Anda di halaman 1dari 7

ETIKA DAN KODE ETIK KEBIDANAN

A. ISTILAH DALAM ETIK

1. Legislasi (Lieberman, 1970). Ketetapan hukum yang mengatur hak dan kewajiban seseorang yang
berhubungan erat dengan tindakan.
2. Lisensi: Pemberian izin praktek sebelum diperkenankan melakukan pekerjaan yang tealh
ditetapkan. Tujuannya untuk membatasi pemberian kewenangan dan untuk meyakinkan klien.
3. Deontologi/Tugas: keputusan yang diambil berdasarkan keterikatan/berhubungan dengan tugas.
Dalam pengambilan keputusan, perhatian utama pada tugas
4. Hak: Keputusan berdasarkan hak seseorang yang tidak dapat diganggu. Hak berbeda dengan
keinginan, kebutuhan dan kepuasan
5. Instusionist: keputusan diambil berdasarkan pengkajian dari dilemma etik dari kasus per kasus.
Dalam teori ini ada beberapa kewajiban dan peraturan yang sama pentingnya.
6. Beneficience: Keputusan yang diambil harus selalu menguntungkan klien.
7. Mal-eficience:
8. Malpraktek/Lalai:
a. Gagal melakukan tugas/kewajiban kepada klien.
b. Tidak melaksanakan tugas sesuai dengan standar
c. Melakukan tindakan yang mencederai klien
d. Klien cidera karena kegagalan melaksanakan tupc
9. Mal Praktek terjadi karena:
a. Ceroboh
b. Lupa
c. Gagal mengkomunikasi

Page 1 of 7
B. CONTOH MASALAH ETIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN HUKUM
Bidan sebagai petugas kesehatan sering berhadapan dengan masalah etik yang berhubungan dengan
hukum. Sering masalah dapat diselesaikan dengan hukum, tetapi belum tentu dapat diselesaikan
berdasarkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai etik. Banyak hal yang bisa membawa seorang bidan
berhadapan dengan masalah etik.

Contoh Kasus:
Di sebuah desa terpencil seorang ibu yang mengalami pendarahan postpartum setelah melahirkan
bayinya yang pertama di rumah. Ibu tersebut menolak untuk diberikan suntikan uterotonika. Bila
ditinjau dari hak pasien atas keputusan yang menyangkut dirinya maka bidan bisa saja tidak
memberika suntikan karena kemauan pasien. Tetapi bidan akan berhadapan dengan masalah yang
lebih rumit bila terjadi perdarahan hebat dan harus diupayakan pertolongan untuk merujuk pasien,
dan yang lebih fatal lagi bila pasien akhirnya meninggal karena perdarahan. Dalam hal ini bidan bisa
dikatakan tidak melaksanakan tugasnya dengan baik. Walaupun bidan harus memaksa pasiennya
untuk disuntik mungkin itulah keputusan yang terbaik yang harus ia lakukan (deontology).

Contoh Lain:
Seorang Bidan praktek mandiri memberikan vitamin secara rutin hanya karena ingin mencapai bonus
yang dijanjikan oleh perusahaan obat (Mal-eficience). Dalam kasus ini bidan telah memanfaatkan
pasiennya sebagai obyek untuk memperoleh keuntungan bagi dirinya sendiri.

C. KEWAJIBAN DALAM PEKERJAAN


Sangat jelas bahwa kewajiban harus mendapat pengakuan hukum. Bidan dalam melaksanakan peran
dan fungsinya wajib memberikan asuhan kepada semua pasiennya (ibu dan bayi), termasuk orang lain
yang secara langsung juga memberikan asuhan kepada pasien tersebut misalnya orang tua/keluarga
pasien.

Kewajiban bidan antara lain:


1. Memberikan informasi kepada klien dan keluarganya.
2. Memberikan penjelasan tentang resiko tertentu yang mungkin terjadi dalam memberikan asuhan
atau prosedur kebidanan.

Kewajiban ini telah diatur dalam PP 32 tentang tenaga kesehatan yang merupakan pedoman yang
harus dipergunakan oleh tenaga kesehatan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesinya secara
baik, juga dalam kode etik maupun standar profesi yang disusun oleh profesi.

Page 2 of 7
D. BEBERAPA PERMASALAHAN PEMBAHASAN ETIK DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
1. Persetujuan dalam proses melahirkan
2. Memilih/mengambil keputusan dalam persalinan.
3. Kegagalan dalam proses persalinan misalnya pemberian epidural anestesi
4. Pelaksanaan USG dalam kehamilan
5. Konsep normal pelayanan kebidanan
6. Bidan dan Pendidikan sex

E. MASALAH ETIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKNOLOGI


1. Perawatan intensif pada bayi
2. Skrening terhadap bayi
3. Tranplantasi bayi
4. Teknik reproduksi dan kebidanan

F. ETIK DAN PROFESI


1. Pengambilan keputusan dan penggunaan Kode Etik
2. Otonomi bidan dan Kode Etik Profesional
3. Etik dalam penelitian kebidanan
4. Penelitian tentang masalah kebidanan yang sensitive.

G. ETIK, ISSUE DAN DILEMA


1. Agama/kepercayaan
2. Hubungan dengan pasien
3. Hubungan dokter dengan bidan
4. Kebenaran
5. Pengambilan keputusan
6. Pengambilan data
7. Kematian yang tenang
8. Kerahasiaan
9. Aborsi
10. AIDS
11. In-vitro fertilization

Page 3 of 7
H. BEBERAPA PEDOMAN ETIK KEBIDANAN
1. Kode Etik Profesi Sejak zaman sebelum Masehi dunia kedokteran sudah mengenal kode etik yang
digunakan untuk melaksanakan praktik kedokteran pada zaman itu. Kode etik merupakan suatu
kesepakatan yang diterima dan dianut bersama (kelompok tradisional) sebagai tuntutan dalam
melakukan praktik, kode etik ini disusun oleh profesi berdasarkan keyakinan dan kesadaran
proffesional serta tanggung jawab yang berakar pada kekuatan moral dan kemampuan manusia
2. Dimensi Kode Etik
a. Anggota profesi dan klien/pasien
b. Anggota profesi dan sistem kesehatan
c. Anggota profesi dan profesi kesehatan
d. Sesama anggota profesi
kode etik kebidanan merupakan suatu pernyataan komprehensif profesi yang memberikan
tuntunan bagi bidan untuk melaksanakan praktik kebidanan, baik yang berhubungan dengan
klien/pasien, keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya sendiri
3. Prinsip Kode Etik
a. Menghargai otonomi
b. Melakukakan tindakan yang benar
c. Mencegah tindakan yang dapat merugikan
d. Memperlakukan manusia secara adil
e. Menjelaskan dengan benar
f. Menepati janji yang telah disepakati
g. Menjaga kerahasiaan

I. PENGERTIAN HUKUM
 Hukum adalah himpunan petunjuk atas kaidah/norma yang telah mengatur tata tertib di dalam
suatu masyarakat, oleh karena itu harus ditaati oleh masyarakat yang bersangkutan. Hukum adalah
aturan di dalam masyarakat tertentu. Hukum dilihat dari isinya terdiri dari norma atau kaidah
tentang apa yang boleh dilakukan dan tidak, dilarang atau diperbolehkan.
 Hubungan hukum perundang-undangan dan hukum yang berlaku dengan tenaga kesehatan: Klien
sebagai penerima jasa kesehatan mempunyai hubungan timbal balik dengan tenaga kesehatan
yang dalam hal ini adalah pemberi jasa. Hubungan timbal balik ini mempunyai dasar hukum yang
merupakan peraturan pemerintah. Klien sebagai penerima jasa kesehatan dan tenaga kesehatan
sebagai pemberi jasa sama-sama mempunyai hak dan kewajiban.

Page 4 of 7
J. STANDAR ASUHAN
 Standar asuhan juga sangat penting untuk menentukan apakah seseorang telah melanggar
kewajibannya dalam menjalankan tugasnya. Misalnya: seorang bian melakukan pertolongan
persalinan dengan ekstraksi vacuum pada bayi dengan presentasi kepala yang masih tinggi di
sebuah RB yang masih termasuk wilayah DKI. Dalam kasus ini bidan tersebut dikatakan melanggar
tugasnya karena hal itu sudah diatur dalam permenkes No. 900 th 2002, dimana dalam salah satu
butir peraturannya mengatakan bahwa bidan hanya diperbolehkan melakukan ekstraksi vacuum
pada posisi kepala sudah didasar panggul dan tidak memungkinkan melakukan rujukan.
 Banyak sekali dimensi etika yang berhubungan dengan keputusan dalam pelayanan kebidanan.
Misal: prinsip pengkajian berdasarkan peraturan yang berlaku sehingga dalam pengambilan
keputusan kita perlu menguraikan perbedaan konsekuensi untuk melihat validasi peraturan tidak
menjadi terlalu spesifik

K. BIDAN SEBAGAI TENAGA PROFESIONAL


1. Peran Bidan profesional
a. Pelaksana
b. pengelola
c. Pendidik
d. Peneliti
2. Pelayanan Profesional
a. Berlandaskan sikap dan kemampuan profesional
b. Ditujukan untuk kepentingan yang menerima
c. Serasi dengan pandangan dan keyakinan profesi
d. Memberikan perlindungan bagi anggota profesi
3. Perilaku Profesional
a. Bertindak sesuai dengan keahliannya dan didukung oleh pengetahuan dan pengalaman serta
ketrampilan yang tinggi.
b. Bermoral tinggi.
c. Berlaku jujur, baik kepada orang lain maupun kepada diri sendiri.
d. Tidak melakukan tindakan coba-coba yang tidak didukung ilmu
e. Pengetahuan, profesinya
f. Tidak memberikan janji yang berlebihan
g. Tidak melakukan tindakan yang semata-mata didorong oleh pertimbangan komersial
h. Memegang teguh etika profesi
i. Mengenal batas-batas kemampuan
j. Menyadari ketentuan hukum yang membatasi gerakannya

Page 5 of 7
L. PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG ETIS
1. Ciri keputusan yang etis:
a. mempunyai pertimbangan tentang apa yang benar dan apa yang salah.
b. sering menyangkut pilihan yang sukar
c. tidak mungkin dielakkan
d. Dipengaruhi oleh norma-norma, situasi, iman, tabiat dan lingkungan sosial
2. Situasi:
Mengapa kita perlu mengerti situasi?
a. - Untuk menerapkan norma-norma terhadap situasi
- Untuk melakukan perbuatan yang tepat dan berguna
- Untuk mengetahui masalah-masalah yang perlu diperhatikan
b. Kesulitan-kesulitan dalam mengerti situasi
- kerumitan situasi dan keterbatasan pengetahuan kita
- Pengertian kita terhadap situasi sering dipengaruhi oleh
- Kepentingan, prasangka dan faktor-faktor subyektif yang lain
c. bagaimana kita memperbaiki pengertian kita tentang situasi?
- Melakukan penyelidikan yang memadai
- Menggunakan sarana ilmiah dan keterangan para ahli
- Memperluas pandangan tentang situasi
- Kepekaan terhadap pekerjaan
- Kepekaan terhadap kebutuhan orang lain
3. Moral:
Moral adalah keyakinan individu bahwa sesuatu adalah mutlak, baik atau buruk walaupun situasi
berbeda.

M. BIDAN DAN RAHASIA JABATAN

Kerahasiaan merupakan satu prinsip penting dalam tugas tiap tenaga kesehatan, termasuk bidan.
Kedudukan bidan di dalam sistem pelayanan kesehatan tidak saja sebagai pemberi asuhan kebidanan, akan
tetapi sering pula bidan menjadi semacam “biechtvader” (tumpuan permasalahan) dari klien maupun
keluarganya.

Page 6 of 7
N. KERAHASIAAN DAN PRIVACY

Ada dua hal yang hampir sama yang harus dibedakan yaitu kerahasiaan dan privacy, sebagai berikut,
contoh di bawah ini menunjukan bahwa dalam kehidupan sehari-hari (dalam situasi dinas) kerahasiaan dan
privacy sering dilanggar, walaupun contoh kasus ini sangat jarang terjadi.

Bidan C melakukan pemeriksaan antenatal pada kunjungan pertama. Klien menceritakan bahwa ia pernah
menggugurkan kandungannya pada waktu yang lalu, tetapi tidak diketahui suaminya, dan ia meminta
kepada bidan C agar tidak memberitahukan hal ini kepada suaminya.
*Kemudian terjadilah peristiwa sebagai berikut:
1. Bidan A memberitahukan hal tersebut kepada suami wanita tersebut tanpa disengaja, Bidan dianggap
melanggar kerahasiaan
2. Adalagi Bidan B membaca catatan perihal bidan C dari catatan yang ada di file bidan C pada pergantian
dinas, termasuk melanggar kerahasiaan
3. Bidan B kemudian meninggalkan file Bidan C di meja sehingga suami bidan C membuka dan membaca
catatan B, Bidan B juga dianggap melanggar privacy bidan C.
4. Bila Kejadian di atas terjadi, Bidan A dan B sebenarnya tidak dapat dipersalahkan walaupun telah
melanggar kerahasiaan dan privacy bidan C.

Page 7 of 7

Anda mungkin juga menyukai