Strategi Promosi Kesehatan Menurut WHO (1994), ada tiga strategi untuk mewujudkan
visi dan misi promosi kesehatan,
a) Advokasi (Advocacy)
Kegiatan yang ditujukan kepada pembuat keputusan (decision makers) atau penentu
kebijakan (policy makers) baik di bidang kesehatan maupun sektor lain di luar
kesehatan, yang mempunyai pengaruh terhadap publik. Dengan kata lain advokasi
adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang lain tersebut membantu atau
mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi
adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai
sektor, dan di berbagai tingkat, sehingga para pejabat tersebut mau mendukung
program kesehatan yang kita inginkan.
Tujuannya adalah agar para pembuat keputusan mengeluarkan kebijakan-kebijakan
antara lain dalam bentuk peraturan, undang-undang, instruksi, dan sebagainya yang
menguntungkan kesehatan publik. Bentuk kegiatan advokasi ini antara lain lobbying,
pendekatan atau pembicaraan-pembicaraan formal atau informal terhadap para pembuat
keputusan, penyajian isu-isu atau masalah-masalah kesehatan atau yang mempengaruhi
kesehatan masyarakat setempat, seminar-seminar masalah kesehatan, dan sebagainya.
Output kegiatan advokasi adalah undang-undang, peraturan-peraturan daerah, instruksiinstruksi yang mengikat masyarakat dan instansi-instansi yang terkait dengan masalah
kesehatan. Oleh sebab itu, sasaran advokasi adalah para pejabat eksekutif, dan
legislative, para pemimpin dan pengusaha, serta organisasi politik dan organisasi
masyarakat, baik tingkat pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan maupun desa atau
kelurahan.
b) Dukungan Sosial (Social Support)
Kegiatan yang ditujukan kepada para tokoh masyarakat, baik formal (guru, lurah,
camat, petugas kesehatan, dan sebagainya) maupun informal (tokoh agama, dan
sebagainya) yang mempunyai pengaruh di masyarakat. Tujuan kegiatan ini adalah agar
kegiatan atau program kesehatan tersebut memperoleh dukungan dari para tokoh
masyarakat (toma) dan tokoh agama (toga). Selanjutnya toma dan toga diharapkan
dapat menjembatani antara pengelola program kesehatan dengan masyarakat. Dengan
kegiatan
mencari
dukungan
sosial
melalui
toma
pada
dasarnya
adalah
Pada masyarakat yang masih paternalistic seperti di Indonesia ini, toma dan toga
merupakan panutan perilaku masyarakat yang sangat signifikan. Oleh sebab itu, apabila
toma dan toga sudah mempunyai perilaku sehat, akan mudah ditiru oleh anggota
masyarakat yang lain. Bentuk kegiatan mencari dukungan social ini antara lain,
pelatihan-pelatihan para toma dan toga, seminar, lokakarya, penyuluhan, dan
sebagainya.
c) Pemberdayaan masyarakat (Emprowerment)
Pemberdayaan ini ditujukan kepada masyarakat langsung, sebagai sasaran primer atau
utama promosi kesehatan. Tujuannya adalah agar masyarakat memiliki kemampuan
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi promosi
kesehatan). Pemberdayaan masyarakat ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan,
antara lain penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pembangunan masyarakat
dalam bentuk, misalnya koperasi dan pelatihan keterampilan dalam rangka peningkatan
pendapatan keluarga (latihan menjahit, pertukangan, peternakan, dan sebagainya).
Melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan masyarakat memiliki kemampuan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (self reliance in health). Oleh
karena bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat ini lebih pada kegiatan penggerakan
masyarakat untuk kesehatan, misalnya adanya dana sehat, adanya pos obat desa, adanya
gotong royong kesehatan, dan sebagainya, maka kegiatan ini sering disebut gerakan
masyarakat untuk kesehatan. Meskipun demikian, tidak semua pemberdayaan
masyarakat itu berupa kegiatan gerakan masyarakat. Dalam pembinaan dan
pemberdayaan masyarakat yang sangat penting adalah bagaimana mengajak dan
menggairahkan masyarakat untuk dapat tertarik dan bertanggungjawab atas kesehatan
mereka sendiri dengan memobilisasi sumber dana yang ada pada mereka.
Strategi Promosi Kesehatan Menurut Piagam Ottawa atau lebih dikenal dengan Ottawa
Charter merupakan hasil dari sebuah Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa,
Kanada pada tahun 1986. Salah satu isi dari Ottawa Charter adalah rumusan tentang strategi
promosi kesehatan. Rumusan strategi promosi kesehatan dalam Piagam Ottawa (Ottawa
Charter) tersebut menjadi salah satu acuan bagi penyelenggara pelayanan kesehatan di
seluruh dunia dalam meninjau, memerhatikan, menilai, dan menganalisa kebutuhan apa yang
harus diupayakan agar visi dan misi promosi kesehatan tercapai secara optimal dimana
penyelenggara (provider) dan masyarakat (consumer) mampu bersinergi dengan baik.
Strategi promosi kesehatan berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter) antara lain:
1) Kebijakan berwawasan kesehatan (healthy public policy)
Rumusan kebijakan yang berwawasan kesehatan ini ditujukan kepada para pembuat
keputusan atau penentu kebijakan agar pihak tersebut mengeluarkan atau mengembangkan
kebijakan pembangunan yang berwawasan kesehatan. Berwawasan kesehatan berarti
bahwa setiap kebijakan pembangunan kesehatan di bidang apa saja harus memikirkan
dampak kesehatannya bagi masyarakat luas. Contoh: Jika pemerintah daerah suatu kota
akan membuka daerah untuk perumahan penduduk, maka terlebih dahulu pihak yang
terkait melakukan survey dan analisis terhadap kondisi tanah, udara, dan ketersediaan air
yang memadai sehingga nantinya keputusan membangun perumahan tersebut tidak
merugikan masyarakat yang menempati perumahan.
2) Lingkungan yang mendukung (supportive environtment)
Strategi ini berupa kegiatan untuk mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang
mendukung. Strategi ini ditujukan kepada para pemimpin organisasi masyarakat serta
pengelola tempat-tempat umum (public places). Melalui promosi kesehatan dengan
disertai pembangunan lingkungan yang mendukung diharapkan pembangunan di bebagai
sektor akan memperhatikan dampak terhadap lingkungan. Adapun lingkungan yang
dimaksud adalah lingkungan fisik maupun lingkungan nonfisik yang mendukung atau
kondusif terhadap kesehatan masyarakat.
3) Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service)
Kegiatan ini menekankan bahwa kesehatan masyarakat bukan hanya mencakup masalah
pihak pemberi pelayanan kesehatan atau provider, baik pemerintah maupun swasta saja,
melainkan juga masalah pada masyarakat sendiri atau consumer. Penyelenggaraan
pelayanan kesehatan merupakan tanggung jawab dan kerja sama antara pihak pemberi
pelayanan (provider) dan penerima pelayanan. Sudah menjadi pemahaman masyarakat
pada umumnya, bahwa dalam pelayanan kesehatan itu ada "provider" dan "consumer".
Penyelenggara (penyedia) pelayanan kesehatan adalah pemerintah dan swasta dan
masyarakat adalah sebagai pemakai atau pengguna pelayanan kesehatan. Pemahaman
semacam ini harus diubah, harus direorientasi lagi, bahwa masyarakat bukan hanya
sekadar pengguna atau penerima pelayanan kesehatan, tetapi sekaligus juga sebagai
penyelenggara juga, dalam batas-batas tertentu. Sistem pelayanan konvensional cenderung
menitikberatkan pada pemberi pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta,
tetapi kurang melibatkan masyarakat sebagai pihak penerima pelayanan kesehatan. Dalam
konteks ini, melibatkan masyarakat dalam pelayanan kesehatan bararti sebuah
pemberdayaan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya sendiri.
Bentuk pemberdayaan ini dapat bervariasi, seperti mengadakan kegiatan promosi tentang
wabah disentri yang menyerang suatu perkampungan dengan melibatkan warga dalam
diskusi, mengambil keputusan, konsultasi dan bagian dari pelaksana kegiatan preventif
sehingga warga menjadi paham akan pentingnya mempertahankan lingkungan hidup yang
sehat.
4) Keterampilan individu (personal skill)
Peningkatan keterampilan individu bertujuan untuk mewujudkan kesehatan masyarakat
yang optimal. Lingkup kesehatan masyarakat kesehatan secara menyeluruh, yang terdiri
dari kelompok, keluarga, dan individu. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat terwujud
apabila kesehatan kelompok, kesehatan keluarga, dan kesehatan individu mampu terwujud
dengan optimal. Upaya peningkatan keterampilan masyarakat agar mampu memelihara
dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri sangatlah penting dilakukan. Setiap individu
seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik mengenai bagaimana cara
meningkatkan status kesehatan, mengenal jenis penyakit dan penyebabnya, memahami
tindakan preventif terhadap suatu penyakit, mempertahankan kesehatan, dan mencari
solusi bila anggota keluarga mereka sakit.
5) Gerakan masyarakat (Community action)
Gerakan masyarakat dimaknai sebagai pergerakan bersama-sama oleh unsur-unsur yang
ada di masyarakat dengan tujuan mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Optimal berarti kesehatan elemen-elemen masyarakat, meliputi kesehatan individu,
keluarga, dan kelompok. Upaya yang dilakukan adalah mencanangkan program atau
kegiatan-kegiatan masyarakat yang menunjang dalam peningkatan kesehatan mereka,
seperti tindakan preventif terhadap gejala penyakit kolera.
Dengan dirumuskankannya strategi kesehatan dalam Piagam Ottawa, diharapkan
penyelenggaraan kegiatan promosi kesehatan nantinya dapat meninjau secara menyeluruh
mengenai tujuan penyelenggaraan, pentingnya keterlibatan masyarakat, peningkatan
kualitas SDM penyedia layanan kesehatan, dan dampak dari keberadaan fasilitas dan
program kesehatan bagi masyarakat sehingga visi dan misi promosi kesehatan tercapai
optimal.
Dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja maka strategi promosi kesehatan yang lebih
tepat digunakan adalah versi Ottawa , hal ini dikarenakan poin poin dalam promosi
kesehatan versi Ottawa lebih menyeluruh dan mencakup banyak aspek dibandingkan versi
WHO yang lebih umum dan bertitik berat terutama di pengambil kebijakan.
Dalam pelaksanaannya dapat dijabarkan sebagai berikut;
1) Kebijakan Berwawasan Kebijakan (Healthy Public Policy)
Strategi promosi k3 yang ditujukan kepada pendekatan ke pimpinan atau manajemen, agar
mereka mengeluarkan kebijakan-kebijakan di tempat kerja yang mendukung atau
menguntungkan pelaksanaan program k3 di tempat kerja. Dengan perkataan lain, agar
kebijakan-kebijakan dalam bentuk peraturan, surat-surat keputusan, SOP dan sebagainya,
selalu berwawasan atau berorientasi kepada kesehatan dan keselamatan kerja.
2) Lingkungan yang Mendukung (Supportive Environment)
Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat kerja dalam hal
agar mereka
menyediakan saranaprasarana atau fasilitas yang mendukung terciptanya perilaku sehat dan
pencegahan kecelakaan kerja. Lingkungan yang mendukung program k3 misalnya
tersedianya jalur terpisah pejalan kaki dan jalur kendaraan alat angkut, tersedianya kantin di
perusahaan, tersedianya air minum bersih di setiap unit kerja, tersedianya ruangan bagi
perokok dan non-perokok, dan sebagainya.
3) Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Services)
Realisasi dari reorientasi pelayanan kesehatan ini adalah melibatkan tenaga kerja agar dapat
berperan bukan hanya sebagai penerima pelayanan kesehatan kerja, tetapi juga sekaligus
berperan dalam menjaga kesehatan mereka sendiri dan teman kerja. Dalam mereorientasikan
pelayanan kesehatan ini peran promosi kesehatan sangat penting.
4) Keterampilan individu (Personnel Skill)
Kesehatan dan keselamatan dalam bekerja akan terwujud apabila setiap tenaga kerja
mengerti,paham dan melaksanakan program k3. Oleh sebab itu, strategi untuk mewujudkan
keterampilan individu-individu (personnel skill) dalam memelihara dan melaksanakan k3
sangat penting. Langkah awal dari personnel skill adalah memberikan pemahamanpemahaman kepada tenaga kerja tentang cara-cara memelihara kesehatan selama bekerja,
mencegah kecelakaan kerja, mengenal penyakit akibat kerja yang harus mereka kenali,
pertolongan pertama pada kejadian kecelakaan kerja, pengelolaan substansi berbahaya sesuai
SOP dan sebagainya. Metode dan teknik pemberian pemahaman ini lebih bersifat individual
daripada massa.
5) Gerakan Masyarakat (Community Action)
Untuk mendukung perwujudan budaya k3 maka di dalam masyarakat pekerja (termasuk
keluarga di rumah dan manajemen-pimpinan di tempat kerja) itu sendiri harus ada gerakan
atau kegiatan-kegiatan tentang k3. Oleh sebab itu, promosi k3 harus mendorong dan memacu
kegiatan-kegiatan di tempat kerja dalam mewujudkan kesehatan dan keselamatan kerja
mereka. Dengan adanya kegiatan k3 yang didukung oleh seluruh komponen yang terlibat di
bidang k3, niscaya terwujud perilaku yang kondusif untuk upaya k3.
Dalam meningkatkan upaya kesehatan dan keselamatan kerja perlu adanya kemitraan dengan
cara kerjasama pertemuan lintas program - lintas sektor, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan, tokoh masyarakat,
dijumpai banyak organisasi sebagai pelaku dalam pelaksanaanya, karena ruang lingkup k3
sangat multi disiplin dalam keilmuan, maka penyelenggaraanya tidak dapat dilakukan oleh
ahli k3 secara tunggal, tetapi harus dilakukan secara kemitraan.
Pengorganisasian dalam penyelenggaraan kesehatan kerja, melibatkan unsur pemerintah,
segenap
potensi
masyarakat,
termasuk
lembaga
swadaya
masyarakat,
organisasi
3. Menurut Notoatmodjo (2005), kemitraan adalah upaya untuk melibatkan berbagai sektor,
kelompok masyarakat, lembaga pemerintah maupun bukan pemerintah, untuk bekerja sama
dalam mencapai suatu tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan prinsip dan peranan
masing-masing. Pendapat lain mengatakan kemitraan adalah jalinan kerjasama hubungan
timbal balik, saling menguntungkan yang terjalin berdasarkan kepedulian, kesetaraan dan
kebersamaan yang sinergis antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dalam
pembangunan kesejahteraan social.
Pada dasarnya kemitraan itu merupakan suatu kegiatan saling menguntungkan dengan
pelbagai macam bentuk kerjasama dalam menghadapi dan memperkuat satu sama lainnya.
Kemitraan di bidang kesehatan adalah kemitraan yang dikembangkan dalam rangka
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
Unsur kemitraan adalah :
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau
kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok.
Untuk membangun sebuah kemitraan, harus didasarkan pada hal-hal berikut :
a) Common interest
b) Trust
c) Saling menyadari pentingnya kemitraan
d) Kesepakatan visi,misi, tujuan.nilai yg sama
e) Berpijak pada landasan yang sama
f) Kesediaan untuk berkorban
Landasan kemitraan :
a) Saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi masing-masing (structure).
b) Saling memahami kemampuan masing-masing anggota (capacity)
c) Saling menghubungi (linkage).
Secara umum pembinaan diartikan sebagai usaha untuk memberi pengarahan dan
bimbingan guna mencapai suatu tujuan tertentu. Pembinaan merupakan hal umum yang
digunakan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, kecakapan dibidang tertentu. Pembinaan
menekankan pada pendekatan praktis, pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan.
Pembinaan K3, dapat dilakukan antara lain dengan :
A. Penyuluhan, dapat berupa :
- ceramah-ceramah K3
- pemasangan poster-poster K3
- pemutaran film/slide K3
B. Safety Talk (Toolbox Meeting)
Dilakukan setiap awal gilir kerja/shif
C. Safety Training
- Pelatihan penggunaan peralatan kesl. Kerja
- Pelatihan pemadam kebakaran
- Pelatihan pengendalian keadaan darurat
- Pelatihan P3K
D. Safety Inspection
- Inspeksi rutin
- Inspeksi berkala
- Inspeksi K3 bersama, dll
E. Safety Investigasi
Investigasi terhadap kejadian berbahaya/hampir kecelakaan
F. Safety Meeting
Suatu pertemuan yang membahas hal-hal yg berkaitan dgn permasalahan K3
G. Safety audit
H. Pemantauan Lingkungan Kondisi Kerja
Penyedian Alat-Alat Perlengkapan K3
- Alat Pelindung Diri
- Alat Perlengkapan K3
J. Organisasi K3
K. Program K3 Tahunan
Berguna sbg evaluasi pelaksanaan K3 yang telah diterapkan (dpt sbg monitoring)
Unsur-unsur program K3 :
- Kebijakan/Policy K3
- Tanggung Jawab K3
- Rasa Keterlibatan
- Motivasi
Sedangkan komponen program K3, terdiri :
1. Program pelatihan observasi K3
2. Program JSA
3. Inspeksi terencana
4. Inspeksi bersama
5. Pertemuan K3
6. Pelatihan K3
7. Audit K3
Dari penjabaran diatas maka perbedaan antara kemitraan dan pembinaan lebih terletak
pada kesetaraan . pada kemitraan kedua belah pihak /organisasi pada posisi yang sama dan
bekerjasama untuk saling menguntungkan melalui upaya hubungan kerja dengan para
mitra kerja, sedangkan pada pembinaan ada satu pihak atau organisasi yang berada di sisi
memberi (baik ilmu, keterampilan, kecakapan) sedangkan pihak yang lain menerima hal
4.
a.
mengkoordinasikan jalannya
serta membantu peserta untuk dapat mengerti hubungan dari macam-macam bagian
dari tajuk atau inti permasalahan.
Penggunaan Simposium
1.
2.
3.
4.
a. Kelebihan :
Dapat dipakai pada kelompok besar maupun kecil.
Dapat mengemukakan informnasi banyak dalam waktu singkat.
Pergantian pembicara menambah variasi dan sorotan dari berbagai segi akan
menjadi sidang lebih menarik.
Dapat direncanakan jauh sebelumnya.
b. Kelemahan :
Kurang spontanitas dan kneatifitas karena pembahas maupun penyanggah sudah
ditentukan.
Kurang interaksi kelompok.
Menekankan pokok pembicaraan.
Agak terasa formal.
Kepribadian pembicara dapat menekankan materi.
Sulit mengadakan kontrol waktu.
Secara umum membatasi pendapat pembicara.
Membutuhkan perencanaan sebelumnya dengan hati-hati untuk menjamin
b. Lokakarya atau istilah lainnya workshop adalah suatu acara di mana beberapa orang
berkumpul untuk memecahkan masalah tertentu dan mencari solusinya. Sebuah
lokakarya adalah pertemuan ilmiah yang kecil atau pertemuan antara para ahli (pakar)
untuk membahas masalah praktis atau yang bersangkutan dengan pelaksanaan dalam
bidang keahliannya. Lokakarya mempunyai ruang lingkup tertentu dan dibahas secara
mendalam. Pesertanya adalah orang orang yang ahli di bidang tersebut. Pertemuan
lokakarya dihadiri oleh sekelompok orang yang pekerjaannya sejenis. Tujuan lokakarya
mengevaluasi proyek kerja yang telah dilaksanakan dan bertukar pengalaman untuk
meningkatkan kualitas kerja agar lebih efektif dan efisien.
Lokakarya biasanya diadakan jika :
a. Ingin mengevaluasi suatu proyek yag sudah dilaksanakan
b. Ingin mengadakan pembaharuan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat; dan
c. Untuk bertukar pengalaman dengan tujuan lebih meningkatkan kemampuan kerja
Teknik penyelenggaraannya:
1.
Peserta lokakarya antara 20 hingga 30 orang atau lebih;
2.
Lama lokakarya sangat bervariasi, dapat 1 hari atau lebih;
3.
Topik lokakarya lebih ditentukan oleh pesertanya berdasarkan minat dan kebutuhan
4.
5.
6.
pemberi tugas.
Keunggulan Metode Lokakarya
1.
Memberi kebebasan berargumen kepada peserta loka karya dan pemakalah
2.
Memberi peluang melibatkan banyak peserta
3.
Menyerap informasi sebanyak mungkin untuk suatu hasil atau perubahan konsep
semula sehingga ide pemakalah akan diuji dan mendapat tangapan tentang kelebihan
4.
pembelajaran di kelasnya
Menimbulkan banyak pro dan kontra sehingga menimbulkan potensi konflik di antara
pengamat pendidikan dan pelaksana kebijaksanaan
c. Konferensi menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah rapat atau pertemuan
untuk berunding atau bertukar pendapat mengenai suatu masalah yg dihadapi
bersama; permusyawaratan; muktamar. Sumber lain menyebutkan konferensi adalah
pertemuan untuk menginformasikan sesuatu. Dalam konferensi, orang akan belajar
dengan cara berbagi informasi, ide dan pengalaman. Pendapat lain mengatakan
konferensi adalah diskusi yang diselenggarakan oleh suatu badan atau organisasi
yang membicarakan masalah-masalah aktual. Konferensi bertujuan membicarakan
kebijakan-kebijakan telah dilakukan sebelumnya sebagai proses evaluasi.
Konferensi adalah rapat atau pertemuan untuk berunding atau bertukar pendapat
mengenai suatu masalah yg dihadapi bersama; permusyawaratan; muktamar:
Konferensi (conference) merupakan suatu pertemuan resmi para ahli atau pakar dari
berbagai instansi dan lembaga dengan tujuan mencoba menyepakati hal-hal yang
penting dan khusus, sehingga diperoleh hasil yang lebih baik atau memadai, karena
diungkapkan dari pemikiran-pemikiran para ahli. Atau pertemuan dengan beberapa
pembicara yang mengemukakan pidato singkat tentang topik tertentu atau tentang
beberapa aspek dari topik yang sama; kumpulan pendapat tentang sesuatu, terutama
yang dihimpun dan diterbitkan; kumpulan konsep yang diajukan oleh beberapa orang
atas permintaan suatu panitia
Konferensi terdiri atas tiga tahap berikut ini :
a. Pembukaan yang memuat pemaparan tujuan program dan orientasi mengenai
program
b. Program
c. Penutupan: berisi kesimpulan dan evaluasi.
dan
5. Menyusun perencanaan .
Berdasarkan
prioritas
masalah
dan
kebutuhan
,
team
mengembangkan perencanaan yaitu perencanaan jangka panjang dan
jangka pendek lengkap dengan goal dan tujuan, strateginya, aktifitasnya,
biaya dan jadwal pelaksanaan. Biaya perencanaan hendaknya diajukan
setiap tahun anggaran.
6. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaannya hendaknya kegiatan di awasi dan diberikan
dukungan peralatan yang dibutuhkan, serta partisipasi aktif dari para team
dan pengambil keputusan sangat membantu lancarnya pelaksanaan.
Pelaksanaan dilaksanakan sesuaikan dengan rencana yang dibuat,
walaupun ada kemungkinan perubahan di tengah proses pelaksanaan apa
bila diperlukan.