan
2.      Memberikan kewenangan
3.      Menjamin perlindungan hokum
4.      Meningkatkan profesionalisme

10
e.   Aspek Hukum Informed Consent
Pada dasarnya dalam praktik sehari hari, pasien yang datang untuk berobat
ke tempat praktik dianggap telah memberikan persetujuannya untuk dilakukan
tindakan tindakan rutin seperti pemeriksaan fisik. Akan tetapi, untuk tindakan
yang lebih kompleks biasanya dokter akan memberikan penjelasan terlebih
dahulu untuk mendapatkan kesediaan dari pasien, misalnya kesediaan
untuk dilakukan suntikan.
Ikhwal diperlukannya izin pasien, adalah karena tindakan medik hasilnya
penuh ketidakpastian, tidak dapat diperhitungkan secara matematik, karena
dipengaruhi factor faktor lain diluar kekuasaan dokter, seperti virulensi penyakit,
daya tahan tubuh pasien, stadium penyakit, respon individual, factor genetik,
kualitas obat, kepatuhan pasien dalam mengikuti prosedur dan nasihat dokter,
dll. Selain itu tindakan medik mengandung risiko,    atau bahkan tindakan medik
tertentu selalu diikuti oleh akibat yang tidak menyenangkan.
Risiko baik maupun buruk yang menanggung adalah pasien. Atas dasar
itulah maka persetujuan pasien bagi setiap tindakan medic mutlak diperlukan,
kecuali pasien dalam kondisi emergensi. Mengingat pasien biasanya datang
dalam keadaan yang tidak sehat, diharapkan dokter tidak memberikan informasi
yang dapat mempengaruhi keputusan pasien, karena dalam keadaan tersebut,
pikiran pasien mudah terpengaruh, Selain itu dokter juga harus
dapat menyesuaikan diri dengan tingkat pendidikan pasien, agar pasien bisa
mengerti dan memahami isi pembicaraan. Persetujuan tersebut disebut dengan
Informed Consent. Informed Consent hakikatnya adalah hokum perikatan,
ketentuan perdata akan berlaku dan ini sangat berhubungan dengan
tanggung jawab profesional menyangkut perjanjian perawatan dan perjanjian
terapeutik.
Aspek perdata Informed Consent bila dikaitkan dengan Hukum Perikatan
yang di dalam KUH Perdata BW Pasal 1320 memuat 4 syarat sahnya suatu
perjanjjian yaitu:
a.       Adanya kesepakatan antar pihak, bebas dari paksaan, kekeliruan dan
penipuan.

11
b.      Para pihak cakap untuk membuat perikatan.
c.       Adanya suatu sebab yang halal, yangmdibenarkan, dan tidak dilarang oleh
peraturan perundang undangan serta merupakan sebab yang masuk akal untuk
dipenuhi.
Dari syarat pertama yaitu adanya kesepakatan antara kedua pihak ( antara
petugas kesehatan dan pasien ), maka berarti harus ada informasi keluhan pasien
yang cukup dari kedua belah pihak tersebut. Dari pihak petugas harus mendapat
informasi keluhan pasien sejujurnya, demikian pula dari pihak pasien harus
memperoleh diagnosis dan terapi yang akan dilakukan. Ada beberapa kaidah
yang harus diperhatikan alam menyusun dan memberikan Informed.
Consent agar hukum perikatan ini tidak cacatmhukum, diantaranya
adalah:
a.       Tidak bersifat memperdaya ( Fraud ).
b.      Tidak berupaya menekan ( Force ).
c.       Tidak menciptakan ketakutan ( Fear ).

2.2 Sistematika Etika

Sebagai suatu ilmu maka etika terdiri atas berbagai macam jenis dan ragamnya
antara lain :
a.     Etika deskriptif, yaitu memberikan gambaran dan ilustrasi tentang tingkah laku
manusia ditijau dari nilai baik dan buruk serta hal-hal mana yang boleh
dilakukan sesuai dengan norma etis yang di anut oleh masyarakat.
b.      Etika normatif, yaitu membahas dan mengkaji ukuran baik buruk tindakan
manusia,yang biasanya dikelompokkan menjadi :
1.      Etika umum ; yaitu membahas berbagai hal yang berhubungan dengan kondisi
manusia untuk bertindak etis dalam mengambil kebijakkan berdasarkan teori-teori
dan prinsip-prinsip moral.
2.      Etika khusus ; terdiri dari etika sosial, etika individu dan etika terapan

12
a)      Etika sosial menenkankan tanggung jawab dan hubungan antar sesama manusia
dalam aktifitasnya.
b)      Etika individu lebih menekankan pada kewajiban-kewajiban manusia sebagai pribadi
c)      Etika terapan adalah etika yang diterapkan pada profesi.

Etika deskriptif
Melihat secara kritis rasional sikap dan pola prilaku manusia dan apa yang dicari manusia
dalam hidup ini, berbicara mengenai fakta apa adanya, yaitu mengenai nilai dengan
situasi dan realitas konkrit yang membudaya.Berbicara mengenai kenyataan penghayatan
nilai, tanpa menilai, tentang sikap orang dalam menghadapi hidup ini,dan kondisi-kondisi
yang memungkinkan manusia bertindak etis.

Etika normatif
Berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki
manusia, apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan apa tindakan yang seharusnya
di ambil untuk mencapai apa yang bernilai dalam hidup ini. Berbicara mengenai norma-
norma yang menuntun tingkah laku manusia, serta memberi penilaian dan himbauan pada
manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya.
Perbedaan antara etika deskriptif dan etika normatif
Etika deskriftif memberi fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku
atau sikap yang mau di ambil sedangkan
Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka
tindakkan yang akan diputuskan jadi etika membantu manusia untuk mengambil sikap
dan betindak secara tepat dalam menjalani hidup ini.Etika individual dan etika sosial
Dibagi menjadi banyak bidang-bidang yang aktual saat ini adalah sebagai berikut :
1.      Sikap terhadap sesama
2.      Etika keluarga
3.      etika profesi
4.      Etika politik
5.      Etika lingkungan

13
1. ETIKA UMUM
Pengertian etika umum adalah etika yang berbicara mengenai kondisi-kondisi
dasar bagaimana manusia bertindak secara etis,  bagaimana manusia mengambil
keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang
menjadi  penanganan bagi manusia dan bertindak secara tolak ukur dalam baik
atau buruknya suatu tindakkan, etika umum dapat dianalogkan degan ilmu
pengetahuan dan membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
1. Hati Nurani
Hati Nurani merupakan semacam saksi terhadap perbuatan moral kita.
Hati nurani bisa merupakan penilaian terhadap perbuatan yang telah berlangsung
dimasa lampau (retrospektif).
a.       Faktor internal
b.      Lingkungan
c.       Kebebasan orang lain
d.      Generasi penerus yang akan datang

2. Nilai dan Norma


Nilai merupakan suatu yang baik, suatu yang menarik, sesuatu yang dicari,
sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang disukai, sesuatu yang diinginkan. nilai
mempunyai konotasi yang positif. Nilai mempunyai tiga ciri :
a.       Berkaitan dengan subjek.
b.      Tampilan dalam suatu nilai yang praktis karena subjk ingin membuat sesuatu.
c.       Nilai menyangkut pada sifat yang ditambah oleh subjek pada sifat yang
dimiliki objek.

3. Hak dan Kewajiban


Hak merupakan pengakuan yang dibuat oleh orang atau sekelompok orang
terhadap orang atau sekelompok orang lain. Ada beberapa macam hak antara lain,
hak legal, hak moral, hak individu, hak sosial, hak positif dan hak negatif.

14
Menurut  Jons Stuart Mill bahwa kewajiban meliputi kewajiban sempurna dan
kewajiban tidak sempurna.

4. Amoral dan Immoral


Menurut oxford Dictionary kata amoral dijelaskan sebagai unconcerned
with, out of spereof moral, non moral  yang berarti tidak berhubungan dengan
konteks moral, diluar etis, non moral.

5. Moral dan Agama


Dalam agama kesalahan moral adalah dosa, tetapi sudut filsafat moral,
keslahan moral adalah pelanggaran prinsip etis. Bagi penganut agama, tuhan
adalah jaminan berlakunya tatanan moral.

2. ETIKA SOSIAL PROFESI KEBIDANAN


  Pelayana kebidanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan oleh
layanan kesehatan.Pelayanan kebidana tergantung bagaimana struktur
budaya,masyarakat dan termasuk kondisi sosial ekonomi, sosial demografi.
Para meter sosial demografi dalam playanan kebidanan antara lain: perbaikkan
status gizi bayi, cakupan pertolongan persalinan, menurut angka kematian ibu,
menurunnya angka kelahiran bayi,cakupan penangan kasus beresiko,
meningkatkan cakupan pemeriksaan antenatal.
Bidan sebagai tenaga pemberi jasa pelayanan harus menyiapkan diri untuk
mengentisipasi perubahan kebutuhan masyarakat atau pelayanan
kebidanan.keadilan dalam sumber pelayanan di mulai dari: pemenuhan kebutuhan
klien sesuai, sumber daya pelayanan dalam kebidanan untuk meningkatkan
pelayanan kebidanan,dan keterjangkauan tempat pelayanan.Tingkat ketersediaan
ini merupakan syarat utama untuk terlaksananya pelayanan kebidanan. Sikap
bidan harus tanggap terhadap klien, sesuai dengan kebutuhan klien dan tidak
membedakkan pelayanan kepada siapapun.

15
2.3 Fungsi Etika dan Moralitas dalam Pelayanan Kebidanan

Berikut beberapa fungsi dari etika yang dimiliki oleh seorang bidan :
a. Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya Bidan dan klien
b. Menjaga agar selalu melakukan tindakan  kebaikan dan mencegah tindakan yang
merugikan/membahayakan orang lain
c. Menjaga privasi setiap individu
d. Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan porsinya
e. Dengan etik maka dapat diketahui apa suatu tindakan itu dapat di terima tidak dan
apa alasannya
f. Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam menganalisis suatu
masalah
g. Menghasilkan tindakan yang benar
h. Mendapatkan informasi tentang hal yang sebenarnya
i. Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku/prilaku manusia antara
baik,buruk,benar atau salah sesuai dengan moral yang berlaku pada umumnya
j. Berhubungan dengan pengaturan hal-hal yang bersifat abstrak
k. Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik
l. Mengatur hal-hal yang bersifat praktik
m. Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat maupun tata cara
di dalam organisasi profesi
n. Mengatur sikap,tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya yang
disebut kode etik profesi

16
2.4 Sumber Etika

Pancasila adalah sumber sumber nilai , maka nilai dasar Pancasila dapat dijadikan
sebagai sumber pembentukan norma etika (norma moral) dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa , dan bernegara. Oleh karena itu, nilai pancasila juga
terwujudkan kedalam norma norma moral (etika). Norma norma etika tersebut
selanjutnya dapat igunakan sebagai pendoman atau acuan dalam bersikap dan bertingkah
laku dalam kehidupan berbangs dan negara .
Pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem eika yang baik di
negara ini. Disetiap saat dan dimana saja kita berada kita diwajibkan untuk beretika
disetiap tingkah laku kita. Seperti tercantum disila ke dua “ kemanusian yang adil an
beradab” tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam membangun etika
bangsa ini sangat berandil besar.

2.5 Kode Etik Profesi Bidan

1986 disusun pertama kali


1988 disusun dalam KONAS IBI X Surabaya
1991 disempurnakan dan disahkan dalam KONAS IBI XII di Denpasar Bali

Isi Kode Etik Bidan :


1.      Kewajiban bidan terhadap klien & masyarakat
a)       Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
jabatannyab dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
b)       Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan
martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
c)       Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas
dan tanggung jawab sesuai denan kebutuhan lklien, keluarga, dan masyarakat.
d)       Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien,
menghormati hak klien dan nilai- nilai yang di anut oleh klien.

17
e)       Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan
klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuanyang dimilikinya .
f)        Setiap bidan senantiasa menciptakan siasana yang serasi dalam hubungan
pelaksanaan tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan
derajat kesehatannya secara normal

2.      Kewajiban Bidan terhadap tugasnya 


a)       Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan
masyarakat dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan
klien, keluarga, dan masyarakat.
b)       Setiap bidan berkewajiban memberikan pertolongan sesuai dengan kewenangan
dalam mengambil keputusan termasuk mengadakan konsultasi dan/ atau rujukan.
c)       Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang di dapat dan / atau
dipercayakan kepadanya, kecuali bila di minta oleh pengadilan atau diperluakan
sehubungan dengan kepentingan klien.
3.      Kewajiban bidan terhadap sejawat & tenaga kesehatan lainnya
a)       Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan
suasana kerja yang serasi.
b)       Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap
sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya. 

4.      Kewajiban bidan terhadap profesinya


a)       Setiap bidan wajib menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesi dengan
menampilkan kepribadian yang bermartabat dan membrikan pelayan yang bermutu
kepada masyarakat.
b)       Setiap bidan wajib senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan
profesinya sesuai dengan IPTEK.
c)       Setiap bidn senantiasa serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya yang
dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya. 

18
5.      Kewajiban bidan terhadap diri sendiri
a)       Setiap bidan wajib memelihara kesehatannya agar daoat melaksanakan tugas
profesinya dengan baik.
b)       Setiap bidan wajib mebingkatkan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan
perkembangan IPTEK.
c)       Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan diri.

6.      Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa, bangsa,& tanah air


 Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-
ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan khususnya dalam Yankes Reproduksi,
KB, dan kesehatan Keluarga.
 Setiap bidan melalui profesinya beroartisipasi dan menyumbangkan pemikiran
kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu dan jangkauan Yankesterutama
pelaksanaan KIA/KB dan kesehatan keluarga.

Terwujudnya kode etik:


1.       Memberikan Yankes secara profesional
2.      Tercapainya cita- cita pembangunan nasional di bidang kesehatan pada umumnya
KIA/KB dan kesehatan keluarga pada umumnya.

2.6 Hak, Kewajiban, dan Tanggung Jawab

1.      Definisi hak bidan


Adalah suatu kewenangan yang dimiliki oleh bidan untuk melaksanakan tugasnya
sesuai kode etik yang berlaku di indonesia. (kelompok 1)

2.      Definisi kewajiban dan tanggung jawab bidan

19
Adalah suatu yang harus dipenuhi oleh seorang bidan dalam melaksanakan tugasnya
dengan bertanggungjawab dalam setiap tindakan yang telah dilakukan oleh seorang
bidan tersebut. (kelompok 1)

3.      Definisi kode etik


Merupakan ciri profesi yang bersumber dari nilai -nilai internal dan eksternal suatu
disiplin ilmu & merupakan komprehensif suatu profesi yang memberikan tuntutan
bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi.

Hak Bidan
1.      Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya.
2.      Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap tingkat jenjang
pelayanan kesehatan.
3.      Bidan berhak menolak keinginan pasien/klien dan keluarga yang bertentangan
dengan peraturan perundangan dan kode etik profesi.
4.      Bidan berhak atas privasi dan menuntut apabila nama baiknya dicemarkan baik oleh
pasien, keluarga maupun profesi lain.
5.      Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan
maupun pelatihan.
6.      Bidan berhak memperoleh kesempatan untuk mmingkatkan jenjang karir dan jabatan
yang sesuai.
7.      Bidan berhak mendapat kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.

Kewajiban Bidan dan Tanggungjawab bidan


1.       Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hukum antara
bidan tersebut dengan rumah sakit bersalin dan sarana pelayanan dimana ia bekerja
2.        Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar profesi
dengan menghormati hak-hak pasien
3.       Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang mempunyai
kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien

20
4.       Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk didampingi suami atau
keluarga
5.       Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadah
sesuai dengan keyakinannya
6.       Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien
7.       Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang akan
dilakukan serta risiko yang mungkiri dapat timbul
8.       Bidan wajib meminta persetujuan tertulis (informed consent) atas tindakan yang akan
dilakukan
9.       Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan
10.    Bidan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan menambah ilmu pengetahuannya
melalui pendidikan formal atau non formal
11.    Bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dan pihak yang terkait secra timbal
balik dalam memberikan asuhan kebidanan

Beberapa dari tanggung jawab bidan ini adalah:


1. Menjaga agar pengetahuanya tetap up to data, terus mengembangkan
pengetahuan, keterampilan kemahiranya agar bertambah luas serta mencakup
semua aspek dari peran seorang bidan
2. Mengenali batas-batas pengetahuan, keterampilan pribadinya dan tidak berupaya
melampaui wewenangnya dalam praktek kliniknya.
3. Menerima tanggung jawab untuk mengambil keputusan serta konsekuensi dari
keputusan tersebut.
4. Berkomunikasi dengan pekerja kesehatan profesional lainnya dengan rasa hormat
dan martabat.
5. Memelihara kerjasama yang baik dengan staf kesehatan dan rumah sakit
pendukung untuk memastikan sistem perujukan yang optimal.
6. Kegiatan membantu mutu, yang bisa mencakup penilaian sejawat, pendidikan
yang berkesinambungan, kaji ulang kasus-kasus dan audit maternal/perinatal.

21
7. Bekerja sama dengan masyarakat dimana ia berpraktek meningkatkan akses mutu
asuhan kesehatan.
8. Menjadi bagian dari upaya untuk meningkatkan status wanita serta kondisi hidup
mereka serta menghilangkan praktek-praktek Kultur yang sudah terbukti
merugikan kaum wanita.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah kumpulan asas atau nilai
yang berkenaan dengan akhlak, sedangkan etiket adalah sopan santun. Moral merupakan
nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Hukum berhubungan erat dengan moral. Hukum
membutuhkan moral, hukum tidak mempunyai arti, kalau tidak dijiwai oleh moralitas.
Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan issue utama di berbaai tempat, dimana
sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap
etika. Pelayanan kebidanan adalah proses dari berbagai dimensi.
Hal tersebut membutuhkan bidan yang mampu menyatu dengan ibu dan
keluarganya. Screening antenatal, pelayanan intrapartum, perawatan intensive pada
neonatal, dan pengakhiran yang profesional dan akuntabilitas serta aspek legal dalam
pelayanan kebidanan kode etik profesi bidan merupakan suatu pedoman dalam tata cara
dan keselarasan dalam pelaksanaan pelayanan profesional bidan.

3.2 Saran

Melalui makalah ini, penulis berharap agar para bidan maupun calon bidan
menjalankan profesionalitas pekerjaannya sesuai kode etik kebidanan, antara lain
menjunjung tinggi martabat dan citra profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan
para anggota, meningkatkan pengabdian para anggoa profesi, dan meningkatkan mutu
profesi.

23
DAFTAR PUSTAKA

UMTAS E-Jurnal. “ Gambara mahasiswa tingkat ii tentang etika bidan “.


https://journal.umtas.ac.id/index.php/bimtas/article/download/488/280/1690. Diakses pada
Kamis, 14 Januari 2021.

Muhsakir, 08 Maret 2013. “ Prinsip Etika Bidan dan Moralitas “.


http://muhsakirmsg.blogspot.com/2013/03/makalah-prinsip-etika-dan-moralitas_8482.html?m=1.
Diakses pada Kamis, 14 Januari 2021.

Unknown, 26 Oktober 2010. “ Prinsip Etika dan Moralitas dalam Pelayanan Kebidanan “.
https://bidanshop.blogspot.com/2010/10/prinsip-etika-dan-moralitas-dalam.html. Diakses pada
Kamis, 14 Januari 2021.

Yayuk Sugiarti, Mei 2015. “ Etika dalam Kebidanan “.


http://yayuksugiarti27.blogspot.com/2015/05/etika-dalam-kebidanan.html. Diakses pada Kamis,
14 Januari 2021.

24

Anda mungkin juga menyukai