Anda di halaman 1dari 15

3.

PENGERTIAN PROMOSI KESEHATAN


Green dan Kreuter (2005) menyatakan bahwa “Promosi kesehatan adalah
kombinasi upaya-upaya pendidikan, kebijakan (politik), peraturan, dan organisasi
untuk mendukung kegiatan-kegiatan dan kondisi-kondisi hidup yang menguntungkan
kesehatan individu, kelompok, atau komunitas”.
Definisi/pengertian yang dikemukakan Green ini dapat dilihat sebagai
operasionalisasi dari definisi WHO (hasil Ottawa Charter) yang lebih bersifat
konseptual. Di dalam rumusan pengertian diatas terlihat dengan jelas aktivitas-
aktivitas yang harus dilakukan dalam kerangka “promosi kesehatan”. Sedangkan
Kementerian/Departemen Kesehatan Republik Indonesia merumuskan pengertian
promosi kesehatan sebagai berikut: “Upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor kesehatan melalui pembelajaran
dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya
sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai
sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan.” Hal tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan.
Definisi dari depkes tersebut lebih menggambarkan bahwa promosi kesehatan adalah
gabungan antara pendidikan kesehatan yang didukung oleh kebijakan publik berwawasan
kesehatan, karena disadari bahwa gabungan kedua upaya ini akan memberdayakan
masyarakat sehingga mampu mengontrol determinan-determinan kesehatan. Promosi
kesehatan sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat di Indonesia harus mengambil
bagian dalam mewujudkan visi pembangunan kesehatan di Indonesia. Dalam Undang-Undang
Kesehatan RI no 36 tahun 2009, disebutkan bahwa visi pembangunan kesehatan adalah
“Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya, sebagai investasi sumber
daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi”. Promosi kesehatan sebagai bagian
dari program kesehatan masyarakat di Indonesia harus mengambil bagian dalam mewujudkan
visi pembangunan kesehatan di Indonesia tersebut. Sehingga promosi kesehatan dapat
dirumuskan: “Masyarakat mau dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya”
(Soekidjo Notoatmodjo, 2010).

TUJUAN DAN STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

Tujuan promosi kesehatan adalah meningkatkan kemampuan baik individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat agar mampu hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan yang
bersumber masyarakat serta terwujudnya lingkungan yang kondusif untuk mendorong
terbentuknya kemampuan tersebut (Notoatmodjo, 2012). Upaya untuk mewujudkan promosi
kesehatan dapat dilakukan melalui strategi yang baik. Strategi adalah cara yang digunakan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan dalam promosi kesehatan sebagai penunjang dari program-
program kesehatan yang lainnya, seperti kesehatan lingkungan, peningkatan status gizi
masyarakat, pemberantasan penyakit menular, pencegahan penyakit tidak menular, peningkatan
kesehatan ibu dan anak, serta pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2012)

Menurut (Nurmala et al., 2018), Berdasarkan Piagam Ottawa (1984), misi promosi
kesehatan dapat dilakukan menggunakan 3 strategi di antaranya sebagai berikut

1. Advokasi (advocate)
Kondisi politik, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, perilaku dan faktor biologis dapat
memengaruhi kesehatan seseorang. Promosi kesehatan berupaya untuk mengubah kondisi
tersebut sehingga menjadi kondusif untuk kesehatan masyarakat melalui advokasi. Kegiatan
advokasi ini tidak hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan, tetapi juga dapat dilakukan
oleh masyarakat sasaran kepada para pemangku kebijakan dari berbagai tingkat atau
sektor terkait dengan kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meyakinkan para
pemangku kebijakan bahwa program kesehatan yang akan dijalankan tersebut penting dan
membutuhkan dukungan kebijakan atau keputusan dari pejabat tersebut.
2. Mediasi (mediate).

Promosi kesehatan juga mempunyai misi sebagai mediator atau menjembatani antara
sektor kesehatan dengan sektor yang lain sebagai mitra. Hal ini dikarenakan faktor yang
memengaruhi kesehatan tidak hanya menjadi tanggung jawab sektor kesehatan saja.
Promosi kesehatan membutuhkan upaya bersama dari semua pihak baik dari pemerintah,
sektor kesehatan, sektor ekonomi, lembaga nonprofit, industri, dan media. Dengan kata lain
promosi kesehatan merupakan perekat kemitraan di bidang pelayanan kesehatan.
Kemitraan sangat penting sebab tanpa kemitraan sektor kesehatan tidak akan mampu
menangani masalah kesehatan yang begitu kompleks dan luas. Promosi kesehatan di sini
bertanggung jawab untuk memediasi berbagai kepentingan berbagai sektor yang terlibat
untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat. Sehingga, strategi dan program promosi
kesehatan harus mempertimbangkan kebutuhan lokal dan memungkinkan berbagai sektor
baik dilingkup regional, nasional maupun international untuk dapat terlibat di dalamnya.
3. Memampukan (enable)
Promosi kesehatan berfokus pada keadilan dan pemerataan sumber daya kesehatan untuk
semua lapisan masyarakat. Hal ini mencakup memastikan setiap orang di masyarakat
memiliki lingkungan yang kondusif untuk berperilaku sehat, memiliki akses pada informasi
yang dibutuhkan untuk kesehatannya, dan memiliki keterampilan dalam membuat keputusan
yang dapat meningkatkan status kesehatan mereka. Prinsip promosi kesehatan di sini
adalah masyarakat mampu untuk memiliki control terhadap determinan yang dapat
memengaruhi kesehatan mereka. Sesuai dengan visi promosi kesehatan yaitu mau dan
mampu memelihara serta meningkatkan kesehatannya, promosi kesehatan mempunyai misi
utama untuk memampukan masyarakat. Hal ini berarti, dalam kegiatan promosi kesehatan
harus dapat memberikan keterampilan-keterampilan kepada masyarakat agar mereka
mampu mandiri di bidang kesehatan baik secara langsung atau melalui tokoh- tokoh
masyarakat. Telah diketahui bersama bahwa kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor dari
luar kesehatan, seperti sosial, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya. Oleh sebab itu,
keterampilan masyarakat di bidang ekonomi (pertanian, peternakan, perkebunan),
pendidikan dan sosial lainnya juga perlu dikembangkan melalui promosi kesehatan dalam
rangka memberdayakan masyarakat di bidang kesehatan.
Berdasarkan rumusan WHO (1994) strategi promosi kesehatan secara global ini terdiri dari
3 hal, yaitu :

1. Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain tersebut membantu
atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan,
advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di
berbagai sektor, dan di berbagai tingkat, sehingga para penjabat tersebut mau mendukung
program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan
tersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang- undang,
peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dan sebagainya. Kegiatan advokasi
ini ada bermacam-macam bentuk, baik secara formal maupun informal. Secara formal
misalnya, penyajian atau presentasi dan seminar tentang issu atau usulan program yang
ingin dimintakan dukungan dari para pejabat yang terkait. Kegiatan advokasi secara informal
misalnya sowan kepada para pejabat yang relevan dengan program yang diusulkan, untuk
secara informal meminta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, atau mungkin dalam
bentuk dana atau fasilitas lain. Dari uraian dapat disimpulkan bahwa sasaran advokasi
adalah para pejabat baik eksekutif maupun legislatif, di berbagai tingkat dan sektor, yang
terkait dengan masalah kesehatan (sasaran tertier).

2. Dukungan Sosial (Social support)


Strategi dukungan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui
tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal maupun informal. Tujuan
utama kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat, sebagai jembatan antara sektor
kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan dengan masyarakat (penerima program)
kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui toma pada dasarnya adalah
mensosialisasikan program-program kesehatan, agar masyarakat mau menerima dan mau
berpartisipasi terhadap program-program tersebut Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat
dikatakan sebagai upaya bina suasana, atau membina suasana yang kondusif terhadap
kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan sosial ini antara lain: pelatihan pelatihan paratoma,
seminar, lokakarya, bimbingan kepada toma, dan sebagainya. Dengan demikian maka
sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana adalah para tokoh masyarakat
di berbagai tingkat (sasaran sekunder).

3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)


Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan pada
masyarakat langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
sendiri (visi promosi kesehatan). Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat
diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antaralain: penyuluhan kesehatan,
pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk misalnya:
koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga
(income generating skill). Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga
akan berdampak terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan mereka,
misalnya: terbentuknya dana sehat, terbentuknya pos obat desa, berdirinya
polindes, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan semacam ini di masyarakat sering
disebut gerakan masyarakat untuk kesehatan. Dari uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat
(Masnaani, 2020).

Upaya Kesehatan
Upaya kesehatan mencakup kesehatan fisik, mental, termasuk intelegensia dan
sosial. Terdapat tiga tingkatan upaya, yaitu upaya kesehatan tingkat pertama/primer,
upaya kesehatan tingkat kedua/sekunder, dan upaya kesehatan tingkat
ketiga/tersier. Upaya kesehatan diselenggarakan secara terpadu,
berkesinambungan, dan paripurna melalui sistem rujukan.
1) Upaya kesehatan primer

Upaya kesehatan primer terdiri atas dua bentuk upaya sebagai berikut.
a) Pelayanan kesehatan perorangan primer
Pelayanan kesehatan perorangan primer adalah pelayanan kesehatan sejak kontak
pertama secara perorangan sebagai proses awal pelayanan kesehatan.
Penekanannya pada pemberian layanan pengobatan, pemulihan tanpa mengabaikan
upaya peningkatan dan pencegahan, termasuk di dalamnya pelayanan kebugaran
dan gaya hidup sehat (healthy life style).
Pelayanan kesehatan perorangan primer diselenggarakan oleh tenaga kesehatan
berkompetensi seperti yang ditetapkan, sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta
dapat dilaksanakan di rumah, tempat kerja, maupun fasilitas pelayanan kesehatan
perorangan primer, baik Puskesmas dan jejaringnya, fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya milik pemerintah, masyarakat, maupun swasta. Dilaksanakan dengan
dukungan pelayanan kesehatan perorangan sekunder dalam sistem rujukan yang
timbal balik.
Penyelenggaraannya berdasarkan kebijakan pelayanan kesehatan yang ditetapkan
oleh Pemerintah dengan memperhatikan masukan dari Pemerintah Daerah,
organisasi profesi, dan/atau masyarakat. Selain itu, dapat diselenggarakan sebagai
pelayanan yang bergerak (ambulatory), menetap, atau dapat dikaitkan dengan
tempat kerja, seperti klinik perusahaan atau dapat disesuaikan dengan lingkungan
atau kondisi tertentu (kesehatan matra, seperti: kesehatan haji, kesehatan pada
penanggulangan bencana, kesehatan transmigrasi, kesehatan di bumi perkemahan,
kesehatan dalam penanggulangan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat,
kesehatan dalam operasi dan latihan militer di darat, kesehatan kelautan dan bawah
air, kesehatan kedirgantaraan atau penerbangan, dan kesehatan dalam situasi
khusus dan/atau serba berubah).
Pemerintah wajib menyediakan pelayanan kesehatan perorangan primer di seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sesuai kebutuhan, terutama
bagi masyarakat miskin, daerah terpencil, perbatasan, pulau-pulau terluar dan
terdepan, serta yang tidak diminati swasta. Pembiayaan pelayanan kesehatan
perorangan primer untuk penduduk miskin dibiayai oleh Pemerintah, sedangkan
golongan ekonomi lainnya dibiayai dalam sistem pembiayaan yang diatur oleh
Pemerintah.

b) Pelayanan kesehatan masyarakat primer (PKMP)


Pelayanan kesehatan masyarakat primer adalah pelayanan peningkatan dan
pencegahan tanpa mengabaikan pengobatan dan pemulihan dengan sasaran
keluarga, kelompok, dan masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan
masyarakat primer menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
pelaksanaan operasionalnya dapat didelegasikan kepada Puskesmas, dan/atau
fasilitas pelayanan kesehatan primer lainnya yang diselenggarakan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat. Pembiayaan pelayanan kesehatan
masyarakat primer ditanggung oleh Pemerintah/Pemerintah Daerah bersama
masyarakat, termasuk swasta.
Pemerintah/Pemerintah Daerah wajib melaksanakan dan membiayai pelayanan
kesehatan masyarakat primer yang berhubungan dengan prioritas pembangunan
kesehatan melalui kegiatan perbaikan lingkungan, peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit dan kematian, serta paliatif.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat primer didukung kegiatan lainnya,
seperti surveilans, pencatatan, dan pelaporan yang diselenggarakan oleh institusi
kesehatan yang berwenang. Pemerintah/Pemerintah Daerah dapat membentuk
fasilitas pelayanan kesehatan yang secara khusus ditugaskan untuk melaksanakan
upaya kesehatan masyarakat sesuai keperluan. Pembentukan fasilitas pelayanan
kesehatan tersebut dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat primer mendukung upaya
kesehatan berbasis masyarakat dan didukung oleh pelayanan kesehatan
masyarakat sekunder. Dalam pelayanan kesehatan perorangan termasuk pula
pelayanan kesehatan berbasis masyarakat dalam bentuk seperti Pos Kesehatan
Desa (Poskesdes) dan pengobatan tradisional, alternatif dan komplementer yang
secara ilmiah telah terbukti terjamin keamanan dan khasiatnya

2) Upaya Kesehatan Sekunder

Upaya Kesehatan Sekunder adalah upaya kesehatan rujukan lanjutan, yang terdiri
atas pelayanan kesehatan perorangan sekunder dan pelayanan kesehatan
masyarakat sekunder.

a) Pelayanan Kesehatan Perorangan Sekunder (PKPS)

Pelayanan kesehatan perorangan sekunder adalah pelayanan kesehatan spesialistik


yang menerima rujukan dari pelayanan kesehatan perorangan primer, yang meliputi
rujukan kasus, spesimen, dan ilmu pengetahuan serta dapat merujuk kembali ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang dirujuk.

Pelayanan kesehatan perorangan sekunder dilaksanakan oleh dokter spesialis atau


dokter yang sudah mendapatkan pendidikan khusus dan mempunyai izin praktik
serta didukung tenaga kesehatan lainnya yang diperlukan, di tempat kerja maupun
fasilitas pelayanan kesehatan perorangan sekunder, baik rumah sakit setara kelas C
maupun fasilitas pelayanan kesehatan lainnya milik Pemerintah.

Selain itu, pelayanan kesehatan perorangan sekunder dapat dijadikan sebagai


wahana pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan
pendidikan dan pelatihan.

b) Pelayanan Kesehatan Masyarakat Sekunder (PKMS)

Pelayanan kesehatan masyarakat sekunder menerima rujukan kesehatan dari


pelayanan kesehatan masyarakat primer dan memberikan fasilitasi dalam bentuk
sarana, teknologi, dan sumber daya manusia kesehatan serta didukung oleh
pelayanan kesehatan masyarakat tersier.

Penyelenggaraan pelayanan ini menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota dan/atau Provinsi sebagai fungsi teknisnya, yakni melaksanakan
pelayanan kesehatan masyarakat yang tidak sanggup atau tidak memadai dilakukan
pada pelayanan kesehatan masyarakat primer.

Dalam penanggulangan penyakit menular yang tidak terbatas pada suatu batas
wilayah administrasi pemerintahan (lintas kabupaten/kota), maka tingkat yang lebih
tinggi (provinsi) yang harus menanganinya.

3) Upaya Kesehatan Tersier

Upaya kesehatan tersier adalah upaya kesehatan rujukan unggulan yang terdiri atas
pelayanan kesehatan perorangan tersier dan pelayanan kesehatan masyarakat
tersier.

a) Pelayanan Kesehatan Perorangan Tersier (PKPT).

Pelayanan kesehatan perorangan tersier menerima rujukan subspesialistik dari


pelayanan kesehatan di bawahnya, dan dapat merujuk kembali ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang rujukannya dilaksanakan oleh dokter subspesialis atau
dokter spesialis yang telah mendapatkan pendidikan khusus atau pelatihan serta
mempunyai izin praktik yang didukung oleh tenaga kesehatan lainnya yang
diperlukan. Pelayanan kesehatan ini dilaksanakan di rumah sakit umum, rumah sakit
khusus setara kelas A dan B, baik milik Pemerintah,

Pemerintah Daerah maupun swasta yang mampu memberikan pelayanan kesehatan


subspesialistik dan juga termasuk klinik khusus, seperti pusat radioterapi. Pelayanan
kesehatan perorangan tersier wajib melaksanakan penelitian dan pengembangan
dasar maupun terapan dan dapat dijadikan sebagai pusat pendidikan dan pelatihan
tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan.

b) Pelayanan Kesehatan Masyarakat Tersier (PKMT)

Pelayanan kesehatan masyarakat tersier menerima rujukan kesehatan dari


pelayanan kesehatan masyarakat sekunder dan memberikan fasilitasi dalam bentuk
sarana, teknologi, sumber daya manusia kesehatan, serta rujukan operasional,
melakukan penelitian dan pengembangan bidang kesehatan masyarakat, penapisan
teknologi, serta produk teknologi yang terkait. Pelaksana pelayanan kesehatan
masyarakat tersier adalah Dinas Kesehatan Provinsi, unit kerja terkait di tingkat
provinsi, Kementerian Kesehatan, dan unit kerja terkait di tingkat nasional.

Pelaksanaan pelayanan ini menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kementerian Kesehatan yang didukung dengan kerja sama lintas sektor. Institusi
pelayanan kesehatan masyarakat tertentu secara nasional dapat dikembangkan
untuk menampung kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat.
4.
PROGRAM PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKAT PADA PANDEMI COVID 19 DAN
NEW NORMAL LIFE MELALUI UPAYA KESEHATAN PRIMER, SEKUNDER DAN
TERSIER

Kesehatan masyarakat adalah ilmu yang berfokus pada ‘preventif’ dan ‘promotif’. Oleh
karena itu, profesi promosi kesehatan atau tenaga promosi kesehatan (promkes) menjadi
salah satu profesi yang menjadi ruh dalam menjalankan praktek kesehatan masyarakat,
khususnya di era pandemi COVID-19.

Mengingat kondisi pandemi COVID-19 yang semakin bertambah jumlahnya, peran para
promotor dan pendidik kesehatan promkes adalah untuk mengkomunikasikan upaya-upaya
kesehatan dalam konteks promotif dan preventif secara luas dan komprehensif. Salah
satunya adalah dengan menerapkan strategi komunikasi dan perubahan perilaku di era
gaya hidup baru atau ‘new normal’ yang saat ini sudah dijalankan oleh masyarakat umum.

Strategi komunikasi yang dilakukan adalah dengan berfokus pada penerapan penyampaian
pesan kebijakan physical distancing dan penggunaan masker yang dilakukan untuk
proses flattening the curve, yaitu melandaikan kurva dari penderita. Dalam melakukan
strategi komunikasi tersebut dikenal dengan sasaran kelompok tertentu, yaitu kelompok
dengan pengetahuan tinggi dengan tingkat kepedulian yang tinggi hingga kelompok dengan
pengetahuan rendah dan tingkat kepedulian yang rendah.

Selain dengan strategi komunikasi, promosi kesehatan di era pandemi dapat dilakukan
dengan strategi perubahan perilaku, meliputi education, engineering,
enforcement, dan empowerment. Keempat poin strategi perubahan perilaku ini berperan
penting dalam membentuk kebiasaan yang dilakukan masyarakat di era new
normal terhadap pandemi COVID-19.

Upaya Kesehatan
Upaya kesehatan mencakup kesehatan fisik, mental, termasuk intelegensia dan sosial.
Terdapat tiga tingkatan upaya, yaitu upaya kesehatan tingkat pertama/primer, upaya
kesehatan tingkat kedua/sekunder, dan upaya kesehatan tingkat ketiga/tersier. Upaya
kesehatan diselenggarakan secara terpadu, berkesinambungan, dan paripurna melalui
sistem rujukan.
1) Upaya kesehatan primer

Upaya kesehatan primer terdiri atas dua bentuk upaya sebagai berikut.
a) Pelayanan kesehatan perorangan primer
Pelayanan kesehatan perorangan primer adalah pelayanan kesehatan sejak kontak pertama
secara perorangan sebagai proses awal pelayanan kesehatan. Penekanannya pada
pemberian layanan pengobatan, pemulihan tanpa mengabaikan upaya peningkatan dan
pencegahan, termasuk di dalamnya pelayanan kebugaran dan gaya hidup sehat (healthy life
style).
Pelayanan kesehatan perorangan primer diselenggarakan oleh tenaga kesehatan
berkompetensi seperti yang ditetapkan, sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta dapat
dilaksanakan di rumah, tempat kerja, maupun fasilitas pelayanan kesehatan perorangan
primer, baik Puskesmas dan jejaringnya, fasilitas pelayanan kesehatan lainnya milik
pemerintah, masyarakat, maupun swasta. Dilaksanakan dengan dukungan pelayanan
kesehatan perorangan sekunder dalam sistem rujukan yang timbal balik.
Penyelenggaraannya berdasarkan kebijakan pelayanan kesehatan yang ditetapkan oleh
Pemerintah dengan memperhatikan masukan dari Pemerintah Daerah, organisasi profesi,
dan/atau masyarakat. Selain itu, dapat diselenggarakan sebagai pelayanan yang bergerak
(ambulatory), menetap, atau dapat dikaitkan dengan tempat kerja, seperti klinik perusahaan
atau dapat disesuaikan dengan lingkungan atau kondisi tertentu (kesehatan matra, seperti:
kesehatan haji, kesehatan pada penanggulangan bencana, kesehatan transmigrasi,
kesehatan di bumi perkemahan, kesehatan dalam penanggulangan gangguan keamanan
dan ketertiban masyarakat, kesehatan dalam operasi dan latihan militer di darat, kesehatan
kelautan dan bawah air, kesehatan kedirgantaraan atau penerbangan, dan kesehatan dalam
situasi khusus dan/atau serba berubah).
Pemerintah wajib menyediakan pelayanan kesehatan perorangan primer di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sesuai kebutuhan, terutama bagi masyarakat
miskin, daerah terpencil, perbatasan, pulau-pulau terluar dan terdepan, serta yang tidak
diminati swasta. Pembiayaan pelayanan kesehatan perorangan primer untuk penduduk
miskin dibiayai oleh Pemerintah, sedangkan golongan ekonomi lainnya dibiayai dalam
sistem pembiayaan yang diatur oleh Pemerintah.
b) Pelayanan kesehatan masyarakat primer (PKMP)
Pelayanan kesehatan masyarakat primer adalah pelayanan peningkatan dan pencegahan
tanpa mengabaikan pengobatan dan pemulihan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan
masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat primer menjadi tanggung
jawab Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang pelaksanaan operasionalnya dapat
didelegasikan kepada Puskesmas, dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan primer lainnya
yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat.
Pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat primer ditanggung oleh
Pemerintah/Pemerintah Daerah bersama masyarakat, termasuk swasta.
Pemerintah/Pemerintah Daerah wajib melaksanakan dan membiayai pelayanan kesehatan
masyarakat primer yang berhubungan dengan prioritas pembangunan kesehatan melalui
kegiatan perbaikan lingkungan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan
kematian, serta paliatif.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat primer didukung kegiatan lainnya, seperti
surveilans, pencatatan, dan pelaporan yang diselenggarakan oleh institusi kesehatan yang
berwenang. Pemerintah/Pemerintah Daerah dapat membentuk fasilitas pelayanan
kesehatan yang secara khusus ditugaskan untuk melaksanakan upaya kesehatan
masyarakat sesuai keperluan. Pembentukan fasilitas pelayanan kesehatan tersebut
dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat primer mendukung upaya kesehatan
berbasis masyarakat dan didukung oleh pelayanan kesehatan masyarakat sekunder. Dalam
pelayanan kesehatan perorangan termasuk pula pelayanan kesehatan berbasis masyarakat
dalam bentuk seperti Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) dan pengobatan tradisional,
alternatif dan komplementer yang secara ilmiah telah terbukti terjamin keamanan dan
khasiatnya

2) Upaya Kesehatan Sekunder

Upaya Kesehatan Sekunder adalah upaya kesehatan rujukan lanjutan, yang terdiri atas
pelayanan kesehatan perorangan sekunder dan pelayanan kesehatan masyarakat
sekunder.

a) Pelayanan Kesehatan Perorangan Sekunder (PKPS)

Pelayanan kesehatan perorangan sekunder adalah pelayanan kesehatan spesialistik yang


menerima rujukan dari pelayanan kesehatan perorangan primer, yang meliputi rujukan
kasus, spesimen, dan ilmu pengetahuan serta dapat merujuk kembali ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang dirujuk.

Pelayanan kesehatan perorangan sekunder dilaksanakan oleh dokter spesialis atau dokter
yang sudah mendapatkan pendidikan khusus dan mempunyai izin praktik serta didukung
tenaga kesehatan lainnya yang diperlukan, di tempat kerja maupun fasilitas pelayanan
kesehatan perorangan sekunder, baik rumah sakit setara kelas C maupun fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya milik Pemerintah.
Selain itu, pelayanan kesehatan perorangan sekunder dapat dijadikan sebagai wahana
pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan pendidikan dan
pelatihan.

b) Pelayanan Kesehatan Masyarakat Sekunder (PKMS)

Pelayanan kesehatan masyarakat sekunder menerima rujukan kesehatan dari pelayanan


kesehatan masyarakat primer dan memberikan fasilitasi dalam bentuk sarana, teknologi,
dan sumber daya manusia kesehatan serta didukung oleh pelayanan kesehatan masyarakat
tersier.

Penyelenggaraan pelayanan ini menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


dan/atau Provinsi sebagai fungsi teknisnya, yakni melaksanakan pelayanan kesehatan
masyarakat yang tidak sanggup atau tidak memadai dilakukan pada pelayanan kesehatan
masyarakat primer.

Dalam penanggulangan penyakit menular yang tidak terbatas pada suatu batas wilayah
administrasi pemerintahan (lintas kabupaten/kota), maka tingkat yang lebih tinggi (provinsi)
yang harus menanganinya.

3) Upaya Kesehatan Tersier

Upaya kesehatan tersier adalah upaya kesehatan rujukan unggulan yang terdiri atas
pelayanan kesehatan perorangan tersier dan pelayanan kesehatan masyarakat tersier.

a) Pelayanan Kesehatan Perorangan Tersier (PKPT).

Pelayanan kesehatan perorangan tersier menerima rujukan subspesialistik dari pelayanan


kesehatan di bawahnya, dan dapat merujuk kembali ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
rujukannya dilaksanakan oleh dokter subspesialis atau dokter spesialis yang telah
mendapatkan pendidikan khusus atau pelatihan serta mempunyai izin praktik yang didukung
oleh tenaga kesehatan lainnya yang diperlukan. Pelayanan kesehatan ini dilaksanakan di
rumah sakit umum, rumah sakit khusus setara kelas A dan B, baik milik Pemerintah,

Pemerintah Daerah maupun swasta yang mampu memberikan pelayanan kesehatan


subspesialistik dan juga termasuk klinik khusus, seperti pusat radioterapi. Pelayanan
kesehatan perorangan tersier wajib melaksanakan penelitian dan pengembangan dasar
maupun terapan dan dapat dijadikan sebagai pusat pendidikan dan pelatihan tenaga
kesehatan sesuai dengan kebutuhan.

b) Pelayanan Kesehatan Masyarakat Tersier (PKMT)


Pelayanan kesehatan masyarakat tersier menerima rujukan kesehatan dari pelayanan
kesehatan masyarakat sekunder dan memberikan fasilitasi dalam bentuk sarana, teknologi,
sumber daya manusia kesehatan, serta rujukan operasional, melakukan penelitian dan
pengembangan bidang kesehatan masyarakat, penapisan teknologi, serta produk teknologi
yang terkait. Pelaksana pelayanan kesehatan masyarakat tersier adalah Dinas Kesehatan
Provinsi, unit kerja terkait di tingkat provinsi, Kementerian Kesehatan, dan unit kerja terkait
di tingkat nasional.

Pelaksanaan pelayanan ini menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kementerian Kesehatan yang didukung dengan kerja sama lintas sektor. Institusi pelayanan
kesehatan masyarakat tertentu secara nasional dapat dikembangkan untuk menampung
kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai