Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG
Ulkus decubitus adalah luka pada kulit dan jaringan di bawahnya yang
terjadi karena tekanan yang terus menerus akibat tirah baring total yang lama.
Tirah baring total disini maksudnya adalah penderita yang karena terpaksa
berbaring terus menerus dan tidak dapat bergerak/ immobilisasi. Luka decubitus
akan terjadi bila penderita tidak dirubah posisi berbaringnya minimal dalam waktu
2 kali 24 jam. Biasanya terjadi pada daerah yang mendapat tekanan gaya berat
dalam jangka waktu yang lama seperti pantat, punggung, siku atau terkadang
terdapat pada mata kaki/ tumit.
Ulkus decubitus erat sekali hubungannya dengan kualitas perawatan
sehingga angka kejadian decubitus tersebut dijadikan sebagai indikator mutu
pelayanan Rumah Sakit.
Berdasarkan pengalaman pada pasien- pasien yang dirawat dalam
kondisi tirah baring total tanpa perubahan posisi selama kurang lebih 2 kali 24 jam
disertai dengan kebersihan diri yang buruk akan didapatkan luka decubitus. Ulkus
decubitus tidak selalu terjadi pada pasien atau orang orang yang tidak bisa
bangkit dari tempat tidur. Beberapa pasien yang bisa bangkit dari tempat tidur
tetapi lebih banyak duduk di kursi bisa juga terkena ulkus decubitus jika tidak
dirawat dengan baik. Pasien yang tua maupun yang muda bisa saja terkena
gangguan ini. (Wolf. Weitzel & Fuerst, 1989)
Immobilisasi memiliki faktor resiko yang sering menyebabkan luka
tekan. Berbagai faktor dan kondisi- kondisi yang umumnya pada lansia ( misalnya
stroke, dimensia, artritis ) dapat menyebabkan orang tersebut dalam kondisi
berbaring yang lama sehingga membuat seseorang berada pada resiko terjadinya
ulkus decubitus. Faktor- faktor resiko lainnya yang menyebabkan berkembangnya
luka tekan adalah inkontinensia urine atau fekal, kondisi malnutrisi, dan defisit
sensori (Lynda Juall C, 1998). Ulkus decubitus harus segera diatasi karena bisa
mengganggu keadaan kesehatan pasien, mempersulit kesembuhan penyakit, bisa
mengancam jiwa pasien yang lemah,

menimbulkan infeksi, dan jika

penyembuhannya lama maka diperlukan biaya perawatan yang banyak ( WolfWeitzel & Fuerst, 1989 )
Dan pencegahan adalah tanggung jawab semua tenaga kesehatan di RS.
Disinilah salah satu peran perawat sebagai petugas kesehatan yang paling dekat
dengan pasien diperlukan .Tindakan pencegahan tersebut dilakukan untuk
pencegahan decubitus dengan cara teratur( 2 jam sekali) merubah posisi pasien
dengan hati- hati sambil menjaga agar pasien tetap bersih, kering dan mendapat
gizi dan cairan yang cukup. (Wolf-Weitzel & Fuerst, 1989)
Menghilangkan tekanan adalah suatu intervensi yang harus tercakup dalam
rencana perawatan semua luka tekan. Suatu tekanan yang menurunkan permukaan
landasan/ matras/ kasur tidak harus sepenuhnya ditekan oleh tubuh. Untuk
menjadi efektif permukaan landasan harus dapat mendistribusikan berat badan
keseluruh permukaan. Kenyamanan bukan merupakan kriteria yang utama yang
menentukan bahwa tekana sudah terbagi rata. Pengecekan dengan tangan harus
dilakukan untuk mengetahui apakah suatu produk sudah efektif dalam
mendistribusikan tekanan. Oleh karena itu perawat harus berupaya meminimalkan
kejadian decubitus dengan melakukan perawatan yang baik ( Carpenito,L.J ,
1998).
B.

RUMUSAN MASALAH
Untuk lebih memperjelas pembahasan, penulis membatasi permasalahan
tentang Asuhan Keperawatan yang diberikan pada Tn. S dengan kasus Ulkus
Decubitus di RSUD Dr. Syaiful Anwar, Ruang 14, Malang.

C.

TUJUAN
1.

Tujuan Umum
Untuk melakukan asuhan keperawatan pada klien Tn. S dengan

Ulkus

Decubitus di Ruang 14, RSUD Dr. Syaiful Anwar, Malang.


2.

Tujuan Khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
integumen khususnya pada klien ulkus decubitus, mahasiswa mampu :
a.

Mengetahui gambaran konkrit klien dengan ulkus decubitus.

b.

Melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan sistem


integumen (ulkus decubitus)

c.

Merumuskan diagnosa , perencanaan, dan melakukan


intervensi yang spesifik pada klien dengan gangguan sistem integumen
(ulkus decubitus)

d.

Melakukan evaluasi berdasarkan kriteria standart yang telah


ditetapkan.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Wolf. Weitzel & Fuerst (1989: 354) dalam Dasar dasar Ilmu
Keperawatan, mengartikan ulkus decubitus adalah suatu daerah yang mati
jaringan disebabkan karena kurangnya aliran darah didaerah yang bersangkutan.
Decubitus berasal dari bahasa latin yang artinya berbaring. Berbaring tidak selalu
menyebabkan terjadinya luka baring. Karena itu sebagian orang lebih menyukai
istilah luka tekan ( pressure sore) karena tekananlah yang merupakan penyebab
utama terjadinya ulkus decubitus.
B. PERUBAHAN PATOLOGIK
Perubahan patologis di tempat ulkus decubitus disebabkan karena
terlipatnya pembuluh darah, terutama pembuluh darah arteri dan kapiler di daerah
yang terkena ulkus decubitus. Jika aliran darah terhambat, maka sel- sel tidak
mendapat cukup zat makanan dan sampah hasil metabolisme tertumpuk sehingga
sulit diangkut. Akhirnya sel mati, kulit pecah dan terjadilah lubang yang dangkal
dan luka.
Tanda pertama yang menunjukkan terjadinya ulkus decubitus adalah
daerah kulit yang tertekan menjadi putih dan pucat dan bukan berwarna merah
muda sebagaimana kulit yang sehat. Kekurangan darah disuatu bagian tubuh
karena aliran darah yang kurang baik disebut iskemik.
Jika tekanan itu dikurang, maka iskemik segera diikuti oleh hyperemia,
yaitu mengalirnya darah dalam jumlah banyak di daerah tersebut.daerah itu
kemudian kelihatan merah dan terasa hangat karena terjadi hyperemia yang
merupakan mekanisme untuk mengimbangi. Dapat dikatakan bahwa darah
membanjiri daerah itu untuk memberi zat makanan dan menyingkirkan sampah
hasil metabolisme. Gejala ini disebut reactive hyperemia.
Tekanan berat yang bergeser ke arah yang berlawanan sering kali
merupakan penyebab ulkus decubitus. Tekanan berat itu terjadi apabila lapisan

jaringan tertindih satu sama lain. Pembuluh darah yang kecil dan pembuluh darah
kapiler jadi meregang dan bisa pecah, sehingga mengakibatkan sedikitnya aliran
darah dalam jaringan sel di bawah kulit. Akhirnya tampak sobekan kecil dalam
kulit yang menyebabkan matinya jaringan dibawahnya.
C. DERAJAT ULKUS DECUBITUS
1.

Derajat I : iskemik, hyperemia yang kembali walaupun tahanan dilepas,


indurasi tidak ada.

2.

Derajat II

: kemerahan menetap, ada oedema, terdapat indurasi, lepuh

(blister), terjadi erosi.


3.

Derajat III : ada lesi terbuka dan lubang sampai jaringan subkutan, fasia
terlihat di dasar ulkus.

4.

Derajat IV : nekrosis meluas melewati fasiadan dapat mencapai tulang.


Bisa terjadi periostitis, osteotitis, osteomielitis. ( Carpenito , L.J ,1998 )

D. TEMPAT TERJADINYA ULKUS DECUBITUS


Menurut M. Bouwhuizen ( 1986 ) dalam Ilmu Keperawatan menyebutkan
tempat- tempat yang sering terancam bahaya ulkus decubitus adalah :
1.

Pada penderita pada posisi terlentang : pada daerah belakang kepala,


daerah tulang belikat, daerah bokong dan tumit.

2.

Pada penderita dengan posisi miring: daerah pnggir kepala( terutama daun
telinga ), bahu, siku, daerah pangkal paha, kulit pergelangan kaki dan bagian
atas jari- jari kaki.

3.

Pada penderita dengan posisi tengkurap : dahi, lengan atas, tulang iga,
lutut.

E. FAKTOR- FAKTOR YANG MENYEBABKAN ULKUS DECUBITUS


Lynda Juall Capernito (1998:749) dalam Diagnosa Keperawatan
menyebutkan

beberapa faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya ulkus

decubitus / kerusakan integritas kulit, yaitu:


1.

Faktor Umum:
a.

Tekanan : menekan dengan kekuatan kebawah area


yang diberikan

b.

Robekan : kerusakan paralel, vertikal, horizontal


maupun longitudinal dimana satu lapis jaringan bergerak kearah yang
berlawanan.

c.

Maserasi : mekanisme dimana jaringan menjadi


lunak karena basah terlalu lama atau terendam, sehingga epidermis mudah
erosi

d.

Friksi : proses fisiologis. Jika kulit tegosok melawan


linen/ sprei, epidermis dapat gundul dengan abrasio

2.

Faktor Pediatrik
a.

Bayi baru lahir umumnya menunjukkan variasi kulit


yang normal

b.

Beberapa

kondisi

kulit

yang

umum

yang

mengenaianak- anak pada kelompok usia spesifik (atopik, seboroik dan


dermatitis)
c.
3.

Bayi dan anak yang mempunyai epidermis tipis.


Faktor Gerontologi

a.

Elastin yang memberikan fleksibilitas pada kulit


menurun seiring pertambahan usia.

b.

Kekuatan kulit menurun, berhubungan dengan


hilangnya kolagen dari dermis.

c.

Beberapa lansia menunjukkan kulit yang mengkilap,


kendur, tipis.

d.

Lemak subkutan berkurang sesuai dengan penuaan.

e.

Kondisi yang mengarah pada malnutrisi yang biasa


terjadi pada lansia.

f.

Kondisi kesehatan lansia yang dapat menyebabkan


immobilisasi.

4.

Faktor Transkultural
a.

Makin gelap kulit seseorang makin sulit untuk


mengkaji perubahan warna kulit. Data dasar warna kulit harus dikaji pada
area yang kurang pigmentasinya, misal: telapak tangan, telapak kaki,
perut, dan bokong (fuller & schaller, agers 1990 dalam capernito, 1998)

b.

Semua warna kulit mempunyai tonus merah yang


mendasarinya. Pucat dapat dikaji pada membran mukosa, bibir, kuku,

konjungtiva, dan kelopak mata bawah(boyle & andrew dalam capernito,


1998)
c.

Untuk mengkaji ruam dan inflamasi pada kulit


hitam, perawat harus peka pada saat palpasi untuk kehangatan dan
indurasi.

F. ETIOLOGI
1.

Tekanan yang berlebihan atau lama, dapat menekan


pembuluh darah, menyebabkan iskemia, inflamasi dan nekrosis jaringan.

2.

Pergeseran

terjadi

karena

adanya

gesekan

dengan

permukaan kulit atau jaringan epitel. ( smeltzer & brenda ,2001 )

G. PROSES PENYEMBUHAN LUKA


1.

Primer, luka insisi pembedahan dan laserasi kecil yang


dijahit, sembuh secara primer (luka lebih cepat sembuh dan jaringan paret
yang terbentuk sedikit)

2.

Sekunder, jumlah jaringan yang hilanglebih banyak,eksudat


radang dan nekrotik debris yang perlu disingkirkan lebih banyak,
pembentukan jaringan granulasi lebih banyak.

3.

Tersier, terjadi bila didpatkan rentang waktu yang cukup


lama(>6 jam) antara terjadinya luka dengan waktu penjahitan. ( Carpenito
,L.J , 1998 )

H. PENATALAKSANAAN
1.

Perawatan luka decubitus

2.

Terapi fisik, dengan menggunakan pusaran air untuk


menghilangkan jaringan yang mati.

3.

Terapi obat :
a.

Obat antibacterial topical untuk mengontrol pertumbuhan


bakteri

b.
4.

Antibiotik prupilaksis agar luka tidak terinfeksi


Terapi diet

Agar terjadi proses penyembuhan luka yang cepat, maka nutrisi harus adekuat
yang terdiri dari kalori, protein, vitamin, mineral dan air.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1.

Biodata
Umur/usia perlu ditanyakan karena adanya hubungan dengan proses
penyembuhan luka atau regenerasi sel.Sedangkan ras dan suku bangsa perlu
dikaji karena kulit yang tampak normal pada ras dan kebangsaan tertentu
kadang tampak abnormal pada klien dengan ras

dan kebangsaan lain

(Smeltzer & Brenda, 2001). Pekerjaan dan hobi klien juga ditanyakan untuk
mengetahui apakah klien banyak duduk atau sedikit beraktivitas sehingga
terjadi penekanan pembuluh darah yang menyebabkan suplai oksigen
berkurang, sel- sel tidak mendapat cukup zat makanan dan sampah hasil sisa
metabolisme tertumpuk. Akhirnya sel-sel matai, kulit pecah dan terjadilah
lubang yang dangkal dan luka dekubitus pada permukaan( Carpenito , L.J ,
1998 ).
2.

Keluhan Utama

Merupakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien sehingga ia


mencari pertolongan. Keluhan yang diungkapkan klien pada umumnya yaitu
adanya rasa nyeri. Lokasi luka biasanya terdapat pada daerah- daerah yang
menonjol, misalnya pada daerah belakang kepala, daerah bokong, tumit,
bahu, dan daerah pangkal paha yang mengalami ischemia sehingga terjadi
ulkus decubitus
3.

(Bouwhuizen , 1986 ).

Riwayat Penyakit Sekarang


Hal- hal yang perlu dikaji adalah mulai kapan keluhan dirasakan, lokasi
keluhan, intensitas, lamanya atau frekuensi, faktor yang memperberat atau
memperingan serangan, serta keluhan- keluhan lain yang menyertai dan
upaya- upaya yang telah dilakukan perawat disini harus menghubungkan
masalah kulit dengan gejalanya seperti: gatal, panas, mati rasa, immobilisasi,
nyeri, demam, edema, dan neuropati ( Carpenito , L.J , 1998 )

4.

Riwayat Personal dan Keluarga


a.

Riwayat penyakit keluarga perlu ditanyakan karena penyembuhan luka


dapat dipengaruhi oleh penyakit penyakit yang diturunkan seperti : DM,
alergi, Hipertensi ( CVA ).

b.

Riwayat penyakit kulit dan prosedur medis yang pernah dialami klien.
Hal ini untuk memberikan informasi apakah perubahan pada kulit
merupakan manifestasi dari penyakit sistemik seperti : infeksi kronis,
kanker, DM. .

5.

Riwayat Pengobatan
Apakah klien pernah menggunakan obat- obatan. Yang perlu dikaji perawat
yaitu:

6.

a.

Kapan pengobatan dimulai.

b.

Dosis dan frekuensi.

c.

Waktu berakhirnya minum obat


Riwayat Diet

Yang dikaji yaitu berat badan, tinggi badan, pertumbuhan badan dan makanan
yang dikonsumsi sehari- hari. Nutrisi yang kurang adekuat menyebabkan kulit
mudah terkena lesi dan proses penyembuhan luka yang lama.
7.

Status Sosial Ekonomi


Untuk mengidentifikasi faktor lingkungan dan tingkat perekonomian yang
dapat mempengaruhi pola hidup sehari- hari, karena hal ini memungkinkan
dapat menyebabkan penyakit kulit.

8.

Riwayat Kesehatan, seperti:


a.

Bed-rest yang lama

b.

Immobilisasi

c.

Inkontinensia

d.

Nutrisi atau hidrasi yang inadekuat

9.

Pengkajian Psikososial
Kemungkinan hasil pemeriksaan psikososial yang tampak pada klien yaitu:
a.

Perasaan depresi

b.

Frustasi

c.

Ansietas/kecemasan

d.

Keputusasaan

e.

Gangguan konsep diri

f.

Nyeri

10.

Aktivitas Sehari- Hari


Pasien yang immobilisasi dalam waktu yang lama maka bukan terjadi
ulkus pada daerah yang menonjol karena berat badan bertumpu pada daerah
kecilyang tidak banyak jaringan dibawah kulit untuk menahan kerusakan kulit.
Sehingga diperlukan peningkatan latihan rentang gerak dan mengangkat berat
badan. Tetapi jika terjadi paraplegi maka akan terjadi kekuatan otot tidak ada
(pada ekstremitas bawah), penurunan peristaltik usus (terjadi konstipasi),
nafsu makan menurun dan defisit sensori pada daerah yang paraplegi.
( Carpenito , L.J, 1998 )

11.

Pemeriksaan Fisik
a.

Keadaan Umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan sakit dan gelisah atau cemas
akibat adanya kerusakan integritas kulit yang dialami.

b.

Tanda-Tanda Vital

Tekanan darah normal, nadi cepat, suhu meningkat dan respirasi rate
meningkat.
c.

Pemeriksaan Kepala Dan Leher


1)

Kepala Dan Rambut


Pemeriksaan meliputi bentuk kepala, penyebaran dan perubahan warna
rambut serta pemeriksaan tentang luka. Jika ada luka pada daerah
tersebut, menyebabkan timbulnya rasa nyeri dan kerusakan kulit.

2)

Mata
Meliputi kesimetrisan, konjungtiva, reflek pupil terhadap cahaya dan
gangguan penglihatan.

3)

Hidung
Meliputi pemeriksaan mukosa hidung, kebersihan, tidak timbul
pernafasan cuping hidung, tidak ada sekret.

4)

Mulut
Catat keadaan adanya sianosis atau bibir kering.

5)

Telinga
Catat bentuk gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan
dan serumen. Pada penderita yang bet rest dengan posisi miring maka,
kemungkinan akan terjadi ulkus didaerah daun telinga.

6)

Leher
Mengetahui posisi trakea, denyut nadi karotis, ada tidaknya
pembesaran vena jugularis dan kelenjar linfe.

d.

Pemeriksaan Dada Dan Thorax


Inspeksi bentuk thorax dan ekspansi paru, auskultasi irama pernafasan,
vokal premitus, adanya suara tambahan, bunyi jantung, dan bunyi jantung
tambahan, perkusi thorax untuk mencari ketidak normalan pada daerah
thorax.

e.

Abdomen
Bentuk perut datar atau flat, bising usus mengalami penurunan karena
inmobilisasi, ada masa karena konstipasi, dan perkusi abdomen hypersonor
jika dispensi abdomen atau tegang.

f.

Urogenital

Inspeksi adanya kelainan pada perinium. Biasanya klien dengan ulkus dan
paraplegi terpasang kateter untuk buang air kecil.
g.

Muskuloskeletal
Adanya fraktur pada tulang akan menyebabkan klien bet rest dalam waktu
lama, sehingga terjadi penurunan kekuatan otot.

h.

Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran dikaji dengan sistem GCS. Nilainya bisa menurun bila
terjadi nyeri hebat (syok neurogenik) dan panas atau demam tinggi, mual
muntah, dan kaku kuduk.

12.

Pengkajian Fisik Kulit


a.

Inspeksi kulit
Pengkajian kulit melibatkan seluruh area kulit termasuk membran mukosa,
kulit kepala, rambut dan kuku. Tampilan kulit yang perlu dikaji yaitu
warna, suhu, kelembaban, kekeringan, tekstur kulit (kasar atau halus), lesi,
vaskularitas.
Yang harus diperhatikan oleh perawat yaitu :
1) Warna, dipengaruhi oleh aliran darah, oksigenasi, suhu badan dan
produksi pigmen.

Lesi yang dibagi dua yaitu :


a)

Lesi primer, yang terjadi


karena adanya perubahan pada salah satu komponen kulit

b)

Lesi sekunder adalah lesi


yang muncul setelah adanya lesi primer.
Gambaran lesi yang harus diperhatikan oleh perawat yaitu warna,
bentuk, lokasi dan kofigurasinya.

2)

Edema
Selama inspeksi kulit, perawat mencatat lokasi, distribusi dan warna
dari daerah edema.

3) Kelembaban
Normalnya, kelembaban meningkat karena peningkatan aktivitas atau
suhu lingkungan yang tinggi kulit kering dapat disebabkan oleh

beberapa faktor, seperti lingkungan kering atau lembab yang tidak


cocok, intake cairan yang inadekuat, proses menua.
4)

Integritas
Yang harus diperhatikan yaitu lokasi, bentuk, warna, distribusi, apakah
ada drainase atau infeksi.

5) Kebersihan kulit
6) Vaskularisasi
Perdarahan dari pembuluh darah menghasilkan petechie dan echimosis.
7)

Palpasi kulit
Yang perlu diperhatikan yaitu lesi pada kulit, kelembaban, suhu,
tekstur atau elastisitas, turgor kulit.
( Smeltzer & Brenda , 2001 )

13.

Pemeriksaan Penunjang
a.

Pemeriksaan laboratorium
1)

Darah lengkap
Peningkatan

tertentu

awal

menunjukkan

hemo

konsentrasi,

sehubungan dengan perpindahan atau kehilangan cairan dan untuk


mengetahui adanya defisiensi nutrisi pada klien. Jika terjadi
leukositosis karena adanya kehilangan sel pada sisi luka dan respon
inflamasi terhadap edema. Glukosa serum yang terjadi peningkatan
karena respon stres.
2)

Biopsi luka
Untuk mengetahui jumlah bakteri.

3) Kultur swab
Untuk mengidentifikasi tipe bakteri pada permukaan ulkus.
4)

Pembuatan foto klinis


Dibuat untuk memperlihatkan sifat serta luasnya kelainan kulit atau
ulkus dan dipergunakan untuk perbaikan setelah dilakukan terapi.
( Smetlzer & Brenda , 2001 )

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Lynda Juall C (1990) dalam buku Rencana Asuhan dan
Dokumentasi Keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan ulkus
decubitus adalah sebagai berikut :

1. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan kerusakan mekanis dari


jaringan sekunder akibat tekanan, pencukuran dan gesekan.
2. Nyeri yang berhubungan dengan trauma kulit, infeksi kulit dan perawatan
luka.
3. Resiko terhadap infeksi yang berhubungan pemajangan ulkus decubitus
terhadap feses/drainase urine dan personal hygiene yang kurang.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia sekunder terhadap ketidak cukupan masukan oral.
5. Kerusakan mobilitas fisik yang bergubungan dengan pembatasan gerakan
yang diharuskan, status yang tak dikondisikan, kehilangan kontrol motorik
atau perubahan status mental.
6. Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan volume cairan dalam
waktu lama.
7. Koping individu tak efektif yang berhubungan dengan luka kronis, perubahan
body image.
8. Gangguan body image yang berhubungan dengan hilangnya lapisan kulit.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1.

Prioritas keperawatan
a.

Mengidentifikasi faktor- faktor yang menimbulkan terjadinya


decubitus.

b.

Meningkatkan kemampuan untuk melakukan ketrampilan


dalam mencegah dan mengatasi decubitus.

c.
2.

Meningkatkan motivasi untuk melanjutkan pengobatan.


Intervensi Diagnosa Keperawatan

a.

Kerusakan

Integritas

Kulit

Yang

Berhubungan

Dengan

Kerusakan Mekanis Dari Jaringan Sekunder Akibat Tekanan, Pencukuran


Dan Gesekan.
Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi:
1)

mengidentifikasi faktor penyebab luka


decubitus.

2) Mengidentifikasi rasional untuk pencegahan dan tindakan.


3) Berpartisipasi dalam rencana tindakan yang diprogramkan untuk
meningkatkan penyembuhan luka.

4) Menunjukkan kemajuan penyembuhan decubitus.


Intervensi Keperawatan

Rasional

1. Observasi ukuran, warna, kedalaman 1. Untuk


luka, jaringan nekrotik dan kondisi

mengetahui

sirkulasi

pada

daerah yang luka.

sekitar luka.
2. Pantau/ evaluasi tanda- tanda vital dan 2. Demam mengidentifikasikan adanya
perhatikan adanya demam.
3. Identifikasi

derajat

infeksi.

perkembangan 3. Mengetahui tingkat keparahan pada

luka tekan (ulkus)


4. Lakukan

perawatan

luka.
luka

dengan 4. Mencegah terpajan dengan organisme

tehnik aseptik dan antiseptik.

infeksius,

mencegah

kontaminasi

silang, menurunkan resiko infeksi.


5. Bersihkan jaringan nekrotik.
6. Kolaborasi:
a.

5. Mencegah auto kontaminasi


a.

Irigasi luka.

Membuang

jaringan

nekrotik / luka eksudat untuk


meningkatkan penyembuhan

b.

Beri antibiotik oral,topical,

b.

dan intra vena sesuai indikasi.


c.

Mencegah atau mengontrol


infeksi.

Ambil kultur luka.


c.

Untuk

mengetahui

pengobatan khusus infeksi luka.

b.

Nyeri Yang Berhubungan Dengan Trauma Kulit, Infeksi Kulit


Dan Perawatan Luka.
Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi:
1)

Rasa nyeri berkurang

2)

Klien dapat beradaptasi terhadap nyeri

Intervensi Keperawatan

Rasional

1. Tutup luka sesegera mungkin.

1. Suhu berubah dan gesekan udara


dapat menyebabkan nyeri hebat pada
pemajanan ujung kulit.

2. Tinggikan ekstremitas yang terdapat 2. Unutk


luka secara periodik.

menurunkan

pembentukan

edema,

menurunkan

ketidaknyamanan.
3. Beri tempat tidur yang dapat diubah 3. Peninggian linen dari luka membantu
ketinggiannya.

menurunkan nyeri.

4. Ubah posisi dengan sering dan ROM 4. Menurunkan kekakuan sendi


secara pasif maupun aktif sesuai
indikasi.
5. Perhatikan lokasi nyeri dan intensitas.

5. Perubahan lokasi/ intensitas nyeri


mengindikasikan

terjadinya

komplikasi.
6. Berikan tindakan kenyamanan seperti 6. Meningkatkan relaksasi, menurunkan
pijatan pada area yang tidak sakit,

tegangan otot.

perut, posisi dengan sering.


7. Dorong

penggunaan

tehnik 7. Memfokuskan

manajemen stress.

meningkatkan

kembali

perhatian,

relaksasi

dan

meningkatkan rasa kontrol.


8. Tingkatkan

periode

tidur

tanpa 8. Kekurangan

gangguan.

tidur

meningkatkan

persepsi nyeri.

9. Kolaborasi:

9. Untuk mengurangi rasa nyeri yang ada

Berikan analgesik sesuai indikasi.

c.

Resiko Terhadap Infeksi Yang Berhubungan Pemajangan Ulkus


Decubitus Terhadap Feses/Drainase Urine.
Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi:
1) Infeksi tidak terjadi.
2) Tanda- tanda vital dalam batas normal.
3) Luka mengalami granulasi.

Intervensi Keperawatan
1. Pantau

Rasional

terhadap

tanda-

tanda 1. Respon jaringan terhadap infiltrasi

rubor,

dolor,

kalor,

infeksi(
fungsiolesa)

patogen dengan peningkatan aliran


darah dan aliran limfe(edema, merah,
bengkak)
2. Patogen yang bersirkulasi merangsang

2. Observasi tanda- tanda vital ( suhu,


respirasi rate, nadi, tensi)

hipotalamus untuk menaikkan suhu


tubuh
3. Mencegah terjadinya infeksi silang

3. Cuci tangan sebelum dan sesudah


melakukan tindakan.
4. Lakukan rawat luka dengan tehnik
aseptik dan antiseptik.

dari lingkungan luka ke dalam luka


4. Mencegah terjadinya invasi kuman
dan kontaminasi bakteri.
5. Nutrisi

dapat

meningkatkan

daya

5. Anjurkan klien untuk menghabiskan

tahan tubuh dan mengganti jaringan

porsi yang tersedian terutama tinggi

yang rusak dan mempercepat proses

protein dan vitamin C.

penyembuhan.
6. Sesuatu yang kotor merupakan media

6. Jaga personal higiene klien( badan,


tempat, pakaian)

yang baik bagi kuman.


7. Peningkatan

7. Kolaborasi dengan tim medisdalam

leukosit

dan

LED

merupakan indikasi terjadinya infeksi.

penentuan antibiotik dan pemeriksaan


leukosit dan LED

d.

Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Yang


Berhubungan Dengan Anoreksia Sekunder Terhadap Ketidak Cukupan
Masukan Oral.
Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi:
1) Nutrisi adekuat (sesuai dengan kebutuhan)
2) Tidak mual dan muntah
3) Tubuh terasa segar

4) Mempertahankan berat badan yang sesuai


Intervensi Keperawatan

Rasional

1. Jelaskan pentingnya nutrisi bagi tubuh

1. Nutrisi

yang

meningkatkan

asekuat
daya

akan

tahan

tubuh

terhadap penyakit
2. Anjurkan klien makan sedikit tapi 2. Meminimalkan anoreksia dan mual
sering

sehubungan dengan status uremik atau


menurunnya peristaltik

3. Berikan klien daftar makanan yang 3. Memberikan

tindakan

kontrol

diijinkan dan dorong klien terlibat

terhadap pembatasan diet klien dan

dalam pemilihan menu

meningkatkan nafsu makan klien

4. Lakukan oral hygiene sebelum makan

4. Perawatan

mulut

membantu

meningkatkan nafsu makan klien


5. Timbang berat badan tiap hari

5. Terjadinya perubahan berat badan


menunjukkan

ketidak

seimbangan

cairan
6. Auskultasi bising usus

6. Immobilitas dapat menurunkan bising


usus

7. Kolaborasi dengan:

a.

Mene

a. Tim gizi

ntukan kalori dan kebutuhan

b. Pemberian antiemetik

nutrisi

c. Tim medis untuk pemberian

b.

infus albumin behring

Meng
hilangkan mual dan muntah
sehingga

masukan

oral

meningkat
c.

Penur
unan jumlah albumin dapat
menghambat

e.

proses

penyembuhan luka
Kerusakan Mobilitas Fisik Yang Bergubungan
Dengan Pembatasan Gerakan Yang Diharuskan, Status Yang Tak
Dikondisikan, Kehilangan Kontrol Motorik Atau Perubahan Status Mental.
Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi:

1) Klien mampu beraktivitas, miring kanan miring kiri dengan dibantu


oleh keluarga
2) Menunjukkan penurunan pada docrat yang tertekan
3) Keadaan luka membaik
Intervensi Keperawatan

Rasional

1. Anjurkan keluarga membantu klien 1. Menghilangkan tekanan pada daerah


mobilisasi

yang terdapat ulkus

2. Atur posisi klien tiap 2 jam

2. Penghilangan

tekanan

intermiten

memungkinkan darah masuk kembali


ke kapiler yang tertekan
3. Perhatikan sirkulasi, gerakan dan 3. Sirkulasi yang terganggu akan dapat
sensasi secara sering

menyebabkan oedem

4. Banti klien untuk latihan rentang 4. Mencegah secara progresif untuk


gerak secara konsisten yang diawalai

engencangkan

jaringan

parut

dan

dengan pasif kemudian aktif

meningkatka pemeliharaan fungsi otot


atau sendi

5. Dorong partisipasi klien dalam semua 5. Meningkatkan kemandirian dan harga


aktivitas sesuai kemampuannya

diri

6. Buat jadwal latihan secara teratur

6. Mengurang
meningkatkan

kelelahan
toleransi

dan
terhadap

aktivitas
7. Tingkatkan

latihan

ADL

melalui 7. Meningkatkan hasil latihan secara

fisioterapi, hidroterapi, dan perawatan


8. Kolaborasi dengan fisioterapi

f.

optimal dan maksimal


8. Membantu melatih pergerakan

Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan


dengan volume cairan dalam waktu lama.
Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi
1) Klien dapat memperlihatkan penurunan tanda dan gejala kerusakan
jaringan

2) Klien dapat mempertahankan sirkulasi perifer seperti yang ditunjukkan


oleh berkurangnya ulkus,oedem, dan warna ekstremitas yang baik
3) Klien dapat mengatakan rasa nyerinya berkurang
4) Klien mengurang penggunaan obat-obatan penghilang rasa nyeri
5) Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan
Intervensi Keperawatan

Rasional

1. Instruksikan program latihan atau 1. Latihan dapat meningkatkan sirkulasi


ROM aktif/ pasif pada ekstremitas

yang adekuat dan pembentukan darah

setiap

kolateral

jam

sebagaimana

yang

diperlukan
2. Jaga ketinggian kaki atau sedikit lebih 2. Gaya gravitasi meningkatkan sirkulasi
rendah dari pada jantung

arteri dan menurunkan rasa nyeri

3. Awasi tanda- tanda vital, perhatikan 3. Indikator


kekuatan dan kesamaan nadi perifer

umum

status

sirkulasi

keadekuatan perfusi

4. Kaji warna kulit dan suhu pada daerah 4. Perubahan warna kulit dan penurunan
yang immobilisasi

suhu

mengindikasikan

gangguan

sirkulasi

adanya

yang

bisa

mengakibatkan nekrosis jaringan


5. Kolaborasi pemberian cairan intra 5. Mempertahan volume sirkulasi untuk
vena sesuai indikasi
6. Awasi

pemeriksaan

memaksimalkan perfusi jaringan


laboratorium, 6. Indikator hipovolemia/ dehidrasi yang

contoh Hb/Ht

g.

dapat mengganggu perfusi jaringan

Koping keluarga tak efektif yang berhubungan


dengan luka kronis, perubahan body image.
Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi:
1) Keluarga mampu mengungkapkan perasaannya tentang perubahan
penampilan pada klien

2) Keluarga dapat mengekspresikan perasaan cemasnya, kedukaan dan


adanya sesuatu yang hilang pada klien
3) Keluarga mampu beradaptasi sesuai dengan keadaan klien
4) Keluarga memberi support yang tinggi pada klien dalam menjalani
hidup selanjutnya.
Intervensi Keperawatan

Rasional

1. Bina hubungan saling percaya

1. Menimbulkan
perawat

kepercayaan

sehingga

pada

mempermudah

melakukan komunikasi untuk tindakan


selanjutnya.
2. Berikan kesempatan kelurga dan klien 2. Membantu mengurangi beban pikiran
untuk mengungkapkan perasaannya

klien dan keluarga karena perasaanya

saat ini dengan memvalidasi dan

tersalurkan dan perawat mengetahui

mengobservasi perasaan keluarga dan

penyebab masalahnya

klien
3. Berikan informasi yang diperlukan 3. Membantu mengurangi ketakutan dan
klien dan keluarga tentang proses

kecemasan klien dan keluarga

terjadinya ulkus
4. Libatkan klien dan keluarga dalam 4. Menjadikan
rencana perawatan yang lebih lanjut

klien dan keluarga

bagian dari rencana keperawatan dan


membantu klien menerima kenyataan
yang ada

5. Anjurkan

keluarga

untuk

selalu 5. Dukungan keluarga sangat membantu

memberi reinforcement positif dan

dalam meningkatkan kepercayaan diri

support mental pada klien

klien

6. Tunjukkan sikap menerima terhadap 6. Memberikan rasa percaya diri pada


perubahan body image, kali perasaan

klien dan membantu menghilangkan

malu atas perubahan fisiknya dan kaji

perasan negatifnya.

perubahan penerimaan keluarga juga


adanya negatif pada diri klien.

D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang meliputi tindakan- tindakan yang direncanakan oleh perawat
yang diberikan pada klien. Pelaksanaan tindakan pada klien dengan gangguan
sistem integumen diperlukan untuk meminimalkan terjadinya komplikasi,
perluasan area yang terjadi ulkus. Untuk keberhasilan tindakan maka dipeelukan
partisipasi dari klien dan kelurga (Aziz, H. 2002)
E. EVALUASI
Evaluasi adalah proses keperawatan yang menyangkut pengumpulan
data subyetif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelaksanaan
keperawatan sudah tercapai atau belum, masalah apa yang perlu dipecahkan atau
dikaji, direncanakan atau dinilai kembali. Evaluasi bertujuan memberikan umpan
balik terhadap rencana keperawatan yang disusun.
Penilaian dilakukan oleh perawat, klien dan juga teman sejawat.
Penilaian ini memberikan kemungkinan yaitu masalah teratasi, masalah teratasi
sebagian, masalah belum teratasi, dan muncul masalah baru. Ini bermanfaat untuk
mengadakan perubahan, perbaikan rencana keperawatan sehingga tindakan
keperawatan dapat dimodifikasi (Nursalam, 2001).

FORMAT PENGKAJIAN DATA KEPERAWATAN


A. BIODATA
Nama

: Tn. S

Umur

: 39 tahun

Jenis Kelamin

: Laki laki

Status Perkawinan

: Kawin

Pekerjaan

: Wiraswasta

Agama

: Islam

Pendidikan Terakhir

: SD

Alamat

: Ds. Sendang Biru,Manjing Wetan Malang

Tanggal MRS

: 22 April 2004

Tanggal Pengkajian

: 17 Mei 2004

No. Reg.

: 409003

B. DIAGNOSA MEDIS

: Ulkus Dekubitus

C. KELUHAN UTAMA
1. Saat MRS

: Adanya luka dekubitus pada daerah atas gluteus

2. Saat Pengkajian

: Klien mengeluh tubuhnya terasa panas

D. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pada tanggal 23 Maret 2004 klien mengalami kecelakaan lalu lintas
yaitu klien ditabrak dari belakang sehingga terjadi Fraktur pada daerah Lumbal
dan Fraktur 1/3 Distal Radius Sinistra. Kemudian klien dibawa ke RS Bokor (di
Turen) yang pada hari itu juga kemudian dirujuk di RRSA Malang serta dirawat
di ruang 19. Ketika klien datang juga mengalami paraplegia. Klien hanya di rawat
selama 13 hari, karena klien minta pulang ( pulang paksa ).di rumah klien di
rawat selama 13 hari yang kemudian pada hari ke 14 klien dibawa ke RSSA
kembali karena terjadi Ulkus Dekubitus pada daerah atas gluteus yang tampak
parah. Selain didaerah atas gluteus juga terdapat Ulkus pada kedua tumit. Saat
pengkajian klien di rawat di ruang 14 dengan keadaan terdapat Ulkus
Dekubitus( pada daerah atas gluteus dengan keadaan luka : warna kemerahan,
tidak terdapat pus, jaringan mengalami granulasi,dengan panjang 10 cm, lebar 5
cm, dan kedalamannya 4 cm sedangkan ulkus pada daerah kedua tumit keadaanya
: terdapat jaringan nekrotik, warna hitam, dan tidak terdapat pus ),Fraktur Lumbal
dan Fraktur 1/3 Distal Radius Sinistra yang dilakukan pemasangan Gips pada
tanggal 28 April 2004
E. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU
Klien tidak penah menderita penyakit menular, keturunan seperti DM<
Hipertensi, Asma ataupun penyakit bawaan.
F. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Dalam keluarga klien tidak ada yang pernah MRS dan keluarga klien
tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi, dan asma.
G. POLA AKTIVITAS SEHARI HARI
1. Makan dan Minum
a. Makan
Sebelum MRS

: Klien makan 2 x / hari dengan porsi 1 piring


(nasi , lauk-pauk , dan sayuran )

Selama MRS

: Klien mendapatkan diit nasi TKTP II ekstra telur


dan susu cair proten. Selama 2 hari ( mulai tanggal 15
Mei ) klien tidak mau makan (hanya 3 sendok makan
setiap kali makan ) ,ektra telur kadang habis.

b. Minum
Sebelum MRS

: Klien minum 6-7 gelas / hari.

Selama MRS

: Klien minum air putih sebanyak 750 cc dan


Proten 3 x sehari ( habis gelas ). Mendapat
cairan infus NaCl 3 % 600 cc dengan tetesan 20
tetes / menit.

c. Pola Eliminasi
Sebelum MRS

: Klien BAB 1x sehari dengan warna kuning,


Konsistensi lunak.. BAK 4-5x / hari dengan warna
normal.

Selama MRS

: Klien selama 3 hari ini belum BAB.


BAK melalui kateter menggunakan Urobag : pukul
16.00 jumlah urine 450 cc, pukul 19.00 jumlah
urine 1050 cc

d. Pola Istirahat dan Tidur


Sebelum MRS

: Klien tidur pada malam hari 6-7 jam / hari. Dan


klien sangat jarang tidur siang

Selama MRS

: Klien tampak tidak tenang , mengigau karena


Badannya terasa panas. Tidur selama 8 jam pada
malam hari. Jika siang 2 jam perhari

e. Kebersihan Diri
Sebelum MRS

: Mandi 2x /hari, gosok gigi 2x/hari dan keramas


2x/ minggu.ganti pakaian setiap hari.

Selama MRS

: Mandi diseka 2x/ hari oleh keluarga, klien belum


pernah mandi.

H. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Klien sulit diajak berbicara / komunikasi. Hal ini dapat diketahui jika
diajak bicara kadang klien hanya diam atau mengangguk. Klien juga sulit
melakukan interaksi dengan orang lain. Selama ini orang yang terdekat dengan
klien adalah yang selalu membantu klien dan menjawab pertanyaan yang
diajukan pada klien.
I. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Kesadaran compos mentis dengan GCS 4,5,6 dimana :
a. Respon membuka mata ( 4 )
b. Respon motorik terbaik ( 5 )
c. Respon Verbal ( 6 )
Keadaan umum klien lemah dimana pada tangan kiri terpasang Gips, pada
tangan kanan terpasang infus NaCl 3 % 20 tetes/ menit serta klien mengalami
paraplegi pada daerah Lumbal sampai ekstrimitas bawah.
2. Tanda tanda Vital
a. TD

: 110 / 70 mmHg

b. DN

: 84x/menit

c. Suhu

: 39 C

d. RR

: 42 x/menit

e. LL

: 29 cm

3. Pemeriksaan Kepala
a. Kepala dan rambut: bentuk kepala bulat simetris, tidak ada lesi, tidak ada
benjolan, rambut kusam, warna reambut hitam. Penyebaran rambut merata.
Kulit kepala kurang bersih, rambut tidak rontok dan tidak berketombe.
b. Mata

: sklera tidak ikterus,pupil isokor,mata tampak keruh,

konjungtiva normal.

c. Hidung

: tidak ada sekret, bentuk simetris, tidak ada pernapasan

cuping hidung
d. Mulut

: bibir kering, tidak cianosis, gigi masih utuh, keadaan

mulut kotor, tidak ada luka pada bibir.


e. Telinga

: terdapat serumen, bentuk simetris, terdapat darah yang

mengering pada liang telinga.


4. Pemeriksaan Leher
Tidak ada pembesaran vena jugularis, nadi karotis teraba.
5. Pemeriksaan Integumen
Terdapat ulkus pada daerah diatas gluteus dan pada kedua tungkai. Keadaan
ulkus pada daerah atas gluteus : panjang 5 cm, lebar 10 cm , dalam 4 cm ,
warna kemerahan, tidak terdapat pus, mulai bergranulasi, ulkus dekubitus
grade III. Keadaan ulkus pada tumit : terdapat jaringan nekrotik, warna hitam,
tidak ada pus. Keadaan luka sudah mengering. Terdapat edema pada kedua
kaki dan tangan kiri, turgor kembali dalam waktu > 2 detik pada bagian
ekstremitas bawah dan tangan kiri.
6. Pemeriksaan Dada dan Thorax
a. Inspeksi

: bentuk dada elips dan simetris, RR : 42 x/ menit

b. Auskultasi

: tidak terdapat wheezing, tidak terdapat ronchi, suara

napas vesikuler, bunyi jantung normal : BJ I pada ICS IV linea sternalis


sinistra dan ICS V linea mid clavficula kiri. BJ II Aorta dan BJ II pulmonal
dan tidak terdapat bunyi murmur.
c. Perkusi

: bunyi paru resonan.

7. Pemeriksaan Payudara
Payudara tidak terkaji

8. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi

: bentuk abdomen sedikit cembung, tampak tegang,

tidak terdapat luka .


b. Palpasi

: tidak terdapat nyerri tekan, teraba sedikit keras karena

ada massa / feses .


c. Auskultasi

: bising usu 2 x / menit

d. Perkusi

: hipertimpani

9. Genetalia
Terpasang kateter, tidak ada tanda-tanda kelainan ( tidak terdapat tanda- tanda
infeksi saluran kemih )
10. Ekstremitas
Pada tanan kiri terdapat fraktur 1/3 distal radius sinistra yang terpasang Gips,
edema pada telapak tangan kiri. Pada tangan kanan terpasang infus NaCl 3 %
20 tetes / menit serta pada lengan atas terdapat tato. Kekuatan otot :
3

pada ekstrimitas bawah terdapat ulkus pada tumit. Keadaannya : terdapat


jaringan nekrotik, tidak terdapat pus, keadaannya sudah mengering. Edema
pada kaki, reflek lutut (-),dan reflek terhadap rangsangan (-)
J. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Kesadaran compos mentis ,GCS 4, 5, 6
1. Reaksi 4 ( mata )

: klien dapat membuka mata dengan spontan tanpa

disuruh.
2. Reaksi 5 ( bicara )

: mempunyai reaksi yang baik terhadap orang, tempat

dan waktu.
3. Reaksi 6 ( motorik ) : klien mengikuti perintah dengan baik .
Tanda tanda meningeal sign :
Panas (+), nyeri kepala ( - ), kaku kuduk ( - ), muntah (-),kejang (-),penurunan
kesadaran (-).

K. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.

Tanggal 17 Mei 2004


Analisa Elektrolit :
a.

Na

: 130 mmol/L ( N: 136-145)

b.

Kalium : 4,01 mmol/ L ( N : 3,5 5)

c.

Chlorida

: 106 mmol /L ( N: 98-106 )

2. Tanggal 15 Mei 2004


Hasil pemeriksaan kimia darah
Protein total :
Albumin : 2,4 gr/dl ( N: 3,5-5,5 )
3. Tanggal 14 Mei 2004
Analisa Elektrolit :
a.

Na

: 136 mmol /L ( N: 136- 145 )

b.

Kalium : 2,82 mmol /L (N: 3,5-5)

c.

Cl

: 115 mmol / L (N : 98 106)

L. TERAPI / PENGOBATAN
1.

Tanggal 17 Mei 2004


a.

IVFD NaCl 3% 20 tetes / menit

b.

Inj. Fosmycin ( 2x2 gr)

c.

Diit Nasi TKTP II ekstra telur + susu cair proten

2.

Tanggal 19 Mei 2004


a.

IVFD RL 20 tetes / menit

b.

Inj. Fosmicin 2x2 gr

c.

Diit Nasi TKTP II ekstra telur + susu cair Proten

3.

Tanggal 18 Mei 2004


a.

IVFD D 10 % 20 tetes / menit

b.

Infus Albumin Behring 20 % ( 100 ml )

c.

Inj. Fosmycin (2x2 gr )

ANALISA DATA
Nama

: Tn. S

Umur

: 39 Tahun

Nomor REG : 409003


No.

Data Penunjang

Masalah

Kemungkinan Penyebab.

01.

DS :
1.

Gangguan
Keluarga

klien nyaman

mengatakan

klien

sering (peningkatan

mengigau.

suhu tubuh).

2.

Klien mengeluh panas.

3.

Keluarga

klien

mengatakan

klien

hanya

minum +/- 750 CC.


DO :
1.

TTV :
a.

R
espirasi 42 X/menit

b.

T
D : 110/70 mmHg

c.

D
N : 84 X/menit

d.

S
uhu : 39oC.

2.

Kulit teraba panas

3.

Warna kemerahan pada


daerah luka diatas gluteus
dan

pada

tungkai

kaki

terdapat jaringan nekrotik


(warna hitam).
4.

Klien tidak mau makan.

5.

Keadaan umum lemah.

6.

Lab albumin : 2,4 gr/dl


(n : 3,5-5,5).

7.

Bibir kering

8.

Intake cairan :
a.

I
nfuse NaCl 3 % 600 CC
(20 tetes/menit).

b.

rasa Intake cairan yang kurang

ral

proten

:1

X/hari

minum gelas.
9.

Output cairan :
a.

urobag : pukul 16.00


19.00 (+/- 600CC)

02.

DS :
1.

Perubahan nutrisi Mual dan m untah.


Keluarga

mengatakan

klien kurang
(istri

klien) kebutuhan tubuh.

selama 2 hari ini hanya


menghabiskan

sendok

makan setiap porsi makan.


2.

Keluarga
mengatakan

klien
(istri)

klien

minum susu proten dan


habis +/- 125 CC.
3.

Klien mengatakan tidak


napsu

makan

karena

perutanya terasa mual dan


ingin muntah.
DO :
1.

Terapi diit nasi TKTP


ekstra telur + proten dan
tidak dihabiskan.

2.

Albumin 2,4 gr/dl

3.

Cairan infuse nacl 3%


20 tetes/menit.

4.

Bising usus 2 X/menit.

5.

Lingkar lengan : 29 cm.

6.

TTV :
a.

R
espirasi : 42X/menit

b.

T
D : 110/70mmHg

c.

dari

N : 84X/meniot
d.

S
uhu : 39oC.

7.

terdapat luka dicubitus


diatas

gluteus

dengan

panjang 10 CM, lebar 5 CM


03.

dan kedalaman 4 CM.


DS :
1.

Klien

Kerusakan

mengatakan integritas kulit.

Kerusakan mekanis dari


jaringan sekunder akibat

semua aktifitas dibantu oleh

tekanan

keluarga.

immobilisasi terlalu lama.

DO :
1.

Ulkus pada atas gluteus


dengan panjang 10 Cm,
lebar

Cm

dan

kedalamannya 4 Cm, tidak


terdapat

PUS,

keadaan

warnanya

merah,

jaringannya
granulasi.

mengalami
Tidak

terdapat

jaringan nekrotik.
2.

Ulkus dicubitus derajat


III

3.

Ulkus pada kedua tumit,


terdapat jaringan nekrotik
dengan warna hitam, tidak
terdapat PUS, keadaannya
sudah mongering.

4.

TTV :
a.

R
espirasi : 42X/menit.

b.

T
D : 110/70 mmHg

c.

karena

N : 84X/menit
d.

S
uhu : 39oC.

5.

Kekuatan otot :
3

6.

Bedrest :+/- 2 bulan

7.

Parapeglia.

8.

Fraktur

lumbal

dan

fraktur 1/3 distal radius


04.

sinistra.
DS :
1.

Gangguan bowel Penurunan

Keluarga

klien

(istri) eliminasi

BAB sekunder

peristaltik
dampak

dari

mengatakan klien selama 3 (konstipasi).

immobilisasi dan intake

hari ini belum BAB.

yang kurang.

2.

Keluarga

klien

(istri)

mengatakan klien minum


sebanyak +/- 750 CC.
DO :
1.

Cairan infuse nacl 3%


terpasang 20 tetes/menit.

2.

Bising usus 2X/menit.

3.

Intake makanan per oral


hanya 3 sendok.

4.

Klien bedrest selama +/2 bulan.

5.

Perfusi

abdoment

hypertimpani.
6.
05.

Palpasi

teraba

masa

fekal.
DS :
1.

Gangguan perfusi Keterbatasan gerak atau

Klien mengatakan tangan jaringan.


kiri

sering

merasa

immobilisasi.

kesemutan.
DO :
1.

Oedema pada ekstrimitas


atas dan bawah.

2.

Tangan

kiri

tampak

pucat.
3.

Capillary time lebih dari


2 detik.

4.

TTV :
a.

R
espirasi : 42X/menit.

b.

T
D : 140/70 mmHg

c.

D
N : 84 X/menit

d.

S
uhu : 39oC.

06.

DS :
1.

Resiko perluasan Pertahanan


Ibu

klien

klien

mengatakan infeksi

merasa

tubuhnya

lemas.
2.

Istri klien mengatakan


suhu

tubuh

klien

tidak

stabil.
DO :
1.

Terdapat orang sepsis


pada sekitar klien.

2.

Keadaan

ulkus

diatas

gluteus, lebar +/- 5 cm,


panjang 10 cm, kedalaman 4
cm.
3.

Pertahanan
menurun.

barier

menurun.

tubuh

yang

4.

Intake makanan kurang


(setiap kali makan hanya
menghabiskan

sendok

makan).
5.

TTV :
a.

R
espirasi : 42X/menit.

b.

T
D : 140/70 mmHg

c.

D
N : 84 X/menit

d.

S
uhu : 39 oC.

07.

DS :
1.

keterbatasan
Keluarga

klien aktivitas.

mengatakan (istri) bahwa


kedua kaki klien tidak bisa
digerakan (lumpuh).
DO :
1.

Keadaan umum lemah.

2.

Klien

selalu

dibantu

keluarga untuk mobilisasi


(miring kanan dan kiri )
3.

Klien

mandi

dengan

diseka oleh keluarga.


4.

TTV :
a.

R
espirasi : 42X/menit.

b.

S
uhu : 39oC.

c.

T
D : 110/70.

d.

Paraplegi.

N : 84X/menit.
5.

08.

Kekuatan otot :
3

DS :
1.

Gangguan
Keluarga

klien

(istri) image.

mengatakan klien merasa


tanggung

jawab

pada

keluarga terbengkalai.
2.

Keluarga

klien

mengatakan (istri ) klien


suka marah.
3.

Keluarga

klien

mengatkan klien suka minta


yang macam-macam.
DO :
1.

Klien

tampak

selalu

tergantung pada keluarganya


(istri dan ibu).
2.

Klien

terlihat

emosi

ketika perawat menanyakan


keadaannya (kakinya yang
lumpuh).
3.

Klien

terlihat

mudah

terbangun ketika tidur.


4.

Paraplegi.

5.

Ulkus dicubitus diatas


gluteus dan tumit.

6.

Terpasang gibs.

7.

kekuatan otot
3

body Hilangnya beberapa fungsi


tubuh.

09.

DS :
1.

Deficit perawatan Keterbatasan


Keluarga

klien

(istri) diri.

mengatakan selama MRS


klien belum pernah mandi
dan keramas.
2.

Keluarga

klien

mengatakan (istri) selama di


rumah sakit klien hanya
diseka 2X/hari.
3.

Keluarga

klien

mengatakan

(ibu)

segala

kebutuhan

klien

dibantu

perawat

dan

istrinya

(keluarganya).
DO :
1.

Keadaan umum lemah.

2.

Kulit kotor.

3.

Bau badan (+)

4.

Mulut klien terlihat kotor


dan bau.

5.

Kulit kepala kotor dan


rambut terlihat kusut.

6.

Terpasang

infuse

nacl

pada tangan kanan.


7.

Telinga terdapat serumen


dan luka karena kcelakaan.

8.

Bedrest total.

9.

Paraplegi.

10.

Bak dengan kateter.

11.

Kekuatan otot
3

sekunder
parapelgi.

fisik
terhadap

DAFTAR MASALAH
Nama pasien

: Tn. S

Umur

: 39 tahun

No. REG

: 409003

No.DX
01.

Tgl.Masuk
17 Mei 2004

Diagnosa Keperawatan
Gangguan rasa nyaman (peningkatan
suhu tubuh) berhubungan dengan
infeksi nosokomial.

Tgl.Teratasi

TT

02.

17 Mei 2004

Perubahan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual dan muntah.

03.

17 Mei 2004

Kerusakan
integritas
kulit
berhubungan
dengan
kerusakan
mekanis dari jaringan sekunder akibat
tekanan karena immobilitas yang
terlalu lama.

04.

17 Mei 2004

Gangguan bowel eliminasi BAB


(konstipasi) berhubungan dengan
penurunan
peristaltic
secunder
dampak dari immobilisasi dan intake
yang kurang.

05.

17 Mei 2004

Gangguan
perfusi
jaringan
berhubungan dengan keterbatasan
gerak atau immobilisasi.

06.

17 Mei 2004

Resiko perluasan infeksi berhubungan


dengan pertahanan tubuh yang
menurun.

07.

17 Mei 2004

Intoleransi aktifitas
dengan paraplegi.

08.

17 Mei 2004

Gangguan body image berhubungan


dengan hilangnya beberapa fungsi
tubuh.

09.

17 Mei 2004

Defist perawatan diri berhubungan


dengan immobilisasi yang lama.

berhubungan

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Nama

: Tn.S

Umur

: 39 Tahun

No. REG

: 0409003

Tgl.DX

No.DX

17 Mei

01.

2004

Diagnosa Keperawatan
Gangguan

rasa

Tujuan Dan Criteria Hasil

nyaman Tujuan :

(peningkatan suhu tubuh) Suhu


berhubungan
infeksi nosokomial.

klien

Intervensi

Rasional

1.
turun

sampai

Mo

1.

nitor TTV.

TT
V sebagai tolak ukur

dengan dengan nilai normal.

keadaan pasien

Criteria standart :

2.

DS :

Beri
kompres

hangat

2.

Pe

pada

mbuluh

darah
bi;a

akan

1.

Klien tidak mengigau

daerah hipotalamus dan

dilatasi

2.

Klien tidak mengeluh

lipatan-lipatan kulit.

kompres hangat dan

panas.

hal

ini

diberi
akan

mempercepat
DO :

penguapan

1.

Kulit teraba hangat.

2.

Adanya nafsu makan.

3.

Klien

tidak

tampak

sehingga

panas turun.
3.

Anj
urkan

klien

untuk

3.

Su
hu dalam tubuh akan

lemah.
4.

banyak minum.

meningkat dan salah

TTV :

satu

a.

adalah

Respirasi : 16-20X/m

cairan.

b.

4.

Kol

Suhu : 35,5-36,5oC.

aborasi

c.

paracetamol.

DN : 60-100 X/mnt

kekurangan

4.

pe,berian

Ke
luarga sebagai orang
terdekat bagi klien.

5.

Liba
keluarga

penuebabnya

d.

tkan

TD : 120/80 mmHg.

memberi perawatan.

5.

dalam

6.

me
mpercepat

proses

penguapan.
men

6.

ag

ganjurkan

kepada

ar keringat cepat kering

keluarga

untuk

sehingga tubuh klien

pakaian

tidak lembab dan bau

memberikan

pada kien yang mampu


menyerap keringat.

keringat.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Nama

: Tn.S

Umur

: 39 Tahun

No. REG

: 0409003

Tgl.DX

No.DX

17 Mei

02.

2004

Diagnosa Keperawatan

Tujuan Dan Criteria Hasil

Perubahan nutrisi kurang Tujuan :


dari

kebutuhan

tubuh Setelah

1.
dilakukan

berhubungan dengan mual keperawatan


dan muntah

Intervensi

kebutuhan

tindakan

nutrisi

Jelaskan pentingnya 1.
nutrisi

diharapkan

Rasional
(protein,

kabohidrat, vitamin)

e protein, karbohidrat dan


vitamin yang adekuat akan

klien

meningkatkan

terpenuhi secara adekuat.

jaringan
2.

Criteria standart :

Intak

Anjurkan
makan

sedikit

porsi
tapi 2.

granulasi

untuk

proses

penyembuhan luka.
Lam

DS :
1.

sering.

bung

yang

Keluarga

klien

akibat

mengatakan

klien

berlebihan

meregang

makanan

yang
akan

menghabiskan porsi makan

merangsang

yang disediakan.

visceral vegal dan medulla

2.

Keluarga

mengatakan

aferen

obiogata (pusat muntah).

bahwa klien minum susu


proten dan air putih +/- 750 3.
CC.

Lakukan

oral

hygine sebelum makan. 3.

DO :
1.

t yang bersih dan segar


Terapi diet NS TKTP II 4.

Dorong klien untuk

ekstra telur dan proten

memandang diit sebagai

dihabiskan.

pengobatan dan untuk 4.

2.

Lab albumin : 3,5-5,5

membuat

mg/dl.
3.

Mulu

TTV :
a.

5.

pilihan

dapat meingkatkan nafsu


makan.
Kalo
ri dan proten diperlukan

makanan atau minuman

untuk

tinggi proten dan kalori.

berat

Diskusikan

mempertahankan
badan

dan

meningkatkan

Respirasi : 16-20X/m

makanan yang disukai

b.

klien. Dorong keluarga

Suhu : 35,5-36,5oc.

terdekat

untuk 5.

penyembuhan luka.
Dapa

c.

membawa makanan dari

DN : 60-100 X/mnt

rumah yang disukai.

makanan klien dan nafsu

d.

6.

TD : 120/80 mmhg.
4.

Bising

usus

Kolaborasi dengan :

5-

15X/mnt
5.

Tidak

mual

dan

Tubuh tersa segar.

pemberian

infuse

albumin

makan.

20% 6.

(100ml).

intake

medis

untuk
behring

muntah.
6.

Tim

meningkatkan

Tim gizi

Rasi
onal :

Meningkatkan

kadar

albumin

yang

diperlukan.

Pemberian
antiematik.

Perlu

bantuan

dalam

perencanaan diit yang


memenuhi

kebutuhan

nutrisi.

Untuk menghilangkan mual

atau muntah sehingga


pemasukan
meningkat.

oral

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Nama

: Tn.S

Umur

: 39 Tahun

No. REG

: 0409003

Tgl.DX

No.DX

17 Mei

03.

2004

Diagnosa Keperawatan

Tujuan Dan Criteria Hasil

Kerusakan integritas kulit Tujuan :


yang berhubungan dengan Setelah
kerusakan

mekanis

Intervensi
1.

dilakukan

tindakan

Kaji

atau

ukuran,

Rasional
catat,

keadaan

luka

dan

kelainan

yang

ada

kedalaman

luka.

jaringan sekunder akibat terjadi kerusakan yang lebih

Perhatikan

jaringan

tekanan

nekrotik

dan

integritas

kulit

immobilitas yang terlalu terpelihara.


lama

2.

Keadaan luka membaik


{granulasi (+), PUS (-)}

2.

TTV

dalam

batas

2.

Identifikasi

derajat

perkembangan

luka

tekan (ulkus).
3.

didaerah sekitar luka.

kondisi

sekitar luka.

Criteria standart :
1.

dan

Kurangi
hilangkan

factor-faktor

a. Respirasi : 16-20X/m

yang

b. Suhu : 35,5-36,5oc.

berkembangnya

mempengaruhi
atau

Mengetahui tingkat
keparahan kepada luka.

3.
atau

normal

Mengetahui

warna,

dari keperawatan maka : Tidak

karena parah

1.

Mencegah
terjadinya luka yang
lebih luas.

c. DN : 60-100 X/mnt
d. TD : 120/80 mmhg.
3.

meluasnya ulcus.
4.

Pantau TTV

4.

menunjukan
penyembuhan

ulcus

menunjukan

menunjukan regenerasi
klien
berpartisipasi

5.

luka.

kepada

5.

untuk

Peningkatan intake
makanan

dapat

memotifasi klien agar

protein)

dalam

meningkatkan

meningkatkan

rencana pengobatan untuk


penyembuhan

Anjurkan
keluarga

meningkatkan

intake

makanan.
6.

jaringan

infeksi

pada luka.

jaringan.
5.

suhu

dan denyut nadi akan

dermal yang progresif.


4.

Peningkatan

(terutama
akan
proses

penyembuhan luka.

Anjurkan

keluarga

6.

Mobilisasi

dapat

untuk membantu klien

mengurangi

melakukan

pada daerah luka.

dengan

mobilisasi

miring

kanan

atau miring kiri setiap 2


jam sekali.

tekanan

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Nama

: Tn.S

Umur

: 39 Tahun

No. REG

: 0409003

Tgl.DX

No.DX

17 Mei

04.

2004

Diagnosa Keperawatan

Tujuan Dan Criteria Hasil

Gangguan bowel eliminasi Tujuan :


(BAB)

berhubungan

dengan

penurunan

peristaltic

secunder

1.

Intervensi
1.

Mempertahankan

pola

usus

eliminasi biasanya.
2.

Auskultasi
adanya

Rasional
bising

1.

distensi

usus,

abdoment.

adanya

intake yang kurang.

peristaltic usus.

peningkatan

keras/kering

memerlukan intervensi
lanjut

untuk

mengatasinya.

DS :

2.
Keluarga

feses

diduga konstipasi dan

Criteria standart :
1.

bising

pasase

bentuk

Klien akan menunjukan

terhadap immobilisasi dan

Penurunan

klien

Kaji ulang program

2.

obat saat ini.

beberapa

mengatakan bahwa klien


mengatakan bahwa klien

Efek

samping
obat

dapat

menimbulkan masalah.
3.

Anjurkan

klien

sudah BAB teratur setiap

menghabiskan

porsi

hari.

makannya dan menaikan

3.

Mencegah distensi
abdoment.

2.

Kelurga

mengatakan

intake

bahwa klien menghabiskan


minum sebanyak +/- 2

4.

DO :
Bising

usus

(+/-

lt/hari).

lt/hari.
1.

cairan

Bantu

klien

4.

mobilisasi pasif ditempat

dapat

tidur.

peristaltic,

5-

Klien

merangsang

kembalinya
menghabiskan

makanannya

setiap

kali

aktivitas

usus normal.
5.

porsi makan.
3.

aktifitas

meningkatkan

15X/mnt.
2.

Dengan

Klien dapat melakukan


mobilitas.

Anjurkan dan dorong

5.

klien untuk makan buah-

mengandung serat dan

buahan

dapat

(missal

dan

papaya).
6.

Buah-buahan

Berikan privasi pada

memper

baiki

konsistensi feses.
6.

Memberikan

saat klien diatas pispot

kenyamanan psikologis

(eliminasi).

yang dibutuhkan saat


eliminasi.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Nama

: Tn.S

Umur

: 39 Tahun

No. REG

: 0409003

Tgl.DX

No.DX

17 Mei

05.

2004

Diagnosa Keperawatan

Tujuan Dan Criteria Hasil

Gangguan perfusi jaringan Tujuan :


berhubungan
keterbatasan
immobilisasi.

1.

dengan Setelah
gerak

dilakukan

atau keperawatan
klien

Intervensi

tindakan

vital,

Rasional

Awasi

tanda

palpasi

nadi

maka

kondisi

perifer,

menunjukan

perfusi

kekuatan dan persamaan.

jaringan

yang

adekuat

dibuktikan

dengan

adanya

2.

dan

suhu

oedema dan TTV yang dalam

daerah

batas normal.

immobilisasi.

Indicator
umum status sirkulasi

perhatikan
Kaji

kulit

1.
dan

keadekuatan

perfusi.

warna
pada
yang

2.

Prubahan
warna

kulit

danperubahan

suhu

mengindikasikan
Criteria hasil :

adanya

DS :

sirkulasi

1.

Klien
sudah

mengatakan
tidak

kesemutan

gangguan

mengakibatkan
3.

Pantau cairan

nekrosis jaringan.

yang

lagi.

pemberian

DO :
1.

secara

iv

3.

sesuai degan indikasi.

nkan volume sirkulasi

Oedema pada daerah


ekstrimitas

berkurang

untuk memaksimalkan
4.

Awasi

perfusi jaringan.

sampai keadaan kembali

pemeriksaan lab, contoh

normal.

hb, leukosit.

2.

Ekstrimitas

4.

menggangu
5.

CRT kembali kurang

Anjurkan
5.

kulit klien yang oedema.

Respirasi:

Dengan
memberikan

TTV :
a.

perfusi

jaringan.

pemeberian lotion pada

dari 2 detik.
4.

atau

dehedrasi yang dapat

terutama tangan kiri klien


3.

Indicator
hipovolemia

klien,

tidak pucat.

Mempertaha

lotion

maka kelembaban kulit


16-20

X/

6.

Bantu

klien

menit.

untuk melakukan rom

b.

Suhu : 35,5-36,5oc.

ditempat tidur.

c.

DN : 60-100 X/mnt

d.

TD : 120/80 mmhg.

akan terjaga.
6.

Meningkatka
n

sirkulasi

adekuat.

yang

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Nama

: Tn.S

Umur

: 39 Tahun

No. REG

: 0409003

Tgl.DX

No.DX

17 Mei

06.

2004

Diagnosa Keperawatan

Tujuan Dan Criteria Hasil

Resiko perluasan infeksi Tujuan :


berhubungan
pertahanan

dengan
tubuh

1.

yang

1.

Setelah

dilakukan

tindakan

menurun

maka

Intervensi
bagian

perhatikan

keperawatan
tidak

Kaji

Rasional
luka,

1.

keluhan

terjadinya

kenaikan nyeri atau rasa

terjadi

terbakar,

perluasan infeksi.

dapat mengindikasi
perluasan

infeksi.

oedem,

eritema, atau bau busuk.


2.

Pantau suhu tubuh

2.

dapat mengindikasi

Criteria standart :

secara teratur , catat

perkembangan

DS :

adanya

yang

1.

Keluarga

klien

menggigil

mengatakan kondisi klien


lebih segar.
2.

Keluarga

mengatakan bahwa suhu

dan

Berikan

selamjutnya

memerlukan

diaphoresis.
3.

klien

demam,

sepsis
tindakan

segera.
kompres

3.

kompres

hangat

hangat pada saat terjadi

memperluas

pori-pori

peningkatan suhu.

dan

mepercepat

tubuh klien sudah stabil.


DO :
1.

penguapan.
4.

TTV :

Motifasi

klien

menghabiskan

a. Respirasi

16-20

4.

porsi

adekuat meningkatkan

makannya.

daya tahan tubuh dan

X/menit.

mempercepat

b. Suhu : 35,5-36,5oc.
c. DN : 60-100 X/mnt

5.

tahan

3.

Klien

menghabiskan

teknik

dan
saat

5.

antiseptic

mencegah

infeksi

dan kontaminasi silang.

melakukan

perawatan.
6.

makanannya setiap porsi


makan.

pada

tubuh

meningkat.

Lakukan
aseptic

Pertahanan barier atau


daya

proses

penyembuhan luka.

d. TD : 120/80 mmhg.
2.

asupan nutrisi yang

Kolaborasi

6.

peningkatan jumlah
leukosit

pemeriksaan

mengindikasikan

laboratorium (leukosit).

adanya infeksi.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Nama

: Tn.S

Umur

: 39 Tahun

No. REG

: 0409003

Tgl.DX

No.DX

17 Mei

07.

2004

Diagnosa Keperawatan

Tujuan Dan Criteria Hasil

keterbatasan aktivitas yang Tujuan :


berhubungan
paraplegi.

dengan Setelah

Intervensi
1.

dilakukan

keperawatan
dibantu

intevensi

Rasional

Kaji gangguan fungsi

1.

motorik.

Mengetahui
kekuatan

otot

klien

dengan

koordinasi tubuh yang

keluarga

dapat

memungkinkan untuk

beraktifitas miring kanan dan


kiri dan melatih ROM kedua

dapat beraktivitas.
2.

tangan.

Bantu

klien

untuk

2.

sedikit mobilasi.

Aktifitas

dan

perubahan

posisi

diyakini

dapat

Criteria hasil :

memperlancar

DS :

peredaran

1.

dan

Klien

megatakan

mampu

menggerak-

gerakan tangannya.

darah

ke

ekstrimitas bawah.
3.

Anjurkan

keluarga

untuk membantu klien

3.

Meminimalkan
tekanan

pada

area

DO :
1.

Klien

dapat

mempertahankan
Klien
peningkatan

tertentu agar kerusakan

tiap 2 jam sekali.

jaringan tidak semakin

TTV

dalam batas yang normal.


2.

miring kanan atau kiri

parah.
4.

mengalami

Awasi ttv dan respon

4.

klien terhadap aktivitas.

altifitas

(dfibantu keluarga).

Menyebutkan
parometer

yang

membantu

dalam

respon

fisiologis

terhadap

stress

aktifitas.
5.

Anjurkan

kepada

5.

Kemajuan aktivitas

klien untuk beraktivitas

secara bertahap dapat

sesuai dengan toleransi

mencegah peningkatan

dengan

kerja

keluarga.

dibantu

jantung

tiba-tiba.

yang

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Nama

: Tn.S

Umur

: 39 Tahun

No. REG

: 0409003

Tgl.DX

No.DX

17 Mei

08.

2004

Diagnosa Keperawatan
Gangguan

Body

Tujuan Dan Criteria Hasil

Image Tujuan :

yang berhubungan dengan Setelah

Intervensi
1.

Dijadikan indicator

hilangnya beberapa fungsi keperawatan maka kepercayaan

klien sehingga sehingga

membutuhkan tindakan

tubuh.

diri klien perlahan-lahan akan

merasa

tidak

untuk mencegah atau

meningkat.

tanpa

harapan

Criteria hasil :

kehilangan control atas

DS :

kehidupan.

menerima

mengatakan

yang

1.

ketidak mampuan yang

Klien

tindakan

Tinjau ulang keadaan


mempengaruhi

1.

dilakukan

Rasional

2.

keadaannya

sekarang.
2.

berdaya
atau

Bina hubungan saling

mengatasi.

2.

tubuh pada diri.

klien

percaya perawat dank

bebas mengungkapkan

lien.

perasaaan yang tidak

Klien mulai menyadari


dampak kehilangan fungsi

Mendorong

berdaya.
3.

Dorong klien untuk


m,engungkapkan

3.

Membantu
mengembangkan

klioen

DO :
1.

2.

perasaannya,
Klien

mulai

cara
sesuatu,

perubahan yang terjadi.

memandang dirinya.

Klien

mulai

belajar

4.

3.

Tidak emosi.

4.

Tidur

sudah

Kaji

koping

merasakan

menyesuaikan diri dengan

memahami peran barunya.

berpikir
perilaku

memperbaiki

atau
dan

dan
tingkat

ketidak mampuan.
4.

tanda emosi klien.

Mengetahui
mekanisme

koping

yang digunakan.
mulai

5.

nyenyak.
5.

ia

terutama

Menunjukan

Dorong klien untuk


bertanya

tentang

masalah

kesehatan,

kemampuan memecahkan

pengobatan

masalah.

kemungkinan hasilnya.
6.

perubahan

Meningkatkan
pengetahuan klien.

dan

Bersikap sabar dan


empati

5.

6.

Menunjukan adanya

terhadap

dorongan orang lain

pengalaman

terhadap klien dalam

emosi klien

membentuk
mekanisme

koping

yang pasif.
7.

Sediakan lingkungan
yang kondusif dan tidak

7.

Menurunkan
ansietas

dan

menstimulasi.

menyediakan

control

bagi klien selama krisis


8.

Memberikan

situasi.

reinforcement pada klien


dan

keluarga

melakukan

8.

bila

Meningkatkan harga
diri klien.

tindakan

keperawatan.
9.

Memberikan support
system kepada keluarga.

9.

Meningkatkan
mekanisme
yang pasif.

koping

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Nama

: Tn.S

Umur

: 39 Tahun

No. REG

: 0409003

Tgl.DX

No.DX

17 Mei

09.

2004

Diagnosa Keperawatan

Tujuan Dan Criteria Hasil

Deficit perawatan diri yang Tujuan :


berhubungan

Intervensi
1.

dengan Setelah dilakukan intervensi

terhadap paraplegi.

dibantu

keluargan

memenuhi

Jelaskan pentingnya
personal

keterbatasan fisik sekunder keperawatan diharapkan klien

Rasional

hygine

1.

bagi

Informasi

yang

diberikan

kesehatan klien.

dapat

memotifasi klien dan

dapat

keluarga

kebutuhan

untuk

menjaaga

perawatan diri.

kebersihannya.
2.

Anjurkan

keluarga

2.

Membersihkan

Criteria hasil :

untuk mermbantu klien

daerah

DS :

melakukan oral hygine.

mengurangi bau.

1.

Klien

megatakan

keadaannya lebih segar.

3.

Anjurkan
untuk

keluarga

3.

mulut

dan

Meningkatkan

membersihkan

kebersihan diri klien

telinga klien, menyeka

agar tubuhnya bersih

klien

sehingga

2x/hari

dan

mencegah

DO :
1.

menyisir reambut.
Kulit bersih, bau badan

tidak ada.
2.

Mulut bersih dan tidak


Telinga

tidak

ada

serument.
4.

Klien
kebersihan

menunjukan
optimal

sesudah perawatan dengan


dibantu dengan keluarga.

kuman

yang

berasal dari tubuhnya.


4.

berbau.
3.

infeksi

Dorong

klien

4.

Memperhatikan dan

menggunakan area yang

mempergunakan

lumpuh dalam tindakan

yang

perawatn diri.

penurnan fungsi.

area

mengalami

CATATAN KEPERAWATAN
Nama

: Tn.S

Umur

: 39 Tahun

No.REG

: 409003

No.

Tanggal

01.

18 Mei
2004

No.
DX
I

Tindakan

TT

1.

Monitor TTV

2.

Memberi kompres hangat pada daerah


hipotalamus dan lipatan-lipatan kulit.

3.

Menganjurkan klien untuk banyak minum.

4.

Menganjurkan keluarga untuk memotifasi


klien mau banyak inum dan mengompres
hangat.

02.

18 Mei

5.
1.

Berkolaborasi pemberian paracetamol.


Membuat jadwal masukan intake tiap jam.

2004

2.

Menganjurkan klien untuk menghabiskan


porsi makanan.

3.

Auskultasi bising usus.

4.

Mengukur lingkar lengan.

5.

Menganjurkan

klien

untuk

menjaga

kebersihan gigi dan mulut.


6.
03.

18 Mei

Memberi pengetahuan kepada klien tentang

manfaat nutrisi bagi kesembuhan luka.


1.
Mengidentifikasi derajat perkembanga luka

2004

tekan.
2.

Menganjurkan

klien

untuk

mobilisasi

(miring kanan dan miring kiri).


3.

Memonitor ttv.

4.

Menganjurkan klien untuk menghabiskan


porsi makanan.

5.

Memotifasi keluarga untuk mendorong klien


agar mau makan.

6.

Menganjurkan

keluarga

klien

untuk

membantu mobilisasi setiap 2 jam sekali di


tempat tidur.
04.

18 Mei

7.
1.

Mengakaji keadaan kulit disekitar luka.


Memonitor bising usus.

2004

2.

Menganjurkan klien untuk menghabiskan


porsi makan dan banyak minum.

3.

Membantu klien untuk mobilisasi.

4.

Memberi masukan cairan 8 10 gelas


perhari.

05.

18 Mei

5.
Menganjurkan klien untuk makan nutrisi.
1. Mengawasi tanda vital, palpasi nadi perifer,

2004

perhatikan kekuatan dan persamaan.


2. Mengkaji warna kulit dan suhu pada daerah
yang immobilisasi.
3. Memantau cairan pemberian secara iv sesuai
degan indikasi.
4. Mengawasi

pemeriksaan

lab,

contoh

hb,

leukosit.
5. Menganjurkan pemeberian lotion pada kulit
klien yang oedema.
6. Membantu
06.

18 Mei

1.

2004

klien

untuk

melakukan

rom

ditempat tidur.
Mengkaji keadaan kulit disekitar luka dan
memperhatikan respon klien.

2.

Monitor ttv secara teratur.

3.

Memberikan kompres hangat jika perlu


(terjadi peningkatan suhu).

4.

Motifasi klien untuk menghabiskan porsi


makan.

5.
07.

18 Mei

1.

2004

2.

Melakukan aseptic dan antiseptic pada saat


melakukan tindakan keperawatan.
Mengkaji gangguan fungsi motorik.
Membantu klien untuk mobilisasi miring
kanan dan miring kiri.

3.

Mengubah posisi klien tiap 2 jam.

4.

Monitor ttv.

5.

Meningkatkan aktivitas sesuai toleransi.

6.
08.

18 Mei
2004

Membantu melakukan gerak pasif.


1. Membina hubungan saling percaya.
2. Mendorong klien untuk mengungkapkan
perasaannya.
3. Mengkaji perilaku dan tanda emosi klien.
4. Mendorong

klien

untuk

menanyakan

tentang masalah kesehatannya.


5. Menyediakan lingkungan yang kondusif
09.

18 Mei
2004

1.

bagi klien
Menjelaskan pentingnya kebersihan diri.

2.

Mengajarkan klien untuk membantu klien


dalam oral hygine.

3.

Menganjurkan keluarga untuk mnyeka klien


2 x sehari.

EVALUASI
Nama Klien

: Tn.S

Umur

: 39 tahun

No. REG

: 409003

No.
DX
01.

DX. Tanggal 18 Mei 2004

DX. Tanggal 19 Mei 2004

S : Klien mengeluh panas

S : Klien masih mengeluh panas.

O:

O:

1.

Ulkus
terdapat

diatas
pus,

gluteus
warna

tidak

1.

merah,

Ulkus

pada

kedua

tumit

TTV :

gluteus

PUS (-), terjadi granulasi, warna


merah. panjang luka 10 cm, lebar

terdapat jaringan nekrotik, pus (-).


3.

diatas

perkembangannya semakin baik

jaringan mengalami granulasi.


2.

Ulkus

5 cm, dan kedalaman 4 cm.


2.

Dn : 86 x/menit

Ulkus

pada

kedua

tumit

terdapat jaringan nekrotik.


3.

Td : 110/90 mmhg

TTV :

Suhu : 38,4oc

Dn : 84 x/menit

Respirasi : 40 x/menit.

Td : 120/80 mmhg

A : Masalah teratasi sebagian.

Suhu : 38oc

P : Lanjutkan intervensi.

Respirasi : 24 x/menit.
A : Masalah teratasi sebagian.

02.

P : Lanjutkan intervensi.
S:

S:
1.

Klien mengatakan merasa mual

1.

dan muntah.
2.

Keluarga

klien

mengatakan

putih +/- 1500 cc dari pagi sampai


sore.

mualnya

2.

Klien mengatakan minumnya


sudah lebih banyak.

3.

Klien

mengatakan

kalau

protennya dihabiskan dan porsi

Keluarga
bahwa

mengatakan

mulai berkurang.

bahwa klien sudah minum air

3.

Klien

klien

klien

mengatakan
sudah

mau

menghabiskan porsi makan dan


porsi proten.

makan tinggal sedikit (habis lebih


dari porsi).

O:
1.

O:
Klien terpasang infuse nacl 20

1.

tetes/menit.
2.

20 tetes/menit.

Klien terpasang infuse albumin


pada pukul 19:00.

3.

Masih terpasang infuse nacl

Ttv :

2.

Bising usus 5 x/menit.

3.

Produksi urine 900cc

4.

Ttv dalam batas normal.

Td : 110/90 mmhg

Dn : 84 x/menit

Dn : 86 x/menit.

Td : 120/80 mmhg

Suhu : 38,4 oc.

Suhu : 38oc

Respirasi : 40 x/menit.

Respirasi : 24 x/menit.

4.

Bising usus 5 x/menit.

5.

Diit ns tktp ii + ekstra telur + A : Masalah teratasi sebagian.


proten.

6.

P : Lanjutkan intervensi.

Produksi urine 800 cc.

A : Masalah belum teratasi.


03.

P : Lanjutkan intervensi.
S:

S:

O:

O:

1.

Ulkus
terdapat

diatas
pus,

gluteus
warna

tidak

1.

merah,

Ulkus

pada

kedua

3.

merah.
2.

TTV :

Ulkus pada kedua tumit tidak


ada granulasi.

Td : 110/90 mmhg

3.

Dn : 86 x/menit.

Dn : 84 x/menit

Suhu : 38,4 oc.

Td : 120/80 mmhg

Respirasi : 40 x/menit.

Suhu : 38oc

P : Lanjutkan intervensi.
S:
1.

Keluarga

klien

TTV :

Respirasi : 24 x/menit

A : Masalah teratasi sebagian.


04.

gluteus

pus (-), terjadi granulasi, warna

tumit

terdapat jaringan nekrotik, pus (-).

diatas

perkembangannya semakin baik

jaringan mengalami granulasi.


2.

Ulkus

S:mengatakan O : -

klien sudah bab pada gagi dan A : -

sore hari.
2.

P :-

Keluarga
bahwa

klien

mengatakan

konsistansinya

lunak,

warna kuning.
O:
1.

Bising usus 5x/menit.

2.

Tidak teraba fese pada bagian


perut.

A : Masalah teratasi.
05.

P : Hentikan intervensi.
S:
1.

Klien

S:

mengatakan

masih

1.

merasa kesemutan pada tangan


kiri.

pada tangan kiri.


O:

O:

1.

1.

2.

TTV :

TTV :
a.

Dn : 84 x/menit

b.

Td

a.

Td : 110/90 mmhg

b.

Dn : 86 x/menit.

120/80

c.

Suhu : 38,4 oc.

c.

Suhu : 38oc

d.

Respirasi : 40 x/menit.

d.

Respirasi : 24

mmhg

Tangan kiri tampak pucat dan


dingin.

x/menit
2.

Tangan kiri tampak pucat.

3.

CRT lebih dari 2 detik.

3.

CRT lebih dari 2 detik.

4.

Oedem pada ekstrimitas bawah

4.

Oedem pada ekstrimitas bawah

dan atas.

06.

Klien masih merasa kesemutan

dan atas.

A : Masalah tidak teratasi.

A : Masalah tidak teratasi.

P : Lanjutkan intervensi
S:

P : Lanjutkan intervensi.
S:

1.

Klien

mengatakan

rasa

1.

panasnya sudah berkurang.


2.

Klien

mengatkan

mengatakan

keadaan tubuhnya membaik.

tubuhnya O :

sudah membaik.

1.

O:
1.

Klien

Keadaan ulkus diatas


gluteus sudah baik.

Keadaan ulkus sudah membaik

2.

Ulkus tumit mengalami

(PUS (-), warna merah, jaringan

Gea

granulasi).

nekrotik.

2.

Ulkus tumit terdapat jaringan

3.

nekrotik.
3.

Intake minuman : 1500 CC.

4.

TTV :
a.

atau

terdapat

jaringan

TTV :
a.

Dn : 84 x/menit

b.

Td

120/80

mmhg
Td

110/90

mmhg

c.

Suhu : 38oc

d.

Respirasi : 24

b.

Dn : 86 x/menit.

x/menit

c.

Suhu : 38,4 oc.

d.

Respirasi : 40 P : Lanjutkan intervensi.

A : Masalah teratasi sebagian.

x/menit.
A : Masalah teratasi sebagian.
P:
1.

Lanjutkan intervensi.

2.

kolaborasi

pemeriksaan

laboratorium (Leukosit + DL).


07.

S:
1.

S:
Klien mengatakan sudah bisa

Klien mengatakan sudah lebih

miring kanan dan kiri dengan

banyak mobilisasi dengan dibantu

dibantu keluarganya.

keluarga.

O:
1.

1.

O:
TTV :
a. Td : 110/90 mmhg

1.

Ku cukup.

2.

TTV :

b. Dn : 86 x/menit.

a.

Dn : 84 x/menit

c. Suhu : 38,4 oc.

b.

Td : 120/80 mmhg

d. Respirasi : 40 x/menit.

c.

Suhu : 38oc

d.

Respirasi : 24 x/menit

2.

Paraplegi

3.

Terpasang gibs ditangan kiri.

3.

Paraplegi.

4.

Infuse RL di tangan kanan

4.

Terpasang gibs ditangan kiri.

5.

Ulkus dikubitus digluteus dan

5.

Infuse RL 20 tetes/menit

6.

Terpasang kateter.

7.

Kekuatan otot :

kedua tumit.
6.

Kekuatan otot
3

08.

A : Masalah belum teratasi.

A : Masalah belum teratasi.

P : Lanjutkan internvensi
S:

P : Lanjutkan intervensi 2, 3, 4, 5.
S:

1.

2.

Keluarga

mengatakan

klien

1.

Klien mengatakan seandainya

selalu tergantung pada keluarga

bisa duduk ingin bercanda dengan

(istri).

perawat dan istri.

Klien

tampak

agak

marah O :

(uring-uringan).
O:

1.

Keadan Umum cukup.

2.

Paraplegi.

3.

Kekuatan otot

1.

Paraplegi.

2.

Terpasang gibs ditangan kiri.

3.

Ulkus dicubitus diatas gluteus

dan kedua tumit.


4.

Kekuatan otot.
3

A: Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan intervensi : 3, 4, 5, 7.

A : Masalah belum teratasi.


09.

P : Lanjutkan intervensi : 3, 4, 5, 7.
S:
1.

Keluarga mengatakan sudah

S:
1.

menyeka klien dan gosok gigi.

Klien

mengatakan

pernah mandi dan keramas selama

O:

di rumah sakit.

1.

Kulit Bersih.

O:

2.

Rambut kotor.

1.

Keadaan umum cukup.

3.

Telinga bersih dan tidak ada

2.

rambut kotor dan berbau.

3.

Gigi dan mulut bersih.

darah yang mongering.

belum

4.

Mulut dan gigi bersih.

4.

Bau badan (-).

5.

Bau badan (-).

5.

Kulit bersih.

A : Masalah teratasi sebagian.

6.

Luka terawatt.

P : Lanjutkan intervensi : 2, 3, 4.

A : Masalah teratasi sebagian.


P : Intervensi 2, 3, 4 diteruskan

BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan keperawatan pada Tn. S dengan gangguan sistem
integumen ulkus dekubitus di ruang 14 RSUD Syaiful Anwar Malang pada tanggal
17-19 Mei 2004. Penulis menemukan beberapa kesenjangan antara tinjauan teori
dengan kasus nyata. Adapun kesenjangan tersebut antara lain :
A. PENGKAJIAN
1.

Pada tinjauan teori seharusnya keluhan utama klien adanya nyeri pada
lokasi ulkus tetapi pada klien tidak ditemukan adanya nyeri disebabkan karena
paraplegi.

2.

Pada tinjauan teori lokasi ulkus jika klien hanya dalam posisi terlentang
terletak pada daerah belakang kepala, tulang belikat, daerah pantat dan tumit.
Jika posisi miring yaitu daerah pinggir kepala , bahu, siku, daerah pangkal
paha, dan kulit pergelangan kakiserta bagian atas jari-jari kaki. Jika klien pada
posisi tengkurap maka daerah yang bersiko terjadi ulkus adalah dahi, lengan
atas, tulang iga, dan lutu. Pada kasus lokasi ulkus yaitu pada daerah atas
gluteus, atas tumit, paha samping kiri.

3.

Pada kasus Tn. S mengalami konstipasi yang disebabkan karena


penurunan peristaltik usus akibat immobilisasi yang lama, sedangkan pada
teori tidak mengalami konstipasi.

4.

Untuk data penunjang pada tinjauan kasus hanya terdapat analisa


elektrolit Na, K, Cl serta proten darah. Sedangkan menurut teori seharusnya
dilakukan pemeriksaan darah lengkap, biopsi luka, kultur swab, dan
pembuatan foto klinis.

5.

Untuk pemeriksaan TTV menurut teori seharusnya dalam keadaaan


normal (Tekanan darah : 120/80 mmHg ; Denyut nadi : 60-100 x/menit ;
Respiratory Rate : 16-20 x/ menit ; suhu : 36,5 C-37,5 C). sedangkan pad
kasus terjadi keabnormalan pada suhu dan RR yaitu unutk kompensasi
terhadap peningkatan suhu.

B. DIAGNOSA
Dari beberapa diagnosa yang terdapat pada tinjauan teori ( Lynda Juall C. 1999)
tidak semuanya muncul pada klien Tn. S. Hal ini dikarenakan diagnosa
keperawatan merupakan pernyataan dari respon klien yang ada saat pengkajian.
Berikut ini adalah diagnosa yang tidak muncul pada tinjauan kasus :
1.

Nyeri b/d trauma kulit, infeksi dan perawatan luka.


Diagnosa ini tidak diangkat karena klien mengalami paraplegi sehingga tidak
merasakan nyeri pada daerah gluteus sampai ekstrimitas bawah.

2.

Resiko terhadap infeksi b/d pemajanan ulkus decubitus terhadap feces


atau drainase urine.
Diagnosa ini tidak diangkat karena masalah klien aktual yaitu sudah terjadi
infeksi karena adanya peningkatan suhu tubuh. Dalam kasus yang diangkat
yaitu diagnosa resiko perluasan infeksi b/d penurunan pertahanan tubuh.

3.

Perubahan perfusi jaringan b/d perubahan volume cairan dalam jangka


waktu yang lama.
Diagnosis ini tidak muncul karena masalah klien telah menjadi aktual
dibuktikan dengan adanya oedem pada ekstrimitas atas dan bawah, klien
merasa kesemutan pada tangan kiri yang terpasang gyps, disertai Capilarry
Revill Time lebih dari 2 detik.

4.

Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksi sekunder


terhadap ketidak cukupan masukan oral.
Diagnosa ini tidak muncul karena klien mempunyai nafsu makan tapi karena
keadaan lingkungan yang tidak nyaman (bau tidak sedap).
5. Koping individu tak efektif b/d luka kronik dan perubahan doby image.
Diagnosa ini tidak muncul karena klien berusaha menerima keadaan dirinya
sekarang tapi klien masih menyesuaikan diri.

6.

Resiko terhadap ketidak efektifan penatalaksanaan program terapeutik b/d


ketidakcukupan pengetahuan tentanng etiologi, pencegahan, tindakan
perawatan di rumah.

Diagnosa ini tidak muncul karena klien mematuhi dan mengetahui segala
tindakan keperawatan yang diberikan.
Diagnosa Tambahan Yang Muncul Pada Klien Adalah Sebagai Berikut :
1.

Gangguan rasa nyaman (peningkatan suhu tubuh) b/d infeksi nosokomial.

Diagnosa ini muncul karena suhu tubuh klien yang meningkat disebabkan
keadaan lingkungan sekitar yang sepsis serta proses peradangan luka ulkus atas
gluteus.
2.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah.

Diagnosa ini muncul karena intake makanan klien hanya 3 sendok makan tiap
porsi makan, menghabiskan susu proten 125 cc, adanya perasaan mual dan
muntah jika mau makan.
3.

Gangguan bowel eliminasi b/d penurunan peristaltik sekunder terhadap


immobilisasi.

Diagnosa ini muncul karena klien mengalami bedrest yang lam sehingga
peristaltik usus menurun yang menyebabkan aktivitas pada saat pencernaan
berkurang sehingga proses defikasi tidak lancar ditunjang oleh intake cairan
kurang lebih 750 cc / hari. Pemeriksaan abdomen bising usus 2 x / menit dan pada
palpasi teraba massa fekal.
4.

Resiko perluasan infeksi b/d pertahanan tubuh yang menurun.

Diagnosa ini muncul karena intake makanan yang kurang, kondisi klien yang
lemah, adanya luka ulkus diatas gluteus.
5.

Defisit perawatan diri b/d keterbatasn fisik sekunder terhadap paraplegi.

Diagnosa ini muncul karena KU klien lemah, paraplegi, pemasangan gyps pada
tangan kiri, pemasangan infus pada tangan kanan, serta kateter, sehingga
membuat klien tergantung pada orang lain baik keluaraga maupun perawat karena
tidak bisa melakukan aktivitas mandiri sperti mandi, BAB.
C. INTERVENSI
Perencanaan pada kasus nyata pada dasarnya mengacu pada tinjauan
keperawatan. Namun pada beberapa diagnosa ada beberapa perubahan dan

pengurangan intervensi karena disesuaikan dengan kondisi dan respon yang


muncul dari klien.
D. IMPLEMENTASI
Pada pelaksanaan yang dilakukan tidak semua tindakan yang direncanakan dapat
dilakukan oleh perawat. Hal ini karenakan keterbatasan waktu dan fasilitas
ruangan yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan semua tindakan yang
direncanakan.
E. EVALUASI
Pada tahap evaluasi dilakukan penilaian keberhasilan asuhan keperawatan yang
mengacu pada kriteria standart. Pada teori setelah dilakukan tindakan
keperawatan kemungkinan masalah teratasi, teratasi sebagian, masalah belum
teratasi dan muncul masalah baru.
Pada kasus nyata, menurut prioritas diagnosa keperawatan masalah yang dapat
teratasi adalah : gangguan bowel eliminasi b/d penurunan peristaltik usus.
Sedangkan diagnosa yang lain teratasi sebagian. Dan masalah yang belum
teratasi tidak ada.

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN :
Setelah dilakukan studi kasus pada Tn. S dengan gangguan sistem
integumen (ulkus dekubitus) di R. 14 RSUD Syaiful Anwar Malang mulai tanggal
17-19 Mei 2004, dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya :
1 Pada pengkajian klien dengan ulkus dekubitus, kita harus cermat dalam
pengumpulan data yaitu dengan mengetahui keluhan utama yang normal,
riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang, pemeriksaan fisik dan pola
kehidupan sehari-hari klien.
2 Diagnosa yang muncul ditentukan dari kondisi klien dan patofisiologi
penyakit klien.
3 Untuk menentukan prioritas diperlukan pengetahuan perawat mengenai
kondisi klien yang adadilapangan, dengan mendahulukan kebutuhan/ keadaan
yang

mendesak

untuk

diselesaikan/

diatasi

yang

mungkin

dapat

membahayakan klien.
4 Pada rencana tindakan tidak semua diterpkan dalam implemntasi secara ideal,
tetapi dissuaikan dengan situasi kondisi dan fasilitas ruangan.
5 Evaluasi secara umum terhadap klien setelah dilakukan tindakan keperawatan
masalah teratasi dan masalah teratasi sebagian. Hal ini terjadi karena
keterbatasan dalam waktu.
6 Keberhasilan tujuan dapat dicapai dalam asuhan keperawatan yang diberikan
pada Tn. S jika melibatkan peran klien, keluarga dan tim kesehatan lain.
B. SARAN :
1. Perawat

hendaknya

melibatkan

keluarga

dalam

melakukan

asuhan

keperawatan.
2. Agar tidak terjadi komplikasi yang berkelanjutan maka perawat hendaknya
harus mampu untuk meningkatkan pengetahuan klien.

3. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan agar dapat dilakukan dengan baik,


maka selain disesuaikan dengan situasi, kondisi, juga perlu kerja sama
secepatnya dengan tim kesehatan lain.

Anda mungkin juga menyukai