Anda di halaman 1dari 17

RENCANA KEGIATAN HARIAN/MINGGUAN

Nama Presptee :
Nama Preseptor :
Ruang/Unit :
Periode :
Minggu Hari Waktu Kegiatan
Minggu Hari Waktu Kegiatan
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR PROFESI
KEBUTUHAN OKSIGENASI

Dosen Pembimbing:
Ns. Rizki Hidayat, M.Kep., WOC(ET)N

Disusun Oleh:
Aprilia Salsabila
224291517068

UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2023
OUTLINE LAPORAN PENDAHULUAN (LP) KASUS INDIVIDU

Lahan Praktik :
Praktik Minggu ke :
Topik LP :

1. Definisi
Oksigen merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan dalam proses kehidupan
karena oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen
didalam tubuh harus terpenuhi karena apabila berkurang maka akan terjadi kerusakan pada
jaringan otak dan apabila berlangsung lama akan menyebabkan kematian. Proses
pemenuhan kebutuhan oksigen pada manusia dapat dilakukan dengan cara pemberian
oksigen melalui saluran pernafasan, pembebasan jalan nafas dari sumbatan yang
menghalangi masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernafasan agar
berfungsi secara normal (Taqwaningtyas, 2013).
Pemberian oksigen berupa pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran
pernapasan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen kepada klien dapat
melalui tiga acara, yaitu kateter nasal, kanula nasal, dan masker oksigen.
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21% pada tekanan
1 atmosfer sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh (Kristina, 2013).
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen ke dalam system kimia dan fisika. Oksigen
(O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses
metabolisme sel, sebagai hasilnya terbentukla karbondioksida, energi, dan air.
Penambahan karbondioksida yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan
dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel (Adityana, 2012).
Sistem pernapasan berperan penting untuk mengatur pertukaran oksigen dan
karbondioksida antara udara dan darah. Oksigen diperlukan oleh semua sel untuk
menghasilkan sumber energi, adenosine triposfat (ATP), karbondioksida dihasilkan oleh
sel-sel yang secara metabolisme aktif dan membentuk asam, yang harus dibuang dari tubuh.
Untuk melakukan pertukaran gas, system kardiovaskuler bertanggungjawab untuk perfusi
darah melalui paru. Sedangkan system pernapasan melakukan dua fungsi terpisah ventilasi
dan respirasi (Maryudianto, 2012).
2. Fisiologi
Nares anterior adalah saluran-saluran di lubang hidung. Saluran-saluran itu bermuara
ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga) hidung. Rongga hidung dilapisi
selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah dan bersambung dengan lapisan
faring dan dengan selaput lendir semua sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam
rongga hidung. Faring (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak
sampai persambungan esofagus pada ketinggian tulang rawan terikoid. Maka letaknya di
belakang hidung, di belakang mulut dan di belakang laring. Laring (tengkorak) terletak
di depan bagian terendah faring yang memisahkan dari kolumna vertebra. Laring terdiri
dari lapisan tulang rawan yang diikat bersama oleh ligamen dan membran. Yang terbesar
diantaranya ialah tulang rawan tiroid dan disebelah depannya terdapat benjolan
subkutaneus yang dikenal sebagai jakun, yaitu didepan leher. Trakhea atau batang
tenggorakan kira-kira sembilan sentimeter panjangnya. Trakhea tersusun atas enam belas
sampai dua puluh lingkaran tak lengkap berupa cicin tulang rawan yang diikat bersama
oleh jaringan fibrosa. Trakheadilapisan oleh selaput lendir yang terdiri dari epithelium
bersilia dan sel cangkir. Trakhea servikalis yang berjalan melalui leher, disilang oleh
istmus kelenjar tiroid, yaitu belahan dari kelenjar yang melingkari sisi-sisi trakhea.
Bronkus mempunyai struktur serupa dengan trakhea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama.
Brinkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dari pada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari
arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang yang disebut brinchus lobus atas
cabang kedua timbul setelah cabang utama lewat dibawah arteri disebutbronchus lobus
bawah (Pearce, 2002).
Paru-paru merupakan salah satu alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung (alveoli). Alveoli terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika
dibentang luas permukaan < 90m2, pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara, O2 masuk
kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari dalam darah. Banyaknya gelembung paru-paru
ini < 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan). Paru-paru ini dibagi menjadi 2 yaitu
paru-paru kananyang terdiri dari 3 lobus dan paru-paru kiri mempunyai 2 lobus. Letak
paru-paru adalah pada rongga dada tepatnya pada cavum mediastinum. Paru-paru
dibungkus oleh dua selaput halus yang disebut pleura visceral, sedangkan selaput yang
berhubungan langsung dengan rongga dada sebelah dalam adalah selaput fleur parietal.
Diantara pleura ini terdapat sedikit cairan, berfungsi untuk melicinkan permukaan selaput
fleura agar dapat bergerak akibat inspirasi dan ekspirasi, paru-paru akan terlindungi
dinding dada.
Kapasitas paru-paru dapat dibedakan menjadi 2 kapasitas yaitu kapasitas total yang
mengandung arti jumlah udara dapat mengisi paru-paru pada inspirasi sedalam-dalamnya.
Sedangkan kapasitas vital adalah jumlah udara dapat dikeluarkan setelah ekspirasi
maksimal. Dalam keadaan normal kedua paru-paru dapat menampung udara sebanyak
kurang lebih 5 liter. Waktu ekspirasi di dalam paru-paru dapat masih tertinggal < 3 liter
udara. Pada waktu kita bernafas biasa udara yang masuk ke dalam paru-paru 2.600 cm3
atau 2 ½ M jumlah pernafasan. Dalam keadaan normal orang dewasa 16-18 x/menit anak-
anak 24 x/menit dan bayi 30 x/menit. Dalam keadaan tertentu keadaan tersebut akan
berubah, misalnya akibat dari suatu penyakit pernafasan bisa bertambah cepat atau
sebaliknya (Syaifuddin,1996).
3. Manifestasi Klinis
a) Suara napas tidak normal
b) Perubahan jumlah pernapasan
c) Batuk disertai dahak
d) Penggunaan otot tambahan pernapasan
e) Dispnea
f) Penurunan haluaran urin
g) Penurunan ekspansi paru
h) Takipnea
4. Fokus Pengkajian

a. Biodata pasien (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan)


Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik
maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui
hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat
pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang
masalahnya/penyakitnya.

b. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)


Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien
pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama
seharusnya mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala,
dan Time)
c. Riwayat perkembangan
1. Neonatus: 30 - 60 x/mnt
2. Bayi: 44 x/mnt
3. Anak: 20 - 25 x/mnt
4. Dewasa: 15 - 20 x/mnt
5. Dewasa tua: volume residu meningkat, kapasitas vital menurun

d. Riwayat kesehatan keluarga


Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami
masalah / penyakit yang sama.
e. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya :
merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
f. Riwayat Keperawatan
Pengkajain riwayat keperawatan pada masalh kebutuhan oksigen meliputi; ada
atau tidaknya riwayat gangguan pernapasan (gangguan hidung da n tenggorokan),
seperti epistaksis (kondisi akibat luka/kecelakaan, penyakit rematik akut, sinusitis
akut, hipertensi, gangguan pada sistem peredaran darah dan kanker), obstruksi nasal
( akibat polip, hipertropi tulang hidung, tumor,dan influenza), dan keadaan lain yang
menyebabkan gangguan pernapasan. Pada tahap pengkajian keluhan atau gejala, hal-
hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan infeksi kronis dari hidung, sakit pada
daerah sinus, otitis media, keluhan nyeri pada tenggorokan, kenaikan suhu tubuh
hingga sekitar 38,50 C, sakit kepala, lemas, sakit perut hingga muntah-muntah (pada
anak- anak), faring berwarna merah, dan adanya edema.
1. Pola batuk dan Produksi sputum
Tahap pengkajian pola batuk dilakukan dengan cara menilai apakah
batuk termasuk batuk kering, keras, dan kuat dengan suara mendesing, berat
dan berubah-ubah seperti kondisi pasien yang mengalami penyakit kanker.
Juga dilakukan pengkajian apakah pasien mengalami sakit pada bagian
tenggorokan saat batuk kronis dan produktif serta saat dimana pasien sedang
makan, merokok, atau saat malam hari. Pengkajian terhadap lingkungan
tempat tinggal pasien ( apakah berdebu, penuh asap, dan adanya
kecenderungan mengakibatkan alergi) perlu dilakukan. Pengkajian sputum
dilakukan dengan cara memeriksa warna, kejernihan, dan apakah bercampur
darah terhadap sputum yang dikeluarkan oleh pasien.

2. Sakit Dada
Pengkajian terhadap sakit dada dilakukan untuk mengetahui bagian
yang sakit, luas, intensitas, faktor yang menyebabkan rasa sakit, perubahan
nyeri dada apabila posisi pasien berubah, serta ada atau tidaknya hubungan
antara waktu inspirasi dan ekspirasi dengan rasa sakit.

3. Pengkajian Fisik
1) Inspeksi, pengkajian ini meliputi:
a. Pertama, penentuan tipe jalan napas, seperti menilai apakah napas
spotan melalui hidung, mulut, oral, nasal, atau menggunakan selang
endotrakeal atau trachcostomi, kemudian menentukan status kondisi
seperti kebersihan, ada atau tidaknya sekret, pendarahan, bengkak, atau
obstruksi mekanik;
b. Kedua, perhitungan frekuensi pernapasan dalam waktu satu menit
( umumnya wanita bernapas lebih cepat) yaitu 20 kali permenit orang
dewasa, kurang dari 30 kali permenit pada anak-anak, pada bayi
pernapasan kurang dari 50 kali per menit.
c. Ketiga, pemeriksaan sifat pernapasan, yaitu torakal, abdominal dan
kombinasi dari keduanya.
d. Keempat, pengkajian irama pernapasan, yaitu menelaah masa inspirasi
dan ekspirasi. Pada keadaan normal ekspirasi lebih lama dari inspirasi
yaitu 2:1 pada orang sesak napas ekspirasi lebih cepat. Dalam keadaan
normal perbandingan frekuensi pernapasan dan prekuensi nadi adalah
1:1 sedangkan pada orang yang keracunan barbiturat perbandinganya
adalah 1:6. Kaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah
reguler atau irregular.
a) cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi lambat
dan kadang diselingi apnea.
b) kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot
yaitu pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan
diselingi periode apnea.
e. Kelima, pengkajian terhadap dalam/ dangkalnya pernapasan. Pada
pernapasan dangkal dinding toraks hampir kelihatan tidak bergerak ini
biasanya dijumpai pada pasien penderita emfisema.

2) Palpasi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan seperti nyeri
tekan yang dapat timbul akibat luka, peradangan setempat, metastasis
tumor ganas, pleuritis, atau pembengkakan dan benjolan pada dada.
Melalui palpasi dapat diteliti gerakan dinding toraks pada saat ekspirasi
dan inspirasi terjadi. Kelainan pada paru, seperti getaran suara atau
fremitus vokal, dapat dideteksi bila terdapat getaran sewaktu pemeriksa
meletakkan tangannya sewaktu pasien berbicara. Getaran yang terasa oleh
tangan pemeriksa dapat juga ditimbulkan oleh dahak dalam bronkus yang
bergetar pada waktu inspirasi dan ekspirasi atau oleh pergeseran antara
membran pleura pada pleuritis.

3) Perkusi
Pengkajian ini dilakukan untuk mengkaji suara normalnya suara
perkusi paru. Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi
pulmoner, organ yang ada di sekitarnya, dan pengembangan (ekskursi)
diafragma. Jenis suara perkusi ada dua jenis yaitu:
a. Suara perkusi normal
• Resonan (sonor): dihasilkan pada jaringan paru-paru
dannormalnya bergaung dan bersuara rendah.
• Dullness: dihasilkan di atas bagian jantung atau paru-paru
• Tympany: dihasilkan di atas perut yang berisi udara umumnya
bersifat musical.
b. Suara perkusi abnormal
• Hiperresonan: bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan
dan timbul pada bagian paru-paru yang abnormal berisi udara.
• Flatness: nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat didengar pada
perkusi daerah paha, dimana seluruh areanya berisi jaringan.

4) Auskultasi
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna
mencangkup mendengar suara napas normal dan suara tambahan
(abnormal).Suara napas normal dihasilkan dari getaran udara ketika
melalui jalan napas dari laring ke alveoli dan bersifat bersih.
Jenis suara napas normal adalah:
a. Bronchial
Sering juga disebut tubular sound karena suara ini dihasilkan oleh
udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya terdngar keras,
nyaring, dengan hembusan yang lembut. Fase ekspirasinya lebih
panjang daripada inspirasi dan tidak ada jeda di antara kedua fase
tersebut (E > I). Normal terdengar di atas trachea atau daerah lekuk
suprasternal.
b. Bronkovesikular
Merupakan gabungan dari suara napas bronkhial dan vesikular.
Suaranya terdengar nyaring dengan intensitas sedang. Inspirasi sama
panjang dengan ekspirasi (E = I). Suara ini terdengar di daerah dada
dimana bronkus tertutupoleh dinding dada.
c. Vesikular
Merdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih
panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan (E < I).

Jenis suara napas tambahan adalah:


a. Wheezing: terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter
suara nyaring, musical, suara terus-menerus yang disebabkan aliran
udara melalui jalan napas yang menyempit.
b. Ronchi: terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara
terdengar perlahan, nyaring, dan suara mengorok terus-menerus.
Berhubungan dengan sekresi kental dan peningkatan produksi sputum.
c. Pleural fiction rub: terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter
suara kasar, berciut, dan suara seperti gesekan akibat dari inflamasi
pada daerah pleura. Sering kali pasien mengalami nyeri saat bernapas
dalam.
d. Crackles, dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Fine crackles: setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi.
Karakter suara meletup, terpatah-patah akibat udara melewati
daerah yang lembab di alveoli atau bronkhiolus. Suara seperti
rambut yang digesekkan.
2. Coarse crackles: lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter
suara lemah, kasar, suara gesekan terpotong akibat
terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan napas yang besar.
Mungkin akan berubah ketika pasien batuk.
5. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul (SDKI)
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Definisi; Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten
Penyebab:
Fisiologis
1) Spasme jalan napas
2) Hipersekresi jalan napas
3) Disfungsi neuromuskuler
4) Benda asing dalam jalan napas
5) Adanya jalan napas buatan
6) Sekresi yang tertahan
7) Hyperplasia dinding jalan napas
8) Proses infeksi
9) Respon alergi
10) Efek agen farmakologis (mis. Anastesi)
Situasional
1) Merokok aktif
2) Merokok pasif
3) Terpajan polutan
Gejala dan Tanda Mayor: Gejala dan Tanda Minor:
Objektif Subjektif
1) Batuk tidak efektif 1) Dispnea
2) Tidak mampu batuk 2) Sulit bicara
3) Sputum berlebih 3) Ortopnea
4) Mengi, wheezing dan/atau ronkhi Objektif
kering 1) Gelisah
5) Meconium di jalan napas (pada 2) Sianosis
neonatus) 3) Bunyi napas menurun
4) Frekuensi napas berubah
5) Pola napas berubah

2. Ketidakefektifan pola nafas


Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat
Penyebab:
Fisiologis
1) Depresi pusat pernapasan
2) Hambatan upaya napas (mis. Nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan)
3) Deformitas dinding dada
4) Deformitas tulang dada
5) Gangguan neuromuscular
6) Gangguan neurologis (mis. EEG positif, cedera kepala)
7) Imaturitas neurologis
8) Penurunan energi
9) Obesitas
10) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
11) Sindrom hipoventilasi
12) Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 ke atas)
13) Cedera pada medulla spinalis
14) Efek agen farmakologis
15) Kecemasan
Gejala dan Tanda Mayor: Gejala dan Tanda Minor:
Subjektif Subjektif
1) Dispnea 1) Ortopnea
Objektif Objektif
1) Penggunaan otot bantu pernapasan 1) Pernapasan pursed-lip
2) Fase ekspirasi memanjang 2) Pernapasan cuping hidung
3) Pola napas abnormal (mis. 3) Diameter thoraks anterior-
Takipnea, bradypnea, posterior meningkat
hiperventilasi, kussmaul, Cheyne- 4) Ventilasi semenit menurun
stokes) 5) Kapasitas vital menurun
6) Tekanan ekspirasi menurun
7) Tekanan inspirasi menurun
8) Ekskursi dada berubah

3. Gangguan pertukaran gas


Definisi: Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eleminasi
karbondioksida pada membrane alveolus-kapiler
Penyebab:
1) Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
2) Perubahan membrane alveolus-kapiler
Gejala dan Tanda Mayor: Gejala dan Tanda Minor:
Subjektif Subjektif
1) Dispnea 1) Pusing
Objektif 2) Penglihatan kabur
1) PCO2 meningkat/menurun Objektif
2) PO2 menurun 1) Sianosis
3) Takikardia 2) Diaphoresis
4) pH arteri meningkat/menurun 3) Gelisah
5) Bunyi napas tambahan 4) Napas cuping hidung
5) Pola napas abnormal
6) Warna kulit abnormal
7) Kesadaran menurun

6. Intervensi keperawatan (SLKI dan SIKI)


Diagnosa (SDKI) Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI)
D.0001 L.01001 Bersihan jalan napas I.01006 Latihan batuk
Ketidakefektifan Bersihan jalan napas meningkat efektif
bersihan jalan dengan kriteria hasil: Observasi:
napas 1. Produksi sputum menurun: 5 1. Identifikasi kemampuan
2. Mengi menurun:5 batuk
3. Wheezing menurun: 5 2. Monitor adanya retensi
sputum
3. Monitor tanda dan
gejala infeksi saluran
napas
4. Monitor input dan
output cairan (mis.
Jumlah dan
karakteristik)
Terapeutik:
1. Atur posisi semi-fowler
atau fowler
2. Pasang perlak dan
bengkok di pangkuan
pasien
3. Buang sekret pada
tempat sputum
Edukasi:
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
2. Anjurkan Tarik napas
dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir
dibulatkan selama 8
detik
3. Anjurkan mengulangi
Tarik napas dalam
hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah
Tarik napas dalam ke-3
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
mukolitik atau ekspektoran,
jika perlu
D.0005 L.01004 Pola napas I.01011 Manajemen jalan
Ketidakefektifan Pola napas membaik dengan kriteria napas
pola napas hasil: Observasi:
1. Dispnea menurun: 5 1. Monitor pola napas
2. Frekuensi napas membaik: 5 (frekuensi, kedalaman,
3. Kedalaman napas membaik: 5 usaha napas)
2. Monitor bunyi napas
tambahan
3. Monitor sputum
(jumlah, aroma, warna)
Terapeutik:
1. Pertahankan kepatenan
jalan napas dengan
head-tilt dan chin-lift
(jaw trust jika dicurigai
trauma servikal)
2. Posisikan semi-fowler
atau fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan
lender kurang dari 15
detik
6. Lakukan
hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep margil
8. Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi:
1. Anjurkan asupan cairan
2000ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
D.0003 Gangguan L.01003 Pertukaran gas I.01014 Pemantauan
pertukaran gas Pertukaran gas meningkat dengan respirasi
kriteria hasil: Observasi:
1. Dispnea menurun: 5 1. Monitor frekuensi,
2. Bunyi napas tambahan menurun: 5 irama, kedalaman dan
3. PCO2 membaik: 5 upaya napas
4. PO2 membaik: 5 2. Monitor pola napas
5. Takikardia membaik: 5 3. Monitor kemampuan
6. pH arteri membaik: 5 batuk efektif
4. Monitor adanya
produksi sputum
5. Monitor adanya
sumbatan jalan napas
6. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai AGD
Terapeutik:
1. Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi:
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2012. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika
Budyasih, Suprapti. 2014. Asuhan Keperawatan pada Tn.D dengan Gangguan Pemenuhan
Oksigenasi. Purwokerto: Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
Asmadi. 2012. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta: Salemba Medika
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 13. Jakarta:
EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Potter, Patricia A., Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses Dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Tarwonto dan Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Asuhan Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai