Disusun Oleh:
MARIFA BAHAGIA
14420212188
CI LAHAN CI INSTITUSI
Salmonella Typhi
Saluran Pencernaan
Lamina profia
Aliran darah
Mati Endotoksin
Resiko defisit
Nutrisi
5. Pemeriksaan Penunjang Demam Typhoid
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid menurut
(Wulandari dan Erawati 2016) adalah pemeriksaan laboratorium yang
terdiri dari :
a. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam thypoid terdapat
leucopenia dan limpositosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia
tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam thypoid,
jumlah leukosit pada sediaan darah tetapi pada batas-batas normal
bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam thypoid sering kali meningkat tetapi
dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi
bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan terjadi demam
typhoid. Hal ini karena hasil biakan darah tergantung dari beberapa
faktor yaitu :
1) Teknik pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium
yang lain. Hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media
biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik
adalah pada saat demam tinggi, yaitu pada saat Bakterimia
berlangsung.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit
Biakan darah terdapat Sallmonella typhi terutama positif pada
minggu pertama dan berkurang pada minngu-minggu berikutnya.
Pada waktu kambuh biarkan darah dapat positif kembali.
3) Vaksinasi dimasa lampau
Vaksinasi terdapat demam typhoid dimasa lampau dapat
menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat
menekan bakterimia sehingga biakan darah negatif.
4) Pengobatan dengan obat antimikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti
mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan
hasil biakan mungkin negatif.
d. Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antiodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terdapat Salmonella thypi terdapat
dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada organ yang
pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah
suspensi Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah dilaboratorium.
Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutini
dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Terdapat 2
macam pemeriksaan Tes Widal, yaitu :
1) Widal care tabung (konvensional)
2) Salmonella Slide Test (cara slides)
Nilai sensitivitas, spesifisitas serta ramal reaksi widal tes sangat
bervariasi dari satu laboratorium dengan laboratorium lainnya.
Disebut tidak sensitif karena adanya sejumlah penderita dengan
hasil biakan positif tetapi tidak pernah dideteksi adanya titer
antibody sering titer naik sebelum timbul gejala klinis, sehingga
sulit untuk memperlihatkan terjadinya kenaikan titer yang berarti.
Disebut tidak spesifikasi oleh karena semua grup D Salmonella
mempunyai antigen O, demikian juga grup A dan B Salmonella.
Semua grup D salmonella mempunyai fase H antigen yang sama
dengan Salmonella tyfosa, titer H tetap meningkan dalam waktu
sesudah infeksi. Untuk dapat memberikan hasil yang akurat, widal
tes sebaiknya tidak hanya dilakukan satu kali saja melainkan perlu
satu seri pemeriksaan, kecuali bila hasil tersebut sesuai atau
melewati nilai standar setempat. Nilai titer pada penderita typoid
adalah :
a) Jika hasil titer widal tes terjadi pada antigen O positif (+) lebih
dari 1 / 200 maka sedang aktif.
b) Jika hasil titer widal tes terjadi pada antigen H dan V1 positif
(+) lebih dari 1 / 200 maka dikatan infeksi lama. (Wijaya &
Putri, 2013)
6. Komplikasi Demam Typhoid
Menurut (Wulandari dan Erawati 2016) komplikasi demam typhoid
dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu:
a. Komplikasi intestinal
1) Perdarahan usus: diketahui dengan pemeriksaan tinja dengan
benzidin. Dapat terjadi melena,disertai nyeri perut dengan tanda
renjatan.
2) Perforasi usus: biasa terjadi pada minggu ke III bagian distal ileum.
Perforasi yang tidak disertai peritonitis terjadi bila ada udara di hati
dan diafragma pada foto RO abdomen posisi tegak.
3) Perionitis: gejala akut abdomen yang ditemui nyeri perut hebat,
dinding abdomen tegang, dan nyeri tekan.
b. Komplikasi ekstraintestinal
1) Komplikasi kardiovaskuler: kegagalan sirkulasi perifer
(renjatan,sepsis), miokarditis, trombosis, dan tromboflebitis.
2) Komplikasi darah: anemia hemolitik, trompositopenia, atau
koagulasi intravaskuler diseminata dan sindrom uremia himolitik.
3) Komplikasi paru: pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4) Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitiasis.
5) Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.
6) Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan
arthritis.
7) Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, meningismus, meningitis,
polyneuritis perifer, dan sindrom katstonia.
7. Penatalaksanaan Demam Typhoid
Penatalaksanaan penyakit typhoid menurut (Wulandari dan Erawati
2016) dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Istirahat dan perawatan
Tirah baring dan perawatan profesional bertujuan untuk mencegah
komplikasi. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya di tempat
seperti makanan, minuman, mandi, buang air kecil dan besar akan
mempercepat masa penyembuhan dalam perawatan perlu sekali dijaga
kebersihan tempat tidur, pakaian dan perlengkapan yang dipakai.
Posisi pasien perlu diawasi untuk mencegah dekubitus dan pneumonia
ortostatik serta hygiene perorangan tetap perlu diperhatikan dan dijaga.
b. Diet dan terapi penunjang
Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan
penyakit dalam typhoid, karena makanan yang kurang akan
menurunkan keadaan umum dan gizi penderita akan semakin turun dan
proses penyembuhan penyakit dalam typhoid diberi bubur saring,
kemudian ditingkatkan menjadi bubur kasar dan akhirnya diberi nasi,
perubahan diet tersebut disesuaikan dengan tingkat kesembuhan
pasien. Pemberian bubur saring tersebut ditujukan untuk menghindari
komplikasi pendarahan saluran cerna atau perforasi usus. Hal ini
disebabkan ada pendapat bahwa usus harus diistirahatkan. Beberapa
peneliti menunjukan bahwa pemberian makanan padat dini yaitu nasi
demgan lauk pauk rendah selulosa (menghindari sementara sayuran
yang berserat) dapat diberikan dengan aman pada penderita demam
typhoid.
c. Pemberian antibiotik
1) Antimikroba
a) Klroramfenikol 4 X500 mg sehari/IV
b) Tiamfenikol 4 X500 mg sehari oral
c) Kotrimoksazol 2 X2 tablet sehari oral (1 tablet=sulfa
metoksazol 400 mg + trimetropin 80 mg atau dosis yang sama
IV, dilarutkan dalam 250 ml cairan infus).
d) Ampisilin atau amoksilin 100 mg/kg BB sehari oral/IV, dibagi
dalam 3 atau 4 dosis
e) Antimikroba diberikan selama 14 hari atau sampai 7 hari bebas
demam.
2) Antipieritik seperlunya.
3) Vitamin B kompleks dan vitamin C.
8. Terapi Komplementer
Dari penelitian (Farizal 2018) menyarankan kepada masyarakat
untuk dapat menggunakan bawang putih sebagai tanaman obat alternatif
Salmonella typhi untuk demam tifoid dengan cara merebus bawang putih
sebanyak 100 gram dalam 100 ml air Dari penelitian tersebut dapat
disarankan kepada masyrakat untuk dapat menggunakan bawang putih
sebagai tanaman obat alternatif Salmonella typhi untuk demam tifoid
dengan cara merebus bawang putih sebanyak 100 gram dalam 100 ml air.
Komponen utama dalam bawang putih yang dipercaya bertanggung
jawab atas potensi antibakteri dan potensi terapeutik lain pada bawang
putih ialah kandungan sulfur dalam bawang putih. Diantaranya ialah
Diallythiosulfat (Allicin) dan juga Diallydisulfide (Ajone). Zat allicin
adalah komponen aktif utama bawang putih. Pertama kali dilaporkan oleh
CJ Cavalito pada tahun 1944, zat aliicin adalah bahan utama yang
bertanggung jawab atas spektrum luas dari aktivitas antibakteri dalam
bawang putih (Moghadam, Navidifar and Amin, 2014). Alisin merupakan
komponen sulfur bioaktif utama yang terkandung dalam bawang putih.
Komponen ini hanya akan muncul apabila bawang putih dipotong atau
dihancurkan. Pada saat bawang putih dihancurkan atau dipotong. Pada saat
bawang putih dihancurkan, kerusakan membrane sel bawang putih ini
akan mengaktifkan enzim ellinase, yang akan membantu proses
metabolisme alliin yang terkandung dalam sel lain, menjadi allicin
9. Ayat atau Firman
Sebagaimana penyebab utama terjadinya demam tifoid yakni
mengenai hygine sanitasi. Adapun Allah berfirman tentang perintah
menjaga kebersihan dan adanya anjuran terkait makan yang tidak
berlebihan.
“Wahai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah (bersih dan
rapi) di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan. Katakanlah, “Siapakah yang mengharamkan perhiasan
dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hambahamba-Nya dan (siapa
pulakah yang mengharamkan) rizki yang baik?” Katakanlah, “Semuanya
itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia,
khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat.” Demikianlah Kami
menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.”
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan,
rencana intervensi, dan implementasinya. Tahap evaluasi pada proses
keperawatan meliputi kegiatan mengukur pencapaian tujuan klien dan
menentukan keputusan dengan cara membandingkan data yang terkumpul
dengan tujuan dan pencapaian tujuan. Dengan mengukur perkembangan
klien dalam mencapai suatu tujuan maka perawat dapat menentukan
efektivitas asuhan keperawatan (Wilkinson 2016).
DAFTAR PUSTAKA
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 1
ed. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 1
ed. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.