DISUSUN OLEH :
YENI JUNIATI
NPM : 1826010069
Perceptor Co Perceptor
A. Definisi
Ulkus dekubitus adalah luka pada kulit dan jaringan di bawahnya akibat tekanan
yang berkepanjangan pada kulit setelah berbaring terus-menerus. Kondisi ini dikenal juga
sebagai luka baring (bedsores) atau luka dekubitus. Ulkus dekubitus paling sering terjadi
pada kulit yang melapisi area bertulang pada tubuh –seperti tumit, pergelangan kaki,
pinggul, dan bokong. Orang yang paling berisiko mengalami ulkus dekubitus adalah
mereka yang memiliki kondisi medis tertentu yang membuat kemampuan mereka untuk
mengubah posisi tubuhnya terbatas. Mereka yang menghabiskan sebagian besar waktu di
tempat tidur atau di kursi dengan pergerakan terbatas juga berisiko mengalami hal ini.
Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari
tekanan bat dari tekanan dari luar yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak
sembuh dengan urutan dan waktu yang biasa, gangguan ini terjadi pada individu yang
berada diatas tempat tidur, seringkali pada inkontinensia, malnutrisi, ataupun individu,
yang mengalami kesulitan makan diri sendiri, serta mengalami gangguan tingkat
kesadaran (Potter & Perry, 2005).
B. Etiologi
Ulkus dekubitus dapat timbul akibat tekanan pada bagian tubuh tertentu yang
menghambat aliran darah ke kulit. Ada beberapa factor yang menyebabkan terjadinya
ulkus dekubitus atau luka baring yaitu :
1. Faktor Intrinsic : Penuaan (regenarasi sel lemah), sejumlah penyakit yang
menimbulkan seperti DM, status gizi, underweight atau kebalikannya overweight,
anemia, Hipoalbuminemia, penyakit-penyakit neurologic dan penyakit-penyakit yang
merusak pembuluh darah, keadaan hidrasi cairan tubuh.
2. Factor Ekstrinsik : Kebersihan tempat tidur, alat-alat tenun yang kusut dan kotor, atau
peralatan peralatan medic yang menyebabkan menyebabkan penderita penderita
terfiksasi pada suatu sikap tertentu, duduk yang buruk, posisi yang tidak tepat,
perubahan posisi yang kurang.(Panduan Penyusunan Asuhan Profesional, Jilid 1).
C. Patofisiologi
Tiga elemen yang menjadi dasar terjadinya dekubitus yaitu :
1. Intensitas tekanan dan tekanan yang menutup kapiler
2. Durasi dan besarnya tekanan
3. Toleransi jaringan
Dekubitus terjadi sebagai hasil hubungan antar waktu dengan tekanan (Stortts,
1988 dalam Potter & Perry, 2005). Semakin besar tekanan dan durasinya maka semakin
besar pula insidensinya terbentuknya luka (Potter & Perry, 2005).
Kulit dan jaringan subkutan dapat mentoleransi beberapa tekanan. Tapi pada
tekanan eksternal terbesar dari pada tekanan dasar kapiler akan menurunkan atau
menghilangkan aliran darah ke dalam jaringan sekitarnya. Jaringan ini menjadi hipoksia
sehinggan terjadi cedera iskemi. Jika tekanan ini lebih besar dari 32 mmHg dan tidak
dihilangkan dari tempat yang mengalami hipoksia, maka pembuluh darah kolaps dan
trombosis (Maklebust, 1987 dalam Potter & Perry, 2005). Jika tekanan dihilangkan
sebelum titik kritis maka sirkulasi pada jaringan akan pulih kembali melalui mekanisme
fisiologis hiperemia reaktif, karena kulit mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk
mentoleransi iskemi dari otot, maka dekubitus dimulai di tulang dengan iskemi otot yang
berhubungan dengan tekanan yang akhirnya melebar ke epidermis (Maklebust, 1995
dalam Potter & Perry, 2005).
Pembentukan luka dekubitus juga berhubungan dengan adanya gaya gesek yang
terjadi saat menaikkan posisi klien di atas tempat tidur. Area sakral dan tumit merupakan
area yang paling rentan (Maklebust, 1987 dalam Potter & Perry, 2005). Efek tekanan juga
dapat di tingkatkan oleh distribusi berat badan yang tidak merata. Seseorang
mendapatkan tekanan konstan pada tubuh dari permukaan tempatnya berada karena
adanya gravitasi (Berecek, 1975 dalam Potter & Perry, 2005). Jika tekanan tidak
terdistribusi secara merata pada tubuh maka gradien tekanan jaringan yang mendapatkan
tekanan akan meningkat dan metabolisme sel kulit di titik tekanan mengalami gangguan.
D. Manifestasi Klinis
1. Tanda cidera awal adalah kemarahan yang tidak menghilang apabila ditekan ibu jari.
2. Pada cidera yang lebih berat dijumpai ulkus dikulit.
3. Dapat timbul rasa nyeri dan tanda-tanda sistematik peradangan, termasuk demam dan
peningkatan hitung sel darah putih.
4. Dapat terjadi infeksi sebagai akibat dari kelemahan dan perawatan di rumah sakit
yang berkepanjangan bahkan pada ulkus kecil. (Panduan Penyusunan Asuhan
Profesional, Jilid 1).
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Kultur dan analisis urin
Kultur ini dibutuhakan pada keadaan inkontinensia untuk melihat apakah ada masalah
pada ginjal atau infeksi saluran kencing, terutama pada trauma medula spinalis.
2. Kultur Tinja
Pemeriksaan ini perlu pada keadaan inkontinesia alvi untuk melihat leukosit dan
toksin Clostridium difficile ketika terjadi pseudomembranous colitis.
3. Biopsi
Biopsi penting pada keadaan luka yang tidak mengalami perbaikan dengan
pengobatan yang intensif atau pada ulkus dekubitus kronik untuk melihat apakah
terjadi proses yang mengarah pada keganasan. Selain itu, biopsi bertujuan untuk
melihat jenis bakteri yang menginfeksi ulkus dekubitus. Biopsi tulang perlu dilakukan
bila terjadi osteomyelitis.
4. Pemeriksaan Darah
Untuk melihat reaksi inflamasi yang terjadi perlu diperiksa sel darah putih dan laju
endap darah. Kultur darah dibutuhkan jika terjadi bakteremia dan sepsis.
5. Keadaan Nutrisi
Pemeriksaan keadaan nutrisi pada penderita penting untuk proses penyembuhan ulkus
dekubitus. Hal yang perlu diperiksa adalah albumin level, prealbumin level,
transferrin level, dan serum protein level.
6. Radiologis: Pemeriksaan radiologi untuk melihat adanya kerusakan tulang akibat
osteomyelitis. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan sinar X,scan tulang atau MRI.
F. Klafikasi
Salah satu cara yang paling untuk mengklasifikasikan dekubitus adalah dengan
menggunakan sistem nilai atau tahapan. Sistem ini pertama kali dikemukakan oleh Shea
(1975 dalam Potter & Perry, 2005) sebagai salah satu cara untuk memperoleh metode
jelas dan konsisten untuk menggambarkan dan mengklasifikasikan luka dekubitus.
Sistem tahapan luka dekubitus berdasarkan gambaran kedalaman jaringan yang rusak
(Maklebust, 1995 dalam Potter & Perry, 2005). Luka yang tertutup dengan jaringan
nekrotik seperti eschar tidak dapat dimasukkan dalam tahapan hingga jaringan tersebut
dibuang dan kedalaman luka dapat di observasi. Peralatan ortopedi dan braces dapat
mempersulit pengkajian dilakukan (AHPCR, 1994 dalam Potter & Perry, 2005).
Tahapan dibawah ini berasal dari NPUAP (1992), dan tahapan ini juga digunakan
dalam pedoman pengobatan AHPCR (1994). Pada konferensi konsensus NPUAP (1995)
mengubah defenisi untuk tahap I yang memperlihatkan karakteristik pengkajian pasien
berkulit gelap. Berbagai indikator selain warna kulit, seperti suhu, adanya pori-por i
”kulit jeruk”, kekacauan atau ketegangan, kekerasan, dan data laboratorium, dapat
membantu mengkaji pasien berkulit gelap (Maklebust & Seggreen, 1991 dalam Potter &
Perry, 2005). Bennet (1995 dalam Potter & Perry, 2005). menyatakan saat mengkaji kulit
pasien berwarna gelap, memerlukan pencahayaan sesuai untuk mengkaji kulit secara
akurat. Dianjurkan berupa cahaya alam atau halogen. Hal ini mencegah munculnya warna
biru yang dihasilkan dari sumber lampu pijar pada kulit berpigmen gelap, yang dapat
mengganggu pengkajian yang akurat.
Menurut NPUAP (1995 dalam Potter & Perry, 2005) ada perbandingan luka
dekubitus derajat I sampai derajat IV yaitu:
1. Derajat I
Eritema tidak pucat pada kulit utuh, lesi luka kulit yang diperbesar. Kulit tidak
berwarna, hangat, atau keras juga dapat menjadi indikator
2. Derajat II
Hilangnya sebagian ketebalan kulit meliputi epidermis dan dermis. Luka superficial
dan secara klinis terlihat seperti abrasi, lecet, atau lubang yang dangkal.
3. Derajat III
Hilangnya seluruh ketebalan kulit meliputi jaringan subkutan atau nekrotik yang
mungkin akan melebar kebawah tapi tidak melampaui fascia yang berada di
bawahnya. Luka secara klinis terlihat seperti lubang yang dalam dengan atau tanpa
merusak jaringan sekitarnya.
4. Derajat IV
Hilangnya seluruh ketebalan kulit disertai destruksi ekstensif, nekrosis jaringan; atau
kerusakan otot, tulang, atau struktur penyangga misalnya kerusakan jaringan
epidermis, dermis, subkutaneus, otot dan kapsul sendi.
G. Penatalaksanaan
1. Perawatan luka dekubitus.
2. Penerangan untuk pasien.
3. Bila ulkus kecil dapat sembuh seniri bila faktor penyebab dihilangkan.
4. Usaha pencegahan keadaan yang lebih buruk.
5. Mengurangi tekanan dengan cara mengubah posisi selama 5 menit setiap 2 jam.
6. Menggunakan alas tidur yang empuk, kering dan kebersihan kulit dijaga jangan
sampai kotor karena urine dan feses.
7. Terapi obat :
a) Obat antibacterial topikal untuk mengontrol pertumbuhan bakteri.
b) Antibiotik prupilaksis agar luka tidak infeksi.
8. Terapi diet
Agar terjadi proses penyembuhan luka yang cepat, maka nutrisi harus adekuat yang
terdiri dari kalori, protein, vitamin, mineral, dan air.
H. Komplikasi
Ulkus dekubitus bisa menimbulkan komplikasi berikut ini, yang bahkan mampu
mengancam nyawa.
1. Selulitis
Selulitis adalah infeksi dari kulit dan jaringan ikat lunak. Kondisi ini dapat
menyebabkan daerah yang terinfeksi terasa hangat, kemerahan dan bengkak. Orang
dengan saraf yang rusak seringkali tidak merasakan sakit pada area yang mengalami
selulitis.
2. Infeksi tulang dan sendi
Infeksi dari luka akibat tekanan dapat masuk sampai ke dalam sendi dan tulang.
Infeksi sendi (septic arthritis) dapat merusak tulang rawan dan jaringan. Infeksi tulang
(osteomielitis) dapat mengurangi fungsi sendi dan anggota badan.
3. Kanker
Luka yang tidak sembuh dalam jangka panjang (Marjolin’s ulcer) dapat berkembang
menjadi squamous cell carcinoma.
4. Sepsis
Walaupun jarang, ulkus pada kulit dapat menyebabkan sepsis. .(Panduan Penyusunan
Asuhan Profesional, Jilid 1)
I. WOC
penuaan
Gangguan mobilitas
Tekanan eksternal
Hipoksia
Iskemik jaringan
Kematian jaringan
Dekubitus
Hilangnya sebagian
lapisan kulit, terjadi Gangguan integritas
luka kulit/ jaringan
Nyeri akut
Keterbatasan gerak
Gangguan mobilitas
fisik
J. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
a) Identitas
b) Keluhan utama
c) Riwayat kesehatan sekarang
d) Riwayat kesehatan dahulu
e) Riwayat kesehatan keluarga
f) Pola fungsi :
Aktivitas/ istirahat
Eliminasi
Nutrisi dan Metabolik
Istirahat/tidur
Kognitif perpectual
Konsep diri
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi (D.0077)
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur
tulang (D.0054)
c. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan faktor mekanis (D.0129)
3. Intervensi keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi
Intervensi :
Manajemen nyeri
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,intensitas
nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifokasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Monitor efek samping pengunaan analgetik
- Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Jelaskan penyebab dan periode dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Kolaborasi pemberian analgetik
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur
tulang
Intervensi :
Dukungan ambulasi
- Kaji apakah ada nyeri atau keluhan fisik lainnya..
- Pantau frekuensi dan tekanan darah sebelum memulai ambulasi
- Pantau kondisi umum selama ambulasi.
- Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi.
- Anjurkan melakukan ambulasi dini.
- Ajarkan ambulasi sederhana yang dapat dilakukan.
DISUSUN OLEH :
YENI JUNIATI
NPM : 1826010069
Perceptor Co Perceptor
Analisa kasus
Ny. I berusia 80 tahun mengatakan masuk ke panti sosial dintar oleh tetangga. Klien
mengatakan dulu sebelum tidak bisa berjalan lagi pernah pulang ke rumahnya namun kembali
diantar ke panti sosial. Pada saat dikaji klien mengeluh sakit dipunggung karena terdapat luka
dan nyeri dilutut. Saat dilakukan pemeriksaan didapatkan TD : 120/80 mmHg, nadi
84x/menit
Pengkajian
Nama Panti : Panti Sosial Tresna Werdha
Alamat Panti : Jl. Adam Malik No.9 pagar dewa kota bengkulu
Tanggal Masuk :-
Tanggal Pengkajian :31 Januari 2022
No. Register :-
1. Identitas Klien
Nama : Ny.I
Alamat : Air Putih, Curup
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 80 tahun
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku :-
Pendidikan terakhir : SD
Lama tinggal di Panti :-
Sumber Pendapatan :-
Keluarga yang dapat dihubungi :-
Riwayat Pekerjaan : Beladang dan berjualan
Pertanyaan tahap 2
1) Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan 1 kali dalam satu
bulan : 60x/bulan
2) Ada masalah atau banyak pikiran : Iya
3) Ada gangguan atau masalah dengan orang lain : tidak
4) Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter : tidak
5) Cenderung mengurung diri : Iya
No Pernyataan Ya Tidak
1. Apakah bapak/ibu sekarang ini merasa puas dengan Ya
kehidupannya?
2. Apakah bapak/ibu telah meninggalkan banyak kegiatan Ya
atau kesenangan akhir-akhir ini?
3. Apakah bapak/ibu sering merasa hampa/kosong dalam Ya
hidup ini?
4. Apakah bapak/ibu sering merasa bosan ? Ya
5. Apakah bapak/ibu merasa mempunyai harapan yang Ya
baik di masa depan ?
6. Apakah bapak/ibu mempunyai pikiran jelek yang Tidak
mengganggu terus menerus ?
7. Apakah bapak/ibu memiliki semangat yang baik setiap Ya
saat ?
8. Apakah apak/ibu takut bahwa sesuatu yang buruk akan Ya
terjadi pada anda ?
9. Apakah bapak/ibu merasa bahagia sebagian besar Ya
waktu?
10. Apakah bapak/ibu sering merasa tidak mampu berbuat Ya
apa-apa?
11. Apakah bapak/ibu sering merasa resah dan gelisah ? Ya
12. Apakah bapak/ibu lebih senang tinggal dirumah dari Ya
pada keluar dan mengerjakan sesuatu ?
13. Apakah bapak/ibu sering mersa khawatir tentang masa Tidak
depan ?
14. Apakah bapak/ibu akhir-akhir ini sering pelupa? Ya
15. Apakah bapak/ibu piker bahwa hidup bapak/ibu Ya
sekarang ini menyenangkan ?
16. Apakah bapak/ibu sering merasa sedih dan putus asa ? Ya
17. Apakah bapak/ibu merasa tidak berharga akhir-akhir Ya
ini?
18. Apakah bapak/ibu sering merasa khawatir tentang masa Tidak
lalu?
19. Apakah bapak/ibu merasa hidup ini menggembirakan? Ya
20. Apakah sulit bagi bapak/ibu untuk memulai kegiatan Tidak
yang baru?
21. Apakah bapak/ibu merasa penuh semangat ? Ya
22. Apakah bapak/ibu merasa situasi sekarang ini tidak ada Tidak
harapan ?
23. Apakah bapak/ibu berpikir bahwa orang lain lebih baik Tidak
keadaannya dari pada bapak/ibu?
24. Apakah bapak/ibu sering marah karena hal-hal yang Tidak
sepele ?
25. Apakah bapak/ibu sering merasa ingin menangis ? Ya
26. Apakah bapak/ibu sulit berkosentrasi ? Tidak
27. Apakah bapak/ibu merasa senang waktu bangun tidur Ya
dipagi hari ?
28. Apakah bapak/ibu tidak suka berkumpul di pertemuan Tidak
social ?
29. Apakah mudah bagi bapak/ibu membuat suatu Ya
keputusan ?
30. Apakah pikiran bapak/ibu masih tetap mudah dalam Tidak
memikirkan sesuatu seperti dulu ?
Sumber : Burns. 1991. Assesment Scales in Old Age Psychiatry. Martin Dunitz
Ltd. London, P 2-3
0 – 10 = Not Depressed
11 – 20 = Mild Depressed
21 – 30 = Severe Depresed
GDS 15 : 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, 10, 12, 14, 15, 17, 21, 22, 23 (cut off 5/6 indicated
depression)
GDS 10 : 1, 2, 3, 8, 9, 10, 14, 21, 22, 23
GDS 4 : 1, 3, 8, 9 ( cut off ½ indicated depression)
ANALISA DATA
Nama : Nyonya Ira
Umur : 80 tahun
Dx. Medis : Rematik
Wisma : Dahlia
Masalah
No Data Etiologi
keperawatan
1 DS : Agen pencedera Nyeri akut
- Klien mengatakan nyeri dipunggung fisik
- Klien mengatakan mempunyai riwayat
rematik dan hipertensi
DO :
- Klien tampak pucat
- Klien tampak meringis
TTV :
- TD : 120/80 mmHg
- N : 84 x/detik
2 DS : Factor mekanis Gangguan
- Klien mengatakan luka akibat gesekkan integritas
akibat klien berjalan menggunakan kulit/jaringan
punggung dan tangan ke kamar mandi.
- Klien mengatakan tidak bisa
beraktivitas seperti dahulu.
DO :
- Punggung klien terdapat luka lumayan
besar akibat gesekkan yang telah klien
ceritakan sebelumnya.
- Klien tampak meringis
TTV :
- TD : 120/80 mmHg
- N : 84 x/detik
3 DS : Ketidakadekuatan Resiko infeksi
- Klien mengatakan nyeri luka ketika pertahanan tubuh
bersentuhan dengan benda-benda primer
- Klien mengatakan tidak bisa mengobati
sendiri luka dipunggungnya.
DO :
- Klien tampak tidak bias menjangkau
luka dipunggungnya
- Klien selalu meminta tolong pada
petugas PSTW untuk mengobati
punggungnya
D.0129 Gangguan integritas Setelah dilakukan intervensi Setelah dilakukan intervensi selama 3 kali pertemuan
kulit/jaringan selama 3 kali pertemuan klien klien diharapkan klien mampu mengenal masalah .
berhubungan dengan diharapkan tidak ada keluhan Perawatan integritas kulit
factor mekanis L.14125 nyeri dengan kriteria : I.11353
Observasi
Integritas kulit dan jaringan
- Perfusi jaringan meningkat - Indentifikasi penyebab gangguan integritas kulit
- Kerusakkan jaringan
Terapeutik
menurun
- Kerusakkan lapisan kulit - Ubah posisi tiap jam jika tirah baring
menurun
- Bersihkan parineal dengan air hangat
- Nyeri menurun
- Kemerahan menurun - Gunakan produk berbahan petrolium atau
- Suhu kulit membaik
minyak pada kulit kering
- Tekstur membaik
- Pertumbuhan rambut - Gunakan produk berbahan ringan atau alami
membaik
dan hipoalergik pada kulit sensitif
- Hindari produk berbahan dasar alkohol pada
kulit kering
Edukasi
- Anjurkan menggunakan pelembab
- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan menghindari terpapar suhu ektrim
- .
Terapeutik
- Anjurkan melakukan ambulasi dini.
Edukasi
- Ajarkan ambulasi sederhana yang dapat
dilakukan.
D.0142 Resiko infeksi Setelah dilakukan intervensi Setelah dilakukan intervensi selama 3 kali pertemuan
berhubungan dengan selama 3 kali pertemuan klien klien diharapkan klien mampu mengenal masalah .
ketidakadekuatan diharapkan tidak ada keluhan Pencegahan infeksi :
pertahanan tubuh L.14137 nyeri dengan kriteria : I.14539 Observasi
primer Tingkat infeksi : - Pantau tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
- Nafsu makan meningkat Terapeutik
- Kemerahan menurun - Berikan perawatan kulit
- Nyeri menurun - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
- Kultur area luka membaik klien
- Kadar sel darah putih Edukasi
membaik - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan cairan
CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN GERONTIK
Hari/tanggal dan
Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi
waktu
Rabu, 03 Februari Nyeri akut berhubungan Manajemen nyeri S : Ny. I mengatakan
2022 dengan agen pencedera fisik sekarang mengalami nyeri
Observasi
pada luka
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, dipunggungnya.
O : Klien mampu
frekuensi, kualitas,intensitas nyeri
mengetahui faktor yang
- Identifikasi skala nyeri memperberat dan
memperingan nyeri.
- Identifikasi respons nyeri non verbal
A : Masalah teratasi
- Identifokasi faktor yang memperberat dan sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.
memperingan nyeri
- Monitor efek samping pengunaan
analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab dan periode dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik