Anda di halaman 1dari 16

Alifiah Nabilah Indry

Allisya Salma
HUBUNGAN STANDAR PRAKTIK Chatarina Mahmudah
KEBIDANAN DENGAN HUKUM Fitri Handayani
PERUNDANG-UNDANGAN Mitha Aulia
Rasnah Jumiati
Reni
Standar adalah spesifikasi dari fungsi atau
tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu sarana
Pengertian pelayanan agar pemakai jasa pelayanan
Standar dapat memperoleh keuntungan maksimal
dari pelayanan yang diselenggarakan.
(Rowland and Rowland, 1983)
Standar praktik kebidanan adalah uraian pernyataan
tentang tingkat kinerja yang diinginkan, sehingga kualitas
Definisi struktur, proses dan hasil dapat dinilai. Standar asuhan
Standar Praktik & kebidanan berarti pernyataan kualitas yang diinginkan dan
Hukum Perundangan dapat dinilai dengan pemberian asuhan kebidanan terhadap
pasien/klien. Hubungan antara kualitas dan standar menjadi
dua hal yang saling terkait erat, karena malelui standar dapat
dikuantifikasi sebagai bukti pelayanan meningkat dan
memburuk 
Hukum perundangan adalah himpunan petunjuk
atas kaidah atau norma yang mengatur tata tertib
didalam suatu masyarakat, oleh karena itu harus
Hukum ditaati oleh masyarakat yang bersangkutan. Hukum
perundangan dilihat dari isinya terdiri dari norma
Perundangan atau kaidah tentang apa yang boleh dilakukan dan
apa yang tidak, apa yang dilarang atau apa yang
diperbolehkan.
 Standar I : Metode Asuhan, Asuhan kebidanan dilaksanakan
dengan metode manajemen kebidanan dengan langkah:
pengumpulan data dan analisis data, penentuan diagnosa
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi
 Standar II: Pengkajian Data tentang status kesehatan klien
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Data yang
diperoleh dicatat dan dianalisis.
Standar praktik
 Standar III : Diagnosa Kebidanan , Diagnosa kebidanan
bidan di dirumuskan berdasarkan analisis data yang telah dikumpulan.
indonesia  Standar IV : Rencana Asuhan
Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosa
kebidanan.
 Standar V: Tindakan , Tindakan kebidanan dilaksanakan
berdasarkan rencana dan perkembangan keadaan klien: tindakan
kebidanan dilanjutkan dengan evaluasi keadaan klien.
 Standar VI : Partisipasi Klien ,Tindakan kebidanan dilaksanakan
bersama-sama/partisipasi klien dan keluarga dalam rangka
peningkatan pemeliharaan dan pemulihan kesehatan.
Lanjutan  Standar VII :Pengawasan , Monitor/pengawasan terhadap klien
dilaksanakan secara terus menerus dengan tujuan untuk
standar praktik mengetahui perkembangan klien.

bidan di  Standar VIII :Evaluasi , Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan


terus menerus seiring dengan tindak kebidanan yang
indonesia dilaksanakan dan evaluasi dari rencana yang telah dirumuskan.
 Standar IX : DokumentasiAsuhan kebidanan didokumentasikan
sesuai dengan standar dokumentasi asuhan kebidanan yang
diberikan.
 Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari
ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk
dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya,
untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya.
 Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan
kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan
menyeluruh dimasyarakat dalam rangka untuk meningkatkan
kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan
9 kompetensi kesiapan menjadi orang tua.
bidan  Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk
mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi:
deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.
 Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap
kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin selama
persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi
kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan
wanita dan bayinya yang baru lahir.
 Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan mneyusui yang
bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.
 Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif
pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan.
 Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif
pada bayi dan balita sehat (1-5 tahun).
Lanjutan  Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komperhensif
pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya
setempat.
 Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan
gangguan sistem reproduksi.
 UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan Bab II
(Tugas Pemerintah), pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa
pemerintah mengatur kedudukan hukum, wewenang dan
kesanggupan hukum.
Hukum  UU No. 6 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan
perundangan  UU Kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang Wajib Kerja Paramedis.
di indonesia  SK Menkes No. 262/Per/VII/1979 tahun 1979 Membedakan
paramedis menjadi dua golongan yaitu paramedis keperawatan
(temasuk bidan) dan paramedis non keperawatan.
 No. 363/Menkes/Per/XX/1980 tahun 1980 Pemerintah membuat
suatu pernyataan yang jelas perbedaan antara tenaga
keperawaan dan bidan.
Hukum  UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Merupakan UU yang banyak
perundangan memberi kesempatan bagi perkembangan termasuk praktik
keperawatan professional
di indonesia  Pasal 1 Ayat 4
 Sarana Kesehatan adalah tempat yang dipergunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.
 Dalam Keputusan Menteri ini yang dimaksud dengan : Perawat
adalah orang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam
maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
 Surat Izin Perawat selanjutnya disebut SIP adalah bukti tertulis
pemberian kewenangan untuk menjalankan pekerjaan keperawatan
BAB I di seluruh Indonesia (garis bawah saya).

Ketentuan  Surat Ijin Kerja selanjutnya disebut SIK adalah bukti tertulis untuk
menjalankan pekerjaan keperawatan di seluruh wilayah Indonesia
Umum Pasal 1: (garis bawah saya).
 Pasal 82 ayat (1a) Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan :“barang siapa yang tanpa keahlian dan kewenagan
dengan sengaja : melakukan pengobatan dan atau peraywatan
sebagaimana dimaksud pasal 32 ayat (4), dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak
Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).” perorangan/berkelompok
1. Perawat dapat melaksanakan praktek keperawatan pada sarana
pelayanan kesehatan, praktek perorangan/atau berkelompok.
BAB III 2. Perawat yang melaksanakan praktek keperawatan pada sarana
Perizinan, pelayanan kesehatan harus memiliki SIK (garis bawah saya).
3. Perawat yang melakukan praktek perorangan/berkelompok harus
Pasal 8 memiliki SIPP (garis bawah saya).
Hubungan Standar Profesi  Hubungan hukum perundang-undangan dan hokum yang berlaku
dan Hukum Perundangan di dengan tenaga kesehatan adalah: Klien sebagai penerima jasa
Indonesia
kesehatan mempunyai hubungan timbal balik dengan tenaga
kesehatan yang dalam hal ini adalah pemberi jasa.
 Bidan berhak mendapat perlindungan hokum
dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
profesinya
 Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan
standar profesi pada setiap timgkat jenjang
Hak Bidan pelayanan kesehatan
 Bidan berhak menolak keinginan pasien/klien
dan keluarga yang bertentangan dengan
peraturan perundangan, dan kode etik profesi.
 Bidan berhak atas privasi/kerahasiaan dan
menuntut apabila nama baiknya dicemarkan
baik oleh pasien, keluarga maupun profesi lain
 Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan
hubungan hokum antara bidan tersebut dengan rumah sakit
bersalin dan sarana pelayanan dimana ia bekerja.
 Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai
dengan standar profesi dengan menghormati hak-hak pasien.
 Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang
Kewajiban bidan: mempunyai kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan
pasien.
 Bidan wajib member kesempatan kepada pasien untuk
didampingi suami atau keluarga.
 Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinannya.
 Pasien berhak memperoleh informasi lengkap dari dokter yang
memeriksanya berkaitan dengan diagnosis, pengobatan dan
prognosis dalam arti pasien layak untuk mengerti masalah yang
dihadapinya.
 Pasien berhak untuk menerima informasi penting dan
memberikan suatu persetujuan tentang dimulainya suatu
Hak pasien prosedur pengobatan, serta resiko penting yang kemungkinan
akan dialaminya, kecuali dalam situasi darurat.
 Pasien berhak untuk menolak pengobatan sejauh diizinkan oleh
hukum dan diinformasikan tentang konsekuensi tindakan yang
akan diterimanya.

Anda mungkin juga menyukai