Oleh :
Nama :
NIM :
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
KONSEP DASAR DEKUBITUS
A. DEFINISI
Dekubitus berasal dari bahasa latin decumbree yang berarti merebahkan diri
yang didefinisikan sebagai suatu luka akibat posisi penderita yang tidak berubah
dalam jangka waktu lebih dari 6 jam (Sabandar, 2008).
Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat
dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak
sembuh dengan urutan dan waktu yang biasa. Selanjutnya gangguan ini terjadi
pada individu yang berada di atas kursi atau diatas tempat tidur sering kali pada
inkontinensia, malnutrisi, ataupun individu yang mengalami kesulitan makan
sendiri, serta mengalami gangguan tingkat kesadaran (potter & perry, 2005).
Pressure Ulcers (diketahui sebagai luka tekan, luka ranjang atau luka
dekubitus) adalah kerusakan jaringan yang terlokasi karena tekanan yang
berlebihan yang terjadi pada area tertentu yang tidak mengalami reposisi (Moore
& Cowman, 2009).
Luka tekan telah lama dikenal di kalangan perawatan kesehatan dan ini
merupakan masalah cukup sulit diatasi bagi para praktisi perawatan karena
memang banyak faktor yang terkait dengan upaya penyembuhan luka tekan
(Fatmawati, 2007).
Penyebab dari luka dekubitus dapat dibedakan menjadi 2 faktor yaitu faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik.
1) Faktor Ekstrinsik
Tekanan
Kelembaban
2) Faktor Intrinsik
Usia
Temperatur
Nutrisi
b. Immobilisasi
c. Keterbatasan aktivitas.
Ketiga faktor ini adalah dampak dari pada lamanya dan intensitas
tekanan pada bagian permukaan tulang yang menonjol.
C. POHON MASALAH
Kerusakan Integritas
Nyeri Akut Risiko Infeksi
Kulit
Kemerahan
Hiperemia
Iskemik Setempat
Intoleransi aktivitas
Faktor Sekunder
Tirah baring terlalu lama
Faktor Primer
D. KLASIFIKASI
1) Derajat I: Eritema
Pada keadaan ini kulit masih dalam keadaan utuh namun disertai dengan
daerah yang eritematous. Daerah yang eritematous ini berbatas tegas dapat
disertai dengan rasa hangat atau dingin dibandingkan dengan keadaan
disekitarnya. Pada kondisi pasien ulkus dekubitus derajat I mungkin sedikit
sulit untuk dideteksi pada pasien-pasien yang berkulit gelap.
5) Unstageable
Pada klasifikasi ini ditemukan hilangnya seluruh jaringan yang mana dasar
ulkus ditutupi oleh slough (kuning, cokelat, abu-abu, hijau atau coklat) dan /
atau eschar atau jaringan nekrotik (cokelat, cokelat atau hitam) di sekitar luka.
Dikatakan klasifikasi yang unstageable oleh karena luka ditutupi oleh sloughd
dan eschar yang sehingga tidak dapat menilai bagaimana dasar luka dan
kedalaman lukanya.
Pada daerah sekitar luka dapat ditemukan adanya perubahan warna berupa
ungu atau merah marun dari kulit yang utuh dikarenakan adanya kerusakan
jaringan lunak yang mendasari dari tekanan
Tipe normal
Beda temperatur ± 2,5 ̊C antara dareah ulkus dengan kulit sekitar akan
sembuh sekitar 6 minggu selama perawatan. Ulkus ini terjadi karena iskemia
jaringan setempat akibat tekanan namun pembuluh dan aliran darah masih
baik.
Tipe arteriosklerotik
Beda temperatur < 1 ̊C antara daerah ulkus dengan kulit sekitar. Ulkus
decubitus terjadi karena tekanan danarteriosklerotik pada pembuluh darah,
penyembuhan terjadi dalam 16 minggu.
Tipe terminal
Terjadi pada penderita yang akan meninggal dan tidak akan sembuh.
E. GEJALA KLINIS
4) Stadium 4 : Ulserasi dan nekrosis meluas mengenai fasia, otot serta sendi.
Dapat sembuh dalam 3-6 bulan.
Tanda dan gejala dari masing-masing stadium :
1) Stadium 1 :
2) Stadium 2 :
3) Stadium 3 :
4) Stadium 4 :
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Anamnesis geriatri lengkap dilakukan baik autoanamnesis atau aloanamnesis,
terutama sehubungan untuk mencari faktor faktor resiko (primer dan skunder),
misalnya lama terjadi imobilisasi, komorbid penyakit (DM, stroke, penyakit
pembuluh darah perifer, penurunan fungsi perifer, penurunan fungsi kognitif) dan
riwayat ulkus decubitus sebelumnya.
Pemeriksaan fisik pada kulit dilakukan dengan teliti, terutama pada daerah
predileksi (bagian yang menonjol) terjadi decubitus (sacrum, tumit, belikat, siku).
Inspeksi pada kulit melihat adanya daerah yang eritem/lesi, luka lecet, luka dalam.
Pengkajian paripurna pada pasien geritari (P3G)/Comprehensive geriatric
assessment) sangat diperlukan dalam mengidentifikasi pasien yang beresiko ulkus
decubitus. Komprehensif dalam menetukan masalah kesehatan (Bio-psiko-sosio-
kultural). Serta mengetahui cadangan fisiologi yang masih ada pada pasien usia
lanjut dengan multi morbiditas.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien
decubitus adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan
memberikan perawatan kulit yang terencana dan konsisten. Perawatan kulit yang
tidak terencana dan konsisten dapat mengakibatkan gangguan integritas kulit
(Potter & Perry, 2005). Salah satu intervensi dalam menjaga integritas kulit adalah
dengan cara memberikan olesan minyak zaitun karena integritas kulit yang normal
dapat dipertahankan dengan memberikan minyak zaitun. Minyak zaitun
mengandung asam lemak yang dapat memelihara kelembapan, kelenturan, serta
kehalusan kulit (Khadijah, 2008). Minyak zaitun dengan kandungan asam oleat
hingga 80% dapat mengenyalkan kulit dan melindungi elastis kulit dari kerusakan
karena minyak zaitun yang dioleskan dapat mempercepat penyembuhan kulit yang
luka atau iritasi (Surtiningsih, 2005).
H. KOMPLIKASI
Komplikasi sering terjadi pada luka dekubitus derajat III dan IV, walaupun
dapat terjadi pada luka yang superfisial. Menurut subandar (2008) komplikasi
yang dapat terjadi antara lain:
3) Septicemia
4) Anemia
5) Hipoalbumin
6) Hiperalbumin
7) Kematian
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1) Identitas
2) Keluhan Utama
Hal- hal yang perlu dikaji adalah mulai kapan keluhan dirasakan, lokasi
keluhan, intensitas, lamanya atau frekuensi, faktor yang memperberat atau
memperingan serangan, serta keluhan- keluhan lain yang menyertai dan
upaya- upaya yang telah dilakukan perawat disini harus menghubungkan
masalah kulit dengan gejalanya seperti : gatal, panas, mati rasa,
imobilisasi, nyeri, demam, edema, dan neuropati ( Carpenito , L.J , 1998)
b. Riwayat penyakit kulit dan prosedur medis yang pernah dialami klien.
Hal iniuntuk memberikan informasi apakah perubahan pada kulit
merupakan manifestasidari penyakit sistemik seperti : infeksi kronis,
kanker, DM
5) Riwayat Pengobatan
6) Riwayat Diet
Yang dikaji yaitu berat badan, tinggi badan, pertumbuhan badan dan
makanan yang dikonsumsi sehari- hari. Nutrisi yang kurang adekuat
menyebabkan kulit mudah terkena lesi dan proses penyembuhan luka yang
lama.
b. Imobilisasi.
c. Inkontinensia.
d. Nutrisi atau hidrasi yang inadekuat
9) Pengkajian Psikososial
a. Perasaan depresi.
b. Frustasi.
c. Ansietas/kecemasan
d. Keputusasaan.
f. Nyeri.
Pasien yang mengalami imobilisasi dalam waktu yang lama maka akan
terjadi ulkus pada daerah yang menonjol karena berat badan bertumpu
pada daerah kecil yang tidak banyak jaringan dibawah kulit untuk
menahan kerusakan kulit. Sehingga diperlukan peningkatan latihan
rentang gerak dan mengangkat berat badan. Tetapi jika terjadi paraplegi
maka akan terjadi kekuatan otot tidak ada (pada ekstremitas bawah),
penurunan peristaltik usus (terjadi konstipasi), nafsu makan menurun dan
deficit sensori pada daerah yang paraplegi.
a. Keadaan Umum
b. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah normal, nadi cepat, suhu meningkat dan respirasi rate
meningkat.
c. Pemeriksaan Kepala Dan Leher
2. Mata
3. Hidung
4. Mulut
5. Telinga
6. Leher
Bentuk perut datar atau flat, bising usus mengalami penurunan karena
imobilisasi, ada masa karena konstipasi, dan perkusi abdomen
hypersonor jika dispensi abdomen atau tegang.
f. Urogenital
g. Muskuloskeletal
Adanya fraktur pada tulang akan menyebabkan klien bet rest dalam
waktu lama, sehingga terjadi penurunan kekuatan otot.
h. Pemeriksaan Neurologi
1. Lesi primer, yang terjadi karena adanya perubahan pada salah satu
komponenkulit
2. Lesi sekunder, adalah lesi yang muncul setelah adanya lesi primer.
Gambaran lesi yang harus diperhatikan oleh perawat yaitu warna,
bentuk, lokasi dan kofigurasinya
c. Edema
e. Integritas
f. Kebersihan kulit.
g. Vaskularisasi
h. Palpasi kulit
B. DIAGNOSA
C. INTERVENSI
Amoto, Natalia M. & Joudy Gessal. (2016). Rehabilitasi Medik Pada Pasien
Geriatri Ulkus Decubitus. Jurnal Kedokteran Fisik Dan Rehabilitasi, Hal.
32-37.
Faridah, Umi, dkk. (2019). Pengaruh Posisi Miring Terhadap Dekubitus Pada
Pasien Stroke Di RSUD RAA Soewondo Pati. Jurnal Ilmu Keperawatan
Dan Kebidanan, Vol. 10, No. 1, 155-162.
Purwanto, Hadi. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Keperawatan
Medikal Bedah II. Jakarta : PUSDIK SDM Kesehatan.
Sani, Mirza. 2016. Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Prioritas Masalah
Dekubitus Di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. KTI. Fakultas
Keperawatan, Universitas Sumatra Utara.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI . 2018. Standar Luaran Keperawatan Keperawatan
Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.