Oleh :
214291517068
UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
JAKARTA
2022
FORMAT PENULISAN LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP DASAR
1. Definisi/Pengertian
Ulkus dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal
akibat dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan
tidak sembuh dengan urutan dan waktu biasa (Revis, 2016). Dekubitus adalah
kerusakan atau kematian kulit sampai jaringan bawah kulit, bahkan menembus otot
sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada sirkulasi darah setempat.
Walaupun semua bagian tubuh dapat mengalami dekubitus bagian bawah dari
tubuhlah yang terutama beresiko tinggi dan membutuhkan perhatian khusus (Kris,
2015).
Dekubitus adalah tekanan, daya regang, friksi atau gesekan, dan kelembaban.
Efek tekanan pada jaringan diatas tulang yang menonjol menyebabkan ikemia dan
toksin seluler yang berhubungan dengan oklusi pembuluh darah dan limfatik,
sementara efeknya terhadap timbulnya trauma lebih kecil (Jatmiko, 2017).
2. Etiologi
1) Tekanan
Tekanan imobilisasi yang lama mengakibatkan terjadinya dekubitus, kalau
salah satu bagian tubuh berada pada suatu gradient (titik perbedaan antara 2
tekanan). jaringan yang lebih dalam dekat tulang, terutama jaringa dengan suplai
darah yang baik akan bergeser ke arah gradient yang lebih rendah.
2) Kelembaban
Sementara kulit berada pada permukaan kontak infeksi yang semakin
meningkat dengan terdapatnya kelembaban. Keadaan ini menyebabkan peregangan
dan unggulusi pembuluh darah., darah yang dalam serta mengalami gaya geser
jaringan yang yang dalam ini akan menjadi iskemia dan dapat mengalami nekrosis
sebelum berlanjut ke kulit.
3) Gesekan
Faktor terlipatnya kulit akibat gesekan badan dengan alas tempat tidur sehingga
seakan – akan kulit tertinggal dari area tubuh lainnya. Pergerakan dari tubuh di atas
alat tempatnya berbaring dengan fiksasi kulit terutama terjadi iritasi menyebabkan
terjadi lipatan – lipatan kulit terutama terjadi iritasi dapat menarik dan menutup
pembuluh – pembuluh darah sehingga menyebabkan dekrosisi. Jaringan akibat
lebih terganggunya pembuluh darah kapiler.
Klasifikasi Ulkus Dekubitus
1. Stadium I
Adanya tanda yang muncul adalah perubahan temperature kulit telah dingin atau
hangat, perubahan konsisten jaringan lebih keras atau lunak, luka mungkin
kelihatan sebagai kemerahan yang menetap.
2. Stadium II
Hilangnya sebagai lapisan kulit meliputi epidermis dan dermis atau keduanya,
cirinya adalah lukanya melepuh atau membentuk luka yang dangkal.
3. Stadium III
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap meliputi kerusakan dari jaringan subkutan
atau lebih dalam.
4. Stadium IV
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan kerusakan yang luas, kerusakan pada
otot, tulang dan tendon, adanya lubang yang dalam serta saluran sinus juga
termasuk dalam stadium iv dari dekubitus.
3. Patofisiologi
Tekanan imobilisasi yang lama akan mengakibatkan terjadinya dekubitus,
kalau salah satu bagian tubuh berada pada suatu gradient (titik perbedaan antara 2
tekanan) jaringan yang lebih dalam dekat tulang terutama jaringan otot dengan
suplai darah yang baik akan bergeser ke daerah yang baik akan bergeser kearah
gradient yang lebih rendah sementara kulit dipertahankan pada permukaan kontak
oleh frikti yang semakin meningkat dengan terdapatnya kelembaban ini
menyebabkan peregangan dan anggulasi pembuluh darah daerah yang dalam serta
mengalami gaya geser jaringan yang dalam ini akan menjadi iskemia dan dapat
mengalami nekrosis sebelum berlanjut ke kulit.
4. Manifestasi Klinis
a. Terjadi perubahan struktur pada kulit dalam bentuk gangguan konsistensi
jaringan,subkutanes dan dermis secara bertahap tugor menurut.bila asupan nutrisi
pasien kurang baik, dapat disusul dengan kehilangan lemak subkutaneus dan tugos
semakin berkurang
b. Sesorang yang inkatif pada satu posisi untuk jangka waktu beberapa hari dan minggu
akan mengalami sindrom imobiliasasi
c. Demam
d. Bengkak atau keluar nanah pada area luka
e. Infeksi
5. Komplikasi
Infeksi tulang dan sendi, akibat penyebaran infeksi dari kulit dan jaringan
lunak. Sepsis, yaitu infeksi yang menyebar ke aliran darah dan menimbulkan reaksi
sistem imun di seluruh tubuh yang bisa berakibat fatal. Bahwa decubitus
menimbulkan komplikasi serius pada pasien, seperti sepsis bahkan kematian.
ampak yang serius dari decubitus khususnya pada pasien lanjut usia yang
mengalami penurunan fungsi akan lebih luas pengaruhnya tidak hanya pada pasien
numun juga system pelayanan kesehatan. Gangguan ingritas kulit masalah yang
sangat seriuspotensial menyebabkan kematian dan penderitaan pasien.
6. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan ulkus dekubitus dengan pemberian bahan topikal, sistemik ataupun
dengan tindakan bedah dilakukan sedini mungkin agar reaksi penyembuhan terjadi
lebih cepat.
a. Mengurangi tekanan lebih lanjut pada daerah ulkus
Secara umum sama dengan tindakan pencegahan yang sudah dibicarakan
di atas. Pengurangan tekanan sangat penting karena ulkus tidak akan sembuh
selama masih ada tekanan yang berlebihan dan terus menerus.
b. Mempertahankan keadaan bersih pada ulkus dan sekitarnya
Keadaan tersebut akan menyebabkan proses penyembuhan luka lebih
cepat dan baik. Untuk hal tersebut dapat dilakukan kompres, pencucian,
pembilasan, pengeringan dan pemberian bahan-bahan topikal seperti larutan
NaC10,9%, larutan H202 3%, larutan plasma dan larutan Burowi serta larutan
antiseptik lainnya. Pranarka (2001) menyatakan bahwa pada dekubitus
Stadium I, kulit yang tertekan dan kemerahan harus dibersihkanmenggunakan
air hangat dan sabun, lalu diberi lotion dan dipijat 2-3 x/hari
untukmemperlancar sirkulasi sehingga iskemia jaringan dapat dihindari.
c. Mengangkat jaringan nekrotik
Adanya jaringan nekrotik pada ulkus akan menghambat aliran bebas dari
bahan yang terinfeksi dan karenanya juga menghambat pembentukan jaringan
granulasi dan epitelisasi. Oleh karena itu pengangkatan jaringan nekrotik akan
mempercepat proses penyembuhan ulkus.
d. Mengatasi infeksi
Antibiotika sistemik dapat diberikan bila penderita mengalami sepsis,
selulitis. Ulkus yang terinfeksi harus dibersihkan beberapa kali sehari dengan
larutan antiseptik seperti larutan H202 3%, povidon iodin 1%, seng sulfat
0,5%. Radiasi ultraviolet (terutama UVB) mempunyai efek bakterisidal.
Dilakukan pemeriksaan kultur sensitivitas untuk menentukan antibiotika
spesifik.
e. Merangsang dan membantu pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi
Hal ini dapat dicapai dengan pemberian antara lain : bahan-bahan topikal
misalnya : salep asam salisilat 2%, preparat seng (Zn 0, Zn SO), oksigen
hiperbarik; selain mempunyai efek bakteriostatik terhadap sejumlah bakteri,
juga mempunyai efek proliferatif epitel, menambah jaringan granulasi dan
memperbaiki keadaan vaskular, radiasi infra merah; short wave diathermy, dan
pengurutan dapat membantu penyembuhan ulkus karena adanya efek
peningkatan vaskularisasi, terapi ultrasonik; sampai saat ini masih terus
diselidiki manfaatnya terhadap terapi ulkus dekubitus.
f. Tindakan bedah
selain untuk pembersihan ulkus juga diperlukan untuk mempercepat
penyembuhan dan penutupan ulkus, terutama ulkus dekubitus stadium III & IV
dan karenanya sering dilakukan tandur kulit ataupun myocutaneous flap
g. Mengkaji status nutrisi
Pasien dengan luka tekan biasanya memiliki serum albumin dan
hemoglobin yang lebih rendah bila dibandingkan dengan mereka yang tidak
terkena luka tekan. Mengkaji status nutrisi yang meliputi berat badan pasien,
intake makanan, nafsu makan, ada tidaknya masalah dengan pencernaan,
gangguan pada gigi, riwayat pembedahan atau intervensi keperawatan/medis
yang mempengaruhi intake makanan
h. Mengkaji dan memonitor luka tekan setiap penggantian balutan luka
1. Deskripsi dari luka tekan meliputi lokasi, tipe jaringan (granulasi,
nekrotik, eschar), ukuran luka, eksudat (jumlah, tipe, karakter, bau), serta
ada tidaknya infeksi.
2. Stadium dari luka tekan
3. Kondisi kulit sekeliling luka
4. Nyeri pada luka
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan
laboratorium dan kultur jaringan untuk melihat tanda infeksi, pemeriksaan radiologi
dan gambaran 3D untuk melihat sejauh mana kerusakan jaringan yang terlibat.
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pemeriksaan radiologi
c. Kultur jaringan
d. Gambaran 3 dimensi
9. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi
b. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan penurunan mobilisasi
c. Gangguan mobilisasi berhubungan dengan cedera jaringan
10. Intervensi Keperawatan
12. Evaluasi
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia