Oleh :
NIM : P07120219003
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
KONSEP DASAR HIV/AIDS
A. DEFINSI HIV/AIDS
B. PENYEBAB/FAKTOR PREDISPOSISI
Ketidakberdayaa
Defisit Nutrisi Kurang terpapar informasi
n
Positif HIV
Injeksi dua utas benang RNA yang identic ke T4 helper oleh enzim referse tranciptase
b. Klasifkasi Klinis
Pada beberapa negara, pemeriksaan limfosit CD4+ tidak tersedia.
Dalam hal ini pasien bisa didiagnosis berdasarkan gejala klinis, yaitu
berdasarkan tanda dan gejala mayor dan minor. Dua gejala mayor di
tambah dua gejala minor didefinisikan sebagai infeksi HIV
simptomatik.
Gejala Mayor :
1. Penurunan berat badan > 10%.
2. Demam memanjang atau lebih dari 1 bulan.
3. Diare kronis.
4. Tuberkulosis.
Gejala Minor :
1. Kandidiasis orofaringeal.
2. Batuk menetap lebih dari satu bulan.
3. Kelemehan tubuh.
4. Berkeringat malam.
5. Hilang nafsu makan.
6. Infeksi kulit generalisata.
7. Limfadenopati generalisata.
8. Herpes zoster.
9. Infeksi Herpes simplex kronis.
10. Pneumonia.
11. Sarkoma kaposi.
E. GEJALA KLINIS
Pada tahap ini gejala dan keluhan lebih spesifik dengan gradasi sedang
sampai berat. Berat badan menurun tetapi tidak sampai 10%, pada selaput
mulut terjadi sariawan berulang, terjadi peradangan pada sudut mulut,
dapat juga ditemukan infeksi bakteri pada saluran napas bagian atas
namun penderita dapat melakukan aktivitas meskipun terganggu. Penderita
lebih banyak berada di tempat tidur meskipun kurang 12 jam per hari
dalam bulan terakhir.
Pada tahap ini terjadi penurunan berat badan lebih 10%, diare yang
lebih dari 1 bulan, panas yang tidak diketahui sebabnya lebih dari satu
bulan, kandidiasis oral, oral hairy leuhoplakia, tuberkulosis paru, dan
pneumonia bakteri. Penderita berbaring di tempat tidur lebih dari 12 jam
sehari selama sebulan terakhir. Penderita diserbu berbagai macam infeksi
sekunder, misalnya pneumonia pneumokistik karinii, toksoplasmosis otak.
diare akibat kriptosporidiosis, penyakit virus sitomegalo, infeksi virus
herpes, kandidiasis pada esofagus, trakea, bronkus atau paru serta infeksi
jamur yang lain misalnya histoplasmosis, koksidiodomikosis. Dapat juga
ditemukan beberapa jenis malignansi, termasuk keganasan kelenjar getah
bening dan sarkoma kaposi. Hiperaktivitas komplemen menginduksi
sekresi histamin. Histamin menimbulkan keluhan gatal pada kulit dengan
diiringi mikroorganisme di kulit memicu terjadinya dermatitis HIV
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Tes Laboratorium
a. Serologis
1) Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA.
Hasiltes positif, tapi bukan merupakan diagnose.
2) Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV).
3) Sel T limfosit
Penurunan jumlah total.
4) Sel T4 helper Indikator system imun (jumlah <200>)
5) T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio terbalik ( 2 :1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel
helper ( T8 ke T4 ) mengindikasikan supresi imun.
6) P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV )
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi
infeksi
7) Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati
normal.
8) Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel
perifer monoseluler.
9) Tes PHS
Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin
positif
b. Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
c. Tes Lainnya
1) Sinar X dada
Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap
lanjut atau adanya komplikasi lain
2) Tes Fungsi Pulmonal
Deteksi awal pneumonia interstisial
3) Skan Gallium
Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia
lainnya.
4) Biopsis
Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi.
5) Brankoskopi / pencucian trakeobronkial
Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan
kerusakan paru-paru.
2. Tes HIV
Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi virus
HIV.Kurang dari 1% penduduk perkotaan di Afrika yang aktif secara
seksual telah menjalani tes HIV, dan persentasenya bahkan lebih sedikit
lagi di pedesaan. Selain itu, hanya 0,5% wanita mengandung di perkotaan
yang mendatangi fasilitas kesehatan umum memperoleh bimbingan
tentang AIDS, menjalani pemeriksaan, atau menerima hasil tes mereka.
Angka ini bahkan lebih kecil lagi di fasilitas kesehatan umum pedesaan.
Dengan demikian, darah dari para pendonor dan produk darah yang
digunakan untuk pengobatan dan penelitian medis, harus selalu diperiksa
kontaminasi HIVnya.
Tes HIV umum, termasuk imunoasaienzim HIV dan pengujian
Western blot, dilakukan untuk mendeteksi antibody HIV pada serum,
plasma, cairan mulut, darah kering, atau urinpasien. Namun demikian,
periode antara infeksi dan berkembangnya antibodi pelawan infeksi yang
dapat dideteksi (window period) bagi setiap orang dapat bervariasi. Inilah
sebabnya mengapa dibutuhkan waktu 3-6 bulan untuk mengetahui
serokonversi dan hasil positif tes. Terdapat pula tes-tes komersial untuk
mendeteksi antigen HIV lainnya, HIV-RNA, dan HIV-DNA, yang dapat
digunakan untuk mendeteksi infeksi HIV meskipun perkembangan
antibodinya belum dapat terdeteksi. Meskipun metode-metode tersebut
tidak disetujui secara khusus untuk diagnosis infeksi HIV, tetapi telah
digunakan secara rutin di negara-negara maju.
3. USG Abdomen.
4. Rontgen Thorak.
G. PENATALKASAAN MEDIS
H. KOMPLIKASI
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi,
dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
2. Neurologik
Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian,
kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi sosial.
Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit
kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial. Infark serebral kornea sifilis
meningovaskuler, hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis. Neuropati
karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus
(HIV).
3. Gastrointestinal
Diare
Karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma,
dan sarcoma kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia,
demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
Hepatitis
Karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma Kaposi, obat ilegal,
alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,
demam atritis
Penyakit Anorektal
Karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai
akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-
gatal dan diare.
4. Respirasi.
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,
nyeri, hipoksia, keletihan, gagal nafas.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis
karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan
efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.f.Sensorik
Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek
kebutaanPendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media,
kehilangan pendengaran dengan efek nyeri
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas Klien
Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, No. RM.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Dapat ditemukan pada pasien AIDS dengan manifestasi
respiratori ditemui keluhan utama sesak nafas. Keluhan utama
lainnya ditemui pada pasien HIV AIDS yaitu, demam yang
berkepanjangan (lebih dari 3 bulan), diare kronis lebih dari satu
bulan berulang maupun terus menerus, penurunan berat badan
lebih dari 10%, batuk kronis lebih dari 1 bulan, infeksi pada
mulut dan tenggorokan disebabkan oleh jamur Candida Albicans,
pembengkakan kelenjer getah bening diseluruh tubuh, munculnya
harpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal diseluruh tubuh
b. Riwayat kesehatan sekarang
Dapat ditemukan keluhan yang biasanya disampaikan pasien
HIV AIDS adalah : pasien akan mengeluhkan napas sesak
(dispnea) bagi pasien yang memiliki manifestasi respiratori,
batuk-batuk, nyeri dada dan demam, pasien akan mengeluhkan
mual, dan diare serta penurunan berat badan drastis.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien pernah dirawat karena penyakit yang sama.
Adanya riwayat penggunaan narkotika suntik, hubungan seks
bebas atau berhubungan seks dengan penderita HIV/AIDS,
terkena cairan tubuh penderita HIV/AIDS.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya pada pasien HIV AIDS adanya anggota keluarga
yang menderita penyakit HIV/AIDS. Kemungkinan dengan
adanya orang tua yang terinfeksi HIV. Pengkajian lebih lanjut
juga dilakukan pada riwayat pekerjaan keluarga, adanya keluarga
bekerja di tempat hiburan malam, bekerja sebagai PSK (Pekerja
Seks Komersial)
3. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola presepsi dan tata laksanaan hidup sehat
Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan menglami perubahan atau
gangguan pada personal hygiene, misalnya kebiasaan mandi, ganti
pakaian, BAB dan BAK dikarenakan kondisi tubuh yang lemah,
pasien kesulitan melakukan kegiatan tersebut dan pasien biasanya
cenderung dibantu oleh keluarga atau perawat
2. Pola Nutrisi
Biasanya pasien dengan HIV/AIDS mengalami penurunan nafsu
makan, mual, muntah, nyeri menelan, dan juga pasien akan
mengalami penurunan BB yang cukup drastis dalam waktu singkat
(terkadang lebih dari 10% BB).
3. Pola Eliminasi
Biasanya pasien mengalami diare, fases encer, disertai mucus
berdarah.
4. Pola Istirahat dan tidur
Biasanya pasien dengan HIV/AIDS pola istirahat dan tidur
mengalami gangguan karena adanya gejala seperi demam dan
keringat pada malam hari yang berulang. Selain itu juga didukung
oleh perasaan cemas dan depresi pasien terhadap penyakitnya.
5. Pola aktivitas dan latihan
Biasanya pada pasien HIV/AIDS aktivitas dan latihan mengalami
perubahan. Ada beberapa orang tidak dapat melakukan aktifitasnya
seperti bekerja. Hal ini disebabkan mereka yang menarik diri dari
lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerja, karena depresi
terkait penyakitnya ataupun karena kondisi tubuh yang lemah.
6. Pola presepsi dan konsep diri
Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami perasaan marah,
cemas, depresi, dan stress.
7. Pola sensori kognitif
Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami penurunan
pengecapan, dan gangguan penglihatan. Pasien juga biasanya
mengalami penurunan daya ingat, kesulitan berkonsentrasi,
kesulitan dalam respon verbal. Gangguan kognitif lain yang
terganggu yaitu bisa mengalami halusinasi.
8. Pola hubungan peran
Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan terjadi perubahan peran yang
dapat mengganggu hubungan interpersonal yaitu pasien merasa
malu atau harga diri rendah.
9. Pola penanggulangan stres
Pada pasien HIV AIDS biasanya pasien akan mengalami cemas,
gelisah dan depresi karena penyakit yang dideritanya. Lamanya
waktu perawatan, perjalanan penyakit, yang kronik, perasaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis
yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan
lain-lain, dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan
mekanisme koping yang kontruksif dan adaptif.
10. Pola reproduksi seksual
Pada pasien HIV AIDS pola reproduksi seksualitas nya terganggu
karena penyebab utama penularan penyakit adalah melalui
hubungan seksual.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada pasien HIV AIDS tata nilai keyakinan pasien awal nya akan
berubah, karena mereka menggap hal menimpa mereka sebagai
balasan akan perbuatan mereka. Adanya perubahan status kesehatan
dan penurunan fungsi tubuh mempengaruhi nilai dan kepercayaan
pasien dalam kehidupan pasien, dan agama merupakan hal penting
dalam hidup pasien.
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien HIV yaitu :
a. Gambaran Umum : ditemukan pasien tampak lemah.
b. Kesadaran pasien : Compos mentis cooperatif, sampai terjadi
penurunan tingkat kesadaran, apatis, samnolen, stupor bahkan coma.
c. Vital sign :
- TD: Biasanya ditemukan dalam batas normal
- Nadi : Terkadang ditemukan frekuensi nadi meningkat
- Pernafasan :Biasanya ditemukan frekuensi pernafasan meningkat
- Suhu : Biasanya ditemukan Suhu tubuh menigkat karena demam.
d. BB : Biasanya mengalami penurunan (bahkan hingga 10% BB) TB :
Biasanya tidak mengalami peningkatan (tinggi badan tetap).
e. Kepala : Biasanya ditemukan kulit kepala kering karena dermatitis
seboreika.
f. Mata : Biasanya ditemukan konjungtiva anemis, sclera tidak ikhterik,
pupil isokor, reflek pupil terganggu.
g. Hidung : Biasanya ditemukan adanya pernafasan cuping hidung.
h. Gigi dan Mulut: Biasanya ditemukan ulserasi dan adanya bercak-
bercak putih seperti krim yang menunjukkan kandidiasi.
i. Leher : kaku kuduk ( penyebab kelainan neurologic karena infeksi
jamur Cryptococcus neoformans), biasanya ada pembesaran kelenjer
getah bening.
j. Jantung : Biasanya tidak ditemukan kelainan.
k. Paru-paru : Biasanya terdapat yeri dada, terdapat retraksi dinding dada
pada pasien AIDS yang disertai dengan TB, Napas pendek (cusmaul),
sesak nafas (dipsnea).
l. Abdomen : Biasanya terdengar bising usus yang hiperaktif.
m. Kulit : Biasanya ditemukan turgor kulit jelek, terdapatnya tanda-tanda
lesi (lesi sarkoma kaposi).
n. Ekstremitas : Biasanya terjadi kelemahan otot, tonus otot menurun,
akral dingin.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelean
makanan, ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien, peningkatan kebutuhan metabolisme, faktor
ekonomi, faktor psikologis dibuktian dengan berat badan menurun
minimal 10% dibawah rentang ideal, cepat kenyang setelah makan,
kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun, bising usus hiperaktif,
otot pengunyah lemah, otot menelan lemah, membran mukosa pucat,
sariawan, serum albumin turun, rambut rontok berlebih, diare.
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keteratasan kognitif,
gangguan fungsi kognitif, kekeliruan mengikuti anjuran. Kurang
terpapar informasi, kurang minat dalam belajar, kurang mampu
mengingat, ketidaktahuan menemukan sumber informasi dibuktikan
dengan menanyakan masalah yang dihadapi, menunjukan prilaku tidak
sesuai anjuran, menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah,
menjalani pemeriksaan yang tidak tepat, menunjukan prilaku
berlebihan.
3. Ketidakberdayaan berhubugnan dengan program
perawatan/pengobatan yang kompleks atau jangka panjang,
lingkungan tidak mendukung perawatan/pengobatan, interksi
interpersonal tidak memuaskan dibuktikan dengan menyatakan frustasi
atau tidak mampu melaksanakan aktivitas sebelumnya, bergantung
pada orang lain, merasa diasingkan, menyatakan keraguan tentang
kinerja peran, menyatakan kurang kontrol, menyatakan rasa malu,
merasa tertekan (depresi), tidak berpartisipasi dalam perawatan,
pengasingan.
4. Keputuasaan berhubungan dengan stress jangka panjang, penurunan
kondisi fisiologis, kehilangan kepercayaan pada kekuataan spiritual,
kehilangan kepercayaan dibuktikan dengan mengungkapkan
keputussasaan, berprilaku pasif, sulit tidur, selera makan menurun,
afek datar, kurang inisiatif, meninggalkan lawan bicara, kurang terlibat
dalam aktivitas perawatan, mengangkat bahu sebagai respon pada
lawan bicara.
5. Keletihan berhubugnan dengan gangguan tidur, gaya hidup monoton,
kondisi fisiologis, program perawatan/pengobatan jangka panjang,
pristiwa hidup negatif, stress berlebihan, depresi dibuktikan dengan
merasa energi tidak pulih walaupun telah tidur, merasa kurang tenaga,
mengeluh lelah, tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin, tampak
lesu, merasa bersalah akibat tidak mampu menjalankan tanggung
jawab, libido menurun, kebutuhan istirahat meningkat.
C. INTERVENSI
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI . 2018. Standar Luaran Keperawatan Keperawatan
Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.