Anda di halaman 1dari 14

A.

DEFINISI DIABETES MELITUS

Diabetes Mellitus berasal dari kata Diabetes yang berarti terus mengalir, dan Mellitus yang
berarti manis. Kemudian istilah Diabetes menjadi sebutan, karena sering minum dalam
jumlah banyak yang disusul dengan sering keluar kembali dalam jumlah yang banyak.
Sebutan Mellitus disebabkan air kencing yang keluar manis mengandung gula. Sampai
sekarang, penyakit ini disebut sebagai kencing manis atau Diabetes Mellitus. Kencing manis
sering juga disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini bisa merambah ke seluruh
organ tubuh dan menimbulkan berbagai dampak yang sangat serius. Dampak yang
ditimbulkan terkadang tidak memberikan gejala klinis yang bisa segera diketahui oleh
penderita, bisa dalam waktu lama. Penderita baru kemudian menyadari kalau telah menderita
kencing manis setelah diadakan pemeriksaan kadar gula darah.

B. PENYEBAB

Diabetes Mellitus diklasifikasikan, baik sebagai insulin - dependent diabetes mellitus


(IDDM) maupun non – insulin - dependent diabetes mellitus (NIDDM). Dengan penggunaan
terapi insulin yang sudah biasa dengan kedua tipe DM, IDDM sekarang disebut sebagai DM
tipe 1 (juvenile onset) dan NIDDM sebagai DM tipe 2 (maturity onset). (Black, M. Joyce,
2014).

a. Diabetes Mellitus Tipe 1


Disebabkan destruktur sel beta autoimun biasanya memicu terjadinya defisiensi
insulin absolut. Faktor herediter berupa antibodi sel islet, tingginya insiden HLA tipe
DR3 dan DR 4. Faktor lingkungan berupa infeksi virus (Virus Coxsackie, enterovirus,
retrovirus. mumps), defisiensi vitamin D, toksin lingkungan, menyusui jangka pendek,
paparan dini terhadap protein kompleks. Berbagai modifikasi epigenetik ekspresi gen
juga terobsesi sebagai penyebab genetik berkembangnya Diabctes Mellitus Tipe 1,
Individu dengan Diabetes mellitus Tipe 1 mengalarni defisiensi insulin absolut (Dito
Anugroho, 2018).
b. Diabetes Mellitus Tipe 2
Akibat resistensi insulin perifer, defek progresif sekresi insulin, peningkatan
gluconeogenesis. Diabetes Mellitus Tipe 2 dipengaruhi faktor lingkungan berupa
obesitas, gaya hidup tidak sehat, diet tinggi karbohidrat. Diabetes Mellitus tipe 2
memiliki presimtomatis yang panjang yang menyebabkan penegakan Diabetes Mellitus
tipe 2 dapat tertunda 4-7 tahun (Dito Anugroho, 2018).
c. Diabetes Mellitus Gestasional.
Diabetes Mellitus gestasional (2%-5% dari semua kehamilan). DM yang didiagnosis
selama hamil. DM gestasional merupakan diagnosis DM yang menerapkan untuk
perempuan dengan intoleransi glukosa atau ditemukan pertama kali selama kehamilan.
DM gestasional terjadi pada 2-5% perempuan hamil namun menghilang ketika
kehamilannya berakhir. DM ini lebih sering terjadi pada keturunan Amerika-Afrika,
Amerika Hispanik, Amerika pribumi, dan perempuan dengan riwayat keluarga DM atau
lebih dari 4 kg saat lahir, obesitas juga merupakan faktor risiko (Black, M. Joyce, 2014).
Riwayat DM gestasional, sindrom ovarium polikistik. atau melahirkan bayi dengan berat
lebih dari 4,5 kg (LeMone, Priscilla, 2016).
d. Diabetes Mellitus tipe lainnya.
DM tipe spesifik lain ( 1% - 2% kasus terdiagnosis). mungkin sebagai akibat dari
defek genetik fungsi sel beta, penyakit pankreas (misal kistik fibrosis), atau penyakit
yang diinduksi oleh obat-obatan. DM mungkin juga akibat dari gangguan-gangguan lain
atau pengobatan. Defek genetik pada sel beta dapat mengarah pada perkembangan DM .
Beberapa hormon seperti hormon pertumbuhan, kortisol, glukagon, dan epinefrin
merupakan antagonis atau menghambat insulin. Jumlah berlebihan dari hormon -hormon
ini (seperti pada akromegali, sindrom cushing, glukagonoma, dan feokromositoma)
menyebabkan DM. Selain itu, obat - obat tertentu (glukokortikoid dan tiazid) mungkin
menyebabkan DM . Tipe DM sekunder tersebut terhitung 1-2% dari semua kasus DM
terdiagnosis (Black, M. Joyce, 2014).
C. POHON MASALAH

Kekurangan Faktor Risiko


Insulin Terkait

Peningkatan Penurunan

produk glukosa pemanfaatan glukosa

Hiperglikemia

Diuresis osmotik

Dehidrasi ekstraseluler

Insufisiensi ginjal
Hipovolemia

Hiperosmolaritas berat
Syok

Perpindahan cairan \
Hipoksia jaringan

Dehidrasi intraseluler
Asidosis laktat

KOMA
D. KLASIFIKASI
1. Diabetes Tipe 1
Diabetes tipe ini muncul ketika pankreas sebagai pabrik insulin tidak dapat atau
kurang mampu memproduksi insulin. Akibatnya, insulin tubuh kurang atau tidak ada
sama sekali. Gula menjadi menumpuk dalam peredaran darah karena tidak dapat
diangkut ke dalam sel.
Diabetes tipe 1 juga disebut insulin - dependent diabetes karena pasien sangat
bergantung pada insulin. Pasien memerlukan suntikan insulin setiap hari untuk
mencukupi kebutuhan insulin dalam tubuh. Karena biasanya terjadi pada usia yang
sangat muda, dulu diabetes tipe ini juga disebut juvenile diabetes. Namun, kedua
istilah ini kini telah ditinggalkan karena diabetes tipe 1 kadang juga bisa ditemukan
pada usia dewasa. Di samping itu, diabetes tipe lain bisa juga diobati dengan suntikan
insulin. Oleh karena itu, sekarang istilah yang dipakai adalah diabetes tipe 1.
Diabetes tipe 1 biasanya adalah penyakit otoimun, yaitu penyakit yang disebabkan
oleh gangguan sistem imun atau kekebalan tubuh pasien dan mengakibatkan rusaknya
sel pankreas. Teori lain juga menyebutkan bahwa kerusakan pankreas akibat pengaruh
genetik (keturunan), infeksi virus, atau malnutrisi.
Pengidap diabetes tipe 1 ini tidak banyak. Namun, jumlahnya terus meningkat 3%
setiap tahun, terutama pada anak O -14 tahun (data diabetes eropa). Tahun 2015 IDF
mencatat ada 542.000 diabetes tipe 1 di seluruh dunia, yang akan bertambah 86.000
orang setiap tahun. Di Indonesia, statistik mengenai diabetes tipe 1 belum ada,
diperkirakan tidak lebih dari 2%. Mungkin ini disebabkan karena sebagian tidak
terdiagnosis atau tidak diketahui sampai pasien sudah mengalami komplikasi dan
meninggal. Penyakit ini biasanya muncul pada usia anak atau remaja, baik pria
maupun wanita. Biasanya gejalanya timbul mendadak dan bisa berat sampai
mengakibatkan koma apabila tidak segera ditolong dengan suntikan insulin.
2. Diabetes Tipe 2
Diabetes tipe ini adalah jenis yang paling sering dijumpai. Biasanya terjadi pada
usia di atas 40 tahun, tetapi bisa pula timbul pada usia di atas 20 tahun. Sekitar 90-
95% penderita diabetes adalah tipe 2. Pada diabetes tipe 2, pankreas masih bisa
membuat insulin, tetapi kualitas insulinnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik
sebagai kunci untuk memasukkan gula ke dalam sel. Akibatnya, gula dalam arah
meningkat. Pasien biasanya tidak perlu tambahan suntika dalam pengobatannya, tetapi
memerlukan obat untuk memperbaiki fungsi insulin itu, menurunkan gula,
memperbaiki pengolahan gula di hati, dan lain-lain.
Kemungkinan lain terjadinya diabetes tipe 2 adalah sel-sel jaringan tubuh dan otot
pasien tidak peka atau sudah resisten terhadap insulin (dinamakan resistensi insulin
atau insulin resistance) sehingga gula tidak dapat masuk ke dalam sel dan akhirnya
tertimbun dalam peredaran darah. Keadaan ini umumnya terjadi pada pasien yang
gemuk atau mengalami obesitas. Sama halnya dengan diabetes tipe 1, diabetes tipe 2
juga mempunyai nama lain, yaitu non insulin - dependent diabetes atau adult-onset
diabetes. Namun, kedua istilah ini juga kurang tepat karena diabetes tipe 2 kadang
juga membutuhkan pengobatan dengan insulin dan bisa timbul pada usia remaja.
3. Diabetes pada Kehamilan
Diabetes yang muncul hanya pada saat hamil disebut diabetes tipe gestasi atau
gestational diabetes. Keadaan ini terjadi karena pembentukan beberapa hormon pada
ibu hamil yang menyebabkan resistensi insulin. Catatan IDF tahun 2015 ada 20,9 juta
orang yang terkena diabetes gestasi, atau 16,2% dari ibu hamil dengan persalinan
hidup. Kasus diabetes gestasi paling banyak ditemukan di negara-negara di Asia
Tenggara, lebih tinggi dari pada di benua Afrika, yang bisa berkaitan dengan
pemeliharaan kesehatan ibu hamil.
Diabetes semacam ini biasanya baru diketahui setelah kehamilan bulan keempat
ke atas, kebanyakan pada trimester ketiga (tiga bulan terakhir kehamilan). Setelah
persalinan, pada umumnya gula darah akan kembali normal. Namun, yang perlu
diwaspadai adalah lebih dari setengah ibu hamil dengan diabetes akan menjadi tipe 2
di kemudian hari. Ibu hamil dengan diabetes harus ekstra waspada dalam menjaga
gula darahnya, rajin kontrol gula darah, dan memeriksakan diri ke dokter agar tidak
terjadi komplikasi, baik pada si ibu maupun si janin.
4. Diabetes yang Lain
Ada pula diabetes yang tidak termasuk dalam kelompok di atas yaitu
diabetes sekunder atau akibat dari penyakit lain, yang mengganggu produksi insulin
atau memengaruhi kerja insulin. Penyebab diabetes semacam ini adalah:
 Radang pankreas (pankreatitis)
 Gangguan kelenjar adrenal atau hipofisis
 Penggunaan hormon kortikosteroid
 Pemakaian beberapa obat antihipertensi atau antikolesterol
 Malnutrisi
 Infeksi.
E. GEJALA KLINIS
Peningkatan kadar glukosa darah, disebut hiperglikemia, mengarah kepada
manifestasi klinis umum yang berhubungan dengan DM. Pada DM Tipe I, onset
manifestasi klinis mungkin tidak kentara dengan kemungkinan situasi yang mengancam
hidup yang biasanya terjadi (misal, ketoasidosis diabetikum). Pada DM tipe 2, onset
manifestasi klinis mungkin berkembang cara bertahap yang klien mungkin mencatat
sedikit atau tanpa manifestasi klinis selama beberapa tathun. Manifestasi klinis DM
adalah peningkatan frekuensi buang air kecil (poliuria), peningkatan rasa haus dan
minum (polidipsi) dan karena penyakit berkembang, penurunan berat badan meskipun
lapar dan peningkatan makan (polifagi). (Black, M. Joyce, 2014).
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Gula darah meningkat > 200 ml/dl.
2. Aseton plasma (aseton) positif secara mencolok.
3. Osmolaritas serum : meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/lt.
4. Gas darah arteri pH rendah dan penurunan HCO3 (asidosis metabolik).
5. Alkalosis respiratorik
6. Trombosit darah : mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis dan
hemokonsentrasi menunjukkan respon terhadap stres atau infeksi.
7. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat/ normal lochidrasi /penurunan fungsi
ginjal.
8. Amilase darah : mungkin meningkat > pankacatitis akut.
9. Insulin darah : mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I), normal sampai meningkat
(Tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin.
10. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
11. Urine : gula dan aseton positif, BJ dan osmolaritas mungkin meningkat.
12. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya ISK dan infeksi luka.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
1. Pada dasarnya berprinsip pada upaya preventif dari segala macam komplikasi
diabetes mellitus. Tujuan dari penatalaksanakan DM yaitu menghilangkan keluhan,
gejala, mempertahankan rasa nyaman, dan mencapai glukosa darah yang stabil.
Adapun penatalaksanaan DM dibagi atas 4 pilar yaitu :
a. Pertama pendidikan kesehatan yang komprehensif sebagai dukungan bagi
penderita DM.
b. Kedua pengaturan pola makan (diet) dengan cara menjaga keseimbangan makan
sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi yang diperlukan individu serta
menekankan ketaatan dalam hal jumlah makan, jenis makan dan jadwal makan.
c. Ketiga aktivitas fisik yang teratur 3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30
menit.
d. Keempat obat farmakologi.
2. Penatalaksanaan Terapi Nutrisi Medis
Terapi Nutrisi Medis adalah bagian penting dari penatalaksanaan diabetes mellitus
secara komprehensif. Kunci keberhasilannya adalah keterlibatan secara menyeluruh
dari anggota tim dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan
keluarganya. Guna mencapai sasaran terapi TNM sebaiknya diberikan sesuai dengan
kebutuhan setiap penyandang DM.
H. KOMPLIKASI
Menurut Black & Hawks (2005), Smeltzer, et all (2008) mengklasifikasikan
komplikasi diabetes mellitus menjadi 2 kelompok yaitu :
1. Komplikasi akut
1) Hipoglikemia
Kadar glukosa darah yang abnormal/rendah terjadi jika kadar glukosa darah
turun dibawah 60-50 mg/dL (3,3-2,7 mmol/L). Keadaan ini dapat terjadi akibat
pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang
terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Hipoglikemia dapat terjadi
setiap saat pada siang atau malam hari. Kejadian ini bisa dijumpai sebelum
makan, khususnya jika waktu makan tertunda atau bila pasien lupa makan
cemilan.
2) Ketoasidosis Diabetik
Keadaan ini disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah
insulin yang nyata. Keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak. Pada tiga gambaran klinis yang penting pada
diabetes ketoasidosis: dehidrasi, kehilangan elektrolit, dan asidosis. Apabila
jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang
pula. Di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali. Kedua
faktor ini akan menimbulkan hiperglikemia.
3) Sindrom Hiperglikemi Hiperosmolar Nonketotik
Merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia
dan disertai perubahan tingkat kesadaran (sense of awareness). Pada saat yang
sama tidak ada atau terjadi ketosis ringan. Kelainan dasar biokimia pada sindrom
ini berupa kekurangan insulin efektif. Keadaan hiperglikemia persisten
menyebabkan diuresis osmotik sehingga terjadi kehilangan cairan elekrolit.
Untuk mempertahankan keseimbangan osmotik, cairan akan berpindah dari ruang
intrasel ke dalam ruang ekstrasel. Dengan adanya glukosuria dan dehidrasi, akan
dijumpai keadaan hypernatremia dan peningkatan osmolaritas. Salah satu
perbedaan utama antara sindrom HHNK dan DKA adalah tidak terdapatnya
ketosis dan asidosis pada sindrom HHNK. Perbedaan jumlah insulin yang
terdapat dalam masing-masing keadaan ini dianggap penyebab parsial perbedaan
diatas. Pada hakikatnya, insulin tidak terdapat pada DKA
2. Komplikasi kronik
1) Komplikasi Makrovaskuler
Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar sering terjadi pada
diabetes mellitus. Perubahan aterosklerotik ini serupa dengan yang terlihat pada
pasien-pasien nondiabetik, kecuali dalam hal bahwa perubahan tersebut
cemderung terjadi pada usia yang lebih muda dengan frekuensi yang lebih besar
pada pasien-pasien diabetes mellitus.
2) Komplikasi Mikrovaskuler
Perubahan mikrovaskuler merupakan komplikasi unik yang hanya terjadi pada
diabetes mellitus. Penyakit mikrovaskuler diabetik (mikroangiopati) ditandai oleh
penebalan membran basalis pembuluh kapiler. Membran basalis mengelilingi sel-
sel endotel kapiler.
3) Retinopati
Diabetik Kelainan patologis mata yang disebut retinopati diabetic disebabkan
oleh perubahan dalam pembuluh-pembuluh darah kecil pada retina mata.
4) Nefropati
Penyakit diabetes mellitus turut menyebabkan kurang lebih 25% dari pasien-
pasien dengan penyakit ginjal stadium terminal yang memerlukan dialisis atau
transplantasi setiap tahunnya di Amerika Serikat. Penyandang diabetes mellitus
tipe I sering memperlihatkan tanda-tanda permulaan penyakit renal setelah 15-20
tahun kemudian, sementara pasien diabetes mellitus tipe 2 dapat terkena penyakit
renal dalam waktu 10 tahun sejak diagnosis diabetes ditegakkan. Banyak pasien
diabetes mellitus tipe 2 ini yang sudah menderita diabetes mellitus selama
bertahun-tahun selama penyakit tersebut didiagnosis dan diobati.
5) Neuropati
Neuropati dalam diabetes mellitus mengacu kepada sekelompok penyakit-
penyakit yang menyerang semua tipe saraf, termasuk saraf perifer (sensorimotor),
otonom dan spinal. Kelainan tersebut tampak beragam secara klinis dan
bergantung pada lokasi sel saraf yang terkena.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama, Usia (DM tipe I < 30 tahun, DM tipe II > 30 tahun, cenderung meningkat pada usia >
65 tahun) jenis kelamin, agama, pendidikan, suku/bangsa, pekerjaan, alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit dengan keluhan nyeri, kesemutan pada
esktremitas,luka yang sukar sembuh Sakit kepala, menyatakan seperti mau
muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
b. Riwayat kesehatan lalu
Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti
Infark miokard
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM
3. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tatalaksana
hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gangren pada kaki
diabetik, sehingga menimbulkan persepsi negatif terhadap diri dan
kecendurangan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang
lama,lebih dari 6 juta dari penderita DM tidak menyadari akan terjadinya resiko
kaki diabetik bahkan mereka takut akan terjadinya amputasi
2) Pola nutrisi metabolik
Akibat produksi insulin yang tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka
kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan
sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan mudah
lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan
metabolisme yang dapat mempengarui status kesehatan penderita. Nausea,
vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek , mual muntah.
3) Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresisosmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urin
(glukosuria). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
4) Pola ativitas dan latihan
Kelemahan, susah berjalan dan bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan sampai terjadi
koma. Adanya luka gangren dan kelemahanotot otot pada tungkai bawah
menyebabkan penderita tidak mampu melakukan aktivitas sehari hari secara
maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
5) Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif adanya poliuri,nyeri pada kaki yang luka,sehingga klien
mengalami kesulitan tidur.
6) Kongnitif persepsi
Pasien dengan gangren cendrung mengalami neuropati/ mati rasa pada luka
sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami penurunan,
gangguan penglihatan.
7) Persepsidan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh menyebabkan penderita mengalami
gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh , lamanyaperawatan,
banyaknya baiaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami
kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem)
8) Peran hubungan
Luka gangreng yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu dan
menarik diri dari pergaulan.
9) Seksualitas
Angiopati dapat terjadi pada pebuluh darah di organ reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan kualitas maupun ereksisetas
memberi dampak dalam proses ejakulasi serta orgasme. Adanya perdangan pada
vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria. Risiko lebih tinggi
terkena kanker prostat berhubungan dengan nefropatai.
10) Koping toleransi
Lamanya waktu perawatan,perjalannya penyakit kronik, persaan tidak berdaya
karena ketergantungan menyebabkan reasi psikologis yang negatif berupa
marah, kecemasan, mudah tersinggung, dapat menyebabkan penderita tidak
mampu menggunakan mekanisme koping yang kontruktif/adaptif.
11) Nilai kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka pada
kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadahtetapi
mempengarui pola ibadah penderita
4. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Vital Sign
Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu. Tekanan darah dan
pernafasan pada pasien dengan pasien DM bisa tinggi atau normal, Nadi dalam
batas normal, sedangkan suhu akan mengalami perubahan jika terjadi infeksi.
b. Pemeriksaan Kulit
Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan jika kekurangan
cairan maka turgor kulit akan tidak elastis. kalau sudah terjadi komplikasi kulit
terasa gatal.
c. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Kaji bentuk kepala,keadaan rambut Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar
tiroid, kelenjar getah bening, dan JVP (Jugularis Venous Pressure) normal 5-2
cmH2.
d. Pemeriksaan Dada (Thorak)
Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis metabolik pernafasan cepat
dan dalam.
e. Pemeriksaan Jantung (kardiovaskuler)
Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya kegagalan sirkulasi.
f. Pemeriksaan Abdomen
Dalam batas normal.
g. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Sering BAK.
h. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering merasa kesemutani.
i. Pemeriksaan Ekstremitas
Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa nyeri, bisa terasa baal.
j. Pemeriksaan Neurologi
GCS :15, Kesadaran Compos mentis Cooperative (CMC).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

DAFTAR PUSTAKA

Maria, Insana. 2021. Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Dan Asuhan Keperawatan
Stroke. Yogyakarta : CV BUDI UTAMA.

Rumiris. 2020. Pedoman Diet Penderita Diabetes Melitus. Semarang : Yayasan


Pendidikan Dan Sosial Indonesia Maju (YPSIM) Banten.

Tandra, Hans. 2017. Segala Sesuatu Yang Anda Harus Ketahui Tentang Diabetes
Panduan Lengkap Mengenal Dan Mengatasi Diabetes Dengan Cepat Dan Mudah.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI . 2018. Standar Luaran Keperawatan Keperawatan
Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Waris, Marewa, Lukman. 2015. Kencing Manis ( Diabetes Mellitus ) Di Sulawasi


Selatan. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia Anggota IKAPI DLI Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai