PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Ulkus decubitus adalah luka pada kulit dan jaringan di bawahnya yang
terjadi karena tekanan yang terus menerus akibat tirah baring total yang lama.
Tirah baring total disini maksudnya adalah penderita yang karena terpaksa
berbaring terus menerus dan tidak dapat bergerak/ immobilisasi. Luka decubitus
akan terjadi bila penderita tidak dirubah posisi berbaringnya minimal dalam waktu
2 kali 24 jam. Biasanya terjadi pada daerah yang mendapat tekanan gaya berat
dalam jangka waktu yang lama seperti pantat, punggung, siku atau terkadang
terdapat pada mata kaki/ tumit.
Ulkus decubitus erat sekali hubungannya dengan kualitas perawatan
sehingga angka kejadian decubitus tersebut dijadikan sebagai indikator mutu
pelayanan Rumah Sakit.
Berdasarkan pengalaman pada pasien- pasien yang dirawat dalam
kondisi tirah baring total tanpa perubahan posisi selama kurang lebih 2 kali 24 jam
disertai dengan kebersihan diri yang buruk akan didapatkan luka decubitus. Ulkus
decubitus tidak selalu terjadi pada pasien atau orang orang yang tidak bisa
bangkit dari tempat tidur. Beberapa pasien yang bisa bangkit dari tempat tidur
tetapi lebih banyak duduk di kursi bisa juga terkena ulkus decubitus jika tidak
dirawat dengan baik. Pasien yang tua maupun yang muda bisa saja terkena
gangguan ini. (Wolf. Weitzel & Fuerst, 1989)
Immobilisasi memiliki faktor resiko yang sering menyebabkan luka
tekan. Berbagai faktor dan kondisi- kondisi yang umumnya pada lansia ( misalnya
stroke, dimensia, artritis ) dapat menyebabkan orang tersebut dalam kondisi
berbaring yang lama sehingga membuat seseorang berada pada resiko terjadinya
ulkus decubitus. Faktor- faktor resiko lainnya yang menyebabkan berkembangnya
luka tekan adalah inkontinensia urine atau fekal, kondisi malnutrisi, dan defisit
sensori (Lynda Juall C, 1998). Ulkus decubitus harus segera diatasi karena bisa
mengganggu keadaan kesehatan pasien, mempersulit kesembuhan penyakit, bisa
mengancam jiwa pasien yang lemah,
penyembuhannya lama maka diperlukan biaya perawatan yang banyak ( WolfWeitzel & Fuerst, 1989 )
Dan pencegahan adalah tanggung jawab semua tenaga kesehatan di RS.
Disinilah salah satu peran perawat sebagai petugas kesehatan yang paling dekat
dengan pasien diperlukan .Tindakan pencegahan tersebut dilakukan untuk
pencegahan decubitus dengan cara teratur( 2 jam sekali) merubah posisi pasien
dengan hati- hati sambil menjaga agar pasien tetap bersih, kering dan mendapat
gizi dan cairan yang cukup. (Wolf-Weitzel & Fuerst, 1989)
Menghilangkan tekanan adalah suatu intervensi yang harus tercakup dalam
rencana perawatan semua luka tekan. Suatu tekanan yang menurunkan permukaan
landasan/ matras/ kasur tidak harus sepenuhnya ditekan oleh tubuh. Untuk
menjadi efektif permukaan landasan harus dapat mendistribusikan berat badan
keseluruh permukaan. Kenyamanan bukan merupakan kriteria yang utama yang
menentukan bahwa tekana sudah terbagi rata. Pengecekan dengan tangan harus
dilakukan untuk mengetahui apakah suatu produk sudah efektif dalam
mendistribusikan tekanan. Oleh karena itu perawat harus berupaya meminimalkan
kejadian decubitus dengan melakukan perawatan yang baik ( Carpenito,L.J ,
1998).
B.
RUMUSAN MASALAH
Untuk lebih memperjelas pembahasan, penulis membatasi permasalahan
tentang Asuhan Keperawatan yang diberikan pada Tn. S dengan kasus Ulkus
Decubitus di RSUD Dr. Syaiful Anwar, Ruang 14, Malang.
C.
TUJUAN
1.
Tujuan Umum
Untuk melakukan asuhan keperawatan pada klien Tn. S dengan
Ulkus
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
integumen khususnya pada klien ulkus decubitus, mahasiswa mampu :
a.
b.
c.
d.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Wolf. Weitzel & Fuerst (1989: 354) dalam Dasar dasar Ilmu
Keperawatan, mengartikan ulkus decubitus adalah suatu daerah yang mati
jaringan disebabkan karena kurangnya aliran darah didaerah yang bersangkutan.
Decubitus berasal dari bahasa latin yang artinya berbaring. Berbaring tidak selalu
menyebabkan terjadinya luka baring. Karena itu sebagian orang lebih menyukai
istilah luka tekan ( pressure sore) karena tekananlah yang merupakan penyebab
utama terjadinya ulkus decubitus.
B. PERUBAHAN PATOLOGIK
Perubahan patologis di tempat ulkus decubitus disebabkan karena
terlipatnya pembuluh darah, terutama pembuluh darah arteri dan kapiler di daerah
yang terkena ulkus decubitus. Jika aliran darah terhambat, maka sel- sel tidak
mendapat cukup zat makanan dan sampah hasil metabolisme tertumpuk sehingga
sulit diangkut. Akhirnya sel mati, kulit pecah dan terjadilah lubang yang dangkal
dan luka.
Tanda pertama yang menunjukkan terjadinya ulkus decubitus adalah
daerah kulit yang tertekan menjadi putih dan pucat dan bukan berwarna merah
muda sebagaimana kulit yang sehat. Kekurangan darah disuatu bagian tubuh
karena aliran darah yang kurang baik disebut iskemik.
Jika tekanan itu dikurang, maka iskemik segera diikuti oleh hyperemia,
yaitu mengalirnya darah dalam jumlah banyak di daerah tersebut.daerah itu
kemudian kelihatan merah dan terasa hangat karena terjadi hyperemia yang
merupakan mekanisme untuk mengimbangi. Dapat dikatakan bahwa darah
membanjiri daerah itu untuk memberi zat makanan dan menyingkirkan sampah
hasil metabolisme. Gejala ini disebut reactive hyperemia.
Tekanan berat yang bergeser ke arah yang berlawanan sering kali
merupakan penyebab ulkus decubitus. Tekanan berat itu terjadi apabila lapisan
jaringan tertindih satu sama lain. Pembuluh darah yang kecil dan pembuluh darah
kapiler jadi meregang dan bisa pecah, sehingga mengakibatkan sedikitnya aliran
darah dalam jaringan sel di bawah kulit. Akhirnya tampak sobekan kecil dalam
kulit yang menyebabkan matinya jaringan dibawahnya.
C. DERAJAT ULKUS DECUBITUS
1.
2.
Derajat II
Derajat III : ada lesi terbuka dan lubang sampai jaringan subkutan, fasia
terlihat di dasar ulkus.
4.
2.
Pada penderita dengan posisi miring: daerah pnggir kepala( terutama daun
telinga ), bahu, siku, daerah pangkal paha, kulit pergelangan kaki dan bagian
atas jari- jari kaki.
3.
Pada penderita dengan posisi tengkurap : dahi, lengan atas, tulang iga,
lutut.
Faktor Umum:
a.
b.
c.
d.
2.
Faktor Pediatrik
a.
b.
Beberapa
kondisi
kulit
yang
umum
yang
a.
b.
c.
d.
e.
f.
4.
Faktor Transkultural
a.
b.
F. ETIOLOGI
1.
2.
Pergeseran
terjadi
karena
adanya
gesekan
dengan
2.
3.
H. PENATALAKSANAAN
1.
2.
3.
Terapi obat :
a.
b.
4.
Agar terjadi proses penyembuhan luka yang cepat, maka nutrisi harus adekuat
yang terdiri dari kalori, protein, vitamin, mineral dan air.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1.
Biodata
Umur/usia perlu ditanyakan karena adanya hubungan dengan proses
penyembuhan luka atau regenerasi sel.Sedangkan ras dan suku bangsa perlu
dikaji karena kulit yang tampak normal pada ras dan kebangsaan tertentu
kadang tampak abnormal pada klien dengan ras
(Smeltzer & Brenda, 2001). Pekerjaan dan hobi klien juga ditanyakan untuk
mengetahui apakah klien banyak duduk atau sedikit beraktivitas sehingga
terjadi penekanan pembuluh darah yang menyebabkan suplai oksigen
berkurang, sel- sel tidak mendapat cukup zat makanan dan sampah hasil sisa
metabolisme tertumpuk. Akhirnya sel-sel matai, kulit pecah dan terjadilah
lubang yang dangkal dan luka dekubitus pada permukaan( Carpenito , L.J ,
1998 ).
2.
Keluhan Utama
(Bouwhuizen , 1986 ).
4.
b.
Riwayat penyakit kulit dan prosedur medis yang pernah dialami klien.
Hal ini untuk memberikan informasi apakah perubahan pada kulit
merupakan manifestasi dari penyakit sistemik seperti : infeksi kronis,
kanker, DM. .
5.
Riwayat Pengobatan
Apakah klien pernah menggunakan obat- obatan. Yang perlu dikaji perawat
yaitu:
6.
a.
b.
c.
Yang dikaji yaitu berat badan, tinggi badan, pertumbuhan badan dan makanan
yang dikonsumsi sehari- hari. Nutrisi yang kurang adekuat menyebabkan kulit
mudah terkena lesi dan proses penyembuhan luka yang lama.
7.
8.
b.
Immobilisasi
c.
Inkontinensia
d.
9.
Pengkajian Psikososial
Kemungkinan hasil pemeriksaan psikososial yang tampak pada klien yaitu:
a.
Perasaan depresi
b.
Frustasi
c.
Ansietas/kecemasan
d.
Keputusasaan
e.
f.
Nyeri
10.
11.
Pemeriksaan Fisik
a.
Keadaan Umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan sakit dan gelisah atau cemas
akibat adanya kerusakan integritas kulit yang dialami.
b.
Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah normal, nadi cepat, suhu meningkat dan respirasi rate
meningkat.
c.
2)
Mata
Meliputi kesimetrisan, konjungtiva, reflek pupil terhadap cahaya dan
gangguan penglihatan.
3)
Hidung
Meliputi pemeriksaan mukosa hidung, kebersihan, tidak timbul
pernafasan cuping hidung, tidak ada sekret.
4)
Mulut
Catat keadaan adanya sianosis atau bibir kering.
5)
Telinga
Catat bentuk gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan
dan serumen. Pada penderita yang bet rest dengan posisi miring maka,
kemungkinan akan terjadi ulkus didaerah daun telinga.
6)
Leher
Mengetahui posisi trakea, denyut nadi karotis, ada tidaknya
pembesaran vena jugularis dan kelenjar linfe.
d.
e.
Abdomen
Bentuk perut datar atau flat, bising usus mengalami penurunan karena
inmobilisasi, ada masa karena konstipasi, dan perkusi abdomen hypersonor
jika dispensi abdomen atau tegang.
f.
Urogenital
Inspeksi adanya kelainan pada perinium. Biasanya klien dengan ulkus dan
paraplegi terpasang kateter untuk buang air kecil.
g.
Muskuloskeletal
Adanya fraktur pada tulang akan menyebabkan klien bet rest dalam waktu
lama, sehingga terjadi penurunan kekuatan otot.
h.
Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran dikaji dengan sistem GCS. Nilainya bisa menurun bila
terjadi nyeri hebat (syok neurogenik) dan panas atau demam tinggi, mual
muntah, dan kaku kuduk.
12.
Inspeksi kulit
Pengkajian kulit melibatkan seluruh area kulit termasuk membran mukosa,
kulit kepala, rambut dan kuku. Tampilan kulit yang perlu dikaji yaitu
warna, suhu, kelembaban, kekeringan, tekstur kulit (kasar atau halus), lesi,
vaskularitas.
Yang harus diperhatikan oleh perawat yaitu :
1) Warna, dipengaruhi oleh aliran darah, oksigenasi, suhu badan dan
produksi pigmen.
b)
2)
Edema
Selama inspeksi kulit, perawat mencatat lokasi, distribusi dan warna
dari daerah edema.
3) Kelembaban
Normalnya, kelembaban meningkat karena peningkatan aktivitas atau
suhu lingkungan yang tinggi kulit kering dapat disebabkan oleh
Integritas
Yang harus diperhatikan yaitu lokasi, bentuk, warna, distribusi, apakah
ada drainase atau infeksi.
5) Kebersihan kulit
6) Vaskularisasi
Perdarahan dari pembuluh darah menghasilkan petechie dan echimosis.
7)
Palpasi kulit
Yang perlu diperhatikan yaitu lesi pada kulit, kelembaban, suhu,
tekstur atau elastisitas, turgor kulit.
( Smeltzer & Brenda , 2001 )
13.
Pemeriksaan Penunjang
a.
Pemeriksaan laboratorium
1)
Darah lengkap
Peningkatan
tertentu
awal
menunjukkan
hemo
konsentrasi,
Biopsi luka
Untuk mengetahui jumlah bakteri.
3) Kultur swab
Untuk mengidentifikasi tipe bakteri pada permukaan ulkus.
4)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Lynda Juall C (1990) dalam buku Rencana Asuhan dan
Dokumentasi Keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan ulkus
decubitus adalah sebagai berikut :
Prioritas keperawatan
a.
b.
c.
2.
a.
Kerusakan
Integritas
Kulit
Yang
Berhubungan
Dengan
Rasional
mengetahui
sirkulasi
pada
sekitar luka.
2. Pantau/ evaluasi tanda- tanda vital dan 2. Demam mengidentifikasikan adanya
perhatikan adanya demam.
3. Identifikasi
derajat
infeksi.
perawatan
luka.
luka
infeksius,
mencegah
kontaminasi
Irigasi luka.
Membuang
jaringan
b.
b.
Untuk
mengetahui
b.
2)
Intervensi Keperawatan
Rasional
menurunkan
pembentukan
edema,
menurunkan
ketidaknyamanan.
3. Beri tempat tidur yang dapat diubah 3. Peninggian linen dari luka membantu
ketinggiannya.
menurunkan nyeri.
terjadinya
komplikasi.
6. Berikan tindakan kenyamanan seperti 6. Meningkatkan relaksasi, menurunkan
pijatan pada area yang tidak sakit,
tegangan otot.
penggunaan
tehnik 7. Memfokuskan
manajemen stress.
meningkatkan
kembali
perhatian,
relaksasi
dan
periode
tidur
tanpa 8. Kekurangan
gangguan.
tidur
meningkatkan
persepsi nyeri.
9. Kolaborasi:
c.
Intervensi Keperawatan
1. Pantau
Rasional
terhadap
tanda-
rubor,
dolor,
kalor,
infeksi(
fungsiolesa)
dapat
meningkatkan
daya
penyembuhan.
6. Sesuatu yang kotor merupakan media
leukosit
dan
LED
d.
Rasional
1. Nutrisi
yang
meningkatkan
asekuat
daya
akan
tahan
tubuh
terhadap penyakit
2. Anjurkan klien makan sedikit tapi 2. Meminimalkan anoreksia dan mual
sering
tindakan
kontrol
4. Perawatan
mulut
membantu
ketidak
seimbangan
cairan
6. Auskultasi bising usus
7. Kolaborasi dengan:
a.
Mene
a. Tim gizi
b. Pemberian antiemetik
nutrisi
b.
Meng
hilangkan mual dan muntah
sehingga
masukan
oral
meningkat
c.
Penur
unan jumlah albumin dapat
menghambat
e.
proses
penyembuhan luka
Kerusakan Mobilitas Fisik Yang Bergubungan
Dengan Pembatasan Gerakan Yang Diharuskan, Status Yang Tak
Dikondisikan, Kehilangan Kontrol Motorik Atau Perubahan Status Mental.
Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi:
Rasional
2. Penghilangan
tekanan
intermiten
menyebabkan oedem
engencangkan
jaringan
parut
dan
diri
6. Mengurang
meningkatkan
kelelahan
toleransi
dan
terhadap
aktivitas
7. Tingkatkan
latihan
ADL
f.
Rasional
setiap
kolateral
jam
sebagaimana
yang
diperlukan
2. Jaga ketinggian kaki atau sedikit lebih 2. Gaya gravitasi meningkatkan sirkulasi
rendah dari pada jantung
umum
status
sirkulasi
keadekuatan perfusi
4. Kaji warna kulit dan suhu pada daerah 4. Perubahan warna kulit dan penurunan
yang immobilisasi
suhu
mengindikasikan
gangguan
sirkulasi
adanya
yang
bisa
pemeriksaan
contoh Hb/Ht
g.
Rasional
1. Menimbulkan
perawat
kepercayaan
sehingga
pada
mempermudah
penyebab masalahnya
klien
3. Berikan informasi yang diperlukan 3. Membantu mengurangi ketakutan dan
klien dan keluarga tentang proses
terjadinya ulkus
4. Libatkan klien dan keluarga dalam 4. Menjadikan
rencana perawatan yang lebih lanjut
5. Anjurkan
keluarga
untuk
klien
perasan negatifnya.
D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang meliputi tindakan- tindakan yang direncanakan oleh perawat
yang diberikan pada klien. Pelaksanaan tindakan pada klien dengan gangguan
sistem integumen diperlukan untuk meminimalkan terjadinya komplikasi,
perluasan area yang terjadi ulkus. Untuk keberhasilan tindakan maka dipeelukan
partisipasi dari klien dan kelurga (Aziz, H. 2002)
E. EVALUASI
Evaluasi adalah proses keperawatan yang menyangkut pengumpulan
data subyetif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelaksanaan
keperawatan sudah tercapai atau belum, masalah apa yang perlu dipecahkan atau
dikaji, direncanakan atau dinilai kembali. Evaluasi bertujuan memberikan umpan
balik terhadap rencana keperawatan yang disusun.
Penilaian dilakukan oleh perawat, klien dan juga teman sejawat.
Penilaian ini memberikan kemungkinan yaitu masalah teratasi, masalah teratasi
sebagian, masalah belum teratasi, dan muncul masalah baru. Ini bermanfaat untuk
mengadakan perubahan, perbaikan rencana keperawatan sehingga tindakan
keperawatan dapat dimodifikasi (Nursalam, 2001).
: Tn. S
Umur
: 39 tahun
Jenis Kelamin
: Laki laki
Status Perkawinan
: Kawin
Pekerjaan
: Wiraswasta
Agama
: Islam
Pendidikan Terakhir
: SD
Alamat
Tanggal MRS
: 22 April 2004
Tanggal Pengkajian
: 17 Mei 2004
No. Reg.
: 409003
B. DIAGNOSA MEDIS
: Ulkus Dekubitus
C. KELUHAN UTAMA
1. Saat MRS
2. Saat Pengkajian
Dalam keluarga klien tidak ada yang pernah MRS dan keluarga klien
tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi, dan asma.
G. POLA AKTIVITAS SEHARI HARI
1. Makan dan Minum
a. Makan
Sebelum MRS
Selama MRS
b. Minum
Sebelum MRS
Selama MRS
c. Pola Eliminasi
Sebelum MRS
Selama MRS
Selama MRS
e. Kebersihan Diri
Sebelum MRS
Selama MRS
H. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Klien sulit diajak berbicara / komunikasi. Hal ini dapat diketahui jika
diajak bicara kadang klien hanya diam atau mengangguk. Klien juga sulit
melakukan interaksi dengan orang lain. Selama ini orang yang terdekat dengan
klien adalah yang selalu membantu klien dan menjawab pertanyaan yang
diajukan pada klien.
I. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Kesadaran compos mentis dengan GCS 4,5,6 dimana :
a. Respon membuka mata ( 4 )
b. Respon motorik terbaik ( 5 )
c. Respon Verbal ( 6 )
Keadaan umum klien lemah dimana pada tangan kiri terpasang Gips, pada
tangan kanan terpasang infus NaCl 3 % 20 tetes/ menit serta klien mengalami
paraplegi pada daerah Lumbal sampai ekstrimitas bawah.
2. Tanda tanda Vital
a. TD
: 110 / 70 mmHg
b. DN
: 84x/menit
c. Suhu
: 39 C
d. RR
: 42 x/menit
e. LL
: 29 cm
3. Pemeriksaan Kepala
a. Kepala dan rambut: bentuk kepala bulat simetris, tidak ada lesi, tidak ada
benjolan, rambut kusam, warna reambut hitam. Penyebaran rambut merata.
Kulit kepala kurang bersih, rambut tidak rontok dan tidak berketombe.
b. Mata
konjungtiva normal.
c. Hidung
cuping hidung
d. Mulut
b. Auskultasi
7. Pemeriksaan Payudara
Payudara tidak terkaji
8. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
d. Perkusi
: hipertimpani
9. Genetalia
Terpasang kateter, tidak ada tanda-tanda kelainan ( tidak terdapat tanda- tanda
infeksi saluran kemih )
10. Ekstremitas
Pada tanan kiri terdapat fraktur 1/3 distal radius sinistra yang terpasang Gips,
edema pada telapak tangan kiri. Pada tangan kanan terpasang infus NaCl 3 %
20 tetes / menit serta pada lengan atas terdapat tato. Kekuatan otot :
3
disuruh.
2. Reaksi 5 ( bicara )
dan waktu.
3. Reaksi 6 ( motorik ) : klien mengikuti perintah dengan baik .
Tanda tanda meningeal sign :
Panas (+), nyeri kepala ( - ), kaku kuduk ( - ), muntah (-),kejang (-),penurunan
kesadaran (-).
K. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Na
b.
c.
Chlorida
Na
b.
c.
Cl
L. TERAPI / PENGOBATAN
1.
b.
c.
2.
b.
c.
3.
b.
c.
ANALISA DATA
Nama
: Tn. S
Umur
: 39 Tahun
Data Penunjang
Masalah
Kemungkinan Penyebab.
01.
DS :
1.
Gangguan
Keluarga
klien nyaman
mengatakan
klien
sering (peningkatan
mengigau.
suhu tubuh).
2.
3.
Keluarga
klien
mengatakan
klien
hanya
TTV :
a.
R
espirasi 42 X/menit
b.
T
D : 110/70 mmHg
c.
D
N : 84 X/menit
d.
S
uhu : 39oC.
2.
3.
pada
tungkai
kaki
5.
6.
7.
Bibir kering
8.
Intake cairan :
a.
I
nfuse NaCl 3 % 600 CC
(20 tetes/menit).
b.
ral
proten
:1
X/hari
minum gelas.
9.
Output cairan :
a.
02.
DS :
1.
mengatakan
klien kurang
(istri
sendok
Keluarga
mengatakan
klien
(istri)
klien
makan
karena
2.
3.
4.
5.
6.
TTV :
a.
R
espirasi : 42X/menit
b.
T
D : 110/70mmHg
c.
dari
N : 84X/meniot
d.
S
uhu : 39oC.
7.
gluteus
dengan
Klien
Kerusakan
tekanan
keluarga.
DO :
1.
Cm
dan
PUS,
keadaan
warnanya
merah,
jaringannya
granulasi.
mengalami
Tidak
terdapat
jaringan nekrotik.
2.
3.
4.
TTV :
a.
R
espirasi : 42X/menit.
b.
T
D : 110/70 mmHg
c.
karena
N : 84X/menit
d.
S
uhu : 39oC.
5.
Kekuatan otot :
3
6.
7.
Parapeglia.
8.
Fraktur
lumbal
dan
sinistra.
DS :
1.
Keluarga
klien
(istri) eliminasi
BAB sekunder
peristaltik
dampak
dari
yang kurang.
2.
Keluarga
klien
(istri)
2.
3.
4.
5.
Perfusi
abdoment
hypertimpani.
6.
05.
Palpasi
teraba
masa
fekal.
DS :
1.
sering
merasa
immobilisasi.
kesemutan.
DO :
1.
2.
Tangan
kiri
tampak
pucat.
3.
4.
TTV :
a.
R
espirasi : 42X/menit.
b.
T
D : 140/70 mmHg
c.
D
N : 84 X/menit
d.
S
uhu : 39oC.
06.
DS :
1.
klien
klien
mengatakan infeksi
merasa
tubuhnya
lemas.
2.
tubuh
klien
tidak
stabil.
DO :
1.
2.
Keadaan
ulkus
diatas
Pertahanan
menurun.
barier
menurun.
tubuh
yang
4.
sendok
makan).
5.
TTV :
a.
R
espirasi : 42X/menit.
b.
T
D : 140/70 mmHg
c.
D
N : 84 X/menit
d.
S
uhu : 39 oC.
07.
DS :
1.
keterbatasan
Keluarga
klien aktivitas.
2.
Klien
selalu
dibantu
Klien
mandi
dengan
TTV :
a.
R
espirasi : 42X/menit.
b.
S
uhu : 39oC.
c.
T
D : 110/70.
d.
Paraplegi.
N : 84X/menit.
5.
08.
Kekuatan otot :
3
DS :
1.
Gangguan
Keluarga
klien
(istri) image.
jawab
pada
keluarga terbengkalai.
2.
Keluarga
klien
Keluarga
klien
Klien
tampak
selalu
Klien
terlihat
emosi
Klien
terlihat
mudah
Paraplegi.
5.
6.
Terpasang gibs.
7.
kekuatan otot
3
09.
DS :
1.
klien
(istri) diri.
Keluarga
klien
Keluarga
klien
mengatakan
(ibu)
segala
kebutuhan
klien
dibantu
perawat
dan
istrinya
(keluarganya).
DO :
1.
2.
Kulit kotor.
3.
4.
5.
6.
Terpasang
infuse
nacl
8.
Bedrest total.
9.
Paraplegi.
10.
11.
Kekuatan otot
3
sekunder
parapelgi.
fisik
terhadap
DAFTAR MASALAH
Nama pasien
: Tn. S
Umur
: 39 tahun
No. REG
: 409003
No.DX
01.
Tgl.Masuk
17 Mei 2004
Diagnosa Keperawatan
Gangguan rasa nyaman (peningkatan
suhu tubuh) berhubungan dengan
infeksi nosokomial.
Tgl.Teratasi
TT
02.
17 Mei 2004
Perubahan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual dan muntah.
03.
17 Mei 2004
Kerusakan
integritas
kulit
berhubungan
dengan
kerusakan
mekanis dari jaringan sekunder akibat
tekanan karena immobilitas yang
terlalu lama.
04.
17 Mei 2004
05.
17 Mei 2004
Gangguan
perfusi
jaringan
berhubungan dengan keterbatasan
gerak atau immobilisasi.
06.
17 Mei 2004
07.
17 Mei 2004
Intoleransi aktifitas
dengan paraplegi.
08.
17 Mei 2004
09.
17 Mei 2004
berhubungan
: Tn.S
Umur
: 39 Tahun
No. REG
: 0409003
Tgl.DX
No.DX
17 Mei
01.
2004
Diagnosa Keperawatan
Gangguan
rasa
nyaman Tujuan :
klien
Intervensi
Rasional
1.
turun
sampai
Mo
1.
nitor TTV.
TT
V sebagai tolak ukur
keadaan pasien
Criteria standart :
2.
DS :
Beri
kompres
hangat
2.
Pe
pada
mbuluh
darah
bi;a
akan
1.
dilatasi
2.
lipatan-lipatan kulit.
panas.
hal
ini
diberi
akan
mempercepat
DO :
penguapan
1.
2.
3.
Klien
tidak
tampak
sehingga
panas turun.
3.
Anj
urkan
klien
untuk
3.
Su
hu dalam tubuh akan
lemah.
4.
banyak minum.
TTV :
satu
a.
adalah
Respirasi : 16-20X/m
cairan.
b.
4.
Kol
Suhu : 35,5-36,5oC.
aborasi
c.
paracetamol.
DN : 60-100 X/mnt
kekurangan
4.
pe,berian
Ke
luarga sebagai orang
terdekat bagi klien.
5.
Liba
keluarga
penuebabnya
d.
tkan
TD : 120/80 mmHg.
memberi perawatan.
5.
dalam
6.
me
mpercepat
proses
penguapan.
men
6.
ag
ganjurkan
kepada
keluarga
untuk
pakaian
memberikan
keringat.
: Tn.S
Umur
: 39 Tahun
No. REG
: 0409003
Tgl.DX
No.DX
17 Mei
02.
2004
Diagnosa Keperawatan
kebutuhan
tubuh Setelah
1.
dilakukan
Intervensi
kebutuhan
tindakan
nutrisi
Jelaskan pentingnya 1.
nutrisi
diharapkan
Rasional
(protein,
kabohidrat, vitamin)
klien
meningkatkan
jaringan
2.
Criteria standart :
Intak
Anjurkan
makan
sedikit
porsi
tapi 2.
granulasi
untuk
proses
penyembuhan luka.
Lam
DS :
1.
sering.
bung
yang
Keluarga
klien
akibat
mengatakan
klien
berlebihan
meregang
makanan
yang
akan
merangsang
yang disediakan.
2.
Keluarga
mengatakan
aferen
Lakukan
oral
DO :
1.
dihabiskan.
2.
membuat
mg/dl.
3.
Mulu
TTV :
a.
5.
pilihan
untuk
berat
Diskusikan
mempertahankan
badan
dan
meningkatkan
Respirasi : 16-20X/m
b.
Suhu : 35,5-36,5oc.
terdekat
untuk 5.
penyembuhan luka.
Dapa
c.
DN : 60-100 X/mnt
d.
6.
TD : 120/80 mmhg.
4.
Bising
usus
Kolaborasi dengan :
5-
15X/mnt
5.
Tidak
mual
dan
pemberian
infuse
albumin
makan.
20% 6.
(100ml).
intake
medis
untuk
behring
muntah.
6.
Tim
meningkatkan
Tim gizi
Rasi
onal :
Meningkatkan
kadar
albumin
yang
diperlukan.
Pemberian
antiematik.
Perlu
bantuan
dalam
kebutuhan
nutrisi.
oral
: Tn.S
Umur
: 39 Tahun
No. REG
: 0409003
Tgl.DX
No.DX
17 Mei
03.
2004
Diagnosa Keperawatan
mekanis
Intervensi
1.
dilakukan
tindakan
Kaji
atau
ukuran,
Rasional
catat,
keadaan
luka
dan
kelainan
yang
ada
kedalaman
luka.
Perhatikan
jaringan
tekanan
nekrotik
dan
integritas
kulit
2.
2.
TTV
dalam
batas
2.
Identifikasi
derajat
perkembangan
luka
tekan (ulkus).
3.
kondisi
sekitar luka.
Criteria standart :
1.
dan
Kurangi
hilangkan
factor-faktor
a. Respirasi : 16-20X/m
yang
b. Suhu : 35,5-36,5oc.
berkembangnya
mempengaruhi
atau
Mengetahui tingkat
keparahan kepada luka.
3.
atau
normal
Mengetahui
warna,
karena parah
1.
Mencegah
terjadinya luka yang
lebih luas.
c. DN : 60-100 X/mnt
d. TD : 120/80 mmhg.
3.
meluasnya ulcus.
4.
Pantau TTV
4.
menunjukan
penyembuhan
ulcus
menunjukan
menunjukan regenerasi
klien
berpartisipasi
5.
luka.
kepada
5.
untuk
Peningkatan intake
makanan
dapat
protein)
dalam
meningkatkan
meningkatkan
Anjurkan
keluarga
meningkatkan
intake
makanan.
6.
jaringan
infeksi
pada luka.
jaringan.
5.
suhu
Peningkatan
(terutama
akan
proses
penyembuhan luka.
Anjurkan
keluarga
6.
Mobilisasi
dapat
mengurangi
melakukan
dengan
mobilisasi
miring
kanan
tekanan
: Tn.S
Umur
: 39 Tahun
No. REG
: 0409003
Tgl.DX
No.DX
17 Mei
04.
2004
Diagnosa Keperawatan
berhubungan
dengan
penurunan
peristaltic
secunder
1.
Intervensi
1.
Mempertahankan
pola
usus
eliminasi biasanya.
2.
Auskultasi
adanya
Rasional
bising
1.
distensi
usus,
abdoment.
adanya
peristaltic usus.
peningkatan
keras/kering
memerlukan intervensi
lanjut
untuk
mengatasinya.
DS :
2.
Keluarga
feses
Criteria standart :
1.
bising
pasase
bentuk
Penurunan
klien
2.
beberapa
Efek
samping
obat
dapat
menimbulkan masalah.
3.
Anjurkan
klien
menghabiskan
porsi
hari.
3.
Mencegah distensi
abdoment.
2.
Kelurga
mengatakan
intake
4.
DO :
Bising
usus
(+/-
lt/hari).
lt/hari.
1.
cairan
Bantu
klien
4.
dapat
tidur.
peristaltic,
5-
Klien
merangsang
kembalinya
menghabiskan
makanannya
setiap
kali
aktivitas
usus normal.
5.
porsi makan.
3.
aktifitas
meningkatkan
15X/mnt.
2.
Dengan
5.
buahan
dapat
(missal
dan
papaya).
6.
Buah-buahan
memper
baiki
konsistensi feses.
6.
Memberikan
kenyamanan psikologis
(eliminasi).
: Tn.S
Umur
: 39 Tahun
No. REG
: 0409003
Tgl.DX
No.DX
17 Mei
05.
2004
Diagnosa Keperawatan
1.
dengan Setelah
gerak
dilakukan
atau keperawatan
klien
Intervensi
tindakan
vital,
Rasional
Awasi
tanda
palpasi
nadi
maka
kondisi
perifer,
menunjukan
perfusi
jaringan
yang
adekuat
dibuktikan
dengan
adanya
2.
dan
suhu
daerah
batas normal.
immobilisasi.
Indicator
umum status sirkulasi
perhatikan
Kaji
kulit
1.
dan
keadekuatan
perfusi.
warna
pada
yang
2.
Prubahan
warna
kulit
danperubahan
suhu
mengindikasikan
Criteria hasil :
adanya
DS :
sirkulasi
1.
Klien
sudah
mengatakan
tidak
kesemutan
gangguan
mengakibatkan
3.
Pantau cairan
nekrosis jaringan.
yang
lagi.
pemberian
DO :
1.
secara
iv
3.
berkurang
untuk memaksimalkan
4.
Awasi
perfusi jaringan.
normal.
hb, leukosit.
2.
Ekstrimitas
4.
menggangu
5.
Anjurkan
5.
Respirasi:
Dengan
memberikan
TTV :
a.
perfusi
jaringan.
dari 2 detik.
4.
atau
Indicator
hipovolemia
klien,
tidak pucat.
Mempertaha
lotion
X/
6.
Bantu
klien
menit.
b.
Suhu : 35,5-36,5oc.
ditempat tidur.
c.
DN : 60-100 X/mnt
d.
TD : 120/80 mmhg.
akan terjaga.
6.
Meningkatka
n
sirkulasi
adekuat.
yang
: Tn.S
Umur
: 39 Tahun
No. REG
: 0409003
Tgl.DX
No.DX
17 Mei
06.
2004
Diagnosa Keperawatan
dengan
tubuh
1.
yang
1.
Setelah
dilakukan
tindakan
menurun
maka
Intervensi
bagian
perhatikan
keperawatan
tidak
Kaji
Rasional
luka,
1.
keluhan
terjadinya
terjadi
terbakar,
perluasan infeksi.
dapat mengindikasi
perluasan
infeksi.
oedem,
2.
dapat mengindikasi
Criteria standart :
perkembangan
DS :
adanya
yang
1.
Keluarga
klien
menggigil
Keluarga
dan
Berikan
selamjutnya
memerlukan
diaphoresis.
3.
klien
demam,
sepsis
tindakan
segera.
kompres
3.
kompres
hangat
memperluas
pori-pori
peningkatan suhu.
dan
mepercepat
penguapan.
4.
TTV :
Motifasi
klien
menghabiskan
a. Respirasi
16-20
4.
porsi
adekuat meningkatkan
makannya.
X/menit.
mempercepat
b. Suhu : 35,5-36,5oc.
c. DN : 60-100 X/mnt
5.
tahan
3.
Klien
menghabiskan
teknik
dan
saat
5.
antiseptic
mencegah
infeksi
melakukan
perawatan.
6.
pada
tubuh
meningkat.
Lakukan
aseptic
proses
penyembuhan luka.
d. TD : 120/80 mmhg.
2.
Kolaborasi
6.
peningkatan jumlah
leukosit
pemeriksaan
mengindikasikan
laboratorium (leukosit).
adanya infeksi.
: Tn.S
Umur
: 39 Tahun
No. REG
: 0409003
Tgl.DX
No.DX
17 Mei
07.
2004
Diagnosa Keperawatan
dengan Setelah
Intervensi
1.
dilakukan
keperawatan
dibantu
intevensi
Rasional
1.
motorik.
Mengetahui
kekuatan
otot
klien
dengan
keluarga
dapat
memungkinkan untuk
dapat beraktivitas.
2.
tangan.
Bantu
klien
untuk
2.
sedikit mobilasi.
Aktifitas
dan
perubahan
posisi
diyakini
dapat
Criteria hasil :
memperlancar
DS :
peredaran
1.
dan
Klien
megatakan
mampu
menggerak-
gerakan tangannya.
darah
ke
ekstrimitas bawah.
3.
Anjurkan
keluarga
3.
Meminimalkan
tekanan
pada
area
DO :
1.
Klien
dapat
mempertahankan
Klien
peningkatan
TTV
parah.
4.
mengalami
4.
altifitas
(dfibantu keluarga).
Menyebutkan
parometer
yang
membantu
dalam
respon
fisiologis
terhadap
stress
aktifitas.
5.
Anjurkan
kepada
5.
Kemajuan aktivitas
mencegah peningkatan
dengan
kerja
keluarga.
dibantu
jantung
tiba-tiba.
yang
: Tn.S
Umur
: 39 Tahun
No. REG
: 0409003
Tgl.DX
No.DX
17 Mei
08.
2004
Diagnosa Keperawatan
Gangguan
Body
Image Tujuan :
Intervensi
1.
Dijadikan indicator
membutuhkan tindakan
tubuh.
merasa
tidak
meningkat.
tanpa
harapan
Criteria hasil :
DS :
kehidupan.
menerima
mengatakan
yang
1.
Klien
tindakan
1.
dilakukan
Rasional
2.
keadaannya
sekarang.
2.
berdaya
atau
mengatasi.
2.
klien
bebas mengungkapkan
lien.
Mendorong
berdaya.
3.
3.
Membantu
mengembangkan
klioen
DO :
1.
2.
perasaannya,
Klien
mulai
cara
sesuatu,
memandang dirinya.
Klien
mulai
belajar
4.
3.
Tidak emosi.
4.
Tidur
sudah
Kaji
koping
merasakan
berpikir
perilaku
memperbaiki
atau
dan
dan
tingkat
ketidak mampuan.
4.
Mengetahui
mekanisme
koping
yang digunakan.
mulai
5.
nyenyak.
5.
ia
terutama
Menunjukan
tentang
masalah
kesehatan,
kemampuan memecahkan
pengobatan
masalah.
kemungkinan hasilnya.
6.
perubahan
Meningkatkan
pengetahuan klien.
dan
5.
6.
Menunjukan adanya
terhadap
pengalaman
emosi klien
membentuk
mekanisme
koping
yang pasif.
7.
Sediakan lingkungan
yang kondusif dan tidak
7.
Menurunkan
ansietas
dan
menstimulasi.
menyediakan
control
Memberikan
situasi.
keluarga
melakukan
8.
bila
Meningkatkan harga
diri klien.
tindakan
keperawatan.
9.
Memberikan support
system kepada keluarga.
9.
Meningkatkan
mekanisme
yang pasif.
koping
: Tn.S
Umur
: 39 Tahun
No. REG
: 0409003
Tgl.DX
No.DX
17 Mei
09.
2004
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
1.
terhadap paraplegi.
dibantu
keluargan
memenuhi
Jelaskan pentingnya
personal
Rasional
hygine
1.
bagi
Informasi
yang
diberikan
kesehatan klien.
dapat
dapat
keluarga
kebutuhan
untuk
menjaaga
perawatan diri.
kebersihannya.
2.
Anjurkan
keluarga
2.
Membersihkan
Criteria hasil :
daerah
DS :
mengurangi bau.
1.
Klien
megatakan
3.
Anjurkan
untuk
keluarga
3.
mulut
dan
Meningkatkan
membersihkan
klien
sehingga
2x/hari
dan
mencegah
DO :
1.
menyisir reambut.
Kulit bersih, bau badan
tidak ada.
2.
tidak
ada
serument.
4.
Klien
kebersihan
menunjukan
optimal
kuman
yang
berbau.
3.
infeksi
Dorong
klien
4.
Memperhatikan dan
mempergunakan
yang
perawatn diri.
penurnan fungsi.
area
mengalami
CATATAN KEPERAWATAN
Nama
: Tn.S
Umur
: 39 Tahun
No.REG
: 409003
No.
Tanggal
01.
18 Mei
2004
No.
DX
I
Tindakan
TT
1.
Monitor TTV
2.
3.
4.
02.
18 Mei
5.
1.
2004
2.
3.
4.
5.
Menganjurkan
klien
untuk
menjaga
18 Mei
2004
tekan.
2.
Menganjurkan
klien
untuk
mobilisasi
Memonitor ttv.
4.
5.
6.
Menganjurkan
keluarga
klien
untuk
18 Mei
7.
1.
2004
2.
3.
4.
05.
18 Mei
5.
Menganjurkan klien untuk makan nutrisi.
1. Mengawasi tanda vital, palpasi nadi perifer,
2004
pemeriksaan
lab,
contoh
hb,
leukosit.
5. Menganjurkan pemeberian lotion pada kulit
klien yang oedema.
6. Membantu
06.
18 Mei
1.
2004
klien
untuk
melakukan
rom
ditempat tidur.
Mengkaji keadaan kulit disekitar luka dan
memperhatikan respon klien.
2.
3.
4.
5.
07.
18 Mei
1.
2004
2.
3.
4.
Monitor ttv.
5.
6.
08.
18 Mei
2004
klien
untuk
menanyakan
18 Mei
2004
1.
bagi klien
Menjelaskan pentingnya kebersihan diri.
2.
3.
EVALUASI
Nama Klien
: Tn.S
Umur
: 39 tahun
No. REG
: 409003
No.
DX
01.
O:
O:
1.
Ulkus
terdapat
diatas
pus,
gluteus
warna
tidak
1.
merah,
Ulkus
pada
kedua
tumit
TTV :
gluteus
diatas
Ulkus
Dn : 86 x/menit
Ulkus
pada
kedua
tumit
Td : 110/90 mmhg
TTV :
Suhu : 38,4oc
Dn : 84 x/menit
Respirasi : 40 x/menit.
Td : 120/80 mmhg
Suhu : 38oc
P : Lanjutkan intervensi.
Respirasi : 24 x/menit.
A : Masalah teratasi sebagian.
02.
P : Lanjutkan intervensi.
S:
S:
1.
1.
dan muntah.
2.
Keluarga
klien
mengatakan
mualnya
2.
3.
Klien
mengatakan
kalau
Keluarga
bahwa
mengatakan
mulai berkurang.
3.
Klien
klien
klien
mengatakan
sudah
mau
O:
1.
O:
Klien terpasang infuse nacl 20
1.
tetes/menit.
2.
20 tetes/menit.
3.
Ttv :
2.
3.
4.
Td : 110/90 mmhg
Dn : 84 x/menit
Dn : 86 x/menit.
Td : 120/80 mmhg
Suhu : 38oc
Respirasi : 40 x/menit.
Respirasi : 24 x/menit.
4.
5.
6.
P : Lanjutkan intervensi.
P : Lanjutkan intervensi.
S:
S:
O:
O:
1.
Ulkus
terdapat
diatas
pus,
gluteus
warna
tidak
1.
merah,
Ulkus
pada
kedua
3.
merah.
2.
TTV :
Td : 110/90 mmhg
3.
Dn : 86 x/menit.
Dn : 84 x/menit
Td : 120/80 mmhg
Respirasi : 40 x/menit.
Suhu : 38oc
P : Lanjutkan intervensi.
S:
1.
Keluarga
klien
TTV :
Respirasi : 24 x/menit
gluteus
tumit
diatas
Ulkus
S:mengatakan O : -
sore hari.
2.
P :-
Keluarga
bahwa
klien
mengatakan
konsistansinya
lunak,
warna kuning.
O:
1.
2.
A : Masalah teratasi.
05.
P : Hentikan intervensi.
S:
1.
Klien
S:
mengatakan
masih
1.
O:
1.
1.
2.
TTV :
TTV :
a.
Dn : 84 x/menit
b.
Td
a.
Td : 110/90 mmhg
b.
Dn : 86 x/menit.
120/80
c.
c.
Suhu : 38oc
d.
Respirasi : 40 x/menit.
d.
Respirasi : 24
mmhg
x/menit
2.
3.
3.
4.
4.
dan atas.
06.
dan atas.
P : Lanjutkan intervensi
S:
P : Lanjutkan intervensi.
S:
1.
Klien
mengatakan
rasa
1.
Klien
mengatkan
mengatakan
tubuhnya O :
sudah membaik.
1.
O:
1.
Klien
2.
Gea
granulasi).
nekrotik.
2.
3.
nekrotik.
3.
4.
TTV :
a.
atau
terdapat
jaringan
TTV :
a.
Dn : 84 x/menit
b.
Td
120/80
mmhg
Td
110/90
mmhg
c.
Suhu : 38oc
d.
Respirasi : 24
b.
Dn : 86 x/menit.
x/menit
c.
d.
x/menit.
A : Masalah teratasi sebagian.
P:
1.
Lanjutkan intervensi.
2.
kolaborasi
pemeriksaan
S:
1.
S:
Klien mengatakan sudah bisa
dibantu keluarganya.
keluarga.
O:
1.
1.
O:
TTV :
a. Td : 110/90 mmhg
1.
Ku cukup.
2.
TTV :
b. Dn : 86 x/menit.
a.
Dn : 84 x/menit
b.
Td : 120/80 mmhg
d. Respirasi : 40 x/menit.
c.
Suhu : 38oc
d.
Respirasi : 24 x/menit
2.
Paraplegi
3.
3.
Paraplegi.
4.
4.
5.
5.
Infuse RL 20 tetes/menit
6.
Terpasang kateter.
7.
Kekuatan otot :
kedua tumit.
6.
Kekuatan otot
3
08.
P : Lanjutkan internvensi
S:
P : Lanjutkan intervensi 2, 3, 4, 5.
S:
1.
2.
Keluarga
mengatakan
klien
1.
(istri).
Klien
tampak
agak
marah O :
(uring-uringan).
O:
1.
2.
Paraplegi.
3.
Kekuatan otot
1.
Paraplegi.
2.
3.
Kekuatan otot.
3
P : Lanjutkan intervensi : 3, 4, 5, 7.
S:
1.
S:
1.
Klien
mengatakan
O:
di rumah sakit.
1.
Kulit Bersih.
O:
2.
Rambut kotor.
1.
3.
2.
3.
belum
4.
4.
5.
5.
Kulit bersih.
6.
Luka terawatt.
P : Lanjutkan intervensi : 2, 3, 4.
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan keperawatan pada Tn. S dengan gangguan sistem
integumen ulkus dekubitus di ruang 14 RSUD Syaiful Anwar Malang pada tanggal
17-19 Mei 2004. Penulis menemukan beberapa kesenjangan antara tinjauan teori
dengan kasus nyata. Adapun kesenjangan tersebut antara lain :
A. PENGKAJIAN
1.
Pada tinjauan teori seharusnya keluhan utama klien adanya nyeri pada
lokasi ulkus tetapi pada klien tidak ditemukan adanya nyeri disebabkan karena
paraplegi.
2.
Pada tinjauan teori lokasi ulkus jika klien hanya dalam posisi terlentang
terletak pada daerah belakang kepala, tulang belikat, daerah pantat dan tumit.
Jika posisi miring yaitu daerah pinggir kepala , bahu, siku, daerah pangkal
paha, dan kulit pergelangan kakiserta bagian atas jari-jari kaki. Jika klien pada
posisi tengkurap maka daerah yang bersiko terjadi ulkus adalah dahi, lengan
atas, tulang iga, dan lutu. Pada kasus lokasi ulkus yaitu pada daerah atas
gluteus, atas tumit, paha samping kiri.
3.
4.
5.
B. DIAGNOSA
Dari beberapa diagnosa yang terdapat pada tinjauan teori ( Lynda Juall C. 1999)
tidak semuanya muncul pada klien Tn. S. Hal ini dikarenakan diagnosa
keperawatan merupakan pernyataan dari respon klien yang ada saat pengkajian.
Berikut ini adalah diagnosa yang tidak muncul pada tinjauan kasus :
1.
2.
3.
4.
6.
Diagnosa ini tidak muncul karena klien mematuhi dan mengetahui segala
tindakan keperawatan yang diberikan.
Diagnosa Tambahan Yang Muncul Pada Klien Adalah Sebagai Berikut :
1.
Diagnosa ini muncul karena suhu tubuh klien yang meningkat disebabkan
keadaan lingkungan sekitar yang sepsis serta proses peradangan luka ulkus atas
gluteus.
2.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah.
Diagnosa ini muncul karena intake makanan klien hanya 3 sendok makan tiap
porsi makan, menghabiskan susu proten 125 cc, adanya perasaan mual dan
muntah jika mau makan.
3.
Diagnosa ini muncul karena klien mengalami bedrest yang lam sehingga
peristaltik usus menurun yang menyebabkan aktivitas pada saat pencernaan
berkurang sehingga proses defikasi tidak lancar ditunjang oleh intake cairan
kurang lebih 750 cc / hari. Pemeriksaan abdomen bising usus 2 x / menit dan pada
palpasi teraba massa fekal.
4.
Diagnosa ini muncul karena intake makanan yang kurang, kondisi klien yang
lemah, adanya luka ulkus diatas gluteus.
5.
Diagnosa ini muncul karena KU klien lemah, paraplegi, pemasangan gyps pada
tangan kiri, pemasangan infus pada tangan kanan, serta kateter, sehingga
membuat klien tergantung pada orang lain baik keluaraga maupun perawat karena
tidak bisa melakukan aktivitas mandiri sperti mandi, BAB.
C. INTERVENSI
Perencanaan pada kasus nyata pada dasarnya mengacu pada tinjauan
keperawatan. Namun pada beberapa diagnosa ada beberapa perubahan dan
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN :
Setelah dilakukan studi kasus pada Tn. S dengan gangguan sistem
integumen (ulkus dekubitus) di R. 14 RSUD Syaiful Anwar Malang mulai tanggal
17-19 Mei 2004, dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya :
1 Pada pengkajian klien dengan ulkus dekubitus, kita harus cermat dalam
pengumpulan data yaitu dengan mengetahui keluhan utama yang normal,
riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang, pemeriksaan fisik dan pola
kehidupan sehari-hari klien.
2 Diagnosa yang muncul ditentukan dari kondisi klien dan patofisiologi
penyakit klien.
3 Untuk menentukan prioritas diperlukan pengetahuan perawat mengenai
kondisi klien yang adadilapangan, dengan mendahulukan kebutuhan/ keadaan
yang
mendesak
untuk
diselesaikan/
diatasi
yang
mungkin
dapat
membahayakan klien.
4 Pada rencana tindakan tidak semua diterpkan dalam implemntasi secara ideal,
tetapi dissuaikan dengan situasi kondisi dan fasilitas ruangan.
5 Evaluasi secara umum terhadap klien setelah dilakukan tindakan keperawatan
masalah teratasi dan masalah teratasi sebagian. Hal ini terjadi karena
keterbatasan dalam waktu.
6 Keberhasilan tujuan dapat dicapai dalam asuhan keperawatan yang diberikan
pada Tn. S jika melibatkan peran klien, keluarga dan tim kesehatan lain.
B. SARAN :
1. Perawat
hendaknya
melibatkan
keluarga
dalam
melakukan
asuhan
keperawatan.
2. Agar tidak terjadi komplikasi yang berkelanjutan maka perawat hendaknya
harus mampu untuk meningkatkan pengetahuan klien.