Anda di halaman 1dari 14

ANALISA KASUS MENEJEMEN MUTU DAN MENEJEMEN RESIKO SIKAP

PERWAT DALAM PENANGAN PASIEN DECUBITUS DIRUANG RAWAT INAP

Di Susun Oleh :
DWI AYU MITASARI
(D0019020)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
Jl. Cut Nyak Dien Kalisapu, Slawi- Kab. Tegal

2020

BAB 1
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dekubitus merupakan masalah kesehatan sekunder yang terjadi sebagai dampak lanjut
terhadap masalah kesehatan yang menyebabkan penderita mengalami imobilisasi.
Dekubitus dapat terjadi pada semua kelompok usia, tetapi akan menjadi masalah yang
khusus bila terjadi pada seorang lanjut usia (lansia). Kekhususannya terletak pada insiden
kejadiannya yang erat kaitannya dengan imobilisasi (Martono, 2014). Imobilisasi
merupakan ketidakmampuan transfer atau berpindah posisi atau tirah baring selama 3
hari atau lebih, dengan gerak anatomik tubuh menghilang akibat perubahan fungsi
fisiologik (Gilang,2007).

Disebabkan oleh tekanan. Kulit dan jaringan dibawahnya tertekan antara tulang dengan
permukaan keras lainnya, seperti tempat tidur dan meja operasi. Tekanan ringan dalam
waktu yang lama sama bahayanya dengan tekanan besar dalam waktu singkat. Terjadi
gangguan mikrosirkulasi lokal kemudian menyebabkan hipoksi dan nekrosis. tekanan
antar muka ( interface pressure). Tekanan antar muka adalah kekuatan per unit area
antara tubuh dengan permukaan matras. Apabila tekanan antar muka lebih besar daripada
tekanan kapiler rata rata, maka pembuluh darah kapiler akan mudah kolap, daerah
tersebut menjadi lebih mudah untuk terjadinya iskemia dan nekrotik. Tekanan kapiler rata
rata adalah sekitar 32 mmHg (corwin, 2009).

Kulit merupakan salah satu organ perlindungan bagi tubuh. Perlindungan yang dimaksud
adalah dari mikroorganisme, jamur, paparan zat kimia, maupun paparan dari sinar UV.
Anatomi kulit begitu sempurna untuk melakukan perlindungan tersebut. Lapisan pertama
atau lapisan epidermis berfungsi menangkal paparan dari luar lingkungan (luar tubuh)
sedangkan lapisan kedua atau dermis berfungsi sebagai tempat syaraf peraba dan tekanan
serta kelenjar subasea dan keringat. Selain kedua lapisan tersebut terdapat pula lapisan
pendukung non-skin yaitu lapisan subcutaneous atau lapisan ikat atau hypodermis.
Ketika lapisan tersebut rusak maka fungsi kulit tidak maksimal dan perlu penanganan
yang tepat. Perawat memiliki tugas untuk merawat luka tersebut agar dapat beregenerasi
dengan normal dan mencegah terjadinya infeksi dari mokroorganisme.

Decubitus adalah suatu daerah yang mati jaringan disebabkan karena kurangnya
aliran darah didaerah yang bersangkutan. Decubitus berasal dari bahasa latin yang
artinya berbaring. Berbaring tidak selalu menyebabkan terjadinya luka baring. Karena
itu sebagian orang lebih menyukai istilah luka tekan ( pressure sore) karena
tekananlah yang merupakan penyebab utama terjadinya ulkus decubitus (Potter,
2005). Menurut Carpenito (1998) , berikut ini derajat ulkus dekubitus :
1. Derajat I
Adanya perubahan dari warna kulit yang dapat diobservasi. Apabila dibandingkan
dengan kulit yang normal, maka akan tampak salah satu tanda sebagai berikut :
perubahan temperature kulit (lebih dingin atau lebih hangat), perubahan konsistensi
jaringan (lebih keras atau lebih lunak), perubahan sensasi (gatal atau nyeri).
2. Derajat II
Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis atau dermis atau keduanya. Sirinya
adalah luka superficial, abrasi, melepuh atau membentuk lubang yang dangkal.

3. Derajat III

Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau nekrosis dari jaringan
subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai pada fascia, luka terlihat seperti lubang
yang dalam.

Imobilisasi dapat menimbulkan berbagai masalah pada lansia. Menurut Zelika (2010)
akibat yang ditimbulkan antara lain infeksi saluran kemih, sembelit, infeksi paru,
gangguan aliran darah, dekubitus, atropi otot, dan kekakuan sendi. Masalahmasalah
tersebut dapat berakibat serius bagi lansia, bahkan dapat berakhir dengan kematian.
Imobilisasi juga sering mengakibatkan timbulnya komplikasi berupa osteoporosis,
dekubitus, gangguan keseimbangan nitrogen, konstipasi, kelemahan, dan perubahan
psikologik.
Insiden dan prevalensi dekubitus di Indonesia mencapai 40% atau yang tertinggi
diantara negara-negara besar ASEAN lainnya. Menurut Bujang, Aini &
Purwaningsih (2013), kejadian dekubitus terdapat pada tatanan perawatan akut (acut
care) sebesar 5-11%, pada tatanan perawatan jangka panjang (long term care) sebesar
15-25%, dan tatanan perawatan dirumah (home health care) sebesar 7-12%. Khusus
kejadian dekubitus pada perawatan dirumah, diperkirakan lebih dari 53% insiden
dekubitus terjadi pada kelompok lansia akibat imobilisasi. Gradasi dekubitus
dibedakan oleh National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP, 2009) menjadi
empat stadium berdasarkan kedalaman jaringan yang mengenainya yaitu Stadium I
yang ditandai dengan kulit kemerahan yang tidak hilang dengan ditekan,
terlokalisasi, biasanya terjadi pada tempat penonjolan tulang. Pigmen kulit tampak
lebih gelap dan berbeda dari area sekitarnya, kulit terasa nyeri jika diraba dan teraba
hangat. Stadium II ditandai dengan adanya kerusakan sebagian dermis, tampak
adanya luka atau kulit tampak rusak dengan warna luka merah, tidak ada nanah pada
luka, luka dapat berisi cairan serum atau berbentuk bula. Stadium III berupa
kerusakan dan nekrosis meliputi lapisan dermis dan jaringan subkutan tetapi tidak
melewatinya sampai terlihat fasia. Stadium IV merupakan kehilangan lapisan kulit
secara lengkap hingga tampak tendon, tulang, ruang sendi.
TUJUAN
Tujuan umum
a. Tujuan umum laporan ini adalah untuk mengidentifikasi Tindakan Medis
yang Tidak Berkaitan dengan Konsep Patient Safety.
Tujuan khusus
b. Mengidentifikasi Tindakan Medis yang Tidak Berkaitan dengan Konsep
Patient Safety.
c. Mengidentifikasi tindakan medis yang seharusnya dilakukan terkait dengan
kasus

BAB 2
PEMBAHASAN

a) KASUS

Saya menemukan kasus Tn.A di Rumah Sakit K (Tegal ) berumur 67 tahun pada tanggal
7 April 2020 dengan diagnosa Diabetes Militus dan stroke sejak 3thn yang lalu , dirawat
diruang Lavender dengan keluhan luka decubitus, didaerah punggung. Klien terlihat
merintih kesakitan kulit berwarna merah diarea luka, terdapat bau tak sedap didaerah
luka, keluar air saat terdapat penekanan , suhu 38,5 setelah dilakukan tindakan
keperawatan , perawat tidak mengganti sarung tangan setelah melakukan tindakan
diruang infeksius dan sedang melakukan tindakan pasien lupa menjaga privasi.

b) Cara Penyelesaian Masalah

Dalam kasus ini cara penyelesaian masalah yang dapat dilakukan oleh perawat
adalah langsung mengganti sarung tangan yang telah digunakan untuk tindakan
selanjutnya dan menjaga privasi pasien.

Berdasarkan kasus diatas seharusnya semua perawat mengikuti SOP yang sudah
ditentukan untuk mencegah terjadinya resiko infeksi. Sebagai perwujudan sikap
profesional dari asuhan keperawatan, Departemen Kesehatan RI telah
memberlakukan adanya standar operasional prosedur (SOP), apabila pelayanan
rumah sakit sudah memberikan pelayanan sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan dalam standar, maka pelayanan kesehatan sudah dapat dipertanggung
jawabkan (Kemenkes 2012).

Pengelolaan dekubitus diawali dengan kewaspadaan untuk mencegah terjadinya


dekubitus dengan mengenal penderita risiko tinggi terjadinya dekubitus, misalnya pada
penderita yang immobilisasi. Untuk skrining resiko ulkus dekubitus menggunakan skor
Norton.
A. Umum
Pendidikan kesehatan tentang ulkus dekubitus bagi staf medis, penderita dan
keluarganya serta pemeliharaan keadaan umum dan higiene penderita. Meningkatkan
keadaan umum penderita, misalnya anemia diatasi, hipoalbuminemia dikoreksi, nutrisi
dan hidrasi yang cukup, vitamin (vitamin C) dan mineral (Zn) ditambahkan. Coba
mengendalikan penyakit-penyakit yang ada pada penderita, misalnya DM, PPOK,
hipertensi, dll.
B. Khusus
a. Mengurangi/meratakan faktor tekanan yang mengganggu aliran darah, yaitu : Alih
posisi/alih baring/tidur selang seling, paling lama tiap dua jam. Kelemahan pada cara ini
adalah ketergantungan pada tenaga perawat yang kadang-kadang sudah sangat kurang,
dan kadang-kadang mengganggu istirahat penderita bahkan menyakitkan.

b. Kasur khusus untuk lebih membagi rata tekan yang terjadi pada tubuh penderita,
misalnya; kasur dengan gelembung tekan udara yang naik turun, kasur air yang
temperatur airnya dapat diatur(keterbatasan alat canggih ini adalah harganya mahal,
perawatannya sendiri harus baik dan dapat rusak). Gambar 4. Support surfaces untuk
mencegah ulkus dekubitus (Sumber: Suriadi, 2004)

c. Regangan kulit dan lipatan kulit yang menyebabkan sirkulasi darah setempat
terganggu, dapat dikurangi antara lain dengan enjaga posisi penderita, apakah
ditidurkan rata pada tempat tidurnya, atau sudah memungkinkan untuk duduk dikursi.

d. Pemeriksaan dan perawatan kulit dilakukan dua kali sehari (pagi dan sore), tetapi
dapat lebih sering pada daerah yang potensial terjadi ulkus dekubitus. Pemeriksaan
kulit dapat dilakukan sendiri, dengan bantuan penderita lain ataupun keluaganya.
Perawatan kulit termasuk pembersihan dengan memandikan setiap hari. Sesudah mandi
keringkan dengan baik lalu digosok dengan lotion yang mengandung emolien, terutama
dibagian kulit yang ada pada tonjolan-tonjolan tulang. Sebaiknya diberikan massase
untuk melancarkan sirkulasi darah, semua ekskreta/sekreta harus dibersihkan dengan
hati-hati agar tidak menyebabkan lecet pada kulit penderita. Menjaga kulit tetap bersih
dari keringat, urin dan feces. Kulit yang kemerahan dan daerah di atas tulang yang
menonjol seharusnya tidak dipijat karena pijatan yang keras dapat mengganggu perfusi
ke jaringan.

e. Mengkaji status mobilitas Untuk pasien yang lemah, lakukanlah perubahan posisi.
Ketika menggunakan posisi lateral, hindari tekanan secara langsung pada daerah
trochanter. Untuk menghindari luka tekan di daerah tumit, gunakanlah bantal yang
diletakkan dibawah kaki bawah. Bantal juga dapat digunakan pada daerah berikut untuk
mengurangi kejadian luka tekan yaitu di antara lutut kanan dan lutut kiri, di antara mata
kaki, dibelakang punggung, dan dibawah kepala.

f. Meminimalkan terjadinya tekanan Hindari menggunakan kassa yang berbentuk donat


di tumit. Perawat rumah sakit diIndonesia masih sering menggunakan donat yang dibuat
dari kasa atau balon untukmencegah luka tekan. Menurut hasil penelitian Sanada (1998)
ini justru dapat mengakibatkan region yang kontak dengan kasa donat menjadi iskemia.
Mengkaji dan meminimalkan terhadap pergesekan (friction) dan tenaga yang
merobek(shear).

g. Mengkaji inkontinensia Kelembaban yang disebabkan oleh inkontinensia dapat


menyebabkan maserasi. Lakukanlah latihan untuk melatih kandung kemih (bladder
training) pada pasien yang mengalami inkontinesia. Untuk mencegah luka tekan tekan
pada pasien dengan inkontinensia adalah : bersihkanlah setiap kali lembab dengan
pembersih dengan PH seimbang, hindari menggosok kulit dengan keras karena dapat
mengakibatkan trauma pada kulit, pembersih perianal yang mengandung antimikroba
topikal dapat digunakan untuk mengurangi jumlah mikroba didaerah kulit perianal,
gunakanlah air yang hangat atau sabun yang lembut untuk mencegah kekeringan pada
kulit, berikanlah pelembab pada pasien setelah dimandikan untuk mengembalikan
kelembaban kulit, pilihlah diaper yang memiliki daya serap yang baik,untuk mengurangi
kelembapan kulit akibat inkontinensia.

h. Memberikan klien pendidikan kesehatan berupa penyebab dan faktor risiko untuk
luka dekubitus dan cara untuk meminimalkannya (Suriadi, 2004). Pendidikan kesehatan
dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode dan pendekatan. Salah satunya
dengan melakukan bed side teaching dimana hanya membutuhkan waktu sekitar 10-15
menit sambil perawat atau keluarga melakukan tugas keperawatannya seperti saat
membantu mobilisasi, memberi makan atau saat memandikan klien.
Prinsip perawatan dekubitus Prioritas dalam perawatan luka lokal pada dasarnya
adalah sama dengan luka apapun juga yaitu dengan menggunakan SOP (standar
operasional prosedur) yang sudah baku, yaitu : mengatasi perdarahan (hemostasis)
; mengeluarkan benda asing, yang dapat bertindak sebagai fokus infeksi ;
melepaskan jaringan yang mengalami devitalisasi, 13 krusta yang tebal, dan pus ;
menyediakan temperature, kelembaban, dan pH yang optimal untuk sel-sel yang
berperan dalam proses penyembuhan ; meningkatkan pembentukan jaringan
granulasi dan epitilialisasi dan melindungi luka dari trauma lebih lanjut serta
masuknya mikroorganisme patogen (Morison,2003).

Tujuannya adalah untuk melindungi individu dari kerusakan fisiologis lebih


lanjut, untuk menyingkirkan penyebab aktual atau potensial yang memperlambat
penyembuhan, dan untuk menciptakan suatu lingkungan lokal yang optimal juga
untuk rekonstruksi dan epitelialisasi vaskular dan jaringan ikat.

c) Pembahasan

Berdasarkan kasus diatas sebagai seorang kepala ruangan hal yang harus
dilakukan dalam pemecahan masalah ini adalah menegur perawat yang
bersangkutan terhadap kelalaian tindakan yang dilakukan. Selalu mengobservasi
setiap tindakan yang sudah perawat lakukan, agar tidak terjadi kesalahan lagi.
Sebagai seorang kepala ruangan menjelaskan kepada keluarga tindakan yang akan
dilakukan yaitu perawatan luka sesuai SOP yang ada di rumah sakit tersebut.

Dan jika perawat yang bersangkutan berulang kali lalai dalam melakukan
perawatan luka, Tidak cuman perawat yang bersangkutan saja tapi untuk
semuaperawat yang ada diruangan kamboja. maka kepala ruangan akan
melakukan pemecahan masalah dengan gaya kepemimpinan Demokratis. Dimana
gaya kepemimpinan demokratis ini dalam proses pengambilan keputusan
dilakukan secara bersama-sama baik oleh pimpinan maupun bawahan dan hasil
keputusan akhir diambil dari keputusan bersama. Kepala ruangan akan memintai
saran dari masing masing perawat untuk memberikan pendapat mengenai sanksi
untuk perawat yang bersangkutan
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
I. Kesimpulan
Kepuasan pasien adalah hasil penilaian dalam bentuk respon emosional
(perasaan senang dan puas) pada pasien karena terpenuhinya harapan atau
keinginan dalam menggunakan dan menerima pelayanan perawat. perawat
mematuhi standar pelayanan dan SOP yang telah ditetapkan; menerapkan
prinsip-prinsip etik dalam pemberian pelayanan keperawatan; menerapkan
kerjasama tim kesehatan yang handal dalam pemberian pelayanan
kesehatan; menerapkan komunikasi yang baik terhadap pasien dan
keluarganya, peka, proaktif dan melakukan penyelesaian masalah terhadap
kejadian tidak diharapkan; serta mendokumentasikan dengan benar semua
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan keluarga.
II. Saran
Adapun saran untuk para perawat yang mengaplikasikannya di lingkungan
rumah sakit agar selalu mematuhi Standar Operasional Prosedur yang
sudah di tentukan di rumah sakit masing-masing.

LAMPIRAN
SOP PERAWATAN LUKA DECUBITUS
i.Persiapan alat
1. Pinset anatomi
2. Pinset chirurgis
3. Kasa steril
4. Gunting plester
5. Plester/perekat
6. Alkohol 70 % / Wash bensin
7. Desinfektant
8. Larutan NaCl
9. Sarung tangan bersih
10. Sarung tangan steril
11. Penggaris millimeter disposable
12. Lidi kapas steril
13. Pencahayaan yang adekuat
14. GCO-puregen oil
ii.Tahap Prainteraksi
a) Melakukan verifikasi dokumen
b) Mencuci tangan
c) Menyiapkan alat
iii.Tahap Orientasi
a) Memberikan salam kepada klien
b) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan kepada klien/keluarga
iv.Prosedur kerja
1. Bersihkan luka dekubitus dengan menggunakan kasa bersih yang steril dengan
menggunakan caiaran NaCl (caiaran infus) dan di angin-anginkan selama 5 menit lalu
oleskan betadin kebagian lika yang agak dalam dan biarkan sampai kering (oleskan
betadin agar mencegah infeksi saja), setelah itu baru oleskan lagi dengan puregan oil ke
seluruh luka dekubitusdan usahakan jangan ditutup agar luka cepat kering.
2. Hari berikutnya, jika luka bernanah, bersihkan lagi dengan caiaran NaCl (caiaran
infuse) dengan kasa steril sampai bersih tidak ada nanah sama sekali dan oleskan lagi
betadin setelah kering baru oles lagi puregan oil. Jika daerah yang dibersihkan agak
membesar dan membentuk lobang agak dalam, ambil kain kasa steril larutkan dalam
cairan NaCl (cairan inpus) lalu masukkan dalam lobang luka tsb sambil ditekan sedikt
agar nanah menempel ke bagian kain kasa lakukan berulang-ulang sampai benar-benar
bersih setelah bersih baru boleh teruskan tahap no 1.
3. Jika dekubitus ada pada daerah punggung sesekali biarkan pasien tiduragak miring atau
merubah posisi tidur pasien
4. Oleskan puregan oil pada pagi hari dan malam hari, tentunya setelah dibersihkan dan
jika luka masih kemerahan (awal dekubitus) oleskan GCO-puregan oil ini dengan cara di
meses secara perlahan-lahan keseluruh luka dekubitus.
5. Memerlukan waktu beberapa minggu untuk proses penyembuhan jika jaringan kulit
sudah mati (nevkrotik) dan jika sampai ke tulang butuh waktu lebih lama lagi tapi kadang
tergantung kondisi fisik dan kejiwaan pasien jadi pasien harus selalu punya semangat
yang kuat dan selalu ceria (proses penyembuhan biasanya berbea-beda tiap pasien).
6. Atur pola makan pasien yaitu makanan yang memenuhi gizi 4 sehat 5 sempurna.
v.Tahap terminasi
a) Mengevaluasi tindakan yang baru dilakukan
b) Berpamitan dengan pasien
c) Membereskan alat
d) Mencuci tangan
e) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

Anda mungkin juga menyukai