Anda di halaman 1dari 6

Definisi, Etiologi, Faktor Resiko, dan Tahapan Ulkus Dekubitus

Oleh : Agustin Dwi R, 1606918862, KD1 C, FG 1

Ulkus dekubitus adalah salah satu bentuk luka yang mungkin terjadi pada klien
terutama yang mengalami imobilisasi. Ulkus dekubitus adalah cedera lokal terhadap kulit
dan/atau jaringan di bawahnya, umumnya pada tonjolan tulang, akibat tekanan atau
kombinasi tekanan dengan friksi atau penggeseran (Black, 2014). Ulkus dekubitus adalah
suatu daerah jaringan yang mati yang disebabkan karena kurangnya aliran darah di daerah
yang bersangkutan (Wolf. Weitzel & Fuerst, 2000).

Proses terjadinya ulkus dekubitus yaitu berawal dari adanya tekanan pada jaringan
lunak antara tonjolan tulang dan permukaan eksternal (kasur, kursi) menekan kapiler dan
menghambat aliran darah. Jika tekanan dilepaskan, periode singkat dilatasi kapiler
kembali (hiperemia reaktif) terjadi, dan tidak terjadi kerusakan jaringan. Jika tekanan
tidak dilepaskan, mikrothrombi terbentuk pada kapiler dan mengoklusi penuh aliran
darah. Pada awalnya dapat terbentuk bula. Jika bula pecah, timbul luka terbuka. Luka
terbuka lebih cepat dikolonisasi oleh bakteri permukaan. Bakteri ini dapat berproliferasi
dan menyebabkan timbulnya biofilm. Selama periode tekanan yang intens, otot menjadi
iskemik, menyebabkan nekrosis pada otot yang cedera. Kebocoran darah yang lama
menyebabkan kulit di atasnya menjadi ungu. Jaringan nekrotik berkembang menjadi
eskar (Black, 2014).

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi proses terjadinya ulkus decubitus,


diantaranya :

 Gangguan persepsi sensorik


Klien dengan gangguan persepsi sensorik terhadap nyeri dan tekanan lebih
berisiko mengalami gangguan integritas kulit dari pada klien dengan sensasi normal.
Klien dengan gangguan persepsi sensorik terhadap nyeri dan tekanan adalah klien yang
tidak mampu merasakan kapan sensasi pada bagian tubuh mereka meningkat, adanya
tekanan lama, dan nyeri. Oleh karena itu, klien tanpa kemampuan untuk merasakan
bahwa terdapat nyeri atau tekanan akan menyebabkan risiko berkembangnya ulkus
(Potter & Perry, 2010).
 Gangguan mobilisasi
Klien yang tidak mampu mengubah posisi secara mandiri memiliki resiko
mengalami ulkus dekubitus. Misalnya klien dengan cedera tulang belakang mengalami
penurunan atau tidak memiliki sensasi motorik dan sensorik, serta tidak mampu
mereposisi posisi pada penonjolan tulang (Potter & Perry, 2010).
 Perubahan tingkat kesadaran
Individu yang mengalami penurunan tingkat kesadaran, misalnya mereka yang
tidak sadar sangat meresiko mengalami ulkus dekubitus karena tidak dapat menyadari dan
bereaksi terhadap nyeri yang berkaitan dengan penekanan yang berkepanjangan (Kozier,
2010). Contoh lain, klien yang bingung atau disorientasi tidak mampu melindungi diri
sendiri dari berkembangnya ulkus dekubitus. Klien yang bingung atau disorientasi kadang
mampu merasakan tekanan tetapi tidak selalu mampu untuk memahami bagaimana
melepaskan tekanan atau mengkomunikasikan ketidaknyamanan mereka (Potter & Perry,
2010)
 Gaya gesek
Gaya gesek adalah gaya tekan yang bekerja sejajar pada permukaan kulit. Sebagai
contoh, klien yang menggesek permukaan kulit akan mengakibatkan gesekan. Gerakan
dapat mengikis kulit, yaitu merusak lapisan permukaan kulit sehingga kulit menjadi
rentan terhadap kerusakan (Kozier, 2010)
 Kelembapan
Adanya kelembapan pada kulit meningkatkan resiko pembentukan ulkus
dekubitus. Kondisi lembap yang terjadi dalam waktu lama akan melembutkan kulit,
membuat kulit lebih rentan terhadap bahaya. Klien yang imobilisasi serta yang tidak
mampu melakukan kebutuhan higieni sendiri, bergantung sepenuhnya pada perawat untuk
menjaga kulit tetap kering (Potter & Perry, 2010).
 Nutrisi yang tidak adekuat
Status nutrisi yang tidak adekuat dalam waktu yang berkepanjangan dapat
menyebabkan penurunan berat badan. Keadaan ini dapat mengurangi jumlah lapisan di
antara kulit dan tulang, yang kemudian dapat meningkatkan resiko ulkus dekubitus.
Secara lebih spesifik, ketidakadekuatan asupan protein, karbohidrat, cairan, dan vitamin C
dapat mempercepat perkembangan ulkus dekubitus (Kozier, 2010).
 Panas tubuh yang berlebihan
Panas tubuh dapat meningkatkan resiko ulkus dekubitus. Peningkatan suhu tubuh
meningkatkan laju metabolisme, yang kemudian dapat meningkatkan kebutuhan sel
terhadap oksigen. Peningkatan kebutuhan ini sangat signifikan, terutama pada sel yang
berada di bawah area penekanan, yang telah mengalami kekurangan aliran oksigen
(Kozier, 2010).

 Pertambahan usia
Proses penuaan membawa beberapa perubahan pada kulit dan struktur
penyongkong kulit sehingga membuat lansia lebih rentan terhadap kerusakan integritas
kulit. Perubahan tersebut diantaranya (Kozier, 2010):
- Penipisan epidermis secara umum
- Penurunan massa tubuh tanpa lemak
- Peningkatan kekeringan pada kulit akibat penurunan jumlah produksi minyak oleh
kelenjar sebasea
- Penurunan persepsi nyeri
 Adanya penyakit kronik
Penyakit kronik tertentu seperti kardiovaskuler meningkatkan faktor resiko ulkus
dekubitus. Kondisi ini mengganggu penghantaran oksigen ke jaringan dan kemudian
menyebabkan proses penyembuhan yang terlambat sehingga meningkatkan resiko ulkus
dekubitus (Kozier, 2010).
 Faktor lain
Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan ulkus dekubitus adalah posisi
yang tidak tepat dan permukaan penopang yang keras (Kozier, 2010).

Terdapat beberapa area tubuh yang berisiko tinggi terhadap dekubitus (Morison, 2003):
National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP) telah menyatakan sistem
klasifikasi ulkus dekubitus dibagi menjadi empat tahap. Tahapan ini terdiri atas (Potter &
Perry, 2009):
Tahap 1: Kulit utuh, tidak ada kemerahan pada area yang terlokalisasi, biasanya di atas
permukaan kulit. Kulit dengan pigmentasi yang gelap mungkin tidak memiliki pucat
yang dapat dilihat; warnanya dapat berbeda dari area di sekitarnya.

Tahap 2: Kehilangan kulit sebagian, meliputi epidermis, dermis, atau keduanya. Ulkus ini
superfisial dan tampak secara klinis sebagai abrasi, melepuh, atau membentuk
kawah yang dalam.

Tahap 3: Kehilangan jaringan


kulit seluruhnya. Lemak subkutaneus tampak; tetapi tulang, tendon, dan otot tidak
tampak. Cekungan (slough) dapat tampak, tetapi tidak jelas dalamnya jaringan yang
hilang. Dapat meliputi lubang dan lorong.
Tahap 4: Kehilangan seluruh jaringan dengan tulang, tendon, atau otot tampak. Cekungan
atau bekas luka tampak pada beberapa bagian luka. Dapat meliputi lubang dan
lorong.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ulkus dekubitus adalah cedera lokal
terhadap kulit dan/atau jaringan di bawahnya, umumnya pada tonjolan tulang, akibat tekanan
atau kombinasi tekanan dengan friksi atau penggeseran (Black, 2014). Umumnya, luka
dekubitus adalah suatu masalah bagi populasi pasien dirawat di rumah sakit atau rumah
perawatan lainnya.

Daftar Pustaka

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen klinis untuk
hasil yang diharapkan. Singapore: Elsevier.

Kozier, B., Erb., Berman, A.J., and Snyder. 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

Morison, Moya. (2003). Manajemen Luka. Diterjemahkan oleh: Tyasmono. Jakarta: EGC

Potter, P.A & Perry, A.G. (2009). Fundamentals of Nursing Concepts, Process and Practice
7thEdition. St Louis, MI: Elseiver Mosby.

Potter P.A and Perry A.G. (2010). Fundamental Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika

Wolf, Weitzel, Fuerst. (2000). Dasar-dasar ilmu keperawatan, alih bahasa Kustinyatih
Mochtar dan Djamaluddin H. Jakarta: Gunung Agung.

Anda mungkin juga menyukai