Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Strategi Intervensi Keluarga

Istilah promosi kesehatan dalam ilmu pendidikan kesehatan masyarakat memiliki


dua pengertian pokok, yaitu pengertian promosi kesehatan yang pertama ialah sebagai
bagian dari pencegahan penyakit atau upaya untuk memberikan perlindungan diri dari
penyakit sebagai upaya pencegahannya. Sehingga dalam konteks pengertian promosi
kesehatan yang pertama ini dapat dikatakan bahwa segala upaya yang berkaitan dengan
peningkatan kesehatan. Kemudian promosi kesehatan dalam ilmu pendidikan kesehatan
masyarakat yang kedua dapat diartikan sebagai segala usaha memasarkan,
menyebarluaskan, atau menjual kesehatan Dengan kata lain segala usaha promosi kesehatan
yang dilakuka digunakan untuk menyebarluaskan, menjual atau memperkenalkan pesan-
pesan kesehatan kepada masyarakat, dengan tujuan untuk merubah perilaku, sikap dan
tindakan untuk berperilaku hidup sehat. Perubahan pendidikan kesehatan menjadi promosi
kesehatan dalam perubahan ini memiliki dampak terhadap batasan maupun definisinya
(Notoatmodjo, 2010).

Apabila sebelumnya pendidikan kesehatan lebih berorientasi terhadap perubahan


perilaku saja sesuai dengan norma-norma kesehatan, maka dalam konteks perubahan
menjadi promosi kesehatan tidak hanya fokus 10 terhadap upaya perubahan perilaku.
Namun, juga fokus terhadap perubahan lingkungan yang memfasilitasi perubahan perilaku
tersebut. Di samping itu promosi kesehatan lebih menekankan kepada kemampuan untuk
hidup sehat bukan sekedar berperilaku hidup sehat saja. Kemudian Lawrence Green
mendefinisikan promosi kesehatan sebagai bentuk kombinasi pendidikan kesehatan yang
terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi yang dirancang untuk memudahkan
perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Dari definisi ini dapat
disimpulkan bahwa promosi kesehatan merupakan tujuan untuk menciptakan suatu keadaan,
yaitu perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan (Notoatmodjo, 2010).
Visi dan Misi dalam Promosi Kesehatan Visi umum promosi kesehatan tidak
terlepas dari Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 maupun misi WHO yakni
meningkatnya kemampuan masyarakat di dalam promosi kesehatan merupakan sebuah
harapan ataupun cita-cita terhadap suatu program yang akan dijalankan agar memiliki tujuan
dan arah yang jelas dalam pelaksanaannya. Sehingga masyarakat dapat meningkatkan
kemampuannya dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya, baik fisik, mental,
sosial maupun secara ekonomi. untuk dapat mencapai visi tersebut yaitu masyarakat yang
mau dan mampu untuk meningkatkan kesehatannya, perlu adanya usaha maupun upaya-
upaya yang harus dilakukan (Notoatmodjo, 2012).

Misi promosi kesehatan secara umum terdapat tiga hal sebagai berikut:

1. Advokat (advocate) yaitu merupakan sebuah kegiatan advokasi terhadap petinggi


maupun pengambil keputusan diberbagai program maupun sektor, dengan maksud agar
program kesehatan yang ditawarkan dipercayai maupun mendapat dukungan melalui
kebijakankebijakan maupun keputusan politik.
Promosi kesehatan memiliki misi untuk menjalin kemitraan dengan berbagai
program maupun sektor, yaitu antara sektor kesehatan dengan yang lain sebagai mitra.
Dengan kata lain promosi kesehatan merupakan perekat kemitraan dibidang pelayanan
kesehatan, kemitran disini memiliki konteks yang sangat penting dalam menjalankan
program dan masalah kesehatan yang begitu kompleks danluas. Kondisi politik,
ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, perilaku dan faktor biologis dapat memengaruhi
kesehatan seseorang. Promosi kesehatan berupaya untuk mengubah kondisi tersebut
sehingga menjadi kondusif untuk kesehatan masyarakat melalui advokasi. Kegiatan
advokasi ini tidak hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan, tetapi juga dapat
dilakukan oleh masyarakat sasaran kepada para pemangku kebijakan dari berbagai
tingkat atau sektor terkait dengan kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk
meyakinkan para pemangku kebijakan bahwa program kesehatan yang akan dijalankan
tersebut penting dan membutuhkan dukungan kebijakan atau keputusan dari pejabat
tersebut.
2. Menjembatani (mediate)
Promosi kesehatan juga mempunyai misi sebagai mediator atau menjembatani
antara sektor kesehatan dengan sektor yang lain sebagai mitra. Hal ini dikarenakan faktor
yang mempengaruhi kesehatan tidak hanya menjadi tanggung jawab sektor kesehatan
saja. Promosi kesehatan membutuhkan upaya bersama dari semua pihak baik dari
pemerintah, sektor kesehatan, sektor ekonomi, lembaga nonprofit, industri, danmedia.
Dengan kata lain promosi kesehatan merupakan perekat kemitraan di bidang pelayanan
kesehatan. Kemitraan sangat penting sebab tanpa kemitraan sektor kesehatan tidak akan
mampu menangani masalah kesehatan yang begitu kompleks dan luas. Promosi kesehatan
di sini bertanggung jawab untuk memediasi berbagai kepentingan berbagai sektor yang
terlibat untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat. Sehingga, strategi dan program
promosi kesehatan harus mempertimbangkan kebutuhan lokal dan memungkinkan
berbagai sektor baik di lingkup regional, nasional maupun international untuk dapat
terlibat di dalamnya.
3. Memampukan (enable)
Memberikan bekal ketrampilan kepada masyarakat agar masyarakat mampu untuk
meningkatkan maupun mempercayai kesehatan masyarakat itu sendiri secara pribadi. Hal
ini dilakukan agar masyarakat mempunyai kemampuan dan kemauan yang mandiri dalam
hal kesehatan masyarakat tesebut, termasuk dalam hal memelihara maupun meningkatkan
kesehatan diri masingmasing untuk dapat mewujudkan visi dan misi yang efektif dan
efisien, diperlukan cara danpendekatan yang strategis agar visi dan misi promosi
kesehatan dapat berhasil sesuai dengan target dan tujuanannya (Notoatmodjo, 2010).
Promosi kesehatan berfokus pada keadilan dan pemerataan sumber daya kesehatan
untuk semua lapisan masyarakat. Hal ini mencakup memastikan setiap orang di masyarakat
memiliki lingkungan yang kondusif untuk berperilaku sehat, memiliki akses pada informasi
yang dibutuhkan untuk kesehatannya, dan memiliki keterampilan dalam membuat keputusan
yang dapat meningkatkan status kesehatan mereka. Prinsip promosi kesehatan di sini adalah
masyarakat mampu untuk memiliki kontrol terhadap determinan yang dapat memengaruhi
kesehatan mereka. Sesuai dengan visi promosi kesehatan yaitu mau dan mampu memelihara
serta meningkatkan kesehatannya, promosi kesehatan mempunyai misi utama untuk
memampukan masyarakat. Hal ini berarti, dalam kegiatan promosi kesehatan harus dapat
memberikan keterampilan-keterampilan kepada masyarakat agar mereka mampu mandiri di
bidang kesehatan baik secara langsung atau melalui tokohtokoh masyarakat. Telah diketahui
bersama bahwa kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor dari luar kesehatan, seperti sosial,
pendidikan, ekonomi, dan sebagainya. Oleh sebab itu, keterampilan masyarakat di bidang
ekonomi (pertanian, peternakan, perkebunan), pendidikan dan sosial lainnya juga perlu
dikembangkan melalui promosi kesehatan dalam rangka memberdayakan masyarakat di
bidang kesehatan.

1. Proses Kelompok
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah belajar dari
pengelaman sebelumnya, selain dari faktor pendidikan/ pengetahuan individu, media
massa, televisi, penyuluhan yang dilakukan oleh pettugas kesehatan, dan sebagainya.
Begitu juga dengan masalah kesehatan lingkungan sekitar masyarakat, tentunya
gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat memengaruhi
upaya penanganan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika masyarakat
sadar bahwa penanganan yang bersifat individual tidak akan mampu mencegah, apalagi
memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan pendekatan pemecahan
masalah kesehatan menggunakan proses kelompok.
Proses kelompok adalah suatu bentuk rencana/intervensi keperawatan komunitas
yang dilakukan dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat (melalui pembentukan
peer atau social support berdasarkan kondisi dan kebutuhan masyarakat). Perawat
komunitas dapat membentuk kelompok baru atau bekerja sama dengan kelompok yang
telah ada (Stanhope & Lancester, 2016). Proses kelompok ini dilakukan dengan
membentuk kelompok dari-oleh-untuk masyarakat yang memperhatikan kesehatan di
wilayahnya sehingga dapat secara mandiri mengatasi beberapa masalah yang muncul di
masyarakat. Sebagai suatu intevensi, Kelompok bisa menjadi cost efficient treatment
dengan hasil terapeutik yang positif (Synder & Lindquist, 2009). Pengaruh positif strategi
intervensi dengan proses kelompok yaitu:
1) Membangun harapan ketika kelompok menyadari bahwa ada orang lain yang telah
menghadapi atau berhasil menyelesaikan masalah yang sama.
2) Universalitas, dengan menyadari bahwa dirinya tidak sendiri menghadapi masalah
yang sama
3) Berbagi informasi
4) Altruisme dan saling membantu
5) Koreksi berantai atau berurutan, hubungan yang pararel terjadi dalamkelompok dan
dalam keluarga
6) Pengembangna teknik sosialisasi
7) Perilaku imiatif dari pemimpin kelompok
8) Katarsis, ketika anggota belajar untuk mengekspresikan perasaan secara tepat
9) Faktor-faktor eksistensial ketika anggota kelompok menyadari bahwa hidup kadang
tidak adil dan setiap orang harus bertanggung jawab atas cara hidup yang telah
ditempuh (Yalona, 1983; dalam Hitchock, Schubert & Thomas, 1999).
2. Health Promotion

Istilah promosi kesehatan dalam ilmu pendidikan kesehatan masyarakat memiliki


dua pengertian pokok, yaitu pengertian promosi kesehatan yang pertama ialah sebagai
bagian dari pencegahan penyakit atau upaya untuk memberikan perlindungan diri dari
penyakit sebagai upaya pencegahannya. Sehingga dalam konteks pengertian promosi
kesehatan yang pertama ini dapat dikatakan bahwa segala upaya yang berkaitan dengan
peningkatan kesehatan. Kemudian promosi kesehatan dalam ilmu pendidikan kesehatan
masyarakat yang kedua dapat diartikan sebagai segala usaha memasarkan,
menyebarluaskan, atau menjual kesehatan Dengan kata lain segala usaha promosi
kesehatan yang dilakuka digunakan untuk menyebarluaskan, menjual atau
memperkenalkan pesan-pesan kesehatan kepada masyarakat, dengan tujuan untuk
merubah perilaku, sikap dan tindakan untuk berperilaku hidup sehat. Perubahan
pendidikan kesehatan menjadi promosi kesehatan dalam perubahan ini memiliki dampak
terhadap batasan maupun definisinya (Notoatmodjo, 2010).

Apabila sebelumnya pendidikan kesehatan lebih berorientasi terhadap perubahan


perilaku saja sesuai dengan norma-norma kesehatan, maka dalam konteks perubahan
menjadi promosi kesehatan tidak hanya fokus 10 terhadap upaya perubahan perilaku.
Namun, juga fokus terhadap perubahan lingkungan yang memfasilitasi perubahan
perilaku tersebut. Di samping itu promosi kesehatan lebih menekankan kepada
kemampuan untuk hidup sehat bukan sekedar berperilaku hidup sehat saja. Kemudian
Lawrence Green mendefinisikan promosi kesehatan sebagai bentuk kombinasi
pendidikan kesehatan yang terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi yang
dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi
kesehatan. Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan merupakan
tujuan untuk menciptakan suatu keadaan, yaitu perilaku dan lingkungan yang kondusif
bagi kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

Visi dan Misi dalam Promosi Kesehatan Visi umum promosi kesehatan tidak
terlepas dari Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 maupun misi WHO yakni
meningkatnya kemampuan masyarakat di dalam promosi kesehatan merupakan sebuah
harapan ataupun cita-cita terhadap suatu program yang akan dijalankan agar memiliki
tujuan dan arah yang jelas dalam pelaksanaannya. Sehingga masyarakat dapat
meningkatkan kemampuannya dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya, baik
fisik, mental, sosial maupun secara ekonomi. untuk dapat mencapai visi tersebut yaitu
masyarakat yang mau dan mampu untuk meningkatkan kesehatannya, perlu adanya usaha
maupun upaya-upaya yang harus dilakukan (Notoatmodjo, 2012).

Misi promosi kesehatan secara umum terdapat tiga hal sebagai berikut:

1. Advokat (advocate) yaitu merupakan sebuah kegiatan advokasi terhadap petinggi


maupun pengambil keputusan diberbagai program maupun sektor, dengan maksud
agar program kesehatan yang ditawarkan dipercayai maupun mendapat dukungan
melalui kebijakankebijakan maupun keputusan politik.
Promosi kesehatan memiliki misi untuk menjalin kemitraan dengan berbagai
program maupun sektor, yaitu antara sektor kesehatan dengan yang lain sebagai
mitra. Dengan kata lain promosi kesehatan merupakan perekat kemitraan dibidang
pelayanan kesehatan, kemitran disini memiliki konteks yang sangat penting dalam
menjalankan program dan masalah kesehatan yang begitu kompleks danluas. Kondisi
politik, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, perilaku dan faktor biologis dapat
memengaruhi kesehatan seseorang. Promosi kesehatan berupaya untuk mengubah
kondisi tersebut sehingga menjadi kondusif untuk kesehatan masyarakat melalui
advokasi. Kegiatan advokasi ini tidak hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan,
tetapi juga dapat dilakukan oleh masyarakat sasaran kepada para pemangku kebijakan
dari berbagai tingkat atau sektor terkait dengan kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah
untuk meyakinkan para pemangku kebijakan bahwa program kesehatan yang akan
dijalankan tersebut penting dan membutuhkan dukungan kebijakan atau keputusan
dari pejabat tersebut.
2. Menjembatani (mediate)
Promosi kesehatan juga mempunyai misi sebagai mediator atau menjembatani
antara sektor kesehatan dengan sektor yang lain sebagai mitra. Hal ini dikarenakan
faktor yang mempengaruhi kesehatan tidak hanya menjadi tanggung jawab sektor
kesehatan saja. Promosi kesehatan membutuhkan upaya bersama dari semua pihak
baik dari pemerintah, sektor kesehatan, sektor ekonomi, lembaga nonprofit, industri,
danmedia. Dengan kata lain promosi kesehatan merupakan perekat kemitraan di
bidang pelayanan kesehatan. Kemitraan sangat penting sebab tanpa kemitraan sektor
kesehatan tidak akan mampu menangani masalah kesehatan yang begitu kompleks
dan luas. Promosi kesehatan di sini bertanggung jawab untuk memediasi berbagai
kepentingan berbagai sektor yang terlibat untuk meningkatkan status kesehatan
masyarakat. Sehingga, strategi dan program promosi kesehatan harus
mempertimbangkan kebutuhan lokal dan memungkinkan berbagai sektor baik di
lingkup regional, nasional maupun international untuk dapat terlibat di dalamnya.
3. Memampukan (enable)
Memberikan bekal ketrampilan kepada masyarakat agar masyarakat mampu
untuk meningkatkan maupun mempercayai kesehatan masyarakat itu sendiri secara
pribadi. Hal ini dilakukan agar masyarakat mempunyai kemampuan dan kemauan
yang mandiri dalam hal kesehatan masyarakat tesebut, termasuk dalam hal
memelihara maupun meningkatkan kesehatan diri masingmasing untuk dapat
mewujudkan visi dan misi yang efektif dan efisien, diperlukan cara danpendekatan
yang strategis agar visi dan misi promosi kesehatan dapat berhasil sesuai dengan
target dan tujuanannya (Notoatmodjo, 2010).
Promosi kesehatan berfokus pada keadilan dan pemerataan sumber daya
kesehatan untuk semua lapisan masyarakat. Hal ini mencakup memastikan setiap
orang di masyarakat memiliki lingkungan yang kondusif untuk berperilaku sehat,
memiliki akses pada informasi yang dibutuhkan untuk kesehatannya, dan memiliki
keterampilan dalam membuat keputusan yang dapat meningkatkan status kesehatan
mereka. Prinsip promosi kesehatan di sini adalah masyarakat mampu untuk memiliki
kontrol terhadap determinan yang dapat memengaruhi kesehatan mereka. Sesuai
dengan visi promosi kesehatan yaitu mau dan mampu memelihara serta meningkatkan
kesehatannya, promosi kesehatan mempunyai misi utama untuk memampukan
masyarakat. Hal ini berarti, dalam kegiatan promosi kesehatan harus dapat
memberikan keterampilan-keterampilan kepada masyarakat agar mereka mampu
mandiri di bidang kesehatan baik secara langsung atau melalui tokohtokoh
masyarakat. Telah diketahui bersama bahwa kesehatan dipengaruhi oleh banyak
faktor dari luar kesehatan, seperti sosial, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya. Oleh
sebab itu, keterampilan masyarakat di bidang ekonomi (pertanian, peternakan,
perkebunan), pendidikan dan sosial lainnya juga perlu dikembangkan melalui
promosi kesehatan dalam rangka memberdayakan masyarakat di bidang kesehatan.
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana
perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi/ teori dari seseorang ke orang
lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adnya
kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Tujuan utama
pendidikan kesehatan adalah agar seorang mampu:
a. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri;
b. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap maslaahnya, dengan
sumberdaya yang ada pada mereka dan di tambah dengan dukungan dari luar
c. Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna, untuk meningkatkan taraf hidup sehat
dan kesejahteraan masyarakat.

Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No.


23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu “meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan ; baik fisik, mental, dan sosialnya ;
sehingga produktif secara ekonomi maupun secara social.

Berbagai bentuk dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut:


1) Diseminasi Informasi
Salah satu bentuk dari desiminasi informasi adalah pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan dalam rangka upaya promotif dan
preventif dengan melakukan penyebaran informasi dan meningkatkan motipasi
masyarakat untuk berperilaku sehat (Stanhope & Lancaster, 2016). Pendidikan
kesehatan umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan, dan mengurangi
ketidakmampuan dan merupakan upaya untuk mengaktualisasikan potensi kesehatan
individu, keluraga, komunitas, dan masyarakat. Desiminasi informasi bertujuan
mengubah sikap, keyakinan dan perilaku masyarakat melalui pemberian informasi
serta memunculkan kesadaran bahwa suatu masalah yang timbul dapat diatasi.
Contohnya pemasangan informasi, pemberitaan via televisi tentang upaya
menghentikan kebiasaan merokok; pembuatan brosur untuk kontrol berat badan,
memasukkan artikel tentang kebugaran di surat kabar.
2) Pengkajian dan Penilaian
Mendorong seseorang agar mengurangi faktor resiko dan mengadopsi gaya hiduo
sehat. Contohnya melakukan penilaian terhadap resiko kesehatan (memperkirakan
resiko penyakit berdasarkan riwayat medis, pemeriksaan fisik dan lain-lain),
mengadakan lomba atau kompetensi penampilan sesuai indikator sehat.
3) Modifikasi gaya hidup (Life Style Modification)
Membantu klien untuk bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri dan
membuat perubahan perilaku yang sesuai untuk meningkatkan kualitas hidup. Faktor-
faktor yang harus dipertimbangkan dalam memodifikasi gaya hidup diantaranya
adalah perubahan situasi, tersedianya pengetahuan & keterampilan untuk
melaksanakan dan meneruskan perubahan, hasil yang akan diperoleh dari perilaku
baru, serta adanya dukungan fisik & sosial untuk merubah perilaku
4) Penataan lingkungan (Envirionmental Restructuring)
Kegiatan ini mencakup kegiatan penyediaan atau penataan faktor pendukung
untuk mengoptimalkan kualitas lingkungan dan peningkatan perilaku. Lingkungan
yang ditata mencakup lingkungan fisik, Sosial dan ekonomi misalnya mengatur
kenyamanan & keamanan fisik, menghindarkan terjadi pencemaran air minum,
menciptakan keterpaduan kelompok, dan menetapkan penyediaan koperasi.
Menurut Notoatmodjo (2012) Adapun tahapan strategi promosi kesehatan yang harus
dilakukan dalam mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan. Strategi promosi kesehatan
merupakan langkah teknik ataupun cara yang harus dilakukan untuk dapat mencapai atau
mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan, dengan mengacu pada rumusan Organisasi
Kesehatan Dunia WHO yang merumuskan strategi promosi kesehatan secara global terdiri
dari 3 hal pokok,yaitu sebagai berikut:
a. Advokasi (Advocacy)
Advokasi merupakan strategi yang digunakan untuk dapat meyakinkan orang lain, yang
digunakan untuk mendukung dan membantu mewujudkan tujuan dari program yang akan
dijalankan sesuai dengan yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan ini,
advokasi digunakan sebagai pendekatan terhadap para pembuat keputusan penentu
kebijakan diberbagai sektor maupun diberbagai
b. Bina Suasana /Dukungan Sosial (Social Support)

c. Bina suasana adalah upaya


menciptakan opini atau
lingkungan sosial yang
d. mendorong individu
anggota masyarakat untuk
mau melakukan perilaku
yang
e. diperkenalkan.Seseorang
akan terdorong untuk mau
melakukan sesuatu apabila
f. lingkungan sosial di mana
pun ia berada (keluarga di
rumah, orang-orang yang
g. menjadi panutan/idolanya,
kelompok arisan, majelis
agama, dan lain-lain, dan
h. bahkan masyarakat umum)
memiliki opini yang positif
terhadap perilaku tersebut.
i.Bina suasana adalah upaya
menciptakan opini atau
lingkungan sosial yang
j.mendorong individu
anggota masyarakat untuk
mau melakukan perilaku
yang
k. diperkenalkan.Seseorang
akan terdorong untuk mau
melakukan sesuatu apabila
l.lingkungan sosial di mana
pun ia berada (keluarga di
rumah, orang-orang yang
m.menjadi panutan/idolanya,
kelompok arisan, majelis
agama, dan lain-lain, dan
n. bahkan masyarakat umum)
memiliki opini yang positif
terhadap perilaku tersebut.
Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang
mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang
diperkenalkan. Seseorang aka terdorong ntuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan
sosial dimanapun ia berada (keluarga dirumah, orang-orang yang menadi
panutan/idolnya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain dan bahkan masyrakat
umum) memiliki opini yang positif terhadapan perilaku tersebut.
Strategi dukungan sosial ini merupakan suatu kegiatan untuk mencari dukungan
sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat, yaitu tokoh masyarakat formal maupun informal.
Tujuan dari kegiatan ini ialah untuk menjembatani antara sektor kesehatan sebagai
pelaksana program-program kesehatan kepada masyarakat, dengan harapan agar
masyarakat bersedia untuk menerima maupun berpartisipasi terhadap program kesehatan
yang disosialisasikan. Strategi ini dapat di artikan sebagai upaya bina suasana atau
membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk dari dukungan sosial ini
antara lain pelatihan-pelatihan tokoh masyarakat, seminar, lokakarya, bimbingan
terhadap tokoh masyarakat dan sebagainya. Sasaran utama dari dukungan sosial atau bina
suasana ini ialah para tokoh masyarakat di berbagai tingkat.
Strategi bina suasana perlu ditetapkan untuk menciptakan norma-norma dan
kondisi/situasi kondusif di masyarakat dalam mendukung PHBS. Bina suasana
dilakukan melalui 3 pendekatan, yaitu :
1) Pendekatan Individu
Bina Suasana Individu ditujukan kepada individu-individu tokoh masyarakat.
Dengan pendekatan ini diharapkan
a) Dapat menyebarluaskan opini yang positif terhadap perilaku yang
sedang diperkenalkan.
b) Dapat menjadi individu-individu panutan dalam hal perilaku yang
sedang diperkenalkan.Yaitu dengan bersedia atau mau mempraktikkan
perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut (misalnya seorang pemuka
agama yang rajin melaksanakan 3 M yaitu Menguras, Menutup dan
Mengubur demi mencegah munculnya wabah demam berdarah).
c) Dapat diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan turut
menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yang kondusif
bagi perubahan perilaku individu.
2) Pendekatan Kelompok
Bina Suasana Kelompok ditujukan kepada kelompok-kelompok dalam
masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun Warga
(RW), Majelis Pengajian, Perkumpulan Seni, Organisasi Profesi, Orga-nisasi
Wanita, Organisasi Siswa/Mahasiswa, Organisasi Pemuda, dan lain-lain.
Pendekatan ini dapat dilakukan oleh dan atau bersama-sama dengan
pemuka/tokoh masyarakat yang telah peduli. Dengan pendekatan ini
diharapkan kelompok-kelompok tersebut menjadi peduli terhadap perilaku
yang sedang diperkenalkan dan menyetujui atau mendukungnya. Bentuk
dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut bersedia juga mempraktikkan
perilaku yang sedang diperkenalkan,  mengadvokasi pihak-pihak yang terkait
dan melakukan kontrol sosial terhadap individu-individu anggotanya.
3) Pendekatan Masyarakat Umum
Bina Suasana Masyarakat Umum dilakukan terhadap masyarakat
umum dengan membina dan memanfaatkan media-media komunikasi, seperti
radio, televisi, koran, majalah, situs internet, dan lain-lain, sehingga dapat
tercipta pendapat umum yang positif tentang perilaku tersebut.

Dengan pendekatan ini diharapkan :


a) Media-media massa tersebut menjadi peduli dan mendukung perilaku yang
sedang diperkenalkan.
b) Media-media massa tersebut lalu bersedia menjadi mitra dalam rangka
menyebar-luaskan informasi tentang perilaku yang sedang diperkenalkan dan
menciptakan pendapat umum (opini publik) yang positif tentang perilaku
tersebut.
c) Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan dirasakan pula sebagai
pendukung atau “penekan” (social pressure) oleh individu-individu anggota
masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau melaksanakan perilaku yang
sedang diperkenalkan.

d. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)


Pemberdayaan masyarakat merupakan strategi yang ditujukan langsung terhadap
masyarakat dalam upaya-upaya agar masyarakat dalam memperoleh kemampuan dalam
meningkatkan dan memelihara kesehatan mereka sendiri, bentuk dari pemberdayaan ini dapat
diwujudkan dalam berbagai kegiatan seperti penyuluhan, pengorganisasian, serta
pengembangan masyarakat dalam bentuk pelatihan berdagang, beternak, pembentukan
koperasi dan lain sebagainya untuk dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Dengan
meningkatnya kemampuan ekonomi maka berdampak terhadap kemampuan pemeliharaan
kesehatan masyarakat tersebut, misalnya seperti dana kesehatan, pengobatan gratis, kerja
bakti sehat, terbentuknya pos obat desa dan lain sebagainya.
Dari strategi ini, suatu program akan lebih mudah untuk mencapai tujuan visi dan misi
program tersebut yang ditujukan kepada khalayak sasaran dengan menggunakan langkah-
langkah yang terdapat dalam strategi promosi kesehatan tersebut. Yaitu melalui advocacy
(advokasi), social support (dukungan sosial) dan empowerment (pemberdayaan masyarakat).
Kemudian untuk dapat memberikan dukungan lebih baik terhadap program yang akan
dijalankan perlu adanya media yang mendukung agar pesan-pesan dari program yang akan
ditujukan lebih dimengerti masyarakat dan sesuai dengan harapan dari tujuan program
tersebut. 2

3. Kerja Sama (Partner Ship)


Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat jika
tidak di tangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakat luas.
Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan
keperawatan komunitas, melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan
masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.
Kemitraan adalah hubungankerja antara dua pihak atau lebih, berdasarkan
kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan manfaat) untuk
mncapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip dan peran masing-masing
(Depkes, 2006). Partnership atau kemitraan adalah suatu bentuk kerjasama aktif antara
tenaga kesehatan komunitas, masyarakat, maupun lintas sektor dan program. Bentuk
kegiatannya adalah kolaborasi, negoisasi dan sharing dilakukan untuk saling
menguntungkan (Stanhope & Lancaster, 2016).

Dapus

Evi, dkk. (2022). Ilmu Keperawatan Komunitas dan Keluarga. Padang: PT Global Eksekutif
Teknologi.

Notoadmojo, S. (2010) Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2012). Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipt
Stanhope, Lancaster (2016). Public Health Nursing Population-Centered Health Care in the
Community,

Anda mungkin juga menyukai