DOSEN PENGAMPU :
Rosmadewi, S.Pd., SST., M.Kes
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1 REGULER 1
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “PRINSIP ETIKA DAN MORALITAS
KEBIDANAN ”.
Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu sehingga makalah
ini dapat terselaisaikan tepat pada waktunya.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................2
1.3 Tujuan .......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Etika, Etiket, Moral, Hukum....................................................................3
2.1.1 Etika..................................................................................................................3
2.1.2 Etiket.................................................................................................................3
2.1.3 Moral.................................................................................................................5
2.1.4 Hukum...............................................................................................................6
2.2 Sistematika Etika.........................................................................................................12
2.3 Fungsi Etika dan Moralitas dalam Pelayanan Kebidanan...........................................16
2.4 Sumber Etika...............................................................................................................17
2.5 Kode Etik Profesi Bidan..............................................................................................17
2.6 Hak, Kewajiban, dan Tanggung Jawab.......................................................................19
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................................23
3.2 Saran...........................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Etika
2.1.2 Etiket
1. Adalah ajaran sopan santun yang berlaku bila manusia bergaul atau berkelompok
dengan manusia lain.
2. Berkaitan dengan nilai sopan santun, tata krama dalam pergaulan formal.
3. Etiket tidak berlaku bila seorang manusia hidup sendiri misalnya hidup di
sebuah pulau terpencil atau di tengah hutan.
3
4. Etiket berasal kata dari Etiquette (Perancis) yang berarti dari awal suatu kartu
undangan yang biasanya dipergunakan semasa raja-raja di Perancis mengadakan
pertemuan resmi, pesta dan resepsi un¬tuk kalangan para elite kerajaan atau
bangsawan. Dalam pertemuan tersebut telah ditentukan atau disepakati berbagai
peraturan atau tata krama yang harus dipatuhi, seperti cara berpakaian (tata
busana), cara duduk, cara bersalaman, cara berbicara, dan cara bertamu dengan
si kap serta perilaku yang penuh sopan santun dalam pergaulan formal atau
resmi.
5. Definisi etiket, menurut para pakar ada beberapa pengertian, yaitu merupakan
kumpulan tata cara dan sikap baik dalam pergaulan antar manusia yang beradab.
Pendapat lain mengatakan bahwa etiket adalah tata aturan sopan santun yang
disetujui oleh masyarakat ter¬tentu dan menjadi norma serta panutan dalam
bertingkah laku sebagai anggota masyarakat yang baik dan menyenangkan.
4
3. Etiket hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja
Etika
1. Etika tidak terbatas pada cara melakukan sebuah perbuatan, etika member norma
tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah apakah sebuah
perbuatan boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
2. Etika selalu berlaku walaupun tidak ada orang lain.
3. Etika jauh lebih absolut. Perintah seperti “jangan berbohong”, “jangan mencuri”
merupakan prinsip etika yang tidak dapat ditawar-tawar.
2.1.3 Moral
Kata moral berasal dari bahasa latin mos (jamak:mores), yang berarti
kebiasaan atau adat. Kata mores dipakai oleh banyak bahasa masih dalam arti yang
sama, termasuk bahasa indonesia. Dalam kamus besar bahasa indonesia[1], “moral”
dijelaskan dengan membedakan tiga arti: “1) (ajaran tt) baik buruk yg diterima
umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dsb; akhlak; budi pekerti; susila 2)
kondisi mental yg membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin,
dsb; isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap dl perbuatan 3) ajaran
kesusilaan yg dapat ditarik dari suatu cerita.”
Fungsi etika dan moralitas dalam pelayanan kebidanan
1. Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya Bidan dan Klien.
2. Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah tindakan yg
merugikan/membahayakan orang lain.
3. Menjaga privacy setiap individu.
4. Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan porsinya
5. Dengan etik kita mengatahui apakah suatu tindakan itu dapat diterima dan apa
alasannya.
6. Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam menganalisis
suatu masalah
7. Menghasilkan tindakan yg benar
5
8. Mendapatkan informasi tenfang hal yg sebenarnya
9. Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku/perilaku manusia antara baik,
buruk, benar atau salah sesuai dengan moral yg berlaku pada umumnya.
10. Berhubungan dengans pengaturan hal-hal yg bersifat abstrak.
11. Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik
12. Mengatur hal-hal yang bersifat praktik
13. Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat maupun tata
cara di dalam organisasi profesi
14. Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya yg
biasa disebut kode etik profesi.
2.1.4 Hukum
Adalah keseluruhan asas dan aturan tentang perbuatan manusia yang di
tetapkan atau di akui oleh otoritas tinggi .
6
4. Yurisprudensi
5. Doktrin ( pendapat pakar )
7
Hak asasi manusian yang berhubungan dengan kesehatan manusia
dimulai dari tiga hak asasi,yaitu :
a. The right to health care ( Hak untuk mendapat pelanyanan kesehatan )
b. The right to self dateminartion ( hak untuk menentukan nasib sendiri )
c. The righ toinformation ( Hak untuk mendapat informasi )
8
dilandasi kemampuan berfikir logis dan sitematis serta bertindak sesuai standar
profesi dan etika profesi.
Praktek kebidanan merupakan inti dari berbagai kegiatan bidan
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus-menerus ditingkatkan
mutunya melalui:
1. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
2. Pengembangan ilmu dan teknologi dalam kebidanan
3. Akreditasi
4. Sertifikasi
5. Registrasi
6. Uji kompetensi
7. Lisensi
Beberapa dasar dalam otonomi pelayanan kebidanan antara lain sebagai
berikut:
1. Kepmenkes 900/Menkes/SK/VII/2002 tentanng registrasi dan praktik
bidan
2. Standar Pelayanan Kebidanan
3. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
4. PP No 32/ Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
5. Kepmenkes 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang oraganisasi dan tata kerja
Depkes
6. UU No 22/1999 tentang Otonomi daerah
7. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
8. UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung dan transplantasi
9
Bidan dikatakan profesional, mematuhi beberapa criteria sebagai
berikut:
1. Mandiri
2. Peningkatan kompetensi
3. Praktek berdasrkan evidence based
4. Penggunaan berbagai sumber informasi
Masyarakat membutuhkan pelayanan yang aman dan berkualitas,
serta butuh perlindungan sebagai pengguna jasa profesi.
10
e. Aspek Hukum Informed Consent
Pada dasarnya dalam praktik sehari hari, pasien yang datang untuk berobat
ke tempat praktik dianggap telah memberikan persetujuannya untuk dilakukan
tindakan tindakan rutin seperti pemeriksaan fisik. Akan tetapi, untuk tindakan
yang lebih kompleks biasanya dokter akan memberikan penjelasan terlebih
dahulu untuk mendapatkan kesediaan dari pasien, misalnya kesediaan
untuk dilakukan suntikan.
Ikhwal diperlukannya izin pasien, adalah karena tindakan medik hasilnya
penuh ketidakpastian, tidak dapat diperhitungkan secara matematik, karena
dipengaruhi factor faktor lain diluar kekuasaan dokter, seperti virulensi penyakit,
daya tahan tubuh pasien, stadium penyakit, respon individual, factor genetik,
kualitas obat, kepatuhan pasien dalam mengikuti prosedur dan nasihat dokter,
dll. Selain itu tindakan medik mengandung risiko, atau bahkan tindakan medik
tertentu selalu diikuti oleh akibat yang tidak menyenangkan.
Risiko baik maupun buruk yang menanggung adalah pasien. Atas dasar
itulah maka persetujuan pasien bagi setiap tindakan medic mutlak diperlukan,
kecuali pasien dalam kondisi emergensi. Mengingat pasien biasanya datang
dalam keadaan yang tidak sehat, diharapkan dokter tidak memberikan informasi
yang dapat mempengaruhi keputusan pasien, karena dalam keadaan tersebut,
pikiran pasien mudah terpengaruh, Selain itu dokter juga harus
dapat menyesuaikan diri dengan tingkat pendidikan pasien, agar pasien bisa
mengerti dan memahami isi pembicaraan. Persetujuan tersebut disebut dengan
Informed Consent. Informed Consent hakikatnya adalah hokum perikatan,
ketentuan perdata akan berlaku dan ini sangat berhubungan dengan
tanggung jawab profesional menyangkut perjanjian perawatan dan perjanjian
terapeutik.
Aspek perdata Informed Consent bila dikaitkan dengan Hukum Perikatan
yang di dalam KUH Perdata BW Pasal 1320 memuat 4 syarat sahnya suatu
perjanjjian yaitu:
a. Adanya kesepakatan antar pihak, bebas dari paksaan, kekeliruan dan
penipuan.
11
b. Para pihak cakap untuk membuat perikatan.
c. Adanya suatu sebab yang halal, yangmdibenarkan, dan tidak dilarang oleh
peraturan perundang undangan serta merupakan sebab yang masuk akal untuk
dipenuhi.
Dari syarat pertama yaitu adanya kesepakatan antara kedua pihak ( antara
petugas kesehatan dan pasien ), maka berarti harus ada informasi keluhan pasien
yang cukup dari kedua belah pihak tersebut. Dari pihak petugas harus mendapat
informasi keluhan pasien sejujurnya, demikian pula dari pihak pasien harus
memperoleh diagnosis dan terapi yang akan dilakukan. Ada beberapa kaidah
yang harus diperhatikan alam menyusun dan memberikan Informed.
Consent agar hukum perikatan ini tidak cacatmhukum, diantaranya
adalah:
a. Tidak bersifat memperdaya ( Fraud ).
b. Tidak berupaya menekan ( Force ).
c. Tidak menciptakan ketakutan ( Fear ).
Sebagai suatu ilmu maka etika terdiri atas berbagai macam jenis dan ragamnya
antara lain :
a. Etika deskriptif, yaitu memberikan gambaran dan ilustrasi tentang tingkah laku
manusia ditijau dari nilai baik dan buruk serta hal-hal mana yang boleh
dilakukan sesuai dengan norma etis yang di anut oleh masyarakat.
b. Etika normatif, yaitu membahas dan mengkaji ukuran baik buruk tindakan
manusia,yang biasanya dikelompokkan menjadi :
1. Etika umum ; yaitu membahas berbagai hal yang berhubungan dengan kondisi
manusia untuk bertindak etis dalam mengambil kebijakkan berdasarkan teori-teori
dan prinsip-prinsip moral.
2. Etika khusus ; terdiri dari etika sosial, etika individu dan etika terapan
12
a) Etika sosial menenkankan tanggung jawab dan hubungan antar sesama manusia
dalam aktifitasnya.
b) Etika individu lebih menekankan pada kewajiban-kewajiban manusia sebagai pribadi
c) Etika terapan adalah etika yang diterapkan pada profesi.
Etika deskriptif
Melihat secara kritis rasional sikap dan pola prilaku manusia dan apa yang dicari manusia
dalam hidup ini, berbicara mengenai fakta apa adanya, yaitu mengenai nilai dengan
situasi dan realitas konkrit yang membudaya.Berbicara mengenai kenyataan penghayatan
nilai, tanpa menilai, tentang sikap orang dalam menghadapi hidup ini,dan kondisi-kondisi
yang memungkinkan manusia bertindak etis.
Etika normatif
Berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki
manusia, apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan apa tindakan yang seharusnya
di ambil untuk mencapai apa yang bernilai dalam hidup ini. Berbicara mengenai norma-
norma yang menuntun tingkah laku manusia, serta memberi penilaian dan himbauan pada
manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya.
Perbedaan antara etika deskriptif dan etika normatif
Etika deskriftif memberi fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku
atau sikap yang mau di ambil sedangkan
Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka
tindakkan yang akan diputuskan jadi etika membantu manusia untuk mengambil sikap
dan betindak secara tepat dalam menjalani hidup ini.Etika individual dan etika sosial
Dibagi menjadi banyak bidang-bidang yang aktual saat ini adalah sebagai berikut :
1. Sikap terhadap sesama
2. Etika keluarga
3. etika profesi
4. Etika politik
5. Etika lingkungan
13
1. ETIKA UMUM
Pengertian etika umum adalah etika yang berbicara mengenai kondisi-kondisi
dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil
keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang
menjadi penanganan bagi manusia dan bertindak secara tolak ukur dalam baik
atau buruknya suatu tindakkan, etika umum dapat dianalogkan degan ilmu
pengetahuan dan membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
1. Hati Nurani
Hati Nurani merupakan semacam saksi terhadap perbuatan moral kita.
Hati nurani bisa merupakan penilaian terhadap perbuatan yang telah berlangsung
dimasa lampau (retrospektif).
a. Faktor internal
b. Lingkungan
c. Kebebasan orang lain
d. Generasi penerus yang akan datang
14
Menurut Jons Stuart Mill bahwa kewajiban meliputi kewajiban sempurna dan
kewajiban tidak sempurna.
15
2.3 Fungsi Etika dan Moralitas dalam Pelayanan Kebidanan
Berikut beberapa fungsi dari etika yang dimiliki oleh seorang bidan :
a. Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya Bidan dan klien
b. Menjaga agar selalu melakukan tindakan kebaikan dan mencegah tindakan yang
merugikan/membahayakan orang lain
c. Menjaga privasi setiap individu
d. Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan porsinya
e. Dengan etik maka dapat diketahui apa suatu tindakan itu dapat di terima tidak dan
apa alasannya
f. Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam menganalisis suatu
masalah
g. Menghasilkan tindakan yang benar
h. Mendapatkan informasi tentang hal yang sebenarnya
i. Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku/prilaku manusia antara
baik,buruk,benar atau salah sesuai dengan moral yang berlaku pada umumnya
j. Berhubungan dengan pengaturan hal-hal yang bersifat abstrak
k. Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik
l. Mengatur hal-hal yang bersifat praktik
m. Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat maupun tata cara
di dalam organisasi profesi
n. Mengatur sikap,tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya yang
disebut kode etik profesi
16
2.4 Sumber Etika
Pancasila adalah sumber sumber nilai , maka nilai dasar Pancasila dapat dijadikan
sebagai sumber pembentukan norma etika (norma moral) dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa , dan bernegara. Oleh karena itu, nilai pancasila juga
terwujudkan kedalam norma norma moral (etika). Norma norma etika tersebut
selanjutnya dapat igunakan sebagai pendoman atau acuan dalam bersikap dan bertingkah
laku dalam kehidupan berbangs dan negara .
Pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem eika yang baik di
negara ini. Disetiap saat dan dimana saja kita berada kita diwajibkan untuk beretika
disetiap tingkah laku kita. Seperti tercantum disila ke dua “ kemanusian yang adil an
beradab” tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam membangun etika
bangsa ini sangat berandil besar.
17
e) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan
klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuanyang dimilikinya .
f) Setiap bidan senantiasa menciptakan siasana yang serasi dalam hubungan
pelaksanaan tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan
derajat kesehatannya secara normal
18
5. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri
a) Setiap bidan wajib memelihara kesehatannya agar daoat melaksanakan tugas
profesinya dengan baik.
b) Setiap bidan wajib mebingkatkan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan
perkembangan IPTEK.
c) Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan diri.
19
Adalah suatu yang harus dipenuhi oleh seorang bidan dalam melaksanakan tugasnya
dengan bertanggungjawab dalam setiap tindakan yang telah dilakukan oleh seorang
bidan tersebut. (kelompok 1)
Hak Bidan
1. Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya.
2. Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap tingkat jenjang
pelayanan kesehatan.
3. Bidan berhak menolak keinginan pasien/klien dan keluarga yang bertentangan
dengan peraturan perundangan dan kode etik profesi.
4. Bidan berhak atas privasi dan menuntut apabila nama baiknya dicemarkan baik oleh
pasien, keluarga maupun profesi lain.
5. Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan
maupun pelatihan.
6. Bidan berhak memperoleh kesempatan untuk mmingkatkan jenjang karir dan jabatan
yang sesuai.
7. Bidan berhak mendapat kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.
20
4. Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk didampingi suami atau
keluarga
5. Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadah
sesuai dengan keyakinannya
6. Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien
7. Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang akan
dilakukan serta risiko yang mungkiri dapat timbul
8. Bidan wajib meminta persetujuan tertulis (informed consent) atas tindakan yang akan
dilakukan
9. Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan
10. Bidan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan menambah ilmu pengetahuannya
melalui pendidikan formal atau non formal
11. Bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dan pihak yang terkait secra timbal
balik dalam memberikan asuhan kebidanan
21
7. Bekerja sama dengan masyarakat dimana ia berpraktek meningkatkan akses mutu
asuhan kesehatan.
8. Menjadi bagian dari upaya untuk meningkatkan status wanita serta kondisi hidup
mereka serta menghilangkan praktek-praktek Kultur yang sudah terbukti
merugikan kaum wanita.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah kumpulan asas atau nilai
yang berkenaan dengan akhlak, sedangkan etiket adalah sopan santun. Moral merupakan
nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Hukum berhubungan erat dengan moral. Hukum
membutuhkan moral, hukum tidak mempunyai arti, kalau tidak dijiwai oleh moralitas.
Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan issue utama di berbaai tempat, dimana
sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap
etika. Pelayanan kebidanan adalah proses dari berbagai dimensi.
Hal tersebut membutuhkan bidan yang mampu menyatu dengan ibu dan
keluarganya. Screening antenatal, pelayanan intrapartum, perawatan intensive pada
neonatal, dan pengakhiran yang profesional dan akuntabilitas serta aspek legal dalam
pelayanan kebidanan kode etik profesi bidan merupakan suatu pedoman dalam tata cara
dan keselarasan dalam pelaksanaan pelayanan profesional bidan.
3.2 Saran
Melalui makalah ini, penulis berharap agar para bidan maupun calon bidan
menjalankan profesionalitas pekerjaannya sesuai kode etik kebidanan, antara lain
menjunjung tinggi martabat dan citra profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan
para anggota, meningkatkan pengabdian para anggoa profesi, dan meningkatkan mutu
profesi.
23
DAFTAR PUSTAKA
Unknown, 26 Oktober 2010. “ Prinsip Etika dan Moralitas dalam Pelayanan Kebidanan “.
https://bidanshop.blogspot.com/2010/10/prinsip-etika-dan-moralitas-dalam.html. Diakses pada
Kamis, 14 Januari 2021.
24