Ulkus dekubitus adalah salah satu bentuk luka yang mungkin terjadi pada klien
terutama yang mengalami imobilisasi. Ulkus dekubitus adalah cedera lokal terhadap kulit
dan/atau jaringan di bawahnya, umumnya pada tonjolan tulang, akibat tekanan atau
kombinasi tekanan dengan friksi atau penggeseran (Black, 2014). Ulkus dekubitus adalah
suatu daerah jaringan yang mati yang disebabkan karena kurangnya aliran darah di daerah
yang bersangkutan (Wolf. Weitzel & Fuerst, 2000).
Proses terjadinya ulkus dekubitus yaitu berawal dari adanya tekanan pada jaringan
lunak antara tonjolan tulang dan permukaan eksternal (kasur, kursi) menekan kapiler dan
menghambat aliran darah. Jika tekanan dilepaskan, periode singkat dilatasi kapiler
kembali (hiperemia reaktif) terjadi, dan tidak terjadi kerusakan jaringan. Jika tekanan
tidak dilepaskan, mikrothrombi terbentuk pada kapiler dan mengoklusi penuh aliran
darah. Pada awalnya dapat terbentuk bula. Jika bula pecah, timbul luka terbuka. Luka
terbuka lebih cepat dikolonisasi oleh bakteri permukaan. Bakteri ini dapat berproliferasi
dan menyebabkan timbulnya biofilm. Selama periode tekanan yang intens, otot menjadi
iskemik, menyebabkan nekrosis pada otot yang cedera. Kebocoran darah yang lama
menyebabkan kulit di atasnya menjadi ungu. Jaringan nekrotik berkembang menjadi
eskar (Black, 2014).
Pertambahan usia
Proses penuaan membawa beberapa perubahan pada kulit dan struktur
penyongkong kulit sehingga membuat lansia lebih rentan terhadap kerusakan integritas
kulit. Perubahan tersebut diantaranya (Kozier, 2010):
- Penipisan epidermis secara umum
- Penurunan massa tubuh tanpa lemak
- Peningkatan kekeringan pada kulit akibat penurunan jumlah produksi minyak oleh
kelenjar sebasea
- Penurunan persepsi nyeri
Adanya penyakit kronik
Penyakit kronik tertentu seperti kardiovaskuler meningkatkan faktor resiko ulkus
dekubitus. Kondisi ini mengganggu penghantaran oksigen ke jaringan dan kemudian
menyebabkan proses penyembuhan yang terlambat sehingga meningkatkan resiko ulkus
dekubitus (Kozier, 2010).
Faktor lain
Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan ulkus dekubitus adalah posisi
yang tidak tepat dan permukaan penopang yang keras (Kozier, 2010).
Terdapat beberapa area tubuh yang berisiko tinggi terhadap dekubitus (Morison, 2003):
National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP) telah menyatakan sistem
klasifikasi ulkus dekubitus dibagi menjadi empat tahap. Tahapan ini terdiri atas (Potter &
Perry, 2009):
Tahap 1: Kulit utuh, tidak ada kemerahan pada area yang terlokalisasi, biasanya di atas
permukaan kulit. Kulit dengan pigmentasi yang gelap mungkin tidak memiliki pucat
yang dapat dilihat; warnanya dapat berbeda dari area di sekitarnya.
Tahap 2: Kehilangan kulit sebagian, meliputi epidermis, dermis, atau keduanya. Ulkus ini
superfisial dan tampak secara klinis sebagai abrasi, melepuh, atau membentuk
kawah yang dalam.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ulkus dekubitus adalah cedera lokal
terhadap kulit dan/atau jaringan di bawahnya, umumnya pada tonjolan tulang, akibat tekanan
atau kombinasi tekanan dengan friksi atau penggeseran (Black, 2014). Umumnya, luka
dekubitus adalah suatu masalah bagi populasi pasien dirawat di rumah sakit atau rumah
perawatan lainnya.
Daftar Pustaka
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen klinis untuk
hasil yang diharapkan. Singapore: Elsevier.
Kozier, B., Erb., Berman, A.J., and Snyder. 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Morison, Moya. (2003). Manajemen Luka. Diterjemahkan oleh: Tyasmono. Jakarta: EGC
Potter, P.A & Perry, A.G. (2009). Fundamentals of Nursing Concepts, Process and Practice
7thEdition. St Louis, MI: Elseiver Mosby.
Potter P.A and Perry A.G. (2010). Fundamental Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika
Wolf, Weitzel, Fuerst. (2000). Dasar-dasar ilmu keperawatan, alih bahasa Kustinyatih
Mochtar dan Djamaluddin H. Jakarta: Gunung Agung.