Anda di halaman 1dari 33

LIMA BENANG MERAH DALAM

ASUHAN PERSALINAN NORMAL


Disusun oleh :
1. Adella dwi lestari
2. Adella sal salsadila
3. Anita nadya febriani
4. Andita ayu
5. Fhanny maininda
6. Lisnaeni
7. Reza maharani Saputri
8. Veranika putri sakti
Ada lima aspek dasar atau lima benang merah yang penting dan saling terkait
dalam asuhan persalinan yang aman dan bersih. Berbagai aspek tersebut
melekat pada setiap persalinan, baik normal maupun patologis. Lima benang
merah tersebut adalah :
1. Aspek PKK ( Clincal Decisiong making )
2. Aspek sayang ibu dan sayang bayi
3. Aspek Pencegahan infeksi
4. Aspek Pencacatan( Dokumentasi )
5. Aspek Rujukan

Lima benang merah ini akan selalu berlaku dalam penatalaksanaan persalinan,
mulai dari kala satu hingga kala empat termasuk penatalaksanaan bayi baru
lahir.
Tujuan:
1. Memahami langkah-langkah pengambilan keputusan klinik
2. Menjelaskan asuhan sayang ibu dan bayi
3. Menjelaskan prinsip dan praktik pencegahan infeksi
4. Menjelaskan manfaat dan cara pencacatan medic asuhan
persalinan
5. Menjelaskan hal-hal penting dalam melakukan rujukan
1.Aspek PKK ( Clinical Decision Making )

Membuat keputusan merupakan proses yang menentukan


untuk menyelesaikan masalah dan memnentukan asuhan
yang diperlukan oleh pasien.
Keputusan itu harus akurat, komprehensif dam aman, baik
bagi pasien dan keluarganya maupun petugas yang
mmeberikan pertolongan.
Tujuh langkah dalam membuat keputusan klinik:
1. Pengumpulan data utama dan relevan untuk membuat keputusan
2. Menginterpretasikan data dan mengidentifikasi masalah
3. Membuat diagnosis atau menentukan masalah yang terjadi/dihadapi
4. Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk mengatasi
masalah
5. Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensi untuk solusi masalah
6. Melaksanakan asuhan/intervensi terpilih
7. Memantau dan mengevaluasi efektifitas asuhan atau intervensi
TUIUAN DALAM MEMBUAT KEPUTUSAN KLINIK
1) Pengumpulan data
Data utama (misalnya, riwayat persalinan),
data subyektif yang diperoleh dari anamnesis (misalnya, keluhan
pasien),
data obyektif dari pemeriksaan fisik (misalnya, tekanan darah)
diperoleh melalui serangkaian upaya sistematik dan terfokus.
Validitas dan akurasi data akan sangat membatu pemberi
pelayanan untuk melakukan analisis dan pada akhirnya, membuat
keputusan klinik yang tepat.
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara:
1. Anamnesis dan observasi langsung : Berbicara dengan ibu,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai kondisi ibu dan
mencatat riwayatnya. Mengamati perilaku ibu dan apakah ibu
terlihat sehat atau sakit, merasa nyaman atau nyeri.
2. Pemeriksaan fisik: inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi
3. Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan laboratorium, USG,
Rontgen, dsb.
4. Catatan medic
2) Interpretasi data untuk mendukung diagnosis atau
identifikasi masalah

Setelah data dikumpulkan, penolong persalinan melakukan


analisis untuk mendukung alur algoritma diagnosis.
Peralihan dari analisis data menuju pada pembuatan diagnosis
bukanlah suatu proses yang linier (berada pada suatu garis
lurus) melainkan suatu proses sirkuler (melingkar) yang
berlangsung terus-menerus.
Untuk membuat diagnosis dan identifikasi masalah, diperlukan:
1. Data yang lengkap dan akurat
2. Kemampuan untuk menginterpretasi/analisis data
3. Pengetahuan esensial, intuisi dan pengalaman yang relevan
dengan masalah yang ada

Contoh:
Diagnosis: G2P1A0, hamil 37 minggu, ketuban pecah dini 2 jam
Masalah : kehamilan yang tidak diinginkan atau takut untuk
menghadapi persalinan
3) Menetapkan diagnose kerja atau merumuskan masalah

Bagian ini dianalogikan dengan proses membuat diagnosis kerja


setelah mengembangkan berbagai kemungkinan diagnosis lain
(diagnosis banding).
Rumusan masalah mungkin saja terkait langsung maupun tidak
langsung terhadap diagnosis tetapi dapat pula merupakan masalah
utama yang saling terkait dengan beberapa masalah penyerta atau
faktor lain yang berkontribusi dalam terjadinya masalah utama
4) Menilai adanya kebutuhan dan kesiap intervensi untuk
menghadapi masalah

Petugas kesehatan di lini depan seperti bidan di desa, tidak


hanya diharapkan terampil untuk membuat diagnosis bagi
pasien atau klien yang dilayaninya tetapi juga harus mampu
mendeteksi setiap situasi yang dapat mengancam keselamatan
jiwa ibu dan bayinya.
5) Menyusun rencana asuhan atau intervensi

Rencana asuhan atau intervensi bagi ibu bersalin dikembangkan melalui


kajian data yang telah diperoleh, identifikasi kebutuhan atau kesiapan
asuhan dan intervensi, dan mengukur sumberdaya atau kemampuan yang
dimiliki.

Hal ini dilakukan untuk membuat ibu bersalin dapat ditangani secara baik
dan melindunginya dari berbagai masalah atau penyulit potensial dapat
mengganggu kualitas pelayanan, kenyamanan ibu ataupun mengancam
keselamatan ibu dan bayi.
6) Melaksanakan asuhan

Setelah membuat rencana asuhan, laksanakan rencana tersebut secara tepat


waktu dan aman. Hal ini akan menghindarkan terjadinya penyulit dan
memastikan bahwa ibu dan/atau bayinya yang baru lahir akan menerima asuhan
atau perawatan yang mereka butuhkan.
Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang beberapa intervensi yang dapat dijadikan
pilihan untuk kondisi yang sesuai dengan apa yang sedang dihadapi sehingga
mereka dapat membuat pilihan yang baik dan benar.
Pada beberapa keadaan, penolong sering dihadapkan pada pilihan yang sulit
karena ibu dan keluarga meminta penolong yang menentukan intervensi yang
terbaik bagi mereka dan hal ini memerlukan upaya dan pengertian lebih agar ibu
dan keluarga mengerti bahwa hal ini terkait dengan hak klien dan kewajiban
petugas untuk memperoleh hasil terbaik
7) Memantau dan mengevaluasi efektifitas asuhan atau intervensi solusi

Penatalaksanaan yang telah dikerjakan kemudian dievaluasi untuk menilai


efektivitasnya.
Tentukan apakah perlu di kaji ulang atau diteruskan sesuai dengan rencana
kebutuhan saat itu. Proses pengumpulan data, membuat diagnosis, memilih
intervensi, menilai kemampuan sendiri, melaksanakan asuhan atau intervensi
dan evaluasi adalah proses sirkuler (melingkar). Lanjutkan evaluasi asuhan
yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir.
2. ASPEK SAYANG IBU & SAYANG BAYI

 Aspek sayang ibu adalah asuhan yang menghargai


budaya, kepercayaan dan keinginan ibu.

 Cara yang paling mudah membayangkan mengenai


asuhan sayang ibu adalah menanyakan pada diri kita
sendiri.
 Beberapa prinsip dasar asuhan ibu adalah dengan mengikut
sertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan
kelahiran bayi.
 Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa jika para ibu
diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan dan
kelahiran bayi serta mengetahui dengan baik mengenai
proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima,
mereka akan mendapatkan rasa aman dan hasil yang lebih baik
(enkin, et al, 2000).
3.ASPEK PENCEGAHAN INFEKSI
1)Tujuan pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan kesehatan
Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak tepisah dari komponen-komponen lain
dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi.
Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi
ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan
lainnya dengan mengurangi infeksi karena bakteri, virus dan jamur.
Dilakukan pula upaya untuk menurunkan resiko penularan penyakit-
penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan pengobatannya seperti
hepatitis dan HIV AIDS.
2)Definisi tindakan – tindakan dalam pencegahan infeksi

a. Asepsis ( teknik aseptik )


” Semua usaha mencegah masuknya mikroorganisme ke tubuh yang berpotensi
untuk menimbulkan infeksi dengan cara mengurangi atau menghilangkan
sejumlah mikroorganisme pada kulit, jaringan, dan benda mati ( alat ). ”
b. Antisepsis
” Pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh dengan menggunakan larutan
antiseptik misalnya yodium ( 1-3% ), alkohol ( 60-90% ), hibiclon, savlon, dan
betadine. ”
c. Dekontaminasi
” Tindakan untuk memastikan bahwa petugas kesehatan dapat menangani
secara aman berbagai benda yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh. ”
d. Mencuci dan membilas
” Tindakan – tindakan untuk menghilangkan semua cemaran darah, cairan
tubuh atau benda asing misalnya debu, kotoran dari kulit atau instrumen atau
peralatan. ”
e. Desinfeksi
” Tindakan untuk menghilangkan hampir semua atau sebagian besar
mikroorganisme dari benda mati. ”
f. Desinfeksi Tingkat Tinggi ( DTT )
” Tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme ( kecuali beberapa
bakteri
endospora ) pada benda mati atau instrumen. ”
g. Sterilisasi
” Tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme termasuk endospora
bakteri pada benda mati atau instrumen. ”
3)Prinsip – prinsip penangan infeksi
a. setiap orang (ibu, BBL, penolang persalinan) harus dianggap dapat
menularkan penyakit karena infeksi dapat bersifat asimptomatik.
b. Setiap orang harus dianggap terkena infeksi
c. Permukaan benda disekitar kita, perawatan dan benda-benda lainnya yang
akan dan telah bersentuhan dengan permukaan kulit yang lecet harus
diaanggap terkontaminasi
d. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah
diproses harus dianggap masih terkontaminasi
e. Tindakan PI harus dilaksanakan yang benar dan konsisten
4)Tindakan-tindakan pencegahan infeksi

a. Cuci tangan dengan benar


b. Memakai sarung tangan
c. Memakai APD ( alat pelindung diri ) seperti kaca mata pelindung, masker
wajah, penutup kepala, celemek, dan sepatu boots.
d. Menggunakan teknik antisepsis
e. Memproses alat bekas pakai
f. Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan termasuk pengelolaan sampah
secara benar
5)Pertimbangan-pertimbangan mengenai PI di institusi
Terjadi di rumah, klinik bersalin swasta, polindes atau puskesmas.
Berikut beberapa perubahan dan pemikiran tindakan-tindakan PI dalam
beberapa situasi tertentu.
1. Cuci tangan
2. Sarung tangan
3. Pelindung pribadi (kacamata)
4. Teknik aseptic (dtt)
5. Penganganan peralatan tajam secara aman (menggunakan botol plastic
tertutup dan wadah)
6. Pembuangan sampah (kantong plastic atau tembikar)
4.ASPEK PENCATATAN (Dokumentasi)
Pencatatan (pendokumentasian) adalah bagian penting dari proses membuat
keputusan klinik karena memungkinkan penolong persalinan untuk terus
menerus memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan
kelahiran bayi.
Partograf adalah bagian terpenting dari proses pencatatan selama
persalinan.
Mengkaji ulang catatan memungkinkan untuk menganalisa data yang telah
dikumpulkan dan dapat lebih efektif dalam merumuskan suatu diagnosis dan
membuat rencana asuhan atau perawatan bagi ibu atau bayinya.
Pencatatan rutin adalah penting karena :
1. Sebagai alat bantu untuk membuat keputusan klinik dan
mengevaluasi kesesuaian dan keefektifan asuhan atau perawatan,
mengidentifikasi kesenjangan pada asuhan yang diberikan dan
untuk membuat perubahan dan peningkatan pada rencana asuhan
atau perawatan
2. Sebagai tolak ukur keberhasilan dalam proses membuat
keputusan klinik
3. Sebagai catatan permanen tentang asuhan, perawatan dan obat
yang diberikan
4. Dapat dibagikan di antara para penolong persalinan sehingga lebih dari satu
penolong persalinan akan memberikan perhatian dan asuhan pada ibu atau
bayi baru lahir
5. Dapat mempermudah kelangsungan asuhan dari satu kunjungan ke
kunjungan berikutnya, dari satu penolong persalinan ke penolong persalinan
lainnya, atau dari seorang penolong persalinan ke fasilitas kesehatan lainnya.
6. Dapat digunakan untuk penelitian atau studi kasus
7. Diperlukan untuk memberi masukan data statistik nasional dan daerah,
termasuk catatan kematian dan kesakitan ibu atau bayi baru lahir
Aspek-aspek penting dalam pencacatan termasuk :

a. Tanggal dan waktu asuhan diberikan


b. Identifikasi penolong persalinan
c. Paraf atau tanda tangan ( dari penolong persalinan ) pada semua catatan
d. Mencakup informasi yang berkaitan secara tepat, dicatat dengan jelas dan
dapat dibaca
e. Suatu sistem untuk memelihara catatan pasien sehingga selalu siap tersedia
f. Kerahasiaan dokumen – dokumen medis
5.ASPEK RUJUKAN

Rujukan diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru
lahir. Syarat bagi keberhasilan upaya penyelamatan yaitu kesiapan untuk merujuk bayi dan
atau bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu (jika penyulit
terjadi).
Setiap penolong persalinan harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan yang mampu untuk
melaksanakan kasus kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir seperti :
a. Pembedahan termasuk bedah sesar
b. Transfusi darah
c. Persalinan mengggunakan ekstraksi vakum atau cunam
d. Pemberian antibiotik intravena
e. Resusitasi bayi baru lahir dan asuhan lanjutan bagi bayi baru lahir
Adapun yang wajib untuk diketahui oleh setiap penolong
persalinan, antara lain :
a. Informasi tentang pelayanan yang tersedia di tempat rujukan
b. Ketersediaan pelayanan purna waktu
c. Biaya pelayanan
d. Waktu dan jarak tempuh ke tempat rujukan
Ada beberapa persiapan – persiapan dan informasi yang harus
dimasukkan dalam rencana rujukan, antara lain :
a. Siapa yang akan menemani ibu atau bayi baru lahir
b. Tempat – tempat rujukan mana yang lebih disukai ibu dan
keluarga ?( jika ada lebih dari satu kemungkinan tempat rujukan,
pilih tempat rujukan yang paling sesuai berdasarkan jenis asuhan
yang diperlukan )
c. Sarana transportasi yang akan digunakan dan siapa yang akan
mengendarainya.( ingat bahwa transportasi harus tersedia segera,
baik siang maupun malam kapan pun waktunya)
d. Orang yang ditunjuk menjadi donor darah, jika transfusi darah
diperlukan
e. Uang yang disisihkan untuk asuhan medis, transportasi, obat –
obatan dan bahan – bahan
f. Siapa yang akan tinggal dan menemani anak – anak yang lain
pada saat ibu tidak di rumah

Dari beberapa persiapan – persiapan dan informasi yang harus


dimasukkan dalam rencana rujukan, untuk memudahkan bagi
penolong untuk mengingat hal – hal penting tersebut maka terdapat
singkatan BAKSOKUP ataupun BAKSOKUDA.yang dimana
artinya :
B : BIDAN
A : ALAT
K : KELUARGA
S : SURAT
O : OBAT
K : KENDARAAN
U : UANG
P : PAKAIAN
D : DARAH
A : DOA
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai