Anda di halaman 1dari 12

WORKSHEET

KEBUTUHAN CAIRAN

Oleh:

Nama : ALFIANI RAHMI PUTRI


NIM : 202010461011018

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020/2021
KEBUTUHAN CAIRAN, ELEKTROLIT & ASAM BASA

Tujuan Belajar :
1. Mahasiswa dapat memahami proses regulasi cairan dan keseimbangan asam basa.
2. Mahasiswa dapat memahami manifestasi gangguan cairan tubuh dan keseimbangan
asam basa.
3. Mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
cairan dan asam basa mulai dari melakukan pengkajian, merumuskan diagnosa,
menyusun intervensi, implementasi & evaluasi tindakan.

I. Konsep Dasar Cairan

a. Kompartemen Cairan Tubuh (Peate and Nair, 2018)

Cairan serebrospinal, orbital masuk dalam kategori cairan ekstraseluler.

Fungsi cairan tubuh adalah sebagai :


1. media transportasi bagi zat makanan & oksigen
2. mengantarkan hormon
3. memudahkan proses metabolisme di dalam sel,
4. pelarut elektrolit dan non elektrolit
5. mempertahankan suhu tubuh
6. memudahkan pencernaan dan eliminasi
7. sebagai pelumas jaringan
8. Sebagai pembentuk struktur tubuh
b. Distribusi Elektrolit Dalam Cairan Tubuh
(Tugas mahasiswa : Jelaskan masing2 fungsi elektrolit di bawah ini ? )
mEq/L ICF ECF Fungsi
Plasma Interstitial
Na+ 15 142 144 membantu mengontrol cairan yang
berpengaruh terhadap tekanan darah,
membantu fungsi otot dan saraf, serta
membantu menyeimbangkan
elektrolit dalam tubuh
K+ 150 4 4 membantu fungsi jantung dan tekanan
darah, menyeimbangkan elektrolit
tubuh, mengirim impuls saraf,
kesehatan tulang, dan penting untuk
kontraksi otot
Ca 2+ 2 5 2,5 berkontribusi pada fisiologi dan
biokimia sel organisme, mempunyai
peran penting dalam jalur transduksi
sinyal, bertindak sebagai utusan
kedua dalam pelepasan neuro
transmitter dari neuron, kontraksi
semua jenis sel otot, banyak enzim
membutuhkan ion kalsium sebagai
kofaktor, termasuk beberapa dari
faktor koagulasi, pembentukan tulang
yang tepat
Mg 2+ 27 3 1,5 penyerapan kalsium dan vitamin D
dalam tubuh untuk proses
pembentukan tulang, sebagai kofaktor
untuk beberapa enzim, sebagai
pengikat nukleotida, berperan untuk
menstabilkan asam nukleat dalam
membran serta sebagai sarana
pertukaran ion intraseluler
Cl- 1 103 114 berperan penting dalam sistem
pencernaan, membantu
menyeimbangkan keasaman dan
kebasaan tubuh, sehingga pH tetap
normal, membantu menyeimbangkan
elektrolit dalam tubuh

c. Pergerakan Cairan Tubuh


Pergerakan cairan tubuh, terjadi melalui 4 proses. Jelaskan maksud
dari masing-masing proses tersebut ?
1. Difusi : peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari
bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah
2. Osmosis : proses berpindahnya pelarut dari suatu larutan yang di mana
memiliki daya konsentrasi yang cukup rendah ataupun suatu pelarut yang
murni dengan melewati berbagai membran semppermeabel ke dalam
larutan yang memiliki daya konsentrasi yang cukup tinggi sehingga pada
akhirnya akan tercapai keseimbangan
3. Filtrasi : proses penyaringan agar tubuh dapat menghilangkan zat-zat sisa
metabolisme (limbah) dan menjaga keseimbangan cairan, pH darah, dan
kadar darah
4. Transport aktif : gerakan atau perpindahan yang menggunakan energi
(ATP / Adenosin Triphospate) untuk masuk dan mengeluarkan ion dan
molekul melalui membran sel yang mempunyai sifat permeabel untuk
menjaga keseimbangan molekul kecil di dalam sel

II. Regulasi Cairan Tubuh


Diatur oleh organ-organ di bawah ini (DeLaune and Ladner, 2011 ;
Peate and Nair, 2018):
1. Ginjal
Mengatur volume cairan ekstrasel (CES) dan osmolalitas
(konsentrasi) cairan melalui retensi dan ekskresi cairan dan
elektrolit. Mengatur pH CES melalui ekskresi hidrogen dan absorbsi
bikarbonat.
2. Jantung & pembuluh darah
Saat volume plasma meningkat, curah jantung juga akan meningkat
dan perfusi ginjal akan meningkat pula. Keadaan ini menyebabkan
pembentukan urine lebih banyak dari biasanya. Sebaliknya saat
volume plasma turun, tekanan darah turun & merangsang
baroreseptor shg terjadi pengeluaran Aldosteron yg akan
meningkatkan absorbsi natrium & air, volume plasma meningkat,
dan produksi urine menjadi turun.
3. Paru-paru
Saat asidosis metabolik ventilasi paru akan meningkat
(hiperventilasi untuk mengeluarkan CO2 sehingga mengurangi
kelebihan asam. Sebaliknya saat alkalosis ventilasi paru akan
menurun (hipoventilasi) untuk meretensi CO2 yang akan
meningkatkan keasaman cairan tubuh.
4. Kel.Adrenal
Korteks adrenal mensekresi hormon aldosteron/mineralokortikoid.
(sumber : Sheerwood, 2010)
5. Kelenjar Hipofisis
hipofisis posterior yg menghasilkan antidiuretik hormone (ADH/vasopresin)
yang berfungsi untuk reabsorbsi air, mengatur keseimbangan air dan
tekanan darah.

III. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan & Elektrolit


Tugas : Lengkapilah tabel berikut ?

-Usia : kebutuhan intake cairan bervariasi bergantung pada usia akan berpengaruh
pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan, selain itu sesuai
aturan, air tubuh menurun dengan peningkatan usia
-Iklim/temperatur lingkungan : orang yang tinggal didaerah yang panas (suhu
tinggi) dan kelembapan udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan
cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Lingkungan yang panas
menstimulus sistem syaraf simpatis dan menyebabkan seseorang berkeringat.
Pada cuaca yang sangat panas, seseorang akan kehilangan 700-2.000 ml
air/jam dan 15 g gram/hari
-z
20
-Kondisi stress : stres mencetuskan pelepasan hormon antidiuretik sehingga
produksi urine menurun. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan
retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah
-Keadaan sakit : memengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain
trauma luka bakar, gagal ginjal, danpayah jantung. Kondisi sakit sangat
berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
-Diet : Asupan nutrisi yang tidak adekuat dapat berpengaruh terhadap kadar
albumin serum. Jika albumin serum menurun, cairan interstisial tidak dapat
masuk ke pembuluh darah sehingga terjadi edema.
-Tindakan medis : berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
seperti suction, nasogastric tube, dan lain-lain.
-Pengobatan : pemberian diuretik, laksatif dapat berpengaruh pada kondisi cairan
dan elektrolit tubuh.
-Pembedahan : tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah

IV. Perhitungan Intake dan Output


Tugas : Jelaskan bagaimana cara menghitung intake dan output cairan, serta
balance cairan
Intake cairan = oral + enteral + parenteral + air metabolism (5 cc per kgBB)
Output cairan = BAB + urin + NGT + muntah + drain + IWL (15 x kgBB / 24 jam)
Balance cairan = Intake - output

V. Pembagian Cairan Berdasarkan Osmolalitas


Tugas : Jelaskan macam-macam cairan berdasarkan osmolalitasnya, contoh
cairan & fungsinya.
-Isotonik : cairan/larutan yang memiliki osmolalitas sama atau mendekati
osmolalitas plasma. Digunakan untuk mengganti volume ekstrasel, misalnya
kekurangan cairan setelah muntah yang berlangsung lama. Cairan ini akan
meningkatkan volume ekstraseluler. Satu liter cairan isotonik akan menambah
CES 1 liter. (mis. NaCl 0,9 %, Ringer Laktat ,komponen darah / Albumin 5 %,
plasma, Dextrose 5 %)
-Hipotonik : cairan/larutan yang memiliki osmolalitas lebih kecil daripada
osmolalitas plasma. Tujuan cairan hipotonik adalah untuk menggantikan
cairan seluler, dan menyediakan air bebas untuk ekskresi sampah tubuh.
Pemberian cairan ini umumnya mendorong air masuk ke dalam sel untuk
memperbaiki keseimbangan di intrasel dan ekstrasel. Perpindahan cairan
terjadi dari kompartemen intravaskuler ke dalam sel (mis. dextrose 2,5 %
dalam NaCl 0,45 %, NaCl 0,2 %)
-Hipertonik : cairan/larutan yang memiliki osmolalitas lebih tinggi daripada
osmolaritas plasma. Pemberian larutan hipertonik yang cepat dapat
menyebabkan kelebihan dalam sirkulasi dan dehidrasi. Perpindahan cairan
dari sel ke intravaskuler, sehingga menyebabkan sel-selnya mengkerut (mis. D
5% dalam saline 0,9 %, D 5 % dalam RL, Dextrose 10 % dalam air)
6
VI. Regulasi Asam Basa
Tugas : Jelaskan bagaimana macam – macam gangguan asam basa

- Asidosis respiratorik : keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan


karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau
pernafasan yang lambat
- Asidosis metabolic : keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan
rendahnya kadar bikarbonat dalam darah
- Alkalosis respiratorik : darah menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan
dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah
- Alkalosis metabolic : darah dalam keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat

VII. Pengkajian
Tugas : Sebutkan data-data yang harus dikaji pada pasien yang mengalami
gangguan keseimbangan cairan.

Data subjektif
- Asupan cairan (jumlah dan jenis)
- Kulit (turgor, elestisitas, kering/lembab)
- Penurunan/peningkatan BB (jumlah, lama)
- Haluaran urine
- Riwayat penyakit (DM, GGK, jantung, penggunaan alcohol, diuretic)
- Suhu tubuh
- Kegiatan aktivitas berat (banyak mengeluarkan keringat)
- Nyeri
Data objektif
- BB sekarang dan sebelum sakit
- Intake cairan (oral, enteral, parenteral, air metabolism)
- Output cairan (BAB, urin, NGT, muntah, drain, IWL)
- Derajat dehidrasi
- Tanda dehidrasi (mukosa bibir kering, turgor kulit menurun, pucat,
diaphoresis, haluaran urine)
- Kondisi klinis : muntah, diare, suction, drainase intestinal, luka bakar,
perdarahan, koma, dehidrasi
- Pemeriksaan laboratorium
1) Hct naik : dehidrasi / syok
2) Hct turun : perdarahan massive
3) Hb naik : adanya hemokonsentrasi
4) Hb turun : perdarahan akut
5) Analisa gas darah (pH, PO2,HCO3-,PCO2 dan saturasi O2) untuk
mengetahui adanya gangguan keseimbangan asam basa
6) Pemeriksaan elektrolit serum untuk mengetahui kadar natrium, kalium,
klorida, ion bikarbonat.
7) pH dan berat jenis urine : menunjukan kemampuan ginjal untuk mengatur
konsentrasi urine

7
X. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
Tugas : Sebutkan diagnosa keperawatan beserta NOC NIC yang terjadi pada
pasien dengan gangguan cairan, elektrolit & asam basa
Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
Hypervolemia Keseimbangan cairan Manajemen hypervolemia
(D.0022) (L.03020) : (I.03114) :
- Asupan cairan Observasi
- Output urin - Periksa tanda dan gejala
- Membrane mukosa hypervolemia (mis.
lembab Orthopnea, dyspnea, edema,
- Asupan makanan JVP/CVP meningkat, reflex
- Edema hepatojugular positif, suara
- Dehidrasi nafas tambahan)
- Asites - Identifikasi penyebab
- Konfusi hypervolemia
- Tekanan darah - Monitor status hemodinamik
- Frekuensi nadi (mis. Frekuensi jantung,
- Kekuatan nadi tekanan darah, MAP, CVP,
- Mean Arterial Pressure PAP, PCWP, CO, CI)
- Mata cekung - Monitor intake dan output
- Turgor kulit - Monitor tanda
- Berat badan hemokonsentrasi (mis.
Natrium, BUN, Hct, berat
jenis urin)
- Monitor tanda peningkatan
tekanan onkotik plasma (mis.
Kadar protein dan albumin
meningkat)
- Monitor kecepatan infus
secara ketat
- Monitor efek samping
diuretic (hipotensi
ertortostatik, hypovolemia,
hypokalemia, hiponatremia)
Terapeutik
- Timbang BB setiap hari pada
waktu yang sama
- Batasi asupan cairan dan
garam
- Tinggikan kepala tempat tidur
30-40 derajat
Edukasi
- Anjurkan melapor jika
haluaran urin <0,5 ml/kg/jam
dalam 6 jam
- Anjurkan melapor jika BB
bertambah >1kg / hari
- Ajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan haluaran
cairan
- Ajarkan cara membatasi
cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretic
- Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat
diuretic
- Kolaborasi pemberian
continuous renal replacement
therapy
Hypovolemia Status cairan (L.03028) : Manajemen hypovolemia (I.03116)
(D.0023) - Kekuatan nadi Observasi
- Output urin - Periksa tanda dan gejala
- Membrane mukosa hypovolemia (mis. Frekuensi
lembab nadi meningkat, nadi lemah,
- Pengisian vena TD menurun, tekanan nadi
- Orthopnea menyempit, turgot menurun,
- Dyspnea membrane mukosa kering,
- Paroxysmal nocturnal volume urin menurun, Hct
dyspnea meningkat, haus, lemah)
- Edema anasarka - Monitor intake dan output
- Edema perifer Terapeutik
- Berat badan - Hitung kebutuhan cairan
- Distensi vena jugularis - Berikan posisi modified
- Suara nafas tambahan Trendelenburg
- Kongesti paru - Berikan asupan cairan oral
- Perasaan lemah Edukasi
- Rasa haus - Anjurkan memperbanyak
- Konsentrasi urin asupan oral
- Frekuensi nadi - Anjurkan menghindari
- Tekanan darah perubahan posisi mendadak
- Tekanan nadi Kolaborasi
- Turgor kulit - Kolaborasi pemberian cairan
- Jugular venous pressure IV isotonis (mis. NaCl, RL)
- Hemoglobin - Kolaborasi pemberian cairan
- Hematocrit IV hipotonis (mis. D 2,5%,
- Central venous pressure NaCl 0,4%)
- Refluks hepatojugular - Kolaborasi pemberian cairan
- Berat badan koloid (mis. Albumin,
- Hepatomegaly plasmanate)
- Oliguria - Kolaborasi pemberian produk
- Intake cairan darah
- Status mental
- Suhu tubuh
Ketidakstabilan kadar Kestabilan kadar glukosa Manajemen hiperglikemia
glukosa darah darah (L.03022) : (I.030115) :
(D.0027) - Koordinasi Observasi
- Tingkat kesadaran - Identifikasi kemungkinan
- Mengantuk penyebab hiperglikemia
- Pusing - Identifikasi situasi yang
- Lelah / lesu menyebabkan kebutuhan
- Rasa lapar insulin meningkat (mis.
- Gemetar kekambuhan)
- Berkeringat - Monitor kadar glukosa darah
- Mulut kering - Monitor tanda dan gejala
- Rasa haus hiperglikemia
- Perilaku aneh - Monitor intake dan output
- Kesulitan bicara - Monitor keton urin, kadar
- Kadar glukosa BGA, elektrolit, TD
dalam darah ortostatik, frekuensi nadi
- Kadar glukosa Terapeutik
dalam urin - Berikan asupan cairan oral
- Palpitasi - Konsultasi dengan medis jika
- Perilaku tanda dan gejala
- Jumlah urin hiperglikemia tetap ada /
memburuk
- Fasilitasi ambulasi jika ada
hipotensi ortostatik
Edukasi
- Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar glukosa
darah lebihd ari 250 mg/dl
- Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara mandiri
- Anjurkan kepatuhan terhadap
diet dan olahraga
- Ajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian keton
urin
- Ajarkan pengelolaan diabetes
Kolaborasi
- Pemberian insulin
- Pemberian cairan IV
- Pemberian kalium

XI. Soal – Soal

1. Seorang perempuan usia 28 tahun datang ke RS dengan keluhan sejak 2


minggu yang lalu badannya terasa lelah, mudah capek dan sesak. Hasil
pengkajian didapatkan konjungtiva anemis, pasien pucat, Hb 9 gr/dl, dan TD
90/60 mmHg. Pasien mendapatkan terapi infus 1500 cc/8 jam. Pada saat
pemasangan infus, setelah perawat memasukkan jarum ke lokasi insersi,
kemudian menarik jarum sedikit sehingga terlihat darah pada ujung jarum.
Bagaimanakah langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh perawat ?
Jawaban :
Pastikan darah mengaliri jarum dan abocath, lepas tourniquet bila darah
sudah masuk, lepas jarum dan biarkan selang abocath di dalam pembuluh
darah, tekan pangkal selang abocath untuk mencegah darah keluar dan
masukkan ujung selang infus set ke abocath, alirkan cairan dari botol infus
ke pembuluh darah dengan membuka roller, monitor tetesan cairan hingga
lancar, dan fiksasi.

2. Seorang perempuan usia 38 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan


diagnosis gagal ginjal kronis. Hasil pengkajian didapatkan Tekanan darah
140/90 mmHg, frekuensi nafas 22 x/menit, frekuensi nadi 85 x/menit,
terdapat asites pada abdomen, pemeriksaan shifting dullnes (+) dan edema
pada kedua ekstremitas bawah. Sehingga pasien tidak bisa beraktivitas dan
hanya bedrest. Masalah keperawatan utama yang dialami oleh pasien adalah
?
Jawaban :
Hypervolemia (D.0022) :
- Etiologi
- tanda mayor : dyspnea (RR 22x/min), edema kedua ekstremitas bawah, asites
pada abdomen, pemeriksaan shifting dullness (+)
- kondisi klinis terkait : gagal ginjal kronis

3. Seorang perempuan usia 28 tahun dibawa ke RS dengan keluhan diare dan


badan terasa lemas sejak 2 hari yang lalu. BAB 8 x sehari dengan konsistensi
cair, disertai kram pada abdomen. Hasil pemeriksaan diperoleh TD 110/90
mmHg, suhu 37°C, frekuensi nafas 20 x/menit, frekuensi nadi 85 x/menit,
mata cekung, turgor kulit jelek dan pasien cemas dengan kondisinya karena
sebelumnya tidak pernah mengalami hal ini. Perawat melakukan tindakan
kolaborasi untuk pemasangan infus dan pemberian terapi. Setelah dilakukan
tindakan kolaboratif, evaluasi untuk melihat keberhasilan tindakan adalah ?
Jawaban :
- Infus terpasang dengan rapi dan benar
- Aliran dan tetesan infus lancar dan sesuai kebutuhan terapi
- Tidak terjadi hemtom
- Pasien nyaman
- Balance cairan pasien terpenuhi
- Pasien sudah tidak merasa lemas
- TD pasien normal
- Frekuensi nafas pasien turun lebih normal
- Frekuensi nadi pasien turun lebih normal
- Mata tidak cekung
- Turgor kulit membaik / elastisitas membaik
- Pasien tidak lagi merasa cemas

4. Seorang perempuan usia 45 didiagnosis congestive heart failure. Hasil


pengkajian didapatkan TD 140/90 mmHg, frekuensi nadi 90 x/menit,
frekuensi nafas 22 x/menit, JVD (+), terdapat edema pada kedua
ekstremitas, dan ascites. Dokter telah melakukan tindakan pungsi cairan
abdomen untuk mengatasi ascites dan pembatasan asupan cairan pada
pasien. Bagaimanakah cara perawat mengevaluasi keberhasilan
penatalaksanaan ascites pada pasien ?
Jawaban :
Edema menurun, ascites menurun, JVD (-), tekanan darah menurun normal,
frekuensi nadi menurun normal, RR menurun normal
5. Seorang laki-laki, usia 54 tahun dirawat di rumah sakit dengan keluhan
muntah dan BAB seperti air cucian beras. Pemeriksaan fisik menunjukkan
TD: 90/50mmHg, Nadi lemah, cepat; suhu : 39 oC, turgor kulit jelek, mukosa
membran kering, balance cairan = - 500 cc. Apakah diagnosa keperawatan
prioritas pada pasien?
Jawaban :
Hypovolemia (D.0023)
Etiologi :
Tanda mayor : nadi teraba lemah dan cepat, TD menurun 90/50 mmHg,
turgor kulit menurun, membrane mukosa kering
Tanda minor : suhu tubuh meningkat 39 derajat, balance cairan -500 cc,
konsentrasi feses (BAB seperti air cucian beras), muntah
Kondisi klinis terkait : diare

6. Seorang perempuan, usia 65 tahun dirawat di rumah sakit dengan gagal


ginjal kronik. Hasil pemeriksaan gas darah arteri menunjukan pH: 7,29,
PCO2: 32 mmHg, PO2: 87mmHg, HCO3-: 17 mEq/L. Pemeriksaan elektrolit,
Na: 130, Cl: 98. Apakah gangguan asam basa yang terjadi pada pasien?
Jawaban :
Asidosis metabolic (PH asam, HCO3 menurun, PCO2 menurun)
Hyponatremia (Na <135 meq/l)

7. Seorang perempuan, usia 40 tahun dengan diagnosa gagal ginjal kronik


datang ke rumah sakit untuk tindakan hemodialisa. Pengkajian menunjukan
adanya oliguria, edema pada ekstremitas dan periorbital, dan keluhan sesak
nafas. Manakah pendidikan kesehatan berikut yang tepat bagi pasien?
Jawaban :
Pendidikan kesehatan tentang diet rendah protein dan mengontrol asupan
cairan

8. Gangguan keseimbangan asam basa yang perlu dikaji pada pasien dengan
gagal ginjal kronik adalah ?
Jawaban :
Asidosis metabolic, karena ketika kerja ginjal terganggu, maka ginjal tidak
dapat membuang asam melalui urine dengan optimal, sehingga asam
terkumpul di dalam darah

9. Seorang pasien dibawa ke rumah sakit karena mengalami perdarahan.


Perawat hendak melakukan pemasangan infus. Berdasarkan osmolalitasnya,
maka cairan yang diberikan kepada pasien adalah ?
Jawaban :
Cairan hipertonik, karena osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum,
sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam
pembuluh darah, untuk mengkompensasi perdarahan dan mampu
menstabilkan tekanan darah

Anda mungkin juga menyukai