Anda di halaman 1dari 68

1

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Tn. S


DENGAN ANEMIA DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
LUBUK SIKAPING
TAHUN 2021

Oleh :

1. Asmar
2. Aufa Islami
3. Elfiyanti
4. Elvia Djohany
5. Gustina Yustisia
6. Harpeni
7. Ilman
8. Mardalinda

Pembimbing

Klinik Akademik

( ) ( )

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI
TAHUN 2021
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kelompok ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia yang dilimpahkanNya, sehingga kelompok dapat menyelesaikan

penyusunan laporan tentang “Asuhan Keperawatan Gawat Darurat dengan

Anemia di Instalasi Gawat Darurat RSUD Lubuk Sikaping Tahun 2021

”Penulisan laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan

tugas akhir siklus Kegawatdaruratan.

Dalam penyusunan laporan ini, kelompok mendapatkan banyak bantuan

dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu kelompok mengucapkan Terima

kasih yang sebesar-besarnya kelompok ucapkan kepada yang terhormat :

1. Ibu pembimbing akademik Ns. Vera Kurnia, M. Kep

2. Ibu pembimbing klinik Ns. Rina Gusrawati, S. Kep yang selalu

mendampingi dan membimbing mahasiswa

3. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Ners Prima Nusantara Bukittinggi

yang telah memberi semangat dan kerja sama yang baik dalam penyusunan

laporan ini

Kepada yang teristimewa Bapak, Ibu, kakak dan adikku serta teman dan

sahabat yang telah memberi dukungan kepada kelompok untuk menyelesaikan

Laporan ini. Terima kasih atas pengorbanan dan dorongan yang telah diberikan

pada kelompok, baik moril atau materil. Semoga Allah SWT senantiasa

i
3

melimpahkan rahmat dan hidayahNya, kepada semua pihak yang telah

membantu kelompok.

Dalam penulisan Kasus ini kelompok mengharapkan kritikan dan saran

yang konstruktif demi kesempurnaan laporan ini.

Lubuk Sikaping, Maret 2020

Kelompok

ii
4

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Tujuan............................................................................................ 4
C. Manfaat.......................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian ..................................................................................... 6
B. Etiologi .......................................................................................... 7
C. Patofisiologi................................................................................... 9
D. Klasifikasi anemia..........................................................................11
E. Manifestasi klinis...........................................................................15
F. Pemeriksaan penunjang.................................................................17
G. Penatalaksanaan medis..................................................................22
H. Askep Teoritis................................................................................23

BAB III PENGKAJIAN KASUS


A. Pengkajian......................................................................................35
B. Diagnosa........................................................................................43
C. Intervensi.......................................................................................46
D. Implementasi dan Evaluasi............................................................50

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian......................................................................................54
B. Diagnosa........................................................................................55
C. Intervensi.......................................................................................56
D. Implementasi..................................................................................57
E. Evaluasi..........................................................................................58

BAB VII KESIMPULAN


A. Kesimpulan.....................................................................................59
B. Saran...............................................................................................60

DAFTAR PUSTAKA

iii
5
1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa

eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk

membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan

oxygen caring capacity). Secara praktis anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar

hemoglobin, kemudian hematrokit. Menurut WHO (Word Health Organization)

dalam Desmawati (2013) batasan kadar hemoglobin untuk laki-laki dewasa umur

> 15 tahun adalah 13.0 g/dL (Sudoyo Aru, dkk.2010).

Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju.

Penderita anemia diperkirakan dua milyar dengan prevalensi terbanyak di wilayah

Asia dan Afrika. World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa anemia

merupakan 10 masalah kesehatan terbesar di abad modern, kelompok yang

berisiko tinggi anemia adalah wanita usia subur, ibu hamil, anak usia sekolah, dan

remaja (WHO, 2016).

Prevalensi anemia menurut WHO tahun 2018 sebesar 36%. World Health

Organization (WHO) memberikan batasan bahwa prevalensi anemia di suatu

daerah dikatakan ringan jika berada pada angka 10% dari populasi target, kategori

sedang jika 10-30% dan gawat jika lebih dari 30%. Menurut data hasil Riskesdas

(2013), prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21,7% dengan penderita anemia

berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4% penderita berumur lebih dari 15

tahun (Kemenkes RI, 2014). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

1
2

tahun 2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia pada balita sebesar 40,5%, ibu

hamil sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar 45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun

sebesar 57,1% dan usia 19- 45 tahun sebesar 39,5%. Wanita mempunyai risiko

terkena anemia paling tinggi terutama pada remaja putri (Kemenkes RI, 2013).

Secara umum tingginya prevalensi anemia disebabkan oleh beberapa

faktor diantaranya rendahnya asupan zat besi dan zat gizi lainnya seperti vitamin

A, C, folat, riboplafin dan B12 untuk mencukupi kebutuhan zat besi dalam

seharinya bisa dilakukan dengan mengkonsumsi sumber makanan hewani sebagai

salah satu sumber zat besi yang mudah diserap, mengkonsumsi sumber makanan

nabati yang merupakan sumber zat besi yang tinggi tetapi sulit diserap (Briawan,

2014). Penyebab lain anemia itu adalah dari saluran cerna dan terjadi melena.

Menurut Sylvia, (2011) melena adalah buang air besar seperti aspal, umumnya

disebabkan perdarahan saluran bagian atas mulai dari esophagus sampai

duodenum. Warna merah gelap atau hitam berasal dari konversi Hb menjadi

hematin oleh bakteri setelah 14 jam.

Ketika melena itu terjadi secara terus–menerus akan mengakibatkan

anemia yang mengakibatkan harus di transfuse darah. Keadaan klien pun menjadi

lemas, tampak pucat, tidak nafsu makan dan waktu istirahatnya terganggu.

Eliminasi BAB dihasilkan mengeluarkan feses hitam dengan konsistensi cair.

Maka dari itu peran perawat disini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan klien

dengan pemberian asuhan keperawatan sesuai dengan masalah diatas tersebut,

yaitu diantaranya melakukan transfuse darah agar meningkatnya kadar

hemoglobin, mengobeservasi seluruh keadaan klien, memberikan asupan nutrisi,

menciptakan lingkungan yang nyaman. Tak lupa dengan pemberian terapi obat
3

yang diresepkan oleh dokter. Dampak apabila tidak ada kadar hemoglobin dalam

tubuh, kapasitas pembawa oksigen darah dapat berkurang sampai 99% dan

tentunya tidakmencukupi kebutuhan metabolisme tubuh. Itu yang membuat

kondisi klien menjadi lemas dan tampak pucat (Hamdi,2014).

Pelaksanaan asuhan keperawatan pada anemia, seorang perawat

mempunyai peran dan fungsi diantaranya pemberi perawatan, sebagai advokat

keluarga, pencegahan penyakit, pendidikan, konseling, kolaborasi, pengambil

keputusan etik dan peneliti. Memahami diri sendiri memungkinkan perawat untuk

menjadi penyedia asuhan yang penuh kasih dan peduli, mengkombinasikan

keterampilan, pengetahuan, dan kasih sayang dengan kualitas pribadi yang unik

(Sarwono,2013).

Pada saat dibiarkan tanpa penanganan, anemia berisiko menyebabkan

beberapa komplikasi serius, seperti kesulitan melakukan aktivitas akibat

kelelahan, masalah pada jantung, seperti gangguan irama jantung (aritmia) dan

gagal jantung, gangguan pada paru-paru, misalnya hipertensi pulmonal dan juga

dapat berujung pada kematian (Fitri, 2016).

Berdasarkan data Rekam Medik RSUD Lubuk Sikaping diperoleh data

mengenai jumlah kasus anemia pada tahun 2020 sebanyak 96 kasus. Untuk tahun

2021 sejak bulan Januari sampai dengan April sebanyak 22 kasus (Medical

Record RSUD, 2021).

Berdasarkan uraian diatas maka dari itu kelompok merasa tertarik untuk

mengangkat sebuah kasus keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan pada

Tn.S dengan Anemia di ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Lubuk Sikaping

Tahun 2021.
4

B. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Mahasiswa Mampu menerapkan asuhan keperawatan komprehensif

pada Tn.S dengan Anemia di ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Lubuk

Sikaping Tahun 2021.

2. Tujuan khusus

a) Melakukan pengkajian pada Tn.S dengan Anemia di ruang Instalasi

Gawat Darurat RSUD Lubuk Sikaping Tahun 2021

b) Menegakkan diagnosa keperawatan pada Tn.S dengan Anemia di ruang

Instalasi Gawat Darurat RSUD Lubuk Sikaping Tahun 2021

c) Menyusun intervensi keperawatan pada Tn.S dengan Anemia di ruang

Instalasi Gawat Darurat RSUD Lubuk Sikaping Tahun 2021

d) Melakukan implementasi keperawatan pada Tn.S dengan Anemia di

ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Lubuk Sikaping Tahun 2021

e) Melakukan evaluasi keperawatan pada Tn.S dengan Anemia di ruang

Instalasi Gawat Darurat RSUD Lubuk Sikaping Tahun 2021.

C. Manfaat

1. Bagi penulis

Meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan keterampilan dalam

memberikan asuhan keperawatan pada kasus keperawatan kegawatdaruratan

terutama pada asuhan keperawatan Anemia.

2. Bagi Pasien

Pasien dapat memperoleh pelayanan keperawatan yang baik sesuai

dengan asuhan keperawatan dengan Anemia.


5

3. Bagi institusi pendidikan kesehatan

Dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan asuhan keperawatan

kegawatdaruratan terutama pada asuhan keperawatan anemia.

4. Bagi institusi pelayanan kesehatan

Dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan pada asuhan

keperawatan kegawatdaruratan terutama pada kasus dengan anemia.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit

1. Defenisi

Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah

merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit)

per 100 ml darah (Price, 2011).

Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar

hemoglobin (HB) atau hematokrit (HT) dibawah normal. Anemia

menunjukkan suatu status penyakit atau perubahan fungsi tubuh. Terdapat

banyak perbedaan jenis anemia. Beberapa menyebabkan ketidak adekuatan

pembentukan sel sel darah merah ( eritropoiesis); SDM prematur atau

penghancuran SDM yang berlebihan (hemolisi); kehilangan darah( penyebab

yang paling umum ); faktor-faktor etiologi lainnya yaitu defisit zat besi dan

nutrien, faktor faktor hereditas, dan penyakit kronis. (brunner dan

suddarth, 2013)

Aniemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar

Hb sampai dibawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat

(Behrman, 2014).

Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau

penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau

gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang

diuraikan melalui anemnesis yang seksama.

6
7

Jadi, dari beberapa defenisi di atas dapat kelompok dua simpulkan

bahwa anemia adalah gambaran keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi

tubuh dan perubahan patofisiologis yang mendasar yang ditandai dengan

keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin (HB) serta

hematokrit (HT) di bawah normal.

2. Etiologi

Anemia terjadi sebagai skibat gangguan, atau rusaknya mekanisme

produksi sel darah merah. Penyebab anemia adalah menurunnya produksi sel-

sel darah merah karena kegagalan dari sumsum tulang, meningkatnya

penghancuran sel-sel darah merah, perdarahan, dan rendahnya kadar

ertropoetin, misalnya pada gagal ginjal yang parah. Gejala yang timbul adalah

kelelahan, berat badan menurun, letargi, dan membran mukosa menjadi pucat.

Apabila timbulnya anemia perlahan (kronis), mungkin hanya timbul sedikit

gejala, sedangkan pada anemia akut yang terjadi adalah sebaliknya. Pasien

yang menderita anemia kronis lebih dapat mentolerir tindakan bedah

dibandingkan dengan penderita anemia akut. Faktor penatalaksanaan yang

patut dipertimbangkan untuk penderita anemia terpusat pada penurunan

kemampuan darah untuk menganggkut oksigen, dan pada beberapa kasus,

mengenai kecendrungan rusaknya mekanisme pertahanan selular

(Pedersen, 2013).

Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang

diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam

folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan,

kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.


8

Penyebab umum dari anemia, meliputi :

1. Perdarahan hebat

2. Akut (mendadak)

3. Kecelakaan

4. Pembedahan

5. Persalinan

6. Pecah pembuluh darah

7. Penyakit Kronik (menahun)

8. Perdarahan hidung

9. Wasir (hemoroid)

10. Ulkus peptikum

11. Kanker atau polip di saluran pencernaan

12. Tumor ginjal atau kandung kemih

13. Perdarahan menstruasi yang sangat banyak

14. Berkurangnya pembentukan sel darah merah

15. Kekurangan zat besi

16. Kekurangan vitamin B12

17. Kekurangan asam folat

18. Kekurangan vitamin C

19. Penyakit kronik

20. Meningkatnya penghancuran sel darah merah

21. Pembesaran limpa

22. Kerusakan mekanik pada sel darah merah

23. Reaksi autoimun terhadap sel darah merah


9

24. Hemoglobinuria nokturnal paroksismal

25. Sferositosis herediter

26. Elliptositosis herediter

27. Kekurangan G6PD

28. Penyakit sel sabit

29. Penyakit hemoglobin C

30. Penyakit hemoglobin S-C

31. Penyakit hemoglobin E

32. Thalasemia (Burton, 2011).

3. Kriteria Anemia

Untuk memenuhi definisi anemia, maka perlu ditetapkan batas

hemoglobin atau hematokrit yang dianggap sudah terjadi anemia. Batas

tersebut sangat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, dan ketinggian tempat

tinggal dari permukaan laut.

Batasan yang umum dipengaruhi adalah kriteria WHO pada tahun 2013.

Dinyatakan sebagai anemia bila tedapat nilai dengan criteria sebagai berikut :

No Jenis kelamin/ usia Kadar hemoglobin


1 laki-laki Hb <13gr/dl
2 perempuan dewasa tidak hamil Hb <12gr/dl
3 Perempuan  Hb <11gr/dl
4 Anak usia  6-14 tahun  Hb <12gr/dl
5 Anak usia 6 bulan-6 tahun  Hb <11gr/dl

Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit,atau praktik klinik pada

umumnya dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut.

a. Hb <10gr/dl

b. Hematokrit <30%
10

c. Eritrosit <2,8juta

Pasien dalam kasus menderita anemia akibat defisiensi besi, padahal

tingkat kebutuhan besi (Fe) meningkat dalam masa pertumbuhan. Akibat

kurangnya asupan zat gizi berupa besi yang penting dalam proses

hemopoiesis ini menimbulkan konsekuensi berbagai gejala klinis yang

dialami oleh pasien tersebut.

4. Patofisiologi
Menurut Wiwik, h., & Hariwibowo, A. S (2015) patofisiologi pada klien

anemia ialah timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum

tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan

sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi. Pajanan toksik, invasi

tumor, atau akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat

hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi), hal ini dapat akibat

defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah

yang menyebabkan destruksi sel darah merah.

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau

kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan

sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor

atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui.  Sel darah merah

dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat

akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah

merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.


11

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau

dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil

samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap

kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan

peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5

mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).

Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada

kelainan hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma

(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas

haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk

mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan

kedalam urin (hemoglobinuria).

Pada dasarnya gejala anemia timbul karena dua hal berikut :

a. Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat

dibawa oleh darah ke jaringan.

b. Mekanisme kompensasi terhadap anemia.

Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung
WOC Anemia 12

Perdarahan masif Eritrosit prematur Defisiensi besi, B12, Fe Defisiensi sumsum tulang kongengital
/ akibat obat –obatan

Kehilangan banyak Unsure eritrosit pendek Kekurangan bahan


darah akibat penghancuran sel baku pembuat sel Pembentukan sel
darah merah hemopoetik terhenti /
berkurang

HB menurun

ANEMIA

daya tahan tubuh menurun


HB menurun < 10gr/dl Gangguan gastrointestinal Kekawatiran terhadap situasional Kardiovaskuler

Paparan mikroorganisme Gangguan absorbs nutrient Gelisah


Transport
oksigen ke meningkat yang diperlukan untuk Kontraksi
perifer pembentukan sel darah anteriol
Ansietas
berkurang merah
Resiko infeksi
Pengiriman O2 dan nutrient Penguranagan aliran drah dan
Akral dingin
ke sel berkurang komponennya ke organ tubuh yang
kurang vital ( anggota gerak ),
Perfusi perifer tidak efektif penambahan aliran darah ke otak
Penurunan BB dan jantung

Defisit nutrisi Pengiriman O2 dan


nutrisi ke sel berkurang

Intoleransi aktifitas
13

5. Klasifikasi Anemia

Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis, meliputi :

a. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah

disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi :

1) Anemia aplastik, penyebab : Agen neoplastik/sitoplastik, terapi

radiasi, antibiotic tertentu, obat anti konvulsan, tyroid, senyawa

emas, fenilbutason, benzene, infeksi virus (khususnya hepatitis).


Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik

Gejala-gejala :

1) Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dan lain-lain)

2) Defisiensi trombosit : ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan

saluran cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf

pusat.

3) Morfologis : anemia normositik normokromik

Anemia pada penyakit ginjal

Gejala-gejala :

1) Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl

2) Hematokrit turun 20-30%

3) Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi


14

4) Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah

maupun defisiensi eritopoitin

b. Anemia pada penyakit kronis

Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan

anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran

dan warna yang normal).  Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses

paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan

c. Anemia defisiensi besi

Penyebab : Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat

selama hamil, menstruasi. Gangguan absorbsi (post gastrektomi).

Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises

oesophagus, hemoroid, dan lain-lain)


gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi
Gejala-gejalanya :

1) Atropi papilla lidah

2) Lidah pucat, merah, meradang

3) Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut

4) Morfologi : anemia mikrositik hipokromik

d. Anemia megaloblastik

Penyebab : Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam

folat. Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st


15

gastrektomi) infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen

kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi,

pecandu alkohol.


Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi

f) Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah


disebabkan oleh destruksi sel darah merah :
1) Pengaruh obat-obatan tertentu
2) Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia
limfositik kronik
3) Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
4) Proses autoimun
5) Reaksi transfusi
6) Malaria

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis

6. Manifestasi Klinis

a. Tanda-tanda umum anemia

Gejala awal yang tersembunyi dan derajat beratnya anemia dapat

timbul pada saat menentukan diagnosis. Biasa terjadi diare dan berat

badan yang berkurang, pireksia ringan ikterus karena hemolisis dan


16

warna pucat membuat kulit berwarna kuning lemon, lidah halus, atrofi

dan dapat nyeri tekan. Splenomegali merupakan hal yang lazim.

Perubahan degeneratif pada saluran medula spinalis posterior dan lateral

dapat menyebabkan degenerasi kombinasi subakut dengan kerusakan

sensasi permukaan seperti “ sarung tangan dan kaus kaki” dengan

hilangnya rasa vibrasi dan proprioseptif. Reflek tendo cepat tetapi

sentakan pergelanngan kaki sering berkurang. Refleks plantar berupa

ekstensor. Ataksia dan keadaan konfusional toksik dapat timbul. Jika

tidak diberikan terapi, demensia akan timbul.(hayes, 2013)

Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga

dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa

menyebabkan stroke atau serangan jantung(Sjaifoellah, 2010).

b. Manifestasi khusus pada anemia

1) Anemia aplastik : ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral,

infeksi bakteri, demam, anemis, pucat, lelah, takikardi.

2) Anemia defisiensi : konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl), telapak

tangan pucat (Hb < 8 gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi,

murmur sistolik, letargi, tidur meningkat, kehilangan minat

bermain atau aktivitas bermain. Anak tampak lemas, sering

berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit kepala, anak tak tampak

sakit, tampak pucat pada mukosa bibir, farink,telapak tangan dan

dasar kuku. Jantung agak membesar dan terdengar bising sistolik

yang fungsional.

3) Anemia aplastik : ikterus, hepatosplenomegali.


17

   (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI, 2015).

7. Pemeriksaan penunjang

Menurut wiwik, H.,dan Hariwibowo,A. S (2013) pemeriksaan

laboratorium pada klien dengan anemia terdiri dari :

a. Pemeriksaan laboratorium hematolgis dilakukan secara bertahap sebagai

berikut :

1) Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap

kasus anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya

anemia dan bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini

meliputi pengkajian pada komponen-komponen berikut ini : kadar

hemoglobin, indeks eritrosit, (MCV, MCV, Dan MCHC), apusan

darah tepi.

2) Pemeriksaan rutin merupakan pemeriksaan untuk

mengetahuikelainan pada sistem leukosit dan trombosit.

Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap darah (LED),

hitung diferensial, dan hitung retikulosit.

3) Pemeriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini harus dikerjakan

pada sebagian besar kasus anemia untuk mendapatkan diagnosis

defenitifmeskipun ada beberapa kasus yang diagnosisnya tidak

memerlukan pemeriksaan sumsum tulang.

b. Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini akan dikkerjakan

jika telah mempunyai dugaan diagnosis awal sehingga fungsinya adalah

untuk mengomfirmasi dugaan diagnosis tersebut pemeriksaan tersebut

memiliki komponen berikut ini :


18

1) Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transferin, dan

feritin serum.

2) Anemia megaloblastik: asam folat darah/ertrosit, vitamin B12.

3) Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes coombs, dan elektroforesis

Hb.

4) Anemia pada leukeumia akut biasanya dilakukan pemeriksaan

sitokimia.

c. Pemeriksaan laboratorium nonhematogolis, meliputi :

1) Faal ginjal

2) Faal endokrin

3) Asam urat

4) Faal hati

5) Biakan kuman

d. Pemeriksaan penunjang lainnya, pada bebrapa kasus anemia diperlukan

pemeriksaan penunjang sebagai berikut :

1) Biopsy kelenjar uang dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi

2) Radiologi: torak, bone survey, USG, atau linfangiografi.

3) Pemeriksaan sitogenetik.

4) Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = polymerase chain raction,

FISH = fluorescence in situ hybridization).

8. Penatalaksanaan

a. Pencegahan Anemia

Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Namun, Anda dapat

membantu menghindari anemia kekurangan zat besi dan anemia


19

kekurangan vitamin dengan makan yang sehat, variasi makanan,

termasuk :

1) Besi. Sumber terbaik zat besi adalah daging sapi dan daging lainnya.

Makanan lain yang kaya zat besi, termasuk kacang-kacangan, sereal

kaya zat besi, sayuran berdaun hijau tua, buah kering, selai kacang

dan kacang-kacangan.

2) Folat. Gizi ini, dan bentuk sintetik, asam folat, dapat ditemukan di

jus jeruk dan buah-buahan, pisang, sayuran berdaun hijau tua,

kacang polong dan dibentengi roti, sereal dan pasta.

3) Vitamin B-12. Vitamin ini banyak dalam daging dan produk susu.

4) Vitamin C. Makanan yang mengandung vitamin C, seperti jeruk,

melon dan beri, membantu meningkatkan penyerapan zat besi.

Makan banyak makanan yang mengandung zat besi sangat penting

bagi orang-orang yang memiliki kebutuhan besi yang tinggi, seperti

anak-anak - besi yang diperlukan selama ledakan pertumbuhan - dan

perempuan hamil dan menstruasi.

b. Penanggulangan Anemia

Tindakan penting yang dilakukan untuk mencegah kekurangan besi

antara lain :

1) Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan kadar

besi yang cukup secara rutin pada usia remaja.

2) Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti daging,

ikan, unggas, makanan laut disertai minum sari buah yang

mengandung vitamin C (asam askorbat) untuk meningkatkan


20

absorbsi besi dan menghindari atau mengurangi minum kopi, teh,

teh es, minuman ringan yang mengandung karbonat dan minum

susu pada saat makan.

3) Suplementasi besi. Merupakan cara untuk menanggulangi ADB di

daerah dengan prevalensi tinggi. Pemberian suplementasi besi pada

remaja dosis 1 mg/KgBB/hari.

4) Untuk meningkatkan absorbsi besi, sebaiknya suplementasi besi

tidak diberi bersama susu, kopi, teh, minuman ringan yang

mengandung karbonat, multivitamin yang mengandung phosphate

dan kalsium.

5) Skrining anemia. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit masih

merupakan pilihan untuk skrining anemia defisiensi besi .

c. Penatalaksanaan terapi

Pada setiap kasus anemia perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai

berikut ini :

1) Terapi spesifik sebaiknya diberikan setelah diagnosis ditegakkan.

2) Terapi diberikan atas indikasi yang jelas, rasional, dan efesien.

Jenis-jenis terapi yang dapat diberikan terdiri dari :

1) Pada kasus anemia dengan payah jantung atau ancaman payah

jantung, maka harus segera diberikan terapi darurat dengan

transfuse sel darah merah yang dimampatkan (PRC) untuk

mencegah perburukan payah jantung tersebut.


21

2) Terapi khas untuk masing-masing anemia terapi ini bergantung

pada jenis anemia yang di jumpai, misalnya preperat besi untuk

anemia defesiensi besi.

3) Terapi kausal, terapi kausal merupakan terapi untuk mengobati

penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia misalnya anemia

defesiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing-cacing

tambang

4) Terapi ex-juvantivus (empires) terapi yang terpaksa diberikan

sebelum diagnosis dapat dipastikan jika terapi ini berhasil berarti

diagnosis dapat dikuatkan. Terapi. Terapi ini hanya dilakukan jika

tersedia fasilitas diagnosis yang mencukupi. Pada pemberian terapi

jenis ini, penderita harus diawasi dengan ketat. Jika terdapat respon

yang baik, terapi diteruskan, tetapi jika tidak terdapat respon, maka

harus dilakukan evaluasi kembali (Wiwik, 2011).

d. Tindakan umum : Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari

penyebab dan mengganti darah yang hilang.

1) Transpalasi sel darah merah.

2) Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.

3) Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah

merah.

4) Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang

membutuhkan oksigen

5) Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.

6) Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.


22

e. Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :

1) Anemia defisiensi besi

a) Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan

makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.

b) Pemberian preparat fe

c) Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan

d) Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.

2) Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12

3) Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral

4) Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok

dengan pemberian cairan dan transfusi darah.

9. Komplikasi

a. Cardiomegaly

b. Congestive heart failure

c. Gastritis

d. Paralysis

e. Paranoia

f. Hallucination and delusion

g. Infeksi genoturia

Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya,

penderita anemia akan mudah terkena infeksi, batuk-pilek, flu, atau terkena

infeksi saluran napas, jantung juga menjadi mudah lelah, karena harus

memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat

ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi


23

janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga

mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah,

1998).

B. Konsep Asuhan Keperawatan Anemia


1. Pengkajian
a. Primary Survey

1) Airway dan cervical control

Hal pertama yang dinilai adalah kelancaran airway.Meliputi

pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang dapat disebabkan

benda asing, Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya

penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk.Dalam hal ini

dapat dilakukan “chin lift” atau “jaw thrust”. Selama memeriksa dan

memperbaiki jalan nafas, harus diperhatikan bahwa tidak boleh

dilakukan ekstensi, fleksi atau rotasi dari leher.

2) Breathing dan ventilation

Jalan nafas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik.Pertukaran

gas yang terjadi pada saat bernafas mutlak untuk pertukaran oksigen

dan mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik

meliputi:fungsi yang baik dari paru, dinding dada dan

diafragma.Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas,

timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas

terdengarronchi /aspirasi.
24

3) Circulation dan hemorrhage control

a) Volume darah dan Curah jantung

Kaji perdarahan klien.Suatu keadaan hipotensi harus dianggap

disebabkan oleh hipovolemia.3 observasi yang dalam hitungan

detik dapat memberikan informasi mengenai keadaan

hemodinamik yaitu kesadaran, warna kulit dan nadi.

b) Kontrol Perdarahan

c) TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap

lanjut,takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia,

kulit danmembran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap

lanjut

4) Disability

Penilaian neurologis secara cepat yaitu tingkat kesadaran, ukuran

dan reaksi pupil.

5) Exposure dan Environment control

Dilakukan pemeriksaan fisik head toe toe untuk memeriksa jejas.

b. Pengkajian Sekunder

1) Riwayat kesehatan

a) Keluhan utama

Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta

pertolongan kesehatan adalah Pasien biasanya lemah, lelah, letih,

lesu, pucat yang menunjukkan anemia.


25

b) Riwayat penyakit sekarang

Kulit kuning dan perut kelihatan  membesar, hilangnya nafsu

makan dan kadang mual. Anak cenderung mudah terkena infeksi

saluran napas bagian atas infeksi lainnya.Hal ini mudah

dimengerti karena rendahnya Hb yang berfungsi sebagai alat

transport.

c) Riwayat kesehatan dahulu

 Adaya menderita penyakit anemia sebelumnya, riwayat

imunisasi.

 Adanya riwayat trauma, perdarahan

 Adanya riwayat demma tinggi.

 Adanya riwayat penyakit ISPA.

d) Riwayat keluarga

 Riwayat anemia dalam keluarga.

 Riwayat penyakit – prnyakit seperti : kanker, jantung,

hepatitis, DM, asthma, penyakit – penyakit insfeksi saluran

pernafasan

2) Pengkajian fisik

a) Keadaan umum : keadaan tampak lemah sampai sakit berat.

b) Kesadaran : Composmentis kooperatif sampai terjadi

penurunan tingkat kesadaran apatis, somnolen, spoor, coma.

c) Tanda – tanda vital

TD : tekanan darah menurun (N : 90 – 110 / 60 – 70 mmHg)

N : frekuensi nadi meningkat , kuat samapai lemah


26

(N : 60 – 100 x/i)

S : biasa meningkat atau menurun (36, 5 – 37, 20C )

RR : meningkat (N : 20 – 30 x/i ).

d) Kulit

Kulit teraba dingin, keringat yang berlebihan, pucat, terdapat

perdarahan dibawah kulit.

e) Kepala

Biasanya bentuk dalam batas normal

f) Mata

Kelainan bentuk tidak ada, konjungtiva anemis, skelra tidak

ikterik, terdapat perdarahan sub conjugtiva, keadaan pupil,

palpebra, reflex cahaya biasanya tidak ada kelainan.

g) Hidung

Keadaan / bentuk, mukosa hidung, cairan yang keluar dari

hidung, fungsi penciuman biasanya tidak ada kelainan.

h) Telinga

Bentuk, fungsi pendengaran tidak ada kelainan.

i) Mulut

Bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi, lidah kering, bibi

pecah – pecah atau perdarahan.

j) Leher

Terdapat pembedaran kelenjar getah bening, thyroid lebih

membesar, tidak ada distensi vena jugularis.


27

k) Thoraks

Pergerakan dada, biasanya pernafasan cepat irama tidak teratur.

Fremitus yang meninggi, perkusi sonor, suara nafas bias

veskuler atau ronchi, wheezing,. Frekuensi nafas neonates 40 –

60 x/I, anak 20 – 30 x/i irama jantung tidak teratur, frekuensi

pada anak 60 – 100 x/i.

l) Abdomen

Cekung, pembesaran hati, nyeri, bissing usus normal dan juga

bias dibawah normal bias juga meningkat.

m) Genetalia

Laki – laki, testis sudah turun kedalam skrotum Perempuan :

labia minora tertutup labia mayora.

n) Ekstremitas

Terjadi kelemahan umum, nyeri ekstremitas, tonus otot kurang,

akral dingin.

o) Anus

Keadaana anus, posisinya, anus +

p) Neurologis

Refleksi fasiologis + sperti reflex patella, reflex patologis –

seperti babinski tanda kerniq – dan brunzinski 1 – 11 = -


28

B. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan SDKI

1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan hemoglobin

ditandai dengan pengisian kapiler 3 detik, akral teraba dingin, dan warna kulit

pucat

2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

dan kebutuhan oksigen ditandai dengan mengeluh lelah, merasa lemah,

frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme

ditandai dengan BB menurun minimal 10% dibawah rentang ideal

4. Risiko infeksi ditandai dengan ketuban pecah sebelum waktunya

5. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan merasa

khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi


29

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


No
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1 Perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan Intervensi keperawatan Perawatan Sirkulasi
berhubungan dengan penurunan selama 3x24 jam, maka diharapkan Observasi
hemoglobin ditandai dengan perfusi perifer dengan ekspektasi a. Periksa sirkulasi periver (mis. Nadi
pengisian kapiler 3 detik, akral meningkat, dengan kriteria hasil : perifer, edema, pengisian kapiler, warna,
teraba dingin, dan warna kulit a. Pengisian kapiler membaik suhu, ankle brachial index)
pucat b. Akral membaik b. Identifikasi faktor resiko gangguan
c. Warna kulit pucat menurun sirkulasi
c. Monitor panans, kemerahan, nyeri atau
bengkak pada ekstermitas
Teraupetik
d. Hindari pemasangan infus atau
pengambilan darah di daerah
keterbatasan perfusi
e. Hindari pengukuran tekanan darah pada
ekstermitas dengan keterbatasan perfusi
f. Hindari penekanan dan pemasangan
30

tourniquet pada area yang cidera


g. Lakukan pencegahan infeksi
h. Lakukan perawatan kaki dan kuku
Edukasi
i. Informasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan
j. Menjelaskan kepada keluarga tentang
tindakan pemberian tranfusi darah
Kolaborasi dalam pemberian tranfusi darah
2 Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan Intervensi keperawatan Manajemen Nutrisi
dengan peningkatan kebutuhan selama 3x24 jam, maka diharapkan status Observasi
metabolisme ditandai dengan nutrisi dengan ekspektasi membaik, a. Identifikasi status nutrisi
BB menurun minimal 10% dengan kriteria hasil : b. Identifikasi alergi dan intoleransi
dibawah rentang ideal a. Porsi makanan yang dihabiskan makanan
meningkat c. Identifikasi makanan yang disukai
b. Berat badan membaik d. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
c. Indeks Massa Tubuh (IMT) nutrient
membaik e. Monitor asupan makanan
d. Frekuensi makan membaik f. Monitor berat badan
31

e. Nafsu makan membaik g. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium


Teraupetik
h. Lakukaoral hygiene sebelum makan,
jika perlu - Fasilitasi menentukan
pedooman diet (mis. Piramida makanan)
i. Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
j. Berikan makanantinggi serat untuk
mencegah konstipasi
k. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein - Berikan makanan rendah
protein
Edukasi
l. Anjurkan posisi dusuk, jika mampu
m. Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
n. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri, antiemetic),
jika perlu
32

o. Kolaborasi dengan ahli gizi menentukan


jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
2 Risiko infeksi ditandai dengan Setelah dilakukan Intervensi keperawatan Pencegahan infeksi
ketuban pecah sebelum selama 3x24 jam, maka diharapkan Observasi
waktunya ekspektasi menurun dengan kriteria hasil: a. Identifikasi riwayat
a. Nyeri menurun kesehatan dan riwayat alergi
b. Cairan berbau busuk menurun b. Identifikasi
c. Drainase purulen menurun kontraindikasi pemberian imunisasi
d. Kadar sel darah putih membaik c. Identifikasi status
imunisasi setiap kunjungan ke pelayanan
kesehatan
Terapeutik
d. Berikan suntikan pada
pada bayi dibagian paha anterolateral
e. Dokumentasikan
informasi vaksinasi
f. Jadwalkan imunisasi
pada interval waktu yang tepat
33

Edukasi
g. Jelaskan tujuan,
manfaat, resiko yang terjadi, jadwal dan
efek samping
h. Informasikan imunisasi
yang diwajibkan pemerintah
i. Informasikan imunisasi
yang melindungiterhadap penyakit
namun saat ini tidak diwajibkan
pemerintah
j. Informasikan vaksinasi
untuk kejadian khusus
k. Informasikan
penundaan pemberian imunisasi tidak
berarti mengulang jadwal imunisasi
kembali
l. Informasikan penyedia
layanan pekan imunisasi nasional yang
34

menyediakan vaksin gratis


35

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses keperawatan. Tujuan

implementasi adalah mengatasi masalah yang terjadi pada manusia. Setelah rencana

keperawatan disusun, maka rencana tersebut diharapkan dalam tindakan nyata untuk

mencapai tujuan yang diharapkan, tindakan tersebut harus terperinci sehingga dapat

diharapkan tenaga pelaksanaan keperawatan dengan baik dan sesuai dengan waktu

yang ditentukan Implementasi ini juga dilakukan oleh perawat dan harus menjunjung

tinggi harkat dan martabat sebagai manusia yang unik (Hidayat, 2012).

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi menyediakan

nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan

merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah

dibuat pada tahap perencanaan (Hidayat, 2012).

Menurut Rohman dan Walid (2019), evaluasi keperawatan ada 2 yaitu :

1. Evaluasi proses (formatif) yaitu evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan.

Berorientasi pada etiologi dan dilakukan secara terus-menerus sampai tujuan

yang telah ditentukantercapai.

2. Evaluasi hasil (sumatif) yaitu evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan

keperawatan secara paripurna. Berorientasi pada masalah keperawatan dan

menjelaskan keberhasilan atau ketidakberhasilan. Rekapitulasi dan kesimpulan

status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan.


36

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN ANEMIA

Nama Klien : Tn S

Umur : 56 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Kasus : Anemia+BP+abses hepar

No RM : 15.21.06

Tanggal masuk : 16/04/2021 pukul 12.30 WIB

A. Primary Survey

Respon : Alert

1. Air way

Jalan nafas : tidak bersih karena terdapat dahak yang mengental dan susah untuk

dikelurkan

Suara nafas : Ronkhi

Masalah keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektif

2. Breating
Gerakan dada : simetris
frekuensi nafas : teratur 22x/i
suara nafas : ronkhi di basal paru kanan dan kiri
Perkusi dada : sonor
Sesak nafas : Ada
RR : 22x/ i dan SPO2 98 % dengan pemberian oksigen via nasal canul 3l/i

35
37

3. Circulation
Nadi : 121x/i
Akral : teraba dingin
CRT : >2 detik
Kesadaran : kompos mentis
Keluhan lain : tampak pucat, konjungtiva anemis
4. Disability
Respon : Verbal
Kesadaran : Compos mentis
GCS : 15
Eye :4
Verbal :5
Motorik :6
Pupil : Isokor kanan dan kiri
Reflek cahaya : ada kanan dan kiri
Kekuatan otot 5555 5555
4444 4444
5. Exposure : kulit tampak menguning, suhu : 370C, tidak terdapat luka dan
deformitas

B. Secondary survey
TTV
TD : 110/60 mmHg
N : 121 x/i
RR : 22x/i
S : 37 0C
1. Keluhan utama
Pasien datang kerumah sakit dengan keluhan nyeri pada perut sebelah kanan,
BAB bewarna hitam dan batuk sejak 2 minggu yang lalu
38

2. Riwayat penyakit saat ini


Pasien mengeluh nyeri pada perut sebelah kanan yang terasa seperti ditusuk-
tusuk, nyeri dirasakan hilang timbul dengan durasi 10 menit, gelisah, skala nyeri
6, BAB bewarna hitam, nafsu makan menurun, mual dan muntah ketika makan,
berat badan menurun 10 kg sejak 6 bulan terakhir, IMT : 15,6, tampak kurus,
tampak lemas, batuk dengan dahak sulit untuk dikeluarkan, tampak pucat dan
turgor kulit menurun, pasien lemah, lelah dan pusing ketika bergerak, dan dada
terasa sesak ketika bergerak.
3. Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien memiliki riwayat penyakit skizofrenia 6 tahun yang lalu dan masih minum
obat paket jiwa sampai saat sekarang ini

C. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Inspeksi : Tampak ada uban, kepala simetris, tidak ada luka, pupil isokor,
mulut kotor, hidung simetris dan telinga simetris, tampak meringis dan
mengerang ketika kesakitan
Palpasi : tidak ada pembengkakan
2. Leher
Inspeksi : Tidak ada pembengkakan dan lesi pada leher
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjer tyroid dan limfe
3. Dada
a. Paru
Inspeksi : retraksi dinding dada simetris, penggunaan otot bantu nafas,
dan tampak sesak
Palpasi : Tidak ada teraba massa
Perkusi : Resonan/ sonor
Auskultasi : Ronkhi
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis terlihat di ICS5 mid clavikula sinistra
39

Palpasi : Tidak ada pembesaran jantung, ictus cordis teraba di ICS 5


(lima)
Perkusi : Pekak
Askultasi : Normal (S1 dan S2)
4. Abdomen
Inspeksi : kulit menguning
Palpasi : nyeri tekan di perut kanan
Perkusi : Tympani
Auskultasi : bising usus 10x/ i
5. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas
Inspeksi : Tidak terdapat luka dan jejas
PalpasI : Tidak ada krepitus dan deformitas
b. Ekstremitas bawah
InspeksI : Terdapat luka abses di bokong kiri
Palpasi : Tidak ada krepitus dan defomitas
6. Neurologis
a. Tidak ada tanda-tanda rangsangan meningeal
b. GCS : 15
7. Punggung
Inspeksi : tidak ada kelainan
Palpasi : tidak ada kelainan
8. Pelvis
9. Inspeksi : tidak ada kelainan
10. Palpasi : tidak ada kelainan

Pemeriksaan penunjang tanggal 16/ 04/ 2021

Laboratorium : HB : 4,6 gr/dl dan leukosit 16.000/mm3


40

Terapi :

Nama obat Dosis Frekuensi


Ceftriaxon 1g 2x
Metronidazol 500mg 3x
Paracetamol 500mg 3x
Asering 12 j/ kolf

Data Fokus
41

Data Subjektif Data Objektif


a. Pasien mengeluh nyeri pada perut a. Terdapat dahak yang mengental

kanan dan BAB bewarna hitam b. Tampak dahak susah untuk

b. Pasien mengatakan nyeri pada perut dikelurkan

kanan terasa seperti ditusuk-tusuk c. Suara nafas : Ronkhi

c. Pasien mengatakan nyeri dirasakan d. Akral teraba dingin

hilang timbul dengan durasi 10 menit e. Tampak pucat

d. Pasien mengatakan skala nyeri 6 f. Tampak kurus

e. Pasien mengatakan nafsu makan g. Tampak lemas

menurun h. CRT > 2 detik

f. Pasien mengatakan mual dan muntah i. IMT : 15,6

ketika makan j. Tampak pucat dan turgor kulit

g. Pasien mengatakan berat badan menurun

menurun 10 kg sejak 6 bulan terakhir k. Pasien tampak lemah

h. Pasien mengatakan pusing dan dada l. Tampak meringis dan mengerang

terasa sesak ketika bergerak ketika kesakitan

i. Pasien mengatakan mudah lelah m. Tampak gelisah

j. Pasien mengatakan sering batuk dan n. RO : RO abdomen : kardiomegali

dahak sulit untuk dikeluarkan o. Laboratorium : HB : 4,6 gr/dl dan

leukosit 16.000/mm3

p. TTV

TD : 110/60 mmHg

N : 121 x/i
42

RR : 22x/i

S : 37 0C

Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. Data Subjektif Sekresi yang Bersihan
tertahan jalan nafas
Pasien mengatakan sering batuk dan dahak
tidak efektif
sulit dikeluarkan

Data Objektif

a. Terdapat dahak yang mengental

b. Tampak dahak susah untuk dikelurkan

c. Suara nafas : Ronkhi

d. Tampak sesak

e. TTV :

TD : 110/60 mmHg

N : 121 x/i

RR: 22x/i

S : 370C
2. Data subjective : Agen pencedera Nyeri akut
a. Pasien mengeluh nyeri pada perut fisiologis

kanan dan BAB bewarna hitam

b. Pasien mengatakan nyeri pada perut

kanan terasa seperti ditusuk-tusuk


43

c. Pasien mengatakan nyeri dirasakan

hilang timbul dengan durasi 10 menit

d. Pasien mengatakan skala nyeri 6

Data objektif
a. Tampak meringis dan mengerang

ketika kesakitan

b. Tampak gelisah

c. TTV :

TD : 110/60 mmHg

N : 121 x/i

RR: 22x/i

S : 370C
3 Data Subjektif Penurunan Perfusi
hemoglobin perifer tidak
Pasien mengatakan pusing
efektif
Data objektif

a. Akral teraba dingin

b. Tampak pucat

c. Tampak kurus

d. Tampak lemas

e. CRT > 2 detik

f. HB : 4,6 gr/dl
44

4 Data Subjektif Peningkatan Defisit


a. Pasien mengatakan nafsu makan kebutuhan nutrisi
metabolisme
menurun

b. Pasien mengatakan mual dan muntah

ketika makan

c. Pasien mengatakan berat badan

menurun 10 kg sejak 6 bulan terakhir

Data objektif
a. Tampak pucat

b. Tampak kurus

c. Tampak lemas

d. IMT : 15,6

e. Pasien tampak lemah

B. Diagnosa keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan

2. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis ditandai dengan

mengeluh nyeri, gelisah, dan meringis

3. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan Penurunan hemoglobin ditandai

dengan pengisian kapiler >3 detik, akral teraba dingin dan warna kulit pucat

4. Deficit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolism ditandai

dengan berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal


45
46

Perdarahan masif

Kehilangan banyak
darah

ANEMIA

Oksigen dan nutrisi Paru-paru Gangguan gastrointestinal hematologi


berkurang
Gangguan absorbs nutrient HB menurun < 10gr/dl
Metabolisme Gangguan difusi yang diperlukan untuk
anaerob oksigen dan CO2 pembentukan sel darah Transport oksigen ke perifes
merah berkurang
Asam laktat Gangguan fungsi
silia Pengiriman O2 dan nutrient
meningkat
ke sel berkurang Akral dingin

Irritable dan nyeri Penumpukan sekret


Penurunan BB Perfusi perifer tidak efektif

Nyeri akut Bersihan jalan nafas Defisit nutrisi SLKI : perfusi perifer
tidak efektif SIKI : perawatan
sirkulasi
SLKI : tingkat nyeri SLKI : Bersihan jalan SLKI : Status Nutrisi
SIKI : managemen nyeri nafas SIKI : Managemen
SIKI : latihan batuk nutrisi
efektif
47

INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


No
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan keperawatan Latihan Batuk Efektif
berhubungan dengan sekresi selama 1x40 menit bersihan jalan nafas Observasi
yang tertahan dengan ekspektasi membaik dengan a. Identifikasi kemampuan batuk
kriteria hasil : b. Monitor adanya retensi sputum
- Frekuensi nafas membaik c. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran
- Pola nafas membaik nafas
- Dyspnea menurun Terapeutik
- Batuk efektif meningkat d. Atur posisi semifowler
- Produksi sputum menurun Edukasi
e. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
efektif
f. Anjurkan tarik nafas dalam melalui
hidung selama 4 detik dan tahan selama
2 detik lalu keluarkan dari mulut dengan
bibir mencucu selama 8 detik
g. Anjurkan mengulangi teknik nafas dalam
selama 3 kali
h. Anjurkan batuk dengan kuat setelah tarik
nafas dalam yang ke tiga
Kolaborasi
i. Kolaborasi pemberian mukolitik dan
terapi oksigen ketika sesak
48

2 Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan Intervensi keperawatan Managemen Nyeri
agen pencedera fisiologis selama 1 x 40 menit, maka diharapkan Observasi
ditandai dengan mengeluh nyeri ekspektasi menurun, dengan kriteria a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
hasil : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
a. Keluhan nyeri menurun b. Identifikasi respon nyeri non verbal
b. Gelisah menurun c. Identifikasi faktor yang memperberat
c. Meringis menurun dan memperingan nyeri
d. Frekuensi nadi membaik d. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
e. Diaforesis menurun nyeri
f. Kemampuan menggunakan teknik e. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
non farmakologis meningkat respon nyeri
f. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap
kualitas Hidup
g. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
h. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
i. Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi nyeri dengan teknik
relaksasi nafas dalam
j. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (misalnya suhu ruangan,
pencahayaan, dan kebisingan)
k. Fasilitasi istirahat dan tidur pasien
49

Edukasi
l. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri
Kolaborasi
m. Kolaborasi pemberian analgesic
3 Perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Sirkulasi
berhubungan dengan Penurunan selama 1x40 diharapkan perfusi perifer Observasi
hemoglobin ditandai dengan ekspektasi menurun dengan Kriteria a. Periksa sirkulasi periver (mis. Nadi
pengisian kapiler >3 detik, akral Hasil : perifer, edema, pengisian kapiler, warna,
teraba dingin dan warna kulit a. Pengisian kapiler membaik suhu, ankle brachial index)
pucat b. Warna kulit membaik b. Identifikasi faktor resiko gangguan
c. Akral membaik sirkulasi
c. Monitor panans, kemerahan, nyeri atau
bengkak pada ekstermitas
Teraupetik
d. Hindari pemasangan infus atau
pengambilan darah di daerah
keterbatasan perfusi
e. Hindari pengukuran tekanan darah pada
ekstermitas dengan keterbatasan perfusi
f. Hindari penekanan dan pemasangan
tourniquet pada area yang cidera
g. Lakukan pencegahan infeksi
h. Lakukan perawatan kaki dan kuku
Edukasi
50

i. Informasikan tanda dan gejala darurat


yang harus dilaporkan
j. Menjelaskan kepada keluarga tentang
tindakan pemberian tranfusi darah
Kolaborasi dalam pemberian tranfusi darah
4 Deficit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan Intervensi keperawatan Manajemen Nutrisi
dengan peningkatan kebutuhan selama 1x40 menit, maka diharapkan Observasi
metabolism ditandai dengan status nutrisi dengan ekspektasi a. Identifikasi status nutrisi
berat badan menurun minimal membaik, dengan kriteria hasil : b. Identifikasi alergi dan intoleransi
10% di bawah rentang ideal a. Porsi makanan yang dihabiskan makanan
meningkat c. Identifikasi makanan yang disukai
b. Berat badan membaik d. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
c. Indeks Massa Tubuh (IMT) nutrient
membaik e. Monitor asupan makanan
d. Frekuensi makan membaik f. Monitor berat badan
e. Nafsu makan membaik g. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Teraupetik
h. Lakukaoral hygiene sebelum makan,
jika perlu
i. Fasilitasi menentukan pedooman diet
(mis. Piramida makanan)
j. Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
k. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
51

l. Berikan makanan tinggi kalori dan


tinggi protein
m. Berikan makanan rendah protein
Edukasi
n. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
o. Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
p. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri, antiemetic),
jika perlu
q. Kolaborasi dengan ahli gizi menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu

IMPLEMENTASI

No Diagnosa Tanggal/jam Implementasi Paraf Tggl/jam Evaluasi Paraf

1 Bersihan jalan 16 April2021 a. Mengatur posisi 16 S : pasien masih mengeluh


nafas tidak 12.30 semifowler April2021 batuk
efektif b. Melaskan tujuan dan 12.05 O:
berhubungan prosedur batuk efektif - Frekuensi nafas 20x/i
dengan sekresi c. Mengnjurkan tarik nafas - Sesak berkurang
yang tertahan dalam melalui hidung - Pola nafas teratur
selama 4 detik dan tahan
- Batuk masih tampak
52

selama 2 detik lalu sulit dikeluarkan


keluarkan dari mulut - A : Masalah bersihan
dengan bibir mencucu jalan nafas tidak efektif
selama 8 detik
belum teratasi
d. Menganjurkan
mengulangi teknik nafas P:
dalam selama 3 kali Intervensi dihentikan Pasien
e. Menganjurkan batuk dirawat di Interne
dengan kuat setelah tarik
nafas dalam yang ke tiga
f. Memberikan terapi
oksigen 3l/i
g. Berkolaborasi
memberikan ceftriaxone
1gr
2 Nyeri akut 16 April2021 a. Mengajarkan teknik 16 S:
berhubungan 12.30 relaksasi nafas dalam April2021 a. Pasien mengatakan
dengan agen kepada pasien dengan 12.05 nyeri berkurang
pencedera fisik benar b. Pasien mengatakan
ditandai b. Memberikan lingkungan perut masih terasa sakit
dengan yang nyaman untuk c. Pasien mengatakan
mengeluh nyeri pasien telah menggunakan
c. Menganjurkan pasien teknik nafas dalam
istirahat dan tidur secara untuk mengurangi
cukup nyeri
d. Berkolaborasi dalam O:
pemberian PCT 500gr via a. Pasien masih tampak
IV meringis ketika nyeri
b. Pasien tampak sedikit
53

gelisah
c. Skala nyeri 5

A : Masalah keperawatan
nyeri akut belum teratasi

P :P : intervensi dihentikan dan


pasien dilanjutkan dirawat
diruang interne
3 Perfusi perifer 16 April a. Menginformasikan tanda 16 April S : Pasien merasa lemah dan
tidak efektif 2021 pukul dan gejala darurat yang 2021 lelah
berhubungan 12.30 harus dilaporkan pukul
dengan 12.10 O : HB : 4,6 gr/dl, tampak
b. Menjelaskan kepada
Penurunan pucat, akral pucat, CRT > 2
hemoglobin keluarga tentang tindakan detik
ditandai pemberian tranfusi darah
dengan sebanyak 3 kantong A : masalah perfusi perifer
pengisian tidak efektif belum teratasi
kapiler >3
detik, akral P : Hentikan intervensi dan
teraba dingin pasien dilanjutkan
dan warna kulit dilakukan perawatan
pucat diruangan Interne
4 Deficit nutrisi 16 April a. Memonitor berat badan 16 April S : pasien mengatakan tidak
berhubungan 2021 pukul b. Menganjurkan posisi 2021 nafsu makan
dengan 12.30 duduk ketika makan pukul
peningkatan 12.15 O : IMT : 15,6, tampak
c. Menganjurkan makan
kebutuhan kurus, tampak lemah,
metabolism dengan porsi sedikit tapi tampak pucat
54

ditandai sering
dengan berat d. Menganjurkan makan A : masalah keperawatan
badan menurun ketika masih hangat deficit nutrisi belum teratasi
minimal 10%
e. Kolaborasi dengan ahli
di bawah P : intervensi dihentikn dan
rentang ideal gizi menentukan jumlah pasien dilanjutkan dirawat
kalori dan jenis nutrient diruang interne
yang dibutuhkan pada
pasien
55

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan kelompok akan membahas mengenai kesenjangan dari

asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakitAnemia. Berdasarkan tinjauan

teoritis dengan tinjauan kasus yang telah dibuat serta faktor-faktor penghambat dan

pendukung dalam pelaksananan asuhan keperawatan yang mengacu pada teori yang

ada.

A. Pengkajian

Pengkajian yang telah dilakukan berdasarkan teoritis dan anamnesa dari

pasien kemudian data dikumpulkan dan dianalisa sehingga dapat diketahui

kebutuhan pasien sesuai dengan kebutuhan yang ada. Data yang didapat setelah

pengkajian pada Tn. S sudah cukup sesuai berdasarkan tinjauan teoritis yang

dibuat. Data-data tersebut menunjang untuk dilakukan asuhan keperawatan

selanjutnya karna data sudah didapatkan dengan jelas dan sesuai.

Pada tanggal 16/04/2021, pasien masuk ke IGD dengan keluhan nyeri

pada perut sebelah kanan, BAB bewarna hitam dan batuk sejak 2 minggu yang

lalu. Dari hasil pemeriksaan pasien mengeluh nyeri pada perut sebelah kanan

yang terasa seperti ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan hilang timbul dengan durasi

10 menit, gelisah, skala nyeri 6, BAB bewarna hitam, nafsu makan menurun,

mual dan muntah ketika makan, berat badan menurun 10 kg sejak 6 bulan

terakhir, IMT : 15,6, tampak kurus, tampak lemas, batuk dengan dahak sulit

54
56

untuk dikeluarkan, tampak pucat dan turgor kulit menurun, pasien lemah, lelah

dan pusing ketika bergerak, dan dada terasa sesak ketika bergerak.

Dari hasil pemeriksaan penunjang tanggal 16/04/2021 didapatkan hasil

laboratorium : HB : 4,6 gr/dl dan leukosit 16.000/mm3

B. Diagnosa

Dari diagnosa keperawatan yang ada di teoritis tidak seluruhnya masalah

keperawatan dialami oleh Tn. S sesuai dengan data objektif dan data subjektif.

Diagnosa keperawatan yang didapat sesuai dengan keluhan Tn. S yaitu :

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan

2. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis ditandai dengan

mengeluh nyeri, gelisah, dan meringis

3. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan Penurunan hemoglobin

ditandai dengan pengisian kapiler >3 detik, akral teraba dingin dan warna

kulit pucat

4. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme

ditandai dengan berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal

Secara teoritis diagnosa keperawatan yang dapat muncul dengan Pasien

Anemia meliputi :

1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan hemoglobin

ditandai dengan pengisian kapiler 3 detik, akral teraba dingin, dan warna

kulit pucat

2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


57

dan kebutuhan oksigen ditandai dengan mengeluh lelah, merasa lemah,

frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme

ditandai dengan BB menurun minimal 10% dibawah rentang ideal

4. Risiko infeksi ditandai dengan ketuban pecah sebelum waktunya

5. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan merasa

khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi

Diagnosa keperawatan yang muncul pada saat pengkajian hampir sama

dengan teori. Diagnosa yang tidak muncul pada teori adalah intoleransi aktivitas,

ansietas dan resiko infeksi. Diagnosa pada kasus bisa saja berbeda dengan teori

karena tergantung dengan kondisi pasien saat pengkajian, ketika kelompok

melakukan pengkajian pasien tidak menunjukan tingkat infeksi, cemas dan

intolerasi aktivitas yang begitu berarti sehingga data ini tidak bersifat utama

untuk diangkat.

C. Intervensi

Dalam penyusunan rencana keperawatan mahasiswa menggunakan

rencana keperawatan yang telah disusunkan oleh SDKI, SLKI dan SIKI sebagai

standar acuan asuhan keperawatan yang diberikan. Dalam hal ini setiap rencana

keperawatan dikembangkan berdasarkan teori yang dapat diterima secara logis

dan sesuai dengan kondisi pasien.

Dalam hal ini Kelompok tidak terlalu mengalami kesulitan yang begitu

berarti hal ini disebabkan karena adanya beberapa faktor pendukung diantaranya
58

dukungan dari para pembimbing dan yang hubungan komunikasi yang baik

antara anggota kelompok, keluarga pasien dan perawat.

Diantara intervensi SIKI yang akan dilakukan sesuai teori dan kasus yang

telah dikaji adalah latihan batuk efektif, managemen nyeri, perawatan sirkulasi,

dan managemen nutrisi.

D. Implementasi

Tahap implementasi yang merupakan penerapan asuhan keperawatan yang

didelegasikan kepada keluarga dan yang dilakukan kepada pasien. Dalam tahap

implementasi ini penulis tidak menemukan kesulitan.

Adapun faktor-faktor pendukung yang dapat dilaksanakan sesuai dengan

rencananya yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut :

1. Adanya perencanaan yang baik, sehingga memudahkan kelompok dalam

melakukan tindakan keperawatan.

2. Adanya sikap kooperatif, partisipasi keluarga membantu perawat dalam

melakukan asuhan keperawatan.

3. Adanya bimbingan dari perawat ruangan serta memberikan kesempatan

kepada kelompok dalam melakukan asuhan keperawatan.


59

E. Evaluasi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x40 menit pertemuan

selama diruangan IGD kondisi pasien tidak mengalami perburukan, sesak agak

berkurang setelah dipasangkan oksigen via nasal canul 3l/I, nyeri akut berkurang

saat setelah diberikan analgetik, telah direncanakan tranfusi 3 kantong, dan

mengenai gizi telah dikonsultasikan ke ahli gizi RSUD Lubuk Sikaping.


60

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan oleh kelompok pada

Tn. S pada tanggal 16 April 2021 diruangan Instalasi gawat darurat dapat

disimpulkan :

1. Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah,

kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml

darah

2. Setelah dilakukan pengkajian didapakan 5 diagnosa adalah :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan

b. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis ditandai dengan

mengeluh nyeri, gelisah, dan meringis

c. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan Penurunan hemoglobin

ditandai dengan pengisian kapiler >3 detik, akral teraba dingin dan warna

kulit pucat

d. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolism

ditandai dengan berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal

3. Implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai rencana Asuhan keperawatan

yang telah disusun dan disesuaikan dengan kondisi pasien dengan Anemia.
61

4. Setelah dilakukan Asuhan keperawatan tanggal 16/04/2021 hasil evaluasi

pasien menunjukan perbaikan kegawatdaruratan.

B. Saran
59
Dengan selesainya dilakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Anemia

diharapkan dapat memberikan masukan terutama pada :

1. Bagi Rumah Sakit

Harapan sebagai masukan bagi rumah sakit dalam upaya promotif dan

kuratif pada pasien dengan Anemia sehingga mampu memberikan asuhan

keperawatan yang lebih intensif.

2. Unit Rawat Instalasi Gawat Darurat

Sebagai bahan acuan kepada tenaga kesehatan RSUD Lubuk Sikaping

dalam memberikan pelayanan yang lebih baik dan menghasilkan pelayanan yang

memuaskan pada pasien serta melihatkan perkembangan pasien yang lebih baik.

3. Bagi Keluarga Klien dan Masyarakat

Dapat memberikan pengetahuan dan pendidikan tentang Anemia pada

pasien terutama tentang perawatan anemia

4. Bagi Mahasiswa

Sebagai tambahan ilmu pengetahuan tentang pemberian asuhan

keperawatan pada pasien dengan anemia dan dapat menerapkan ilmu yang telah

di dapat selama perkuliahan.


62

DAFTAR PUSTAKA

Ani, LS. 2016. Buku Saku Anemia Defisiensi Besi. Jakarta: EGC

Depkes RI. 2014. Anemia Gizi dan Tablet Tambah Darah untuk Wanita Subur. Jakarta:
Direktorat Gizi Masarakat

Prayitno, E.A. 2013. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta. Rineka Cipta

Proverawati. 2011. Anemia. Yogyakarta : Nuha Medik

WHO. 2015. The Global Prevalence of Anaemia in 2011. World Health Organization:
Geneva
63

Anda mungkin juga menyukai