Anda di halaman 1dari 21

HEAT STROKE (SENGATAN PANAS)

I.Pendahuluan
Penduduk Indonesia umumnya sudah terbiasa dengan cuaca panas menyengat yang

menyertai khususnya kegiatan lapangan sehari-hari. Hal ini disebabkan negara kita terletak di

kawasan iklim tropis dengan 2 musim yaitu musim penghujan dan kemarau. Walaupun panas

menyengat namun kelembapan udara di Indonesia cukup tinggi. Kelembaban udara di Indonesia

relatif rata-rata 80%. Manusia memiliki suhu tubuh relatif konstan. Umumnya suhu tubuh

berkisar antara 36 37 C. Meskipun ada variasi selama 24 jam , secara normal tidak lebih dari

37 C . Suhu tubuh ini merupakan keseimbangan antara produksi panas dari metabolisme tubuh

dan pengeluaran panas yang terjadi dari dalam tubuh. Tubuh secara terus menerus membentuk

panas yang dihasilkan dari metabolisme. Hasil metabolisme tubuh menyebabkan terjadinya

pengeluaran panas dari dalam tubuh. Proses ini meliputi radiasi, konveksi, konduksi dan

evaporasi. Bila keseimbangan terganggu , bisa menimbulkan rasa tidak nyaman pada tubuh.
Beraktivitas fisik terlalu lama di bawah sengatan panas matahari atau lingkungan yang

bersuhu tinggi harus diwaspadai dapat menyebabkan sejumlah gangguan serius pada tubuh, dan

tidak hanya sekadar kepanasan atau kulit terbakar namun bisa menimbulkan gangguan serius

bagi kesehatan. Umumnya , gangguan yang dapat terjadi adalah heat cramps (kejang kram),

heat exhaustion ( lelah panas ) dan heat stroke.


Menurut WHO sering ditemukan bahwa respon setiap orang terhadap panas berbeda,

meskipun terpapar dalam lingkungan panas yang sama. Hal ini menggambarkan adanya

perbedaan kondisi fisiologi dari masing-masing individu misalnya faktor aklimatisasi, kesegaran

jasmani, perbedaan jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, dan suku bangsa. (Wahyu, 2003).
Perbedaan ukuran badan akan mempengaruhi reaksi fisiologis badan terhadap panas.

Orang gemuk mudah meninggal karena tekanan panas bila dibandingkan dengan orang kecil

badannya karena orang yang kecil badannya mempunyai ratio luas permukaan badan yang lebih

kecil dan panas yang ditimbulkan lebih sedikit.


Suhu nikmat bagi orang Indonesia berkisar antara (24-26)oC, namun pada umumnya orang

Indonesia mampu beraklimatisasi dengan iklim tropis yang suhunya sekitar (29-30)oC dengan

kelembaban (85-95)oC.(Wahyu, 2003).


II. Indonesia, kita sudah sangat akrab dengan cuaca panas menyengat yang bikin gerah

dan tidak nyaman.


III.
IV. Yang tidak banyak orang tahu, beraktivitas fisik terlalu lama di bawah sengatan panas

matahari atau lingkungan yang bersuhu tinggi dapat menyebabkan sejumlah

gangguan serius pada tubuh, dan tidak hanya sekadar kepanasan atau kulit terbakar

namun juga heat stroke.

ketika suhu tubuh melebihi 40 C maka keadaan heat stroke akan terjadi dan akan trjadi

disfungsi sistem saraf pusat yang parah. Dua keadaan terkait lainnya yang disebabkan oleh

paparan panas adalah panas kram dan kelelahan.

Di negara negara gurun dengan aktifitas fisik di outdoor sering terjadi kasus ini. Saat jemaah haji

beraktifitas di tempat yerbuka. Keadaan Heat cramps panas nyeri otot setelah tenaga dalam

lingkungan-panas biasanya sering berhubungan dengan defisit garam. contoh seperti

rhabdomyolysis exertional. Kondisi terakhir, yang mungkin juga menjadi faktor rumit pada

stroke panas, melibatkan cedera otot akut karena upaya exertional parah di luar batas yang telah

ditelorir individu. Hal ini sering menghasilkan myoglobinuria, yang dapat mempengaruhi fungsi

ginjal terutama bila terjadi saat pasien heat stroke. Ada istilah Heat exhaustion terdiri dari

kelelahan, kelemahan otot, takikardia, sinkop postural, mual, muntah, dan mendesak untuk
buang air besar yang disebabkan oleh dehidrasi dan hipovolemia dari stres panas. Meskipun suhu

tubuh normal di kelelahan panas, ada hubungan antara sindrom dan stroke panas.

Sebenarnya terjadinya Heat stroke, akibat dari ketidakseimbangan antara produksi panas dan

pembuangan panas, heat stroke bisa membunuh. heat stroke yang paling sering mempengaruhi

orang-orang muda dengan aktifitas fisik. di lingkungan panas, biasanya tanpa pelatihan dan

pengetahuan yang memadai. stroke panas menetap adalah penyakit orang lanjut usia atau sakit

jantung sistem yang tidak dapat beradaptasi dengan stres lingkungan yang panas walaupun tidak

beraktifitas. stroke panas pada orang tua dapat diprediksi bila suhu sekitar melampaui 32,2 C

dan kelembaban relatif 50-76% .

panas tereliminasi dari kulit dengan cara radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi. Ketika suhu

naik , kehilangan panas oleh tiga pertama terganggu; kehilangan dengan penguapan terhalang

oleh kelembaban relatif tinggi. Beberapa Faktor predisposisi untuk memanaskan akumulasi

dermatitis; penggunaan fenotiazin, beta-blocker, diuretik, atau antikolinergik, demam

intercurrent dari penyakit lain; obesitas, alkohol, dan pakaian berat. Kokain dan amfetamin dapat

meningkatkan produksi panas metabolik.

Mekanisme kerusakan karena panas ke parenkim dan pembuluh darah organ. Sistem saraf pusat

sangat rentan, dan nekrosis selular ditemukan dalam otak orang-orang yang meninggal akibat

stroke panas. Hepatoseluler dan kerusakan tubulus ginjal yang tampak pada kasus yang berat.

Subendocardial kerusakan dan kadang-kadang infarcts transmural ditemukan dalam kasus-kasus

fatal . koagulasi intravascular disseminated sering terjadi, memperparah cedera dalam semua

sistem organ dan predisposisi komplikasi pendarahan.

Gejala klinis

A. Gejala dan Tanda

Heat stroke harus dicurigai dalam siapa pun yang mengembangkan koma mendadak di

lingkungan panas. Jika suhu pasien di atas 40 C (rentang: 40-43 C), diagnosis heat stroke
definitif. Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan dubur. Sebuah prodrome termasuk pusing,

sakit kepala, mual, menggigil, dan merinding dari dada dan lengan terlihat sesekali tapi tidak

umum. Dalam kebanyakan kasus, pasien ingat setelah mengalami gejala peringatan kecuali

kelemahan, kelelahan, atau pusing. Kebingungan, perilaku agresif, atau pingsan bisa mendahului

koma. Kejang dapat terjadi setelah masuk ke rumah sakit.

Kulit merah muda atau pucat dan kadang-kadang, anehnya, kering dan panas, kulit kering di

hadapan hyperpyrexia hampir patognomonik heat stroke. Berkeringat berlebihan biasanya pada

pelari dan atlet lain yang terkena heat stroke. Denyut jantung berkisar antara 140/min untuk

170/min; tekanan baji vena sentral atau paru tinggi, dan dalam beberapa kasus tekanan darah

rendah. Hiperventilasi dapat mencapai 60/min dan dapat menimbulkan alkalosis pernafasan.

edema paru dan dahak berdarah dapat mengembangkan dalam kasus-kasus yang parah. Penyakit

kuning sering dalam beberapa hari pertama setelah onset gejala.

Dehidrasi, yang dapat menghasilkan sistem yang sama gejala saraf pusat seperti stroke panas,

merupakan faktor menjengkelkan di sekitar 15% dari kasus.

B. Laboratorium

Tidak ada pola karakteristik dengan perubahan elektrolit: Konsentrasi natrium serum mungkin

normal atau tinggi, dan konsentrasi kalium biasanya rendah pada pengakuan atau di beberapa

titik selama resusitasi. Hipokalsemia umum, dan hipofosfatemia dapat terjadi. Dalam beberapa

hari pertama, AST, LDH, dan mungkin CK meningkat, terutama pada stroke exertional panas.

Alkalosis dapat mengikuti hiperventilasi; asidosis dapat disebabkan oleh asidosis laktat atau

kegagalan ginjal akut. Proteinuria dan sel granular dan memuntahkan merah terlihat dalam

spesimen urin dikumpulkan segera setelah diagnosis. Jika urin gelap merah atau coklat, mungkin

mengandung mioglobin. Urea nitrogen darah dan serum kreatinin meningkat transiently pada

pasien yang paling dan terus naik jika gagal ginjal berkembang. temuan hematologi mungkin

normal atau mungkin khas dari koagulasi intravaskular diseminata (yaitu, fibrinogen rendah,

peningkatan produk split fibrin, prothrombin lambat dan kali tromboplastin parsial, dan

penurunan jumlah trombosit).


Pencegahan

Untuk sebagian besar, heat stroke dalam merekrut militer dan atlet dalam pelatihan dapat dicegah

dengan mengikuti jadwal lulus persyaratan peningkatan kinerja yang memungkinkan

aklimatisasi selama 2-3 minggu. Panas yang dihasilkan oleh latihan didisipasikan dengan output

jantung meningkat, vasodilasi di kulit, dan meningkatkan berkeringat. Dengan aklimatisasi ada

peningkatan efisiensi untuk kerja otot, meningkatkan kinerja otot jantung, volume cairan

ekstraselular diperluas, output lebih besar dari keringat dengan jumlah tertentu bekerja, kadar

garam lebih rendah dari keringat, dan suhu sentral lebih rendah untuk jumlah tertentu bekerja.

Akses ke air minum harus dibatasi selama aktivitas fisik yang kuat di lingkungan panas. Gratis

air lebih baik daripada solusi yang mengandung elektrolit. Kebanyakan rejimen pelatihan tidak

harus mencakup penggunaan tambahan tablet garam, karena garam yang cukup (10-15 g/h) akan

dikonsumsi dengan makanan untuk memenuhi kehilangan elektrolit dalam keringat dan sejak

hipernatremia dapat berkembang jika tertelan tablet garam tidak diambil dengan cukup air.

Pakaian dan peralatan pelindung harus diringankan sebagai produksi panas dan kenaikan suhu

udara, dan olahraga berat tidak harus dijadwalkan pada waktu terpanas di siang hari, terutama

pada awal jadwal pelatihan. Long jarak berjalan dengan persaingan terbuka, yang menarik pelari

pemula, harus diadakan di akhir musim panas atau musim gugur, ketika aklimatisasi panas lebih

cenderung terjadi, dan harus dimulai sebelum 8 pagi atau setelah 6 sore.

penatalaksanaan

Langkah pertama setelah langkah ABC yaitu Pasien harus didinginkan dengan cepat. Metode

yang paling efisien adalah untuk mendorong kehilangan panas menguapkan oleh pasien dengan

penyemprotan air pada 15 C dan mengipasi dengan udara hangat. Perendaman dalam bak air es

atau penggunaan kemasan es juga efektif tetapi menyebabkan vasokonstriksi kulit dan menggigil

dan membuat pemantauan pasien lebih sulit. Memonitor suhu rektum sering. Untuk menghindari

overshooting titik akhir, pendinginan kuat harus dihentikan saat suhu mencapai 38,9 C.
Menggigil harus dikontrol dengan fenotiazin parenteral. Oksigen harus diberikan, dan jika turun

PaO2 di bawah 65 mm Hg, intubasi trakea harus dilakukan untuk mengontrol ventilasi. Cairan,

elektrolit, dan keseimbangan asam-basa harus dikontrol dengan memonitor sering. Cairan

intravena administrasi harus didasarkan pada tekanan arteri vena sentral atau pulmonary wedge,

tekanan darah, dan output urin; overhydration harus dihindari. Rata-rata, sekitar 1400 mL cairan

diperlukan dalam 4 jam pertama resusitasi. Intravena manitol (12,5 g) dapat diberikan awal jika

myoglobinuria hadir. Gagal ginjal mungkin memerlukan hemodialisis. koagulasi intravascular

disseminated mungkin memerlukan pengobatan dengan heparin. Digitalis dan agen kadang-

kadang inotropic (misalnya, isoproterenol, dopamin) dapat diindikasikan untuk insufisiensi

jantung, yang harus dicurigai jika hipotensi menetap setelah hipovolemia telah diperbaiki.

Prognosis

prognosis buruk bila suhu tubuh 42,2C atau lebih, koma berlangsung lebih dari 2 jam, shock,

hiperkalemia, dan AST lebih dari 1000 unit/L selama 24 jam pertama. Tingkat kematian adalah

sekitar 10% pada pasien yang didiagnosis dengan benar dan segera diobati. Kematian dalam

beberapa hari pertama biasanya karena kerusakan otak; Kematian datang mungkin dari

pendarahan atau mungkin karena jantung, ginjal, atau kegagalan hati.

Apa itu heat stroke?

Heat stroke (sengatan panas), adalah kondisi ketika tubuh Anda mengalami peningkatan suhu

tubuh secara dramatis dalam waktu cepat, dan Anda tidak dapat mendinginkan tubuh. Heat

stroke biasanya terjadi saat seseorang merasa kepanasan hebat akibat paparan suhu panas dari

sengatan matahari di luar batas toleransi tubuh.

Heat stroke dapat terjadi tanpa kondisi awal yang berhubungan dengan panas atau kepanasan

sebelumnya, seperti kelelahan.

Apa tanda-tanda seseorang mengalami heat stroke?


Tanda dan gejala heat stroke, termasuk:

Demam tinggi (40 C) atau lebih

Berkeringat deras

Sakit kepala, kepala terasa ringan berkunang-kunang, dan rasa ketidaknyamanan

Kulit memerah dan mengering

Tingkat respon yang melambat

Lonjakan denyut nadi mendadak

Perubahan status mental atau perilaku, seperti kebingungan, pemberontakan, bicara cadel

Mual muntah

Pernapasan cepat

Pingsan, sebagai tanda pertama pada orang dewasa lanjut

Apa yang harus dilakukan untuk menolong orang yang terkena heat stroke?

Saat terserang heat stroke, lakukan upaya pendinginan suhu tubuh, dengan cara apapun,

misalnya:

Bopong ke dalam ruangan ber-AC

Rendam dalam air dingin atau guyur dengan air dingin


Semprot dengan air dari selang

Kompres es di seluruh tubuh, terutama leher, ketiak, dan selangkangan

Kipasi tubuh

Basahkan selimut atau seprai dengan air dingin dan lapisi sekujur tubuh

Minum air dingin, non-kafein dan non-alkohol, jika kondisi tubuh memungkinkan

Jika orang tersebut masih mengalami gejala heat stroke setelah proses pendinginan tubuh, terus

ulangi upaya tersebut sampai suhu tubuh menurun.

Terkadang dibutuhkan CPR

Yang harus diperhatikan, jika korban kehilangan kesadaran saat mengalami heat stroke, buka

jalur napasnya dan cek tanda-tanda vital termasuk pernapasan dan denyut nadi. Lakukan

tindakan pernapasan buatan yang diikuti oleh CPR, jika dibutuhkan.

CPR untuk korban dewasa dan anak-anak di atas 1 tahun:

Tempatkan tumit salah satu tangan Anda di tengah dada di antara garis puting. Anda juga bisa

tempatkan tangan bebas Anda di atasnya.

Tekan ke bawah sekitar 5 centimeter. Pastikan untuk tidak menekan tulang rusuk.

Lakukan 30 kali kompresi dada, dengan laju 100 kali kompresi per menit atau lebih. Biarkan

dada untuk naik seutuhnya di antara tekanan.

Periksa apakah orang tersebut telah mulai bernapas.


CPR untuk anak di bawah 1 tahun:

Tempatkan dua jari pada tulang dada.

Tekan ke bawah sedalam 1-2 centimeter. Pastikan untuk tidak menekan ujung tulang dada.

Lakukan 30 kali kompresi dada, dengan laju 100 kali kompresi per menit atau lebih. Biarkan

dada untuk naik seutuhnya di antara tekanan.

Periksa apakah anak tersebut telah mulai bernapas.

Catatan: instruksi di atas tidak dimaksudkan sebagai pengganti pelatihan CPR resmi yang bisa

Anda dapatkan melalui Palang Merah Indonesia atau institusi pelayanan kesehatan resmi lainnya.

Perhatikan pula bahwa setelah mendapatkan CPR, korban harus secepatnya mendapatkan

bantuan medis lanjutan untuk memeriksa adanya komplikasi kerusakan organ.

Jika korban masih tidak bernapas, lakukan dua kali napas buatan pendek dan dilanjutkan dengan

30 kali kompresi dada. Ulangi terus siklus ini sampai orang tersebut mulai bernapas atau bantuan

medis datang.

Bagaimana cara mencegah heat stroke (sengatan panas)?

Saat cuaca panas tinggi, sebaiknya tetap di dalam ruangan ber-AC. Jika diharuskan beraktivitas

di luar rumah, selalu cek keadaan cuaca. Anda dapat menghindari terserang heat stroke dengan

tips di bawah ini:

Pakai baju tipis, berwarna terang, dan longgar. Gunakan topi dengan penutup lebar
Aplikasikan tabir surya minimal ber-SPF 30, atau lebih

Perbanyak cairan tubuh. Usahakan untuk minum air atau buah-buahan lebih banyak dari

biasanya untuk mencegah dehidrasi. Karena segala penyakit yang berhubungan dengan cuaca

panas dapat diakibatkan oleh kekurangan garam dalam tubuh, Anda juga bisa menyiasatinya

dengan mengonsumsi minuman olahraga kaya elektrolit selama hari-hari terik matahari ekstrem

dan udara pengap

Bijaksana saat beraktivitas di luar ruangan. Jika memungkinkan, batalkan segala aktivitas luar

ruangan saat cuaca panas ekstrem. Ganti jadwal aktivitas di pagi hari atau setelah magrib.

Jika Anda mencurigai diri Anda atau seseorang di sekitar Anda mengalami heat stroke, segera

hubungi bantuan medis (118). Jika heat stroke dibiarkan tanpa penanganan serius, kondisi ini

dapat mengancam nyawa dengan menyebabkan kerusakan otak dan organ vital lainnya.

Heatstroke adalah kondisi yang dapat mengancam jiwa. Kondisi ini terjadi ketika
badan kita gagal mengatur suhu tubuh dan suhu terus meningkat, bahkan
mencapai 40C atau lebih tinggi.

Seseorang yang menderita heatstroke harus mendapatkan pertolongan medis


sesegera mungkin untuk mencegah kerusakan otak, kegagalan fungsi organ, atau
bahkan kematian. Penderita heatstroke mungkin akan berhenti berkeringat,
mengalami kebingungan, disorientasi atau tidak sadarkan diri, kulit memerah,
panas serta kering, bahkan di bawah ketiak.

Penyebab:

Heat exhaustion kadang-kadang dapat menyebabkan heatstroke. Hal ini dapat


disebabkan oleh iklim yang panas, aktivitas fisik yang berat, atau kondisi lainnya
yang dapat meningkatkan suhu tubuh.

Pencegahan:

Cara termudah untuk menghindari penyakit yang berhubungan dengan cuaca


panas seperti heatstroke adalah untuk minum cairan sebelum, selama dan setelah
latihan. Kebutuhan cairan tubuh tiap orang bervariasi tergantung pada tenaga yang
dimiliki, iklim, kelembaban, medan yang dilalui, dan faktor lainnya.
Rekomendasi terbaru tentang asupan cairan mengatakan bahwa pelari harus
mematuhi dahaga dan minum ketika mulut terasa kering dan mereka merasa
perlu untuk minum. Minum sebelum berlari dan pastikan kita memiliki akses ke
cairan jika berlari lebih dari 30 menit. Selama latihan selanjutnya, kita harus
menyiapkan beberapa asupan cairan yang juga mencakup minuman olahraga untuk
menggantikan garam dan elektrolit lain yang hilang.

Bila kita berlari untuk jarak yang jauh, siram kepala dan leher dengan air setiap
beberapa kilometer untuk membantu menjaga suhu inti tubuh agar tidak naik
terlalu tinggi.

Pengobatan:

Heatstroke adalah keadaan darurat medis. Jika seseorang mengalami heatstroke,


orang tersebut harus dibawa ke ruang gawat darurat secepatnya, di mana ia akan
diberikan cairan intravena dan metode pendinginan. Sebelum bantuan tiba atau
masih harus menunggu sebelum masuk ruang gawat darurat, penderita harus
beristirahat di tempat yang dingin, lepaskan pakaian agar kulit terpapar pada udara
dingin, memberikan kompres es atau air dingin pada bagian selangkangan, ketiak,
dan leher.

Defenisi Cuaca Lingkungan Kerja

Heat Stress atau Tekanan Panas diartikan sebagai jumlah beban panas yang
merupakan hasil dari kegiatan (pelaksanaan pekerjaan) tenaga kerja dan kondisi
lingkungan dimana tenaga kerja tersebut bekerja.

Sedangkan Iklim kerja di indonesia diartikan sebagai hasil perpaduan antara suhu,
kelembaban, cepat gerak udara, dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran
panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya.

Dengan pengertian seperti itu, sesungguhnya tekanan panas dan iklim kerja
memiliki pengertian yang sama (mirip).

B. Efek Cuaca Lingkungan Kerja bagi Pekerja

Menurut WHO sering ditemukan bahwa respon setiap orang terhadap panas
berbeda, meskipun terpapar dalam lingkungan panas yang sama. Hal ini
menggambarkan adanya perbedaan kondisi fisiologi dari masing-masing individu
misalnya faktor aklimatisasi, kesegaran jasmani, perbedaan jenis kelamin, umur,
ukuran tubuh, dan suku bangsa. (Wahyu, 2003).

Perbedaan ukuran badan akan mempengaruhi reaksi fisiologis badan terhadap


panas. Orang gemuk mudah meninggal karena tekanan panas bila dibandingkan
dengan orang kecil badannya karena orang yang kecil badannya mempunyai ratio
luas permukaan badan yang lebih kecil dan panas yang ditimbulkan lebih sedikit.

Suhu nikmat bagi orang Indonesia berkisar antara (24-26)oC, namun pada
umumnya orang Indonesia mampu beraklimatisasi dengan iklim tropis yang
suhunya sekitar (29-30)oC dengan kelembaban (85-95)oC.(Wahyu, 2003).

Temperatur yang baik untuk pekerja berkisar antara (18,3-21,3)oC sedangkan untuk
pekerja berat biasanya digunakan suhu yang lebih rendah yaitu (12,8-15,6)oC.
Menurut Sedarmayanti (1996), bahwa temperatur yang terlampau dingin akan
mengakibatkan gairah kerja menurun. Sedangkan temperatur yang terlampau
panas, dapat mengakibatkan timbulnya kelelahan tubuh yang lebih cepat dan
dalam bekerja cenderung membuat banyak kesalahan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.51/MEN/1999 disebutkan bahwa


nilai ambang batas (NAB) untuk tekanan panas/iklim kerja adalah :

Pengaturan Waktu Kerja Setiap Jam ISBB oC Beban Kerja

Waktu Kerja Waktu Istirahat Ringan Sedang


Berat

Bekerja terus menerus 8 jam/hari 30,0 26,7


25,0

75% Kerja 5 % Istirahat 30,6 28,0


25,9

50% Kerja 50 % Istirahat 31,4 29,4


27,9

25% Kerja 75 % Istirahat 32,2 31,1


30,0

Sumber : Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51/MEN/1999

Menurut hasil penelitian Priatna (1990) bahwa pekerja yang bekerja selama 8
jam/hari berturut-turut selama 6 minggu, pada ruangan dengan Indeks Suhu Bola
Basah (ISBB) antara 32,02 33,01oC menyebabkan kehilangan berat badan sebesar
4,23 %. Menurut Grantham (1992) dan Bernard (1996) bahwa reaksi fisiologis akibat
pemaparan panas yang berlebihan dapat dimulai dari gangguan fisiologis yang
sangat sederhana sampai dengan terjadinya penyakit yang sangat serius.

Secara lebih rinci gangguan kesehatan akibat pemaparan suhu lingkungan panas
yang berlebihan dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti, terjadinya kelelahan, sering


melakukan istirahat, dll.

2. Dehidrasi. Dehidrasi adalah suatu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan


yang disebabkan baik oleh penggantian cairan yang tidak cukup maupun karena
gangguan kesehatan. Pada kehilangan cairan tubuh < 1,5 % gejalanya tidak
nampak, kelelahan muncul lebih awal dan mulut mulai kering.

3. Heat Rash. Keadaan seperti biang keringat atau keringat buntat, gatal kulit
akibat kondisi kulit terus basah. Pada kondisi demikian pekerja perlu beristirahat
pada tempat yang lebih sejuk dan menggunakan bedak penghilang keringat.

4. Heat Cramps. Merupakan kejang-kejang otot tubuh (tangan dan kaki) akibat
keluarnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari tubuh yang
kemungkinan besar disebabkan karena minum terlalu banyak dengan sedikit garam
natrium.
5. Heat Syncope atau Fainting. Keadaan ini disebabkan karena aliran darah ke
otak tidak cukup karena sebagian besar aliran darah dibawa ke permukaan kulit
atau perifer yang disebabkan karena pemaparan suhu tinggi.

6. Heat Exhaustion. Keadaan ini terjadi apabila tubuh kehilangan terlalu banyak
cairan dan atau kehilangan garam. Gejalanya mulut kering, sangat haus, lemah dan
sangat lelah. Gangguan ini biasanya banyak dialami oleh pekerja yang belum
beraklimatisasi terhadap suhu udara panas.

Sumamur melaporkan bahwa pengujian pada 6 (enam) perusahaan dengan


pemeriksaan pada 48 tenaga kerja (27%) sampel, sebanyak 60% dari tenaga kerja
yang pada tekanan panas ISBB 28,8-29,2oC menyatakan perasaan panas. Seluruh
tenaga kerja pada ISBB dari 30,2oC menyatakan bahwa keadaan panas tidak
tertahankan. Sedangkan pada ISBB yang kurang dari 27,65oC , mereka tidak
merasakan sesuatu efek panas.

C. Antisipasi dan Rekognisi Bahaya

a) Antisipasi

Umumnya di dalam industri sering dijumpai adanya perbedaan suhu yang besar
antara satu tempat dengan tempat yang lain, dan hal ini mengakibatkan terjadinya
perbedaan panas yang besar pula. Energi panas yang berasal dari sumber akan
dipancarkan secara langsung dan masuk ke lingkungan tempat kerja yang bersuhu
dingin dan menyebabkan suhu udara tempat kerja naik, dengan demikian iklim atau
cuaca di dalam tempat kerja berubah dan menimbulkan tekanan panas yang akan
diterima oleh tenaga kerja yang bekerja sebagai beban panas tambahan. Panas
mempunyai pengaruh yang buruk terhadap tubuh. Dalam hal tersebut, yang harus
diketahui dari tenaga kerja yang bekerja di lingkungan tempat kerja yang panas
yaitu: sumber panas.

Ada dua macam sumber panas yang sangat penting untuk para tenaga kerja yang
bekerja di lingkungan tempat kerja yang panas:

1) Panas Metabolisme

Tubuh manusia akan selalu menghasilkan panas selama masih hidup. Proses yang
menghasilkan panas di dalam tubuh ini disebut proses merabolisme. Panas
metabolisme meningkat, apabila beban kerja (aktivitas kerja) meningkat.

Dalam rangka menjaga kelangsungan hidup, maka suhu tubuh harus dipelihara
agar tetap konstan (37oC). Kenya taan bahwa tubuh hanya memiliki kemampuan
yang sangat terbatas (sedikit) dalam menimbun (menyimpan) panas yang
dihasilkan dari metabolisme yang terbanyak (yang dihasilkan) harus dibuang atau
dikeluarkan dari dalam tubuh ke udara disekitarnya (udara lingkungan tempat
kerja).

2) Panas dari Luar Tubuh (datang dari lingkungan tempat kerja). Hal tersebut
sangat penting untuk dua alasan:

a. Panas dari lingkungan tempat kerja secara nyata dapat menambah beban
panas kepada tubuh.

b. Bahwa faktor-faktor panas lingkungan tempat kerja termasuk suhu udara,


kecepatan gerak udara, kelembaban udara dan panas radiasi. Ini semua
menentukan kecepatan (kemampuan) tubuh dalam mengeluarkan (melepaskan)
panas ke udara lingkungan tempat kerja.

b) Rekognisi

1. Pengenalan

Reaksi fisiologis terhadap pemajanan tekanan panas dapat digunakan sebagai alat
untuk mengenal adanya bahaya tekanan panas di lingkungan tempat kerja panas,
seperti: kenaikan suhu inti, kenaika denyut nadi atau kehilangan cairan tubuh
(keringat) yang sangat banyak.

Disamping itu tekanan panas juga berpengaruh kepada tingkah laku tenaga kerja.
Tingkah laku yang umumnya dihubungkan dengan tekanan panas adalah upaya
untuk mengurangi pemajanan, seperti membuka baju yang maksudnya untuk
meningkatkan penguapan dari tubuh.

Pengaruhnya terhadap sikap menunjukkan bahwa tenaga kerja lekas menjadi


marah, menurunnya moral kerja, dan meningkatnya angka absen. Ada juga suatu
kenaikan sejumlah kesalahan dan kemacetan mesin, dan meningkatnya tingkahlaku
yang membahayakan.

2. Pengukuran

Pada umumnya rata-rata suhu kulit orang normal adalah 33-35oC. Andaikata suhu
yang paling nyaman adalah ta= 20oC, maka kenaikan suhu (udara) dengan kulit =
(35-20)oC = 15oC (perbedaan antara suhu udara dengan suhu kulit dalam kondisi
yang dirasakan nyaman atau sering disebut gradient temperature). Pada keadaan
yang nyaman tersebut maka diperkirakan seseorang berada dalam keadaan Zone
of Thermal Neutrality.

Untuk mendaptkan kenyamanan, maka tubuh akan mengadakan reaksi yaitu dari
Zone of Thermal Neutrality menuju ke Zone of Vasomotor Thermo Regulation.
Dalam hal ini jantung akan bekerja lebih keras lagi, sehingga kulit menjadi lebih
panas, hal ini dimaksudkan untuk menempatkan kembali kepada gradient
temperature semula.

Apabila suhu lingkungan yang semula 22oC naik menjadi 28oC maka selanjutnya
akan terjadi perbedaan suhu dari 37oC 28oC = 9oC (perbedaan antara suhu kulit
dengan suhu udara). Untuk mencapai perbedaan antara suhu kulit dengan suhu
lingkungan (gradient temperature) yang nyaman seperti semula (15oC), berarti
suhu kulit harus naik menjadi 28oC + 15oC = 43oC. Kenaikkan suhu kulit ini (dari
37oC menjadi 43oC) sangat besar sekali. Maka panas perlu dihilangkan dengan
jalan penguapan keringat. Jadi dengan adanya timbunan panas metabolisme yang
sangat besar tersebut, maka pengatur keseimbangan panas didalam tubuh
memberi sinyal kepada kelenjar-kelenjar keringat untuk menghasilkan keringat,
diharapkan panas akan dapat dibuang (dihilangkan) dengan jalan penguapan
keringat. Pada keadaan ini seseorang berada dalam keadaan Zone of Evaporative
Thermo Regulation.

Apabila pelepasan panas dari tubuh kelingkungan berjalan cepat (Jumlah panas
yang dibuang lebih cepat daripada panas metabolisme yang dihasilkan), maka
aliran darah yang menuju ke kulit, akan ditarik lebih ke dalam lagi untuk
memelihara agar suhu tubuh tetap konstan, maka tubuh akan berusaha
mengahasilkan panas yang lebih besar, sehingga tubuh akan melakukan reaksi
dengan cara menggiggil. Dalam keadaan seperti ini, seseorang disebut Zone Of
Metabolic Thermo Regulation.
D. Evaluasi dan Monitoring Bahaya

1. Mengukur Suhu Inti (Suhu Tubuh bagian Dalam) dari Tenaga Kerja

Caranya dengan mengukur suhu oral. Suhu oral dapat diukur dengan menggunakan
thermometer air raksa biasa atau dengan thermometer elektronik. Tenaga kerja
yang akan diukur suhu oralnya tidak diperkenankan makan atau minum 15 menit
sebelum diukur suhunya, dan tenaga kerja harus menutup mulutnya selama
pengukuran.

Suhu inti diperkirakan = nilai hasil pengukuran ditambah dengan 1oF atau 0,5oC.
Bila suhu inti di atas 100,4oF atau di atas 38oC, maka dapat disimpulkan bahwa
tekanan panas di lingkungan tempat kerja tersebut cukup tinggi. Oleh karenanya
perlu evaluasi terhadap lingkungan tempat kerja lebih lanjut.

2. Pengukuran Denyut Nadi Tenaga Kerja

Untuk pengukuran saat pemulihan denyut nadi menjadi normal kembali, maka
tenaga kerja harus berhenti bekerja atau dilakukan saat putaran kerja berakhir dan
duduk istirahat. Nadi diukur (dihitung) setelah 1 menit duduk istirahat, hasilnya
denyut nadi harus di bawah 110 denyut/menit. Atau dengan cara lain ialah denyut
nadi diukur setelah pekerja istirahat selama 3 menit pertama, dan hasilnya haruss
dibawah 90 denyut/menit. Bila denyut nadi tenaga kerja lebih tinggi dari hasil yang
diperoleh dengan kedua cara pengukuran tersebut diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa tekanan panas di lingkungan kerja mungkin telah berlebihan, dan oleh sebab
itu perlu dilakukan evaluasi terhadap lingkungan tempat kerja.

3. Pemantauan terhadap Dehidrasi

Dehidrasi dapat dilakukan dengan mencatat perubahan berat badan pada saat akan
mulai bekerja dan pada akhir kerja. Bila terjadi penurunan berat badan lebih dari
1,5%, maka telah terjadi dehidrasi yang berlebihan, sehingga disarankan untuk
melakukan evaluasi terhadap lingkungan tempat kerja.

4. Mengukur Suhu Efektif

Untuk mendapatkan suhu efektif dapat melakukan pengukuran suhu kering dan
suhu basah dengan alat psychrometer dan dengan menggunakan psychrometric
chart maka dapat diperoleh besarnya kelembaban. Apabila kecepatan gerak udara
telah diketahui, maka suhu efektif dapat diperoleh dari perpotongan antara garis
yang menghubungkan suhu kering dan suhu basah dengan garis gerak cepat udara.
Misalnya di dalam suatu ruangan, dari hasil pengukuran diketahui bahwa nilai suhu
kering = 70oF dan suhu basah = 55oF. Dengan menggunakan psychromtric maka
dapat dicari besarnya kelembaban udara di dalam ruangan tersebut. Jika di dalam
ruangan tersebut ada sumber panaas dan memancarkan panas radiasi, maka
besarnya suhu efektif akan dipengaruhi oleh adanya panas radiasi dari sumber
tersebut. Oleh karenanya besarnya suhu eefektif harus dikoreksi.

5. Index Suhu Basah dan Bola

Batas pemaparan yang diperkenankan didasarkan atas perumpamaan bahwa harga


ISBB dari tempat istirahat adalah sama sangat dekat dengan tempat kerja. Apabila
tempat isntirahat menggunakan AC atau keadaan iklim kerja harga ISBB adalah
24oC, waktu istirahat yang diperkenankan dapat direduksi 25%. Batas pemaparan
yang diperbolehkan untuk bekerja untuk bekerja secara terus menerus dapat
dipakai dimana ad suatu work-rest regimen atau putaran kerja dan istirahat dari 5
hari kerrja setiap minggunya dengan 8 jam kerja setiap harinya dengan istirahat
agak lama atau makan siang 30 menit.

E. Pengendalian

Pengendalian terhadap heat stress dilaksanakan dalam rangka perlindungan


keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan. Pengendalian
tersebut di pusatkan di sekitar penyebab dan ketegangan psikologi yang dihasilkan.
Hal tersebut memerlukan pengendalian secara umum yang dapat digunakan untuk
semua panas yang ada hubungannya dengan pekerjaan. Pengendalian secara
khusus yang harus dievaluasi dan dipilih atas kondisi kerja yaang memaksa.

a. Pengendalian secara Umum

a) Penggantian Cairan

Kehilangan air yang sangat banyak dari tubuh dalam bentuk keringat adalah untuk
tujuan pendinginan dengan penguapan. Kehilangan dapat menzcapai 6 liter air
dalam 1 hari. NIOSH menyarankan agar tenaga kerja minum sebanyak 150 200 CC
setiap 15 20 menit. Air minum sebaiknya disimpan di tempat dingin dan
ditempatkan dekat dengan tempat kerja sehingga tenaga kerja dapat mengambil
tanpa meninggalkan tenaga kerja.

b) Aklimitasi

Setiap calon tenaga kerja yang akan bekerja di lingkungan tempat kerja panas
harus melaakukan penyesuaian fisiologis terhadap pajanan panas secara bertahap.
Proses aklimitasi sebaiknya dilakukan secara bertahap sebagai berikut: pada hari
pertama selama 2 jam. Pada hari kedua tenaga kerja bekerja di lingkungan tempat
kerja yang panas selama 4 jam. Sedangkan pada hari ketiga tenaga kerja bekerja
selama 6 jam. Demikian seterusnya, sehingga akhirnya pada hari ke lima, aklimitasi
telah mencapai 100% atau 8 jam ataua 1 shift kerja.

c) Self Determination

Diartikan sebagai pembatasan terhadap pajanan panas dimana tenaga xkerja


menghindari tehadap cuaca panas apabila ia sudah merasakan terpapar suhu
panas secara berlebihan.

d) Diet

Diet makanan seimbang dan mempunyai nilai gizi yang baik adalah sangat penting
untuk mempertahankan kesehatan yang prima. Makanan harus mengandung garam
yang cukup bagi tenaga kerja yang bekerja dibawah tekanan panas.

e) Gaya Hidup dan Status Kesehatan

Tenaga kerja harus tidur cukup dan berolah raga merupakan hal yang sangat
penting. Tenaga kerja juga tidak mempunyai kebiasaan minum minuman beralkohol
ataupun obat terlarang. Semua tenaga kerja sebaiknya tidak mengidap penyakit-
penyakit kronis seperti penyakit jantung, ginjal dan hati, karena tenaga kerja yang
berpenyakit mempunyai toleransi yang rendah terhadap tekanan panas.

f) Pakaian Kerja
Pakaian kerja untuk lingkungan tempat kerja panas sebaiknya dari bahan yang
mudah menyerap keringat sepert i: bahan yang terbuat dari katun, sehingga
penguapan mudah terjadi.

b. Pengendalian secara Khusus

a) Subtitusi

Mengurangi beban kerja dari berat ke beban kerja ringan dapat menurunkan tingkat
tekanan panas terutama panas metabolisme tubuh. Cara dalam mengurangi beban
kerja umumnya termasuk penggunaan tenaga untuk peralatan kerja atau cara kerja
baru untuk mengurangi upaya-upaya yang bersifat manual.

b) Engineering Control

1) Menurunkan Suhu Udara

Suhu udara dapat diturunkan dengan memasang ventilasi denga cara pengenceran
dan dengan pendinginan secara aktif. Ventilasi dengan cara pengenceran
maksudnya memasukkan udara yang lebih dingin dari tempat lain (dari luar
gedung) ke dalam lingkungan tempat kerja panas. Cara ini dapat dilaksanakan
untuk mendinginkan seluruh ruangan atau hanya pendinginan setempat.
Pendinginan secara aktif diartikan sebagai pendinginan dengan mesin atau
penguapan dengan pendinginan udara yang akan digunakan didinginkan lebih dulu
dengan mesin pendingin, selanjutnya baru dimasukkan ke lingkungan tempat kerja
untuk mengencerkan udara lingkungan kerja panas.

2) Menurunkan Kelembaban Udara

Dengan menggunakan ruangan yang dingin akan menurunkan tekanan panas, hal
ini disebabkan oleh karena suhu udara dan kelembaban udara yang lebih rendah,
sehingga meningkatkan kecepatan penguapan dengan pendinginan.

3) Menurunkan Panas Radiasi

Panas radiasi dapat datang dari sumber dengan suhu permukaan yang tinggi (dari
dapur peleburan). Bila suatu sumber panas dapat ditentukan atau dilokalisir, maka
panas radiasi dapat dikembalikan secara efektif dengan memasang lembaran logam
alumunium sebagai perisai di sekeliling sumber tanpa menyentuh dinding dapur.
Permukaan logam aluminium yang menghadap ke sumber dibuat mengkilap.
Ternyata dengan cara demikian 95% energi panas radiasi yang dipancarkan dari
sumber akan dipantulkan kembali, sedangkan yang 5% lainnya akan diabsorbsi oleh
logam aluminium. Dengan cara demikian udara dibelakang logam aluminium akan
tetap terasa dingin.

c) Administratif Control

1) Training

Pendidikan atau pelatihan bagi calon tenaga kerja sebelum ditempatkan dan
setelah ditempatkan yang dilaksanakan secara berkala. Pendidikan yang demikian
dilaksanakan baik untuk para calon tenaga kerja yang akan bekerja di lingkungan
tempat kerja panas atau para tenaga kerja yang bekerja di lingkungan kerja panas
maupun untuk supervisornya. Informasi yang menguntungkan yang dapat diperoleh
dari pendidikan ini adalah cara-cara mengendalikan tekanan panas dan cara-cara
untuk mengendalikan resiko yang berhubungan dengan panas.

2) Membagi Pekerjaan
Untuk mengurangi pajanan panas, pekerjaan dapat dibagi atau dikerjakan oleh
beberapa orang dengan cara bergantian. Dengan demikian pemaparan terhadap
panas bagi pekerja turun/berkurang atau hanya berlangsung dalam waktu yang
singkat.

d) Perlindungan Perorangan

Perlindungan perorangan dalah suatau cara pengendalian yang diselenggarakan


untuk perorangan. Untuk tekanan panas, perlindungan perorangan terutama berupa
suatu pakaian pendingin, namun juga dapat termasuk pakaian yang dapat
memantulkan panas radiasi yang tinggi dalam lingkungan tempat kerja panas. Jenis
pakaian yang ada:

1. Sistem Peredaran Udara

Udara dialirkan di bawah pakaian keseluruh tubuh. Untuk itu udara yang diperlukan
bagi setiap orang, harus dialirkan melalui pipa dengan tekanan yang tinggi dengan
menggunakan blower. Jadi jenis pakaian ini dirancang untuk menyerap panas tubuh.

2. Pakaian yang dapat memantulkan panas radiasi yang datang dari suatu
sumber panas.

DAFTAR PUSTAKA

M, Soeripto. 2008. Higiene Industri. Jakarta. FKUI.

Admin. 2006. Heat Stress. http://www.cdc.gov/niosh/topics/heatstress/. Diakses


pada tanggal 02 Juni 2012.

Admin._____. Heat Stress.


http://www.hse.gov.uk/temperature/heatstress/index.htm. Diakses pada tanggal 02
Juni 2012.

Admin. 2005. Heat Stress In Contruksion.


http://www.cpwr.com/hazpdfs/hazheat.pdf. Diakses pada tanggal 02 Juni 2012.

S, Ikhram Hardi. 2011. Bahaya Potensial Tekanan Panas Di Lingkungan Kerja.


http://makalahkesehatankerja.info/artikel-kesehatan-kerja-bahaya-potensial-
tekanan-panas-di-lingkungan-kerja/. Diakses pada tanggal 03 Juni.

HEAT EXHAUSTION

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Untuk memiliki gaya hidup yang sehat, rekreasi adalah satu keutamaan. Rekreasi juga
adalah aspek penting di dalam kehidupan seharian seseorang. Selain nutrisi, olahraga, rekreasi
merupakan salah satu faktor pendukung gaya hidup sehat. Selain dari hal tersebut ada juga orang
orang yang tertarik dengan melakukan bentuk rekreasi dengan melakukan pendakian gunung
Kenikmatan mendaki gunung dan puncak-puncak ketinggian di dunia memang tidak
dapat dipungkiri merupakan harapan banyak orang. Namun demikian berada di puncak-puncak
ketinggian di dunia ada bahaya/resiko yang bisa dialami manusia yaitu bahaya timbulnya
penyakit karena berada di ketinggian (Altitude or Mountain Sickness). Penyakit ketinggian dapat
terjadi pada beberapa orang ketika berada di ketinggian minimal 2.500 m dpl, tetapi gejala serius
bisa saja tidak terjadi hingga berada di ketinggian 3.000 m dpl. Namun demikian di banyak kasus
ketinggian pada dasarnya tidaklah penting tetapi seberapa cepat kita mendaki ke ketinggian
tersebut. (dikutip dari Group Trekking).
Dan ada beberapa diantaranya penyakit yang kemungkinan bisa di alami oleh para
pendaki yaitu diantaranya HEAT CRAMP, HEAT EXHAUSTION, dan HEAT STROKE. Dan di
makalah ini penulis mencoba membahas salah satu diantara penyakit gunung yaitu HEAT
EXHAUSTION.
B . TUJUAN
a. Tujuan umum
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan dewasa II

b. Tujuan khusus
a. Agar mahasiswa mampu memahami arti penyakit heat exhaustion
b. Agar mahasiswa mampu mengetahui penyebab dari penyakit heat exhaustion
c. Agar mahasiswa mampu melakukan pnanganan pada tanda dan gejala dari penyakit heat
exhaustion

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN HEAT EXHAUSTION
Heat Exhaustion atau kelelahan karena panas adalah suatu keadaan yang terjadi akibat
terkena / terpapar panas selama berjam - jam, dimana hilangnya banyak cairan karena
berkeringat menyebabkan kelelahan, tekanan darah rendah dan kadang pingsan. Jika tidak segera
diatasi
B. ETIOLOGI
Suhu yang sangat panas bisa menyebabkan hilangnya banyak cairan melaui keringat,
terutama saat melakukan kerja fisik atau olahraga berat. Bersamaan dengan cairan, garam
( elektrolit ) juga hilang sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah dan fungsi otak. Akibatnya
terjadi heat exhaustion
C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama adalah kelelahan, kelemahan dan kecemasan yang meningkat, serta badan
basah kuyup karena berkeringat. Jika berdiri, penderita akan merasa pusing karean darah
terkumpul didalam pembuluh darah tungkai, yang melebar akibat panas. Denyut jantung menjadi
lambat dan lemah, kulit menjadi dingin, pucat dan lembab, penderita menjadi linglung.
Hilangnya cairan menyebabkan kekurangan volume darah, menurunnya tekanan darah dan bisa
menyababkan penderita pingsan
D. TAHAPAN HEAT EXHAUSTION
1. Kondisi pertama adalah heat cramp/ kram akibat kenaikan suhu tubuh, dimana terjadi karena
paparan suhu yang sangat tinggi. Biasanya ditandai dengan keringat berlebihan, kelelahan, haus,
kram otot
2. Kondisi yang lain adalah heat exhaustion/ kelelahan akibat kenaikan suhu tubuh. Heat
exhaustion muncul jika anda tidak mempedulikan gejala dari heat cramp
3. Dan kondisi yang terakhir adalh Heat stroke dimana kondisi mengancam jiwa dimana suhu
tubuh mencapai lebih dari 40C atau lebih. Heat stroke dapat disebabkan karena kenaikan suhu
lingkungan, atau aktivitas yang dapat meningkatkan suhu tubuh

E. PENANGANAN PADA TAHAPAN HEAT EXHAUSTION


1. HAET CRAMP
Dengan meminum atau memakan minuman / makanan yang mengandung garam.
2. HEAT EXHAUSTION
a. Istirahat didaerah yang teduh.
b. Berikan minuman yang mengandung elektrolit.
3. HEAT STROKE
a. Pindahkan korban dengan segera ketempat yang sejuk, buka seluruh baju luarnya.
b. Bungkus korban dengan selimut yang sejuk dan basah. Usahakan agar selimut tetap basah.
Dinginkan korban hingga suhunya mencapai 38 Celcius.
c. Saat temperatur mencapai 38 celcius, ganti selimut basah dengan yang kering, lanjutkan
perawatan pada korban secara hati - hati.

F. PENCEGAHAN HEAT EXHAUSTION


a. Hindari aktivitas berat dalam lingkungan yang sangat panas atau didalam ruangan yang
sirkulasinya buruk
b. Dalam cuaca panas, gunakanlah pakaian yang longgar dan dingin
c. Jika memungkinkan, sering seringlah beristirahat dan berlindung di tempat tempat yang
teduh
d. Hindari tempat yang panas
e. Minum air yang banyak
f. Hindari panas yang berlebihan jika:
a. Sedang mengkonsumsi obat obatan yang menyebabkan terganggunya pengaturan suhu
b. Anda seorang yang obes
c. Anda berusia lanjut
g. Berolahrag secara bertahap dan tingkatkan asupan air dan garam

G. PENGOBATAN HEAT EXHAUSTION


Pengobatan yang paling utama adalah menggantikan cairan(rehidrasi dan garam yang
hilang).cairan yang hilang melalui keringat dapat di gantikan dengan mengkonsumsi makanan
dan minuman yang agak asin,mis: jus tomat yang di beri garam atau kaldu daging yang dingin.
Jika korban sadar,berikan sedikit-sedikit minuman bergaram (di buat dengan
menambahkan 1 sendok the garam kedalam 0,9 l air).berikan cangkir setiap 15 menit.jika
tidak ada minuman bergaram bisa di berikan air putih saja.kadang cairan di berikan melalui
infuse.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Heat exhaustion adalah merupakan salah satu bentuk dari penyakit gunung yang bisa
menyebabkan kelelahan karena panas adalah suatu keadaan yang terjadi akibat terkena / terpapar
panas selama berjam - jam, dimana hilangnya banyak cairan karena berkeringat menyebabkan
kelelahan, tekanan darah rendah dan kadang pingsan. Jika tidak segera diatasi
Heat exhaustion jika dibiarkan akan menjadi heat stroke yang dimana kondisi
mengancam jiwa dimana suhu tubuh mencapai lebih dari 40C atau lebih. Heat stroke dapat
disebabkan karena kenaikan suhu lingkungan, atau aktivitas yang dapat meningkatkan suhu
tubuh.
Salah satu upaya penangan untuk mencegah terjadinya heat exhaustion adalah penderita
diusahakan agar beristirahat ditempat yang teduh dan meminum air yang mengandung elektrolit.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.atmajaya.ac.id/content diakses tanggal 30 april 2010.
http//www.skripsi-tesis.com/07/02/terapi-rekreasi.doc.htm diakses pada tanggal 30 april 2010.

http://emedicine.medscape.com/article/166320-overview

Anda mungkin juga menyukai