DEKOMPENSASI KORDIS
DISUSUN OLEH
TAHUNA
2020
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kehendakNya
sehingga makalah ini dengan judul “DEKOMPENSASI KORDIS ” dapat terselesaikan dengan
baik.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah KMB 1 dan
bertujuan untuk dapat memberikan informasi kepada para pembaca tentang memilih media
dalam komunikasi kesehatan. Dalam penulisan makalah ini, penulis merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan demi
penyempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDADULUAN
1. Latar Belakang
Jantung merupakan struktur kompleks yang terdiri atas jaringan fibrosa, otot-otot jantung, dan jaringan
konduksi listrik. Jantung mempunyai fungsi utama untuk memompakan darah.Hal ini dapat dilakukan
dengan baik apabila kemampuan otot jantung untuk memompa cukup baik, system katup, serta irama
pemompaan dan kemungkinan dapat menyebabkan kegagalan memompa. (Muttaqin, 2012, p. 196)
Saat ini gagal jantung merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskular yang terus meningkat insiden
dan prevalensinya. Resiko kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5-10% pertahun pada gagal
jantung ringn yang akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung yang berat. Selain itu, gagal
jantung merupakan penyakit yang paling sering memerlukan perawatan ualng di rumah sakit
(readmission) meskipun pengobatan rawat jalan telah diberikan secara optimal.(Kasron, 2016, pp. 183-
184)
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Resiko gagal
jantung akan meningkat pada orang lanjut usia (lansia) karena penurunan fungsi ventrikel akibat
penuaan. Gagal jantung ini dapat menjadi kronik apabila disertai dengan penyakit-penyakit seperti:
hipertensi, penyakit katub jantung, kardiomiopati dan lain-lain. Gagal jantung menjadi kondisi akut dan
berkembang secara tiba-tiba pada miokard infark(Kasron, 2016, pp. 183-184)
1. Batasan Masalah
Dekompensasikordis(GagalJantung) adalahsuatu kondisi ketidakmampuan jantung untuk memompa
darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrient dan oksigen.
Mekanisme yang mendasar. (Bararah, 2013, p. 75)
Penyebab tersering adalah cidera pada jantung itu sendiri dengan berkurangnya kekuatan kontraksi
jantung, Akibat buruk dari menurunnya kontraktilitas.
Tanda dan gejala gagal jantung kiri, badan lemah, cepat lelah, napas pendek, berdebar-debar, sesak
napas, batuk disertai sakit kepala serta keluarnya keringat dingin. Sedangkan tanda dan gejala gagal
jantung kanan adalah adanya edema tumit dan tungkai bawah, gangguan pencernaan, perut kembung,
anoreksia, nausea, beratbadan bertambah, edema kaki, perasaan tidak enak pada epigastrium
Gagal jantung sering dikaitkan dengan kongesti sistolik dan diastolic serta kelemahan
miokardium.Kelemahan ini merusak kemampuan jantung yang efisien
Menurut letaknya gagal jantung dapat dibedakan menjadi gagal jantung kiri dan gagal jantung kanan.
Sedangkan menurut jalannya penyakit, gagal jantung dibedakan menjadi gagal jantung akut dan gagal
jantung kronis.
1. Rumusan Masalah
2. Bagaimana Konsep Penyakit Decompensasi Cordis ?
3. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Penyakit Decompensasi Cordis?
4. Tujuan
5. TujuanUmum
Mengetahui secara umum mengenai konsep gagal jantung dan asuhan keperawatan dengan gagal
jantung.
2. TujuanKhusus
3. Memahami Konsep Penyakit Decompensasi Cordis
4. Memahami Konsep Asuhan Keperawatan Penyakit Decompensasi Cordis
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. KONSEP PENYAKIT
2. Definisi
Dekompensasikordis (GagalJantung)adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrient dan oksigen. Mekanisme yang
mendasar. (Bararah, 2013, p. 75)
Gagal jantung adalah sindrom klinis ditandai oleh sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas)
yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung dapat disebabkan oleh
gangguan yang mengakibatkan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi diastolic) dan/atau
kontrakitas miocard ( disfungsi sistolik ). (Nurarif, 2016, p. 236)
Gagal jantung adalah suatu kondisi dimana terjadi kegagalan jantung dalam memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan tubuh ( Mubarak; dkk;, 2015, p. 8)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwasannya gagal jantung adalah suatu kondisi ketidak
edekuatan jantung untuk memompa darah yang harusnya dapat memenuhi kebutuhan jaringan, yang di
sebabkan oleh kelainan struktur jantung sehingga menimbulkan sesak napas dan fatik.
2. Etiologi
Penyebab gagal jantung mencakup apapun yang menyebabkan peningkatan volume plasma sampai
derajat tertentu sehingga volume diastolic akhir meregangkan serat-serat ventrikel melebihi panjang
optimumnya.Penyebab tersering adalah cidera pada jantung itu sendiri dengan berkurangnya kekuatan
kontraksi jantung, Akibat buruk dari menurunnya kontraktilitas, mulai terjadi akumulasi volume darah di
ventrikel. Penyebab gagal jantung karena kerusakan pada jantung itu sendiri antara lain:
1. Dyspnea
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu pertukaran gas. Dapat terjadi
orthopnea. Beberapa pasien dapat mengalami orthopnea pada malam hari yang dinamakan Paroksimal
Nokturnal Dispnea (PND)
1. Batuk
2. Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung yang kurang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta
menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi karena meningkatnya energy yang
digunakan untuk bernapas dan insomnia yang terjadi karena gangguan pernapasan dan batuk.
4. Patofisiologi
Awitan gagal jantung dapat bersifat akut dan kronis. Gagal jantung sering dikaitkan dengan kongesti
sistolik, diastolic serta kelemahan miokardium.Kelemahan ini merusak kemampuan jantung
yang efisien.Pada gagal jantung akut, terdapat penurunan jumlah darah yang dipompa keluar secara
mendadak dari kedua ventrikel yang menyebabkan penurunan suplai oksigen ke jaringan.Akan tetapi,
pada gagal jantung kronik, penyakit berkembang secara teratur dan pada tahap awal mungkin tidak ada
gejala gagal jantung.
1. Patofisiologi gagal jantung kanan
Gagal jantung kanan dikaitkan dengan ventrikel kanan yang tidak mampu memompa darah ke dalam
arteri paru yang masuk ke paru. Kondisi ini menyebabkan peningkatan volume pada ventrikel kanan
selama fase akhir diastolic yang menyebabkan peningkatan pada volume pada atrium kanan.Akibatnya,
kondisi inimeningkatkan volume darah dan tekanan pada system vena sistemik.Akumulasi darah pada
beberapa organ utama (hati, ginjal dan limpa) menyebabkan pembesaran pada organ tersebut dan
khirnya rusak.
Kontraktilitas ↓
Preload ↑
Beban systole ↑
Kebutuhan metabolism ↑
Gagal jantung
Beban jantung↑
Edema Paru
Renal flow ↓
Retensi Na &air
Pelepasan RAA
edema
Intoleransi aktifitas
Metabolism sel ↓
Curah jantung ↓
Forward failure
5. Klasifikasi
Klasifikasi gagal jantung menurut gejala dan intensitas gejala
1. Gagal jantung akut : Timbulnya gejala secara mendadak, biasanya selama beberapa hari atau beberapa jam.
2. Gagal jantung kronik : perkembangan gejala selama beberapa bulan sampai beberapa tahun dan
menggambarkan keterbatasan kehidupan sehari-hari
Klasifikasi Gagal jantung menurut letaknya :
1. gagal jantung kiri disebabkan karena kegagalan ventrikel kiri untuk mengisi atau mengosongkan dengan
benar.
2. Sedangkan gagal jantung disebabkan karena kegagalan ventrikel kanan untuk memompa secara adekuat.
Penyebab gagal jantung kanan yang paling sering terjadi adalah gagal jantung kiri, tetapi gagal jantung
kanan dapat terjadi dengan adanya penyakit paru dan hipertensi arteri pulmonary primer. (Nurarif, 2016)
Menurut drajat sakitnya :
1. Kelas 1 : penderita kelainan jantung tanpa pembatasan aktifitas fisik. Aktivitas sehari-hari tidak
menyebabkan keluhan.
2. Kelas 2 : penderita kelainan jantung yang mempunyai aktivitas fisik terbatas. Tidak ada keluhan sewaktu
istirahat, tetapi aktivitas sehari-hari dapat menyebabkan capek, berdebar, sesak napas.
3. Kelas 3 : penderita dengan aktivitas yang sangat terbatas. Pada saat istirahat tida terdapat keluhan, tetapi
aktivitas ringan saja akan menyebabkan capek, berdebar, sesak napas.
4. Kelas 4 : penderita tidak mampu untuk melakukan aktivitas fisik tanpa adanya rasa terganggu. Tanda-tanda
dekompensasi malah muncul pada kondisi istirahat. (Bararah, 2013, p. 79)
5. Komplikasi
Komplikasi gagal jantug dapat berupa:
Kerusakan hati
Gagal jantung dapat menyebabkan penumpukan cairan yang mengakibatkan terlalu banyak penekanan
pada hati.Cairan ini dapat mengakibatkan hati tidak berfungsi dengan baik yang dikarenakan adanya
jaringan parut pada hati.
1. RiwayatKesehatanTerdahulu
Riwayat penyakit sebelumnya
Biasanya klien menderita infark miokardium, DM, dan hyperlipidemia (Muttaqin, 2012, p. 210)
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
1. Kesadaran
Gagal jantung biasanya didapatkan kesadaran yang baik atau compos mentis dan akan berubah sesaat
tingkat gangguan yang melibatkan perfusi system saraf pusat. (Muttaqin, 2012, p. 211)
Pasien yang mengalami disfungsi sisitolik dapat memiliki tekanan darah yang sangat renda, tetapi
asimtomatik (sistolik, 80-90mmHg, distolik, 40-49mmHg).Frekuensi jantung dapat cepat 90x/menit atau
lebih rendah saat istirahat pasien yang mengalami fungsi diastolic mungkin hipertensif atau
tidak. (Patricia, 2011, p. 514)
Body System
1. Sistem Pernafasan
Inspeksi
Pasien Nampak Dispnea, ortopnea, dyspnea paroksimal
Palpasi
Adanya edema pulmonal akut
Auskultasi
Terdengar suara Crackles atau Ronkhi basah halus pada dasar posterior paru (Muttaqin, 2012, p. 211)
1. Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi
Terjadijaringan parut pasca dilakukakannya pembedahan jantung, terdapat distensi vena jugularis, dan
edema.
Palpasi
Takikardi, pitting edema, hipotensi sistolik ditemukan pada gagal jantung yang lebih berat
Perkusi
Batas jantung ada pergeseran yang menandakan adanya hipertrofi jantung (kardiomegal)
Auskultasi
Bunyi jantung ketiga dan keempat (S3,S4) serta crackles pada paru. S4 atau gallop atrium, mengikuti
kontraksi atrium dan terdengar paling baik. (Muttaqin, 2012, pp. 212-215)
1. Sistem persyrafan
Kesadaran compos mentis
Didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfungsi jaringan berat
Pasien Nampak meringis, menangis, merintih, meregang dan menggeliat.(Muttaqin, 2012, p. 215)
1. Sistem perkemihan
Inspeksi
Mengukur volume urine, asupan cairan, dan adanya oliguria
Palpasi
Adanya edema ekstremitas (Muttaqin, 2012, p. 215)
1. Sistem pencernaan
Penting untuk memalpasi dan memperkusi bagian-bagian dari abdomen guna mengidentifikasi adanya
asites dan tepi bawah hati. Tekanan atrium kanan yang tinggi berubah menjadi tekanan vena yang tinggi
menandakan gagal jantung kanan, dan hati menjadi reservoir untuk peningkatan volume vena serta
peningkatan ukuran hati (hematomegali). (Patricia, 2011, p. 515)
1. Sistem Integumen
Inspeksi
Warna kulit pucat
Capilary refill >2 detik, suhu akral dingin, diaphoresis, dan pitting edema (Muttaqin, 2012, p. 216)
1. Sistem Muskuluskeletal
Inpeksi
Mudah lelah terjadi akibat curah jantung yang kurang, anorexsia
Palpasi
Kulit dingin, bisa juga terjadi demam ringan, dan keringat yang berlebihan (Muttaqin, 2012, p. 216)
1. Sistem Endokrin
Pelepasan adrenalin (epinefrin) dan noradrenlin (nonepinefrin) dari kelenjar adrenal ke dalam aliran
darah, nonadrenalin juga dilepaskan oleh syaraf. Adrenalin dan nonadrenalin adalah system pertahanan
tubuh yang pertama muncul setiap kali terjadi stress mendadak. Pada gagal jantung, adrenalin dan
nonadrenalin menyebabkan jantung bekerja lebih keras, untuk membantu meningkatkan curah jantung
dan mengatasi ganguuan pompa jantung sampai derajat tertentu.(Kasron, 2016, p. 188)
1. Sistem reproduksi
Edema dimulai pada kaki dan tumit edema dependen dan secara bertahap bertambah ke atas tungkai
yag pada akhirnya ke genetelia eksterna serta tubuh bagian bawah. (Muttaqin, 2012, p. 213)
1. Sistem Imunitas
Ketika system limfe yang tidak lagi mampu menarik cairan cukup untuk mengurangi tekanan maka akan
terajdi asites. (Patricia, 2011, p. 515)
1. Sistem pengindraan
Biasanya terjadi bintik kekuningan lunak atau plak pada kelopak mata, konjungtiva pucat, serta adanya
garis melingkar puti atau abu ditepi kornea. (Manurung, 2016, p. 28)
1. PemeriksaanPenunjang
Berikut beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pasien penderita gagal jantung
1. EKG untuk mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan oksis, iskemia, dan kerusakan pola
2. ECG untuk mengetahui adanya sinus takikardi, iskemia, infark/ fibrilasi atrium, ventrikel hipertrofi,
disfungsi penyakit katup jantung.
3. Rontgen dada untuk menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan dilatasi atau hipertrofi
bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau peningkatan tekanan pulmonal
4. Scan jantung untuk tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan jantung
5. Kateterisasi jantung untuk mengetahui tekanan abnormal, menunjukkan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katup atau insufisiensi, serta mengkaji potensi arteri
coroner
6. Oksimetri arteri, saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika CHF memperburuk PPOM
7. AGD, gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori ringan atau hipoksemia dengan peningkatan
tekanan karbondioksida.
8. Enzim jantung, meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan jantung. Misal, infark miocard (kreatinin
fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan Dehidrogenase Laktat/ LDH, serta isoenzim LDH).(Sutanto, 2010, pp.
67-68)
1. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan (pengobatan)diberikan supaya penderita merasa lebih nyaman dan lebih aktif dalam
melakukan berbagai aktivitas dan meningkatkan kualitas hidup serta harapan hidup pasien.
1. Pasien yang menderita gagal jantung dapat mengalami masalah pernafasan, seperti sesak napas, terutama
ketika berusaha bernapas. Oksigen harus diberikan untuk meningkatkan oksigenai pada darah.
2. Pasien yang mengalami gagal jantung kiri dapat mengeluarkan sejumlah besr sputum yang berbusa karena
adanya edema plmonalsehingga mereka memerlukan kantung/wadah sputum untuk meludah, serta harus
diberikan tisu dan wadahsputum untuk mengambil tisu yang sudah digunakan
3. Pasien harus dirawat dengan posisi tegak lurus ditempat tidur dengan disangga bantal untuk bernapas
kecuali di kontraindikasikan.
4. Pemantauan asupan dan haluaran cairan harian yang akurat sangat penting bagi pasien yang mengalami
gagal jantung. Haluaran cairan harus lebih dari 30 mL/jam dan jumlah ini harus dicatat setiap jam
2. Diagnose Keperawatan
3. Penurunan curah jantung
Definisi:
Ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
Penyebab :
1. Perubahan irama jantung
2. Perubahan frekuensi jantung
3. Perubahan kontraktilitas
4. Perubahan pre-load
5. Perubahan after-load
Gejala dan tanda mayor
1. perubahan irama jantung
Subjektif
Palpitasi
Objektif
Bradikardi / takikardi
Gambaran EKG aritmia atau gangguan konduksi
2. Perubahan pre-load
Subjektif
Lelah
Objektif
Edema
Distensi vena jugularis
Central venous pressure (CVP) meningkat/ menurun
Hepatomegali
3. Perubahan after-load
Subjektif
Dispnea
Objektif
Tekanan darah meningkat/menurun
Nadi perifer teraba lemah
Capillary refill time ≥ 3 detik
Oliguria
Warna kulit pucat dan / sianosis
4. Perubahan kontraktilitas
Subjektif
Paroxysmal noctumal dyspnea (PND)
Orthopnea
Batuk
Objektif
Terdengar suara jantung s3 dan / atau s4
Ejection fraction (EF) menurun
Gejala dan tanda minor
1. Perubahan preload
Subjektif :-
Objektif
Murmur jantung
Berat badan bertambah
Pulmonary artery wedge pressure (PAWP) menurun.
2. Perubahan after-load
Subjektif :-
Objektif
Pulmonary vascular resistance (PVR) meningkat/menurun
Systemic vascular resistence (SVR) meningkat/ menurun
3. Perubahan kontraktilitas
Subjektif :-
Objektif
Cardiac index (CI) menurun
Left ventricular stroke word index (LVSWI) menurun
Stroke volume index (SVI) menurun
4. Perilaku/emosional
Subjektif
Cemas
Gelisah
Objektif :-
Kondisi klinis terkait
Gagal jantung
Sindrom koroner akut
Stenosis mitral
Regurgitasi metral
Stenosis aorta
Regurgitasi aorta
Stenosis trikuspidal
Regurgitasi trikuspidal
Stenosis pulmonal
Regurgitasi pulmonal
Aritmia
Penyakit jantung bawaan.(PPNI, 2017, p. 34)
1. Gangguan pertukaran gas
Definisi
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida pada membrane alveolus-
kapiler
Penyebab
Ketidak seimbangan ventilasi –perfusi
Perubahan membrane alveolus-kapiler
Gejala dan tanda mayor
PO menurun
2
Takikardia
PH arteri meningkat/menurun
Bunyi napas tambahan
Penyebab
Hiperglikemia
Penurunan konsentrasi hemoglobin
Peningkatan tekanan darah
Kekurangan volume cairan
Penurunan aliran arteri dan/atau vena
Kurang terpapar informasi tentang factor pemberat (mis. Merokok, gaya hidup yang monoton, trauma,
obesitas, asupan garam, imobilitas)
Kurang terpapar informasi tentang proses penyakit ( mis. diabetes militus, hiperlipidemia)
Kurang aktifitas fisik
Gejala dan tanda mayor
Subjektif :-
Objektif
Pengisian kapiler ≥ 3 detik
Nadi perifer menurun/ tidak teraba
Akral teraba dingin
Warna kulit pucat
Turgor kulit menurun
Gejala dan tanda minor
Subjektif :
Parastesia
Nyeri ekstremitas (klaudikasi intermiten)
Objektif
Edema
Penyembuhan luka lambat
Indeks ankle-brachial ≤0,90
Bruit femoral
Kondisi klinis terkait
Tromboflebitis
Diabetes militus
Anemia
Gagal jantung
Kelainan jantung congenital
Trombosis arteri
Varises
Thrombosis vena dalam
Sindrom kompartemen(PPNI, 2017, p. 37)
3. Intervensi
4. Penurunan curah jantung
Definisi
Ketidak adekuatan pompa darah oleh jantung untuk emenuhi kebutuhan metabolism tubuh.
Tujuan
Tujuan penurunan curah jantung tidak sensitive terhadap isu keperawatan. Oleh sebab itu, perawat
sebaiknya tidak bertindak secara mandiri untuk melakukannya. Sehingga perawat harus kolaboratif .
Kriteria hasil
1. Memiliki indeks jantung dan fraksi ejeksi dalam batas normal
2. Memiliki haluaran urine, berat jenis urine, bload nitrogen (BUN) dan kretinin plasma dalam batas normal
3. Memiliki warna kulit yang normal
4. Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas fisik (mis., tidak mengalami dyspnea, nyeri dada,
atau sinkope)
5. Menggambarkan diet, obat, aktivitas, dan batasan yang diperlukan (mis, untuk penyakit jantung)
6. Mengidentifikasi tanda dan gejala perburukan kondisi yng dapat dilaporkan
Aktivitas keperawatan
1. Kaji dan dokumentasikan tekanan darah, adanya sianosis, status pernafasan dan status mental
2. Pantau tanda kelebihan cairan (misalnya edema dependent, kenaikan berat badan )
3. Kaji toleransi aktivitas pasien dengan memperhatikan adanya awitan nafas pendek, nyeri, palpitasi, atau
limbung
4. Evaluasi respon pasien terhadap terapi oksigen
5. Kaji kerusakan kognitif
Penyuluhan untuk pasien atau keluarga
1. Jelaskan tujuan pemberian oksigen perkanul atau sungkup
2. Instruksikan mengenai pemeliharaan keakuratan asupan dan haluaran
Regulasi Hemodinamik (NIC)
1. Pantau denyut perifer, pengisian ulang kapiler, dan suhu serta warna exteremitas
2. Pantau asupan dan haluaran, haluaran urin dan berat badan pasien
3. Pantau resistensi veskuler sistemik dan paru
4. Pantau dan dokumentasikan frekuensi jantung, irama, dan nadi
Aktivitas Kolaboratif
1. Konsultasi dengan dokter mengenai parameter pemberian atau penghentian obat tekanan darah
2. Berikan dan titrasikan obat anti aritmia inatropik nitrogliserin, dan vasobilator untuk mempertahankan
kontrakpilitas, priloat, dan afterload sesuai dengan program medis
3. Berikan anti keagulan (heparin untuk mencegah pembentukan thrombus(Wilkinson, 2016, pp. 63-67)
Tujuan
Status pernapasan pertukaran gas dan status pernapasan ventilasi tidak terganggu.
Kriteri Hasil
Mempunyai fungsi paru dalam atas normal
Memiliki ekspansii paru yang simetris
Menjelaskan rencana perawatan dirumah
Tidak menggunakan pernafasan bibir mencucu
Tidak mengalami napas dangkal / orthopnea
Tidak menggunakan otot aksensoris untuk bernapas
Aktivitas Keperawatan
1. Kaji suara paru, frekuensi nafas, kedalaman, dan usaha nafas, dan produksi sputum sebagai indicator
keefektifan alat penunjang
2. Pantau satu rasi O dengan oksimeter nadi
2
3. Pantau hasil tes darah apabila kadar PaO yang rendah dan PaCO yang tinggi maka hal itu menunjukkan
2 2
perburukan pernafasan
4. Pantau kadar elektrolit
5. Pantau status mental
Penyuluhan untuk pasien atau keluarga
1. Jelaskan alas an pemberian oksigen dan pemberian lainnya
2. Jelaskan penggunaan alat bantu yang diperlukan (oksigen, penghisap, spirometer, dan IPPB)
3. Ajarkan kepada pasien teknhik bernafas dan relaksasi
Pengaturan Hemodinamik
1. Auskultasi bunyi jantung
2. Pantau dan dokumentasikan frekuensi, irama, dan denyut jantung
3. Pantau adanya edema perifer, distensi vena jugularis, dan bunyi jantunng S3 dan S4
Aktivitas Kolaboratif
1. Konsultasikan dengan dokter dengan pentingnya pemeriksaan GDA
2. Laporkan perubahan pada data pengkajian terkait
3. Berikan obat yang diresepkan misalnya natrium bikarbonat untuk mempertahankan keseimbangan asam
basa (Wilkinson, 2016, p. 185)
Tujuan
Untuk menunjukkan status sirkulasi , integritas jaringan : kulit dan membrane mukosa, serta menunjukkan
perfusi jaringan perifer.
Kriteria Hasil
Menunjukkkan fungsi otonom yang utuh
Melaporkan kecukupan energy
Berjalan 6 menit dengan tidak merasakan nyeri pada ekstremitas bawah.
Aktivitas keperawatan
1. Kaji ulkustasis dan gejala selulitis (nyeri, kemerahan, dan pembengkakan estermitas)
2. Kaji intergrritas perifer
3. Kaji tonus otot, pergerakan motorik gaya berjalan, dan propiosepsi
Penyuluhan untuk pasien atau keluarga
1. Ajarkan manfaat latihan fisik pada sirkulasi perifer
2. Ajarkan pentingnya latihan fisik secara bergantian dengan istirahat
3. Ajarkan efek merokok pada sirkulasi perifer
Aktivitas Kolaboratif
1. Berikan medikasi berdasarkan instruksi atau protocol (misalnya meditasi analgesik, anti koagulan,
netrogliserin, pasodilator, dieuretik, dan inertropik positif, dan kontraktilitas)
2. Konsultasi dokter apabila nyeri tidak mereda
3. Perawatan sirkulasi : berikan medikasi antitrombosit atau koagulan.(Wilkinson, 2016, p. 446)
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak; dkk;. (2015). standart asuhan keperawatan dan prosedur tetap dalam praktik keperawatan. jakarta:
salemba medika.
Bararah. (2013). Asuhan keperawatan panduan lengkap menjadi perawat profesional jilid I. Jakarta: Prestasi
pustaka raya.
Hariyanto. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah I. Jogjakarta: Ar- Ruzz Media.
Kasron. (2016). Buku Ajar Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Trans Info Media.
Manurung. (2016). Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskular. Jakarta: CVA Trans Info Media.
Muttaqin. (2012). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi.Jakarta:
Salemba Medika.
Nurarif. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis. jogjakarta: Mediaction.
Patricia. (2011). Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC.
PPNI. (2017). Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI.
Sutanto. (2010). Cekal Penyakit modern. Yogyakarta: Andi Offset.
Wiley, J. (2015). Dasar-Dasar Patofisiologi Terapan.Jakarta: Bumi Medika.
Wilkinson. (2016). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.