Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN OKSIGENASI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Laboratorium Klinik


Program Studi S1 Keperawatan

Disusun Oleh :

Dikhe Dean Kharisma (2020.02.030)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Dikhe Dean Kharisma

NIM : 2020.02.030

Prodi : S1 Keperawatan

Judul LP : Laporan Pendahuluhan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi

Berdasarkan hasil bimbingan oleh Dosen Pembimbing, sejak tanggal :

Banyuwangi, Juli 2021

Mahasiswa

Dikhe Dean Kharisma

NIM. 2020.02.030

Pembimbing Institut Pembimbing Klinik

Ns. Diana Kusumawati, S.Kep. M.Kes Ns. Bibit Edi Susanto, S.Kep

NIK. 060100207 NIK. 2698001110

Koordinator PLKK

Ukhtul izzah, S.Kep., Ners., M.Kep., CWCS

NIDN. 0705028404
A. Konsep Kebutuhan Dasar

Kebutuhan dasar manusia ialah unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia untuk
mempertahankan keseimbangan fisiologis dan psikologis untuk mempertahankan kehidupan
dan kesehatan. Menurut Abraham Maslow dalam Teori Hierarki Kebutuhan menyatakan
bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar :

(1) kebutuhan flsiologis (makan, minum, pakaian);

(2) keamanan dan nyaman;

(3) cinta;

(4) harga diri; dan

(5) aktualisasi diri.

B. Definisi
1. Oksigen
Oksigenasi merupakan proses penambahan O2 ke dalam system (kimia atau
fisika). Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Pemberian O2Binasal merupakan
pemberian oksigen melalui hidung dengan kanula ganda.
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 %
pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
Oksigenasi juga dapat diartikan sebagai kegiatan memasukkan zat asam (O2) ke
dalam paru dengan alat khusus.
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2). Kebutuhan
fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan
untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak
mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat
diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal. Dalam keadaan biasa manusia
membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap
menit. Respirasi berperan dalam mempertahakan kelangsungan metabolisme sel.
Sehingga di perlukan fungsi respirasi yang adekuat. Terapi oksigen merupakan salah
satu terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi yang bertujuan untuk
memberikan transport oksigen yang adekuat dalam darah serta menurunkan upaya
bernafas dan mengurangi stress pada miokardium.

Beberapa metode pemberian oksigen:

a.Low Flow Oxygen System. Hanya menyediakan sebagian dari udara


inspirasi total pasien. Pada umumnya sistem ini lebih nyaman untuk pasien
tetapi pemberiannya bervariasi menurut pola pernafasan pasien.

b.High Flow Oxygen System. Menyediakan udara inspirasi total untukpasien.


Pemberian oksigen dilakukan dengan konsisten, teratur, teliti dan tidak bervariasi
dengan pola pernafasan pasien.

2. Gangguan Oksigen

Gangguan pemenuhan oksigenasi yaitu kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak


terpenuhi secara optimal yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor fisiologi,
perilaku, perkembangan, dan faktor lingkungan. Masalah atau gangguan yang terkait
pemenuhan kebutuhan oksigenasi yaitu perubahan fungsi jantung dan perubahan fungsi
pernafasan. Perubahan fungsi jantung yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi yaitu
gangguan konduksi jantung seperti disritmia (takikardia/bradikardia), menurunnya kardiak
output seperti pada pasien dekompensi kordis menimbulkan hipoksia jaringan, kerusakan
fungsi katup seperti pada stenosis, obstruksi, myokardial iskemia/infark mengakibatkan
kekurangan pasokan darah dari arteri koroner ke miokardium sedangkan pada perubahan
fungsi pernafasan masalah yang dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi yaitu
hiperventilasi, hipoventilasi dan hipoksia.

Gangguan kebutuhan oksigenasi pada diagnosis keperawatan terdapat 3 masalah


keperawatan yaitu gangguan pertukaran gas, pola napas tidak efektif, dan bersihan jalan
napas tidak efektif. Gangguan pertukaran gas adalah keadaan ketika individu mengalami
penurunan jalannya gas (oksigen dan karbondioksida ) yang aktual antara alveoli paru-paru
dan sistem vascular. Pola nafas tidak efektif adalah keadaan ketika seorang individu
mengalami kehilangan ventilasi yang aktual atau potensial yang berhubungan dengan
perubahan pola pernafasan. Sedangkan bersihan jalan napas tidak efektif adalah suatu
keadaan ketika seorang individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada
status pernafasan sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk efektif.

C. Anatomi dan Fisiologi


1.Saluran Pernafasan Bagian Atas
a.Hidung, terdiri atas saluran dalam lubang hidungyang mengandung kelenjar
sebaseus dan ditutupi oleh rambut yang kasar. Bagian ini bermuara ke
rongga hidung yang dilapisi oleh selaput lendir dan mengandung pembuluh
darah. Udara yang masuk melalui hidung akan disaring oleh rambut yang ada
di dalam vestibulum, kemudian udara tersebut akan dihangatkan dan
dilembabkan.

b.Faring, merupakan pipa berotot yang terletak dari dasar tengkorak sampai
dengan esofagus. Berdasarkan letaknya, faring dibagi menjadi tiga yaitu
nasofaring (belakang hidung), orofaring (belakang mulut), dan laringofaring
(belakang laring).

c.Laring, merupakan saluran pernafasan setelah faring. Laring terdiri atas


bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran dengan
dua lamina yang bersambung di garis tengah.

d.Epiglotis, merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup laring saat
proses menelan.

2.Saluran Pernafasan Bagian Bawah

a.Trakhea (batang tenggorokan), merupakan kelanjutan dari laring sampai


kira-kira ketinggian vertebratorakalis kelima. Trakhea memiliki panjang
kurang lebih 9 cm dan tersusun atas 16-20lingkaran tak lengkap yang
berupa cincin. Trakhea dilapisi oleh selaput lendir dan terdapat
epitelium bersilia yang bisa mengeluarkan debu atau benda asing.

b.Bronkus, merupakan kelanjutan dari trakhea yang bercabang menjadi


bronkus kanan dan kiri. Bronkus bagian kanan lebih pendek danlebar daripada
bagian kiri. Bronkus kanan memiliki tiga lobus, yaitu lobus atas, lobus tengah
dan lobus bawah. Sedangkan bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan
dengan dua lobus, yaitu lobus atas dan bawah.

c.Bronkiolus, merupakan saluran percabangan setelah bronkus.

3.Paru-paru

Paru-paru merupakan organ utama dalam sistem pernafasan. Paru-paru


terletak di dalam rongga toraks setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma.
Paru-paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura parietalis dan
pleura viseralis, serta dilindungi oleh cairan pleura yang berisi cairan surfaktan.

Paru-paru sebagai alat pernafasan utama terdiri atas dua bagian, yaitu paru-
paru kanan dan kiri. Pada bagian tengah organ ini terdapat organ jantung beserta
pembuluh darah yang berbentuk kerucut, dengan bagian puncak disebut apeks.
Paru-paru memiliki jaringan yang bersifat elastis, berpori, serta berfungsi sebagai
tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.

a.Ventilasi ParuVentilasi paru dicapai melalui kerja pernapasan: inspirasi


(inhalasi) saat udara mengalir ke paru dan ekspirasi (ekshalasi) saatudara
mengalir keluar dari paru. Keadekuatan ventilasi tergantung pada beberapa
faktor:

-Kebersihan jalan napas.

-Keutuhan sistem saraf pusat dan pusat pernapasan.

-Keutuhan kemampuan rongga toraks untuk mengembang dan berkontraksi.

-Keadekuatan komplias dan rekoil paru.


b.Volume ParuVolume paru normal diukur melalui pemeriksaan fungsi
pulmonar. Spirometri mengukur volume udara yang memasuki atau yang
meninggalkan paru-paru. Variasi seperti kehamilan, latihan fisik, obesitas,
atau kondisi paru yang obstruktif dan restriktif. Jumlah surfaktan, tingkat
kompliansi, dan kekuatan otot pernapasan mempengaruhi tekanan dan volume
di dalam paru-paru.

c.AlveoliAlveoli mentransfer oksigen dan karbondioksida ke dan dari darah


melalui membran alveolar. Kantung udara yang kecil ini mengembang
selama inspirasi, secara besar meningkatkan area permukaan di atas
sehingga terjadi pertukaran gas.

D. Proses Oksigenasi

1.Ventilasi

Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam


alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi di pengaruhi oleh
beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru,
semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah, demikian
sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi.

Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah compliencedan Recoil.


Compliencemerupakan kemampuan paru untuk mengembang.
Sedangkan recoiladalah kemampuan CO2atau kontraksi menyempitnya paru.
Pusat pernapasan, yaitu medulla oblongata dan pons, dapat dipengaruhi
oleh ventilasi. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor:

a.Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer

b.Adanya kondisi jalan napas yang baik

c.Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam


melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
2.Difusi Gas

Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen dialveoli dengan


kapiler paru dan CO2di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini
dipengaruhi oleh beberapa paktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal
membran respirasi atau permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial (keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan). Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2(hal ini sebagai mana
O2dari alveoli masuk kedalam darah oleh karena tekanan O2dalam rongga alveoli
lebih tinggi dari tekanan O2dalam darah vena pulmonalis, masuk dalam darah
secara difusi).

3.Transfortasi Gas

Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O2kapiler ke


jaringan tubuh dan CO2jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu curah jantung (Cardiac Output), kondisi
pembuluh darah, latihan, perbandingan sel darah dengan darah secara
keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hemoglobin.

E. Macam – macam Terapi Oksigenasi

Alat Terapi Oksigen (O2) Arus Rendah

a. Nasal kanul dan nasal kateter. Nasal kanul dan nasal kateter merupakan alat terapi
oksigen (O2) dengan sistem arus rendah yang digunakan secara luas. Nasal kanul terdiri
dari sepasang tube dengan panjang + dua cm yang dipasangkan pada lubang hidung
pasien dan tube dihubungkan secara langsung menuju oxygen flow meter. Alat ini dapat
menjadi alternatif bila tidak terdapat sungkup muka, terutama bagi pasien yang
membutuhkan konsentrasi oksigen (O2) rendah oleh karena tergolong sebagai alat yang
sederhana, murah dan mudah dalam pemakaiannya. Nasal kanul arus rendah mengalirkan
oksigen ke nasofaring dengan aliran 1-6 liter/ menit dengan fraksi oksigen (O2) (Fi-O2)
antara 24-44%.
b. Sungkup muka tanpa kantong penampung. Sungkup muka tanpa kantong penampung
merupakan alat terapi oksigen (O2) yang terbuat dari bahan plastik di mana penggunaannya
dilakukan dengan cara diikatkan pada wajah pasien de ngan ikat kepala elastis yang berfungsi
untuk menutupi hidung dan mulut. Tubuh sungkup berfungsi sebagai penampung untuk oksi-
gen (O2) dan karbon dioksida (CO2) hasil ekspirasi. Alat ini mam-pu menyediakan fraksi oksigen
(O2) (FiO2) sekitar 40-60% dengan aliran sekitar 5-10 liter/ menit. Pada penggunaan alat ini,
direkomendasikan agar aliran oksigen (O2) dapat tetap dipertahankan sekitar 5 liter/ menit atau
lebih yang bertujuan untuk mencegah karbon dioksida (CO2) yang telah dikeluarkan dan
tertahan pada sungkup untuk terhirup kembali.

c. Sungkup muka dengan kantong penampung. Terdapat dua jenis sungkup muka dengan kantong
penampung yang seringkali digunakan dalam pemberian terapi oksigen (O2), yaitu sungkup
muka partial rebreathing dan sungkup muka nonrebreathing. Keduanya terbuat dari bahan
plastik namun perbedaan di antara kedua jenis sungkup muka tersebut terkait dengan adanya
katup pada tubuh sungkup dan di antara sungkup dan kantong penampung.9 Sungkup muka
partial rebreathing tidak memiliki katup satu arah di antara sungkup dengan kantong
penampung sehingga udara ekspirasi dapat terhirup kembali saat fase inspirasi sedangkan pada
sungkup muka nonrebreathing, terdapat katup satu arah antara sungkup dan kantong
penampung sehingga pasien hanya dapat menghirup udara yang terdapat pada kantong
penampung dan menghembuskannya melalui katup terpisah yang terletak pada sisi tubuh
sungkup.
F. ETIOLOGI status Oksigenasi

1.Lingkungan

Pada lingkungan yang panas tubuh berespon dengan terjadinya vasodilatasi


pembuluh darah perifer, sehingga darah banyak mengalir ke kulit. Hal tersebut
mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui kulit. Respon demikian
menyebabkan curah jantung meningkat dan kebutuhan oksigen pun meningkat.
Sebaliknya pada lingkungan yang dingin, pembuluh darah mengalami konstriksi dan
penurunan tekanan darah sehingga menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen.

2. Gangguan jantung, meliputi : ketidakseimbangan jantung meliputi


ketidakseimbangan konduksi, kerusakan fungsi valvular, hipoksia miokard,
kondisi-kondisi kardiomiopati, dan hipoksia jaringan perifer.
3. Gangguan pernapasan meliputi hiperventilasi, hipoventilasi dan hipoksia.
4. Kapasitas darah untuk membawa oksigen.
5.Latihan

Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut jantung


dan respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin tinggi.

6.Emosi

Takut, cemas, dan marah akan mempercepat denyut jantung sehingga


kebutuhan oksigen meningkat.

7.Gaya Hidup

Kebiasaan merokok akan memengaruhi status oksigenasi seseorang sebab


merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh darah arteri.
Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh
darah perifer dan pembuluh darah darah koroner. Akibatnya, suplai darah ke jaringan
menurun.

8.Status Kesehatan

Pada orang sehat, sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi berfungsi


dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh secara adekuat.
Sebaliknya, orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun penyakit pernapasan
dapat mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.

9.Saraf Otonom

Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat


mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi. Hal ini dapat terlihat
ketika terjadi rangsangan baik oleh simpatis maupun parasimpatis. Ujung
saraf dapat mengeluarkan neurotransmiter (simpatis mengeluarkan noradrenalin
yang berpengaruh pada bronkhodilatasi, sedangkan parasimpatis mengeluarkan
asetilkolin yang berpengaruh pada bronkhokonstriksi) karena terdapat reseptor
adrenergik dan reseptor kolinergik pada saluran pernafasan.

10.Hormonal dan Obat

Semua hormon termasuk derivat katekolamin yang dapat melebarkan


saluran pernafasan. Obat yang tergolong parasimpatis seperti sulfaatropin dan
ekstrak belladona, dapat melebarkan saluran nafas. Sedangkan obat yang
menghambat adrenergik tipe beta (khususnya beta-2), seperti obat yang
tergolong penyakat beta nonselektif, dapat mempersempit saluran nafas
(bronkhokontriksi).

11.Alergi pada Saluran Nafas

Banyak faktor yang menimbulkan keadaan alergi antara lain debu, bulu
binatang, serbuk benang sari bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain. Hal-hal tersebut
dapat menyebabkan bersin apabila ada rangsangan di daerah nasal, batuk apabila
rangsangannya di saluran nafas bagian atas, bronkhokontriksi terjadi pada asma
bronkhiale, dan rhinitis jika rangsangannya terletak di saluran nafas bagian bawah.

12.Faktor Perkembangan

Tahap perkembangan anak dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi


karena usia organ dalam tubuh berkembang seiring dengan usia perkembangan
anak. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia prematur, yaitu adanya kecenderungan
kekurangan pembentukan surfaktan. Setelah anak tumbuh dewasa, kemampuan
kematangan organ juga berkembang seiring bertambahnya usia.

13.Usia

Perubahan yang terjadi karena penuaan yang memengaruhi sistem pernapasan


lansia menjadi sangat penting jika sistem mengalami gangguan akibat perubahan
seperti infeksi, stres fisik atau emosional, pembedahan, anestesi, atau prosedur lain.

14.Gaya Hidup

Olahraga fisik atau aktivitas fisik meningkatkan frekuensi dan kedalaman


pernapasan dan oleh karena itu juga meningkatkan suplai oksigen di dalam tubuh.
Sebaliknya, orang yang banyak duduk, kurang memiliki ekspansi alveolar dan pola
napas dalam seperti yang dimiliki oleh orang yang melakukan akvitas secara
teratur dan merekatidak mampu berespons secara efektif terhadap stresor pernapasan.

15.Stres

Apabila stres dan stresor dihadapi, baik respon psikologis maupun fisiologis
dapat memengaruhi oksigenasi. Beberapa orang dapat mengalami hiperventilasi
sebagai respon terhadap stres.Apabila ini terjadi, PO2arteri meningkat dan
PCO2menurun. Akibatnya, orang dapat mengalami berkunang-kunang dan bebas serta
kesemutan pada jari tangan, jari kaki, dan disekitar mulut.
G. MANIFESTASI KLINIS

1.Bunyi nafas tambahan (ronchi, wheezing, stridor)

2.Perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan

3.Batuk tidak ada atau tidak efektif

4.Sianosis

5.Kesulitan untuk bersuara

6.Penurunan bunyi nafas

7.Ortopnea

8.Sputum

H. PATOFISIOLOGI

Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-
paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan
baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang
menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke
jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain
kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti
perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat
mempengaruhi pertukaran gas.

I. PERHITUNGAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

 Terapi oksigen diindikasikan pada orang dewasa dan anak dengan PaO2<60 mmHg atau
saturasi O2<90% pada kondisi istirahat dalam udara Sedangkan pada neonatus, terapi
oksigen diindikasikan bila PaO2<50 mmHg atau saturasi O2<88%.[2,9]
 Pasien dengan gejala klinis yang menunjukkan keadaan hipoksemia atau hipoksia
membutuhkan terapi oksigen, seperti : [2,10]
 infark miokard,
 edema paru kardiogenik,
 cedera paru akut,

 acute respiratory distress syndrome (ARDS),


 fibrosis paru,

 keracunan sianida,
 keracunan karbon monoksida, dll

 Oksigen tambahan juga diberikan selama masa perioperatif karena pada umumnya obat-
obatan anastesi menyebabkan penurunan PaO2 sekunder akibat peningkatan rasio
ventilasi/perfusi dan penurunan kapasitas residu fungsional paru.[2,10]
 Terapi oksigen juga diberikan sebelum prosedur seperti suction trakea atau bronkoskopi
yang dapat menyebabkan desaturasi arteri. Terapi oksigen telah terbukti memperpanjang
angka harapan hidup pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik dengan PaO2
<60 mmHg.[2,10]

Kondisi Pasien Rekomendasi


Penyakit kritis yang
membutuhkan kadar O2 tinggi
 Terapi oksigen awal: masker
 Henti jantung
dengan reservoir 15L/menit
 Trauma berat, syok, sepsis  Ketika stabil, kurangi dosis O2 dengan target saturasi 94-
 Tenggelam 98% (jika tidak ada pulse oxymetry, lanjutkan
penggunaan masker hingga terapi definitif tersedia)
 Syok anafilaktik  Pasien dengan PPOK atau faktor risiko hiperkapnia lain
 Status epileptikus yang mengalami penyakit kritis sebaiknya menerima
target saturasi awal yang sama dengan pasien penyakit
 Keracunan CO
kritis lainnya
Penyakit berat yang  Terapi oksigen awal: kanula  hidung 2-6L/menit atau
membutuhkan kadar O2 moderat
masker wajah sederhana 5-10 L/menit; ubah ke masker
pada pasien hipoksemik
dengan reservoir jika target saturasi yang diinginkan
 Asma akut, pneumonia
tidak dapat dicapai dengan kanula hidung atau masker
 Kanker paru, fibrosis paru
wajah sederhana
 Efusi pleura,  Untuk pasien yang tidak memiliki risiko gagal napas
pneumotoraks hiperkapnik namun dengan saturasi <85%, terapi
 Gagal jantung akut sebaiknya diberikan dengan masker reservoir 10-15
L/menit dan target saturasi 94-98%.
 nemia berat

PPOK dan kondisi lain yang


membutuhkan terapi O2 terkontrol  Sebelum tersedia analisa gas darah, gunakan kanul
atau dosis rendah hidung 1-2L/menit dengan target saturasi awal 88-92%
 PPOK untuk pasien dengan faktor risiko hiperkapnia, tetapi
tanpa riwayat asidosis respiratorik
 Sistik fibrosis
 Ubah target saturasi menjadi 94-98% jika PaCO2 normal
 Obesitas morbid
dan cek ulang gas darah setelah 30-60 menit
Pasien perlu pengawasan ketat
tetapi tidak butuh terapi
O2 kecuali pasien hipoksemik Jika hipoksemik, terapi O2 awal: kanula hidung 2-6 L/menit
atau masker wajah sederhana 5-10L/menit kecuali saturasi
Infark miokard
<85% (gunakan masker dengan reservoir) atau jika ada risiko
Stroke, kelainan metabolik hiperkapnia

Kegawat daruratan kehamilan Rekomendasi target saturasi awal: 94-98%


J. PATHWAY
K.PENCEGAHAN

Dengan metode pemberian O2 seperti memasang alat oksigen :kateter nasal,


kanul nasal, dan sangkup muka sederhana yang membantu untuk memberikan udara atau
oksigen kepada pasien yang membutuhkan bantuan dalam pemenuhan kebutuhan
oksigen.

L.PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.Metode Morfologis

a.Radiologi

Parenkim paru yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil


terhadap jalannya sinar X sehingga memberi bayangan yang sangat
memancar. Bagian padat udara akan memberikan udara bayangan yang lebih
padat karena sulit ditembus sinar X. benda yang padat member kesan warna
lebih putih dari bagian berbentuk udara.

b.Bronkoskopi

Merupakan teknik yang memungkinkan visualisasi langsung trachea


dan cabang utamanya. Biasanya digunakan untuk memastikan karsinoma
bronkogenik, atau untuk membuang benda asing. Setelah tindakan ini pasien
tidak bolelh makan atau minum selama 2 -3 jam sampai tikmbul reflex
muntah. Jika tidak, pasien mungki9n akan mengalami aspirasi ke dalam
cabanga trakeobronkeal.

c.Pemeriksaan Biopsi
Manfaat biopsy paru –paru terutama berkaitan dengan penyakit paru
yang bersifat menyebar yang tidak dapat didiagnosis dengan cara lain.

d.Pemerikasaan Sputum

Bersifat mikroskopik dan penting untuk mendiagnosis etiologi


berbagai penyakit pernapasan. Dapat digunakan untuk menjelaskan organisme
penyebab penyakit berbagai pneumonia, bacterial, tuberkulosa, serta
jamur. Pemeriksaan sitologi eksploitatif pada sputum membantu proses
diagnosis karsinoma paru. Waktu yang baik untuk pengumpulan sputum adalah
pagi hari bangun tidur karena sekresi abnormal bronkus cenderung berkumpul
waktu tidur.

M. PENATALAKSANAAN

1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif


a. Pembersihan jalan nafas
b. Latihan batuk efektif
c. Suctioning
d. Jalan nafas buatan
2. Pola nafas tidak efektif
a. Atur posisi pasien
b. Pemberian oksigen
c. Teknik bernafas dan relaksasi
3. Gangguan pertukaran gas
a. Atur posisi pasien (posisi fowler)
b. Pemberian oksigen
c. Suctioning
N. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Penerapan Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Gangguan Oksigenasi

a. Pengkajian
1) Identitas

 Nama Pasien : Ny. Masita Sofiani


 Umur : 30 Tahun
 Suku / Bangsa : Indonesia
 Agama : Islam
 Pendidikan : -
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Alamat : Karangsari 2/4 Kedaleman Rogojampi
 Sumber Biaya : Asuransi

2) Keluhan Utama

Sesak Nafas

3) Riwayat Penyakit Saat Ini

Px dating ke Rumah Sakit NU Mangir pada tanggal 05 Juli 2021 dengan keluhan
muntah, mual, dan pusing sejak kemarin tanggal 04 Juli 2021, setelah pengecekan di IGD
dengan diberikan Tindakan pemberian infus, lalu pasien dipindahkan ke Ruang Anggrek
dengan diberikan Tindakan pemberian infus, pemberian injeksi obat, dan obat oral. Saat
pengkajian pasien mengeluhkan sesak nafas di dadanya, kemudian pasien dibantu untuk
diberikan alat oksigenasi berbentuk Nassal Canul 1-4 liter agar pernafasannya normal
kembali.

4) Riwayat Penyakit Dahulu

Px pernah dirawat di Rumah Sakit NU Mangir pada tahun 2020 dengan Riwayat
operasi Kista Cokelat.

5) Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada Riwayat penyakit turunan dari keluarga

b. Diagnosa Keperawatan

NO NO DX DIAGNOSA DEFINISI FAKTOR GEJALA


KEPERAWATAN RESIKO YANG
BERHUBUNGAN
1 D. 0005 Pola nafas tidak Inspirasi dan atau -Depresi pusat -Dispnea
efektif eksipirasi yang pernafasan (Sesak
tidak -Hambatan upaya Nafas)
memberikan nafas (mis. Nyeri -Penggunaan
ventilasi adekuat. saat bernafas, otot bantu
kelemahan otot pernafasan
bernafas).

c. Intervensi Keperawatan

NO INTERVENSI NO PENJELASAN
KEPERAWATAN SIKI INTERVENSI PENDUKUNG
1 Pola nafas tidak I. 01002 Dukungan ventilasi :
efektif 1.Observasi :
 Identifikasi adanya kelelahan
otot bantu nafas
 Identifikasi efek perubahan
posisi terhadap status
pernafasan
2.Terapeutik :
 Pertahankan kepatenan jalan
nafas
 Fasilitasi mengubah posisi
senyaman mungkin
 Berikan oksigenasi sesuai
kebutuhan (mis. Nasal Kanul)
3.Edukasi :
 Ajarkan mengubah posisi secara
mandiri
d. Implementasi Keperawatan

1. Observasi

- Mengecek TTV (Nadi : 106 ×/menit, Respirasi : 30 ×/menit

-Mengecek Posisi tidur pasien

2. - Memberikan alat oksigenasi yaitu Nasal Kanul 1-4 l/m

- Membantu pasien mengubah posisi senyaman mungkin

- Mengecek oksigenasi agar terus jalan agar lancer

3. – Mengajarkan pasien dan keluarga cara merubah posisi saat tidur dan duduk agar alat
oksigenasi tetap berjalan dengan lancar serta agar tidak merasakan nyeri sesak

e. Evaluasi

N0 KODE SLKI KRITERIA HASIL NILAI


1 2 3 4 5
1 L. 01004 Pola Nafas Dispnea √

Penggunaan Otot √
Bantu Nafas

Note :

Nilai 1 : Menurun Nilai 4 : Cukup Meningkat/Cukup Membaik


Nilai 2 : Cukup Menurun Nilai 5 : Meningkat/Membaik
Nilai 3 : Sedang
f. Dokumentasi

Nama Tanggal Jam Tindakan yang Respon Nama TTD


Pasien dilakukan atau Hasil Perawat
Tindakan
Ny. Rabu, 07 14:00 Observasi Pasien
Masita Juli 2021 1. Mengecek merasakan
Sofiani TTV gelisah dan
2. Mengecek tidak
posisi tidur nyaman
pasien saat dikarenakan
merasakan sesak sesak nafas

15:00 -Memasang dan Pasien


memberikan alat merasa
oksigenasi yaitu nyaman dan
Nasal Kanul 1-4 tenang
l/m setelah
-Membantu diberikan
pasien mengubah alat
posisi senyaman oksigenasi
mungkin
-Mengecek
oksigen agar
terius berjalan
09:00 1.Mengajarkan Pasien dan
Pasien dan keluarga
keluarga cara merasa
posisi saat tidur paham dan
dan duduk agar bisa
alat oksigenasoi melakukan
tetap berjalan dan
tidak merasakan
nyeri sesak
kembali
DAFTAR PUSTAKA

Devi2. Putriani . Laporan Pendahuluan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen

https://studylibid.com/doc/4343332/lp-oksigenasi-helen (diakses pada 7 Juli 2021 pukul


15:00)

Nanang. 2015. LP Oksigenasi ( Pencegahan Kekurangan Oksigen)

https://www.slideshare.net/nanangawaw/134454836-lpoksigenasi (diakses pada 7 Juli


2021 pukul 18:00)

Sarwan. (2014). Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

https://www.kompasiana.com/www.sarwan.com/54f927efa33311d33b8b4e02/konsep-
kebutuhan-dasar-manusia?page=all (diakses pada 7 Juli 2021 pukul 20:00)

Poltekkesjogja. Definisi Gangguan Kebutuhan Oksigen

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1367/4/4.%20chapter%202.pdf (diakses pada tanggal 8


Juli 2021 pukul 16:30)

Alomedika. (2017). Perhitungan Kebutuhan Oksigen

https://www.alomedika.com/obat/anestetik/anestetik-umum/oksigen/indikasi-dan-dosis
(diakses pada tanggal 8 Juli 2021 pukul 16:45)
LEMBAR KONSUL

Nama : Dikhe Dean Kharisma

NIM : 2020.02.030

Prodi : S1 Keperawatan

Judul LP : Laporan Pendahuluan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi

NO HARI/ PEMBIMBING PERBAIKAN/MASUKAN PARAF


TANGGAL
1 Kamis, 08 Ns. Diana Kusumawati,  Definisi Gangguan
Juli 2021 S.Kep. M.Kes Kebutuhan Oksigen
 Konsep Askep
 Perhitungan
Kebutuhan Oksigen

2 Senin, 12 Ns. Bibit Edi Susanto,


 Jenis – jenis Terapi
Juli 2021 S.Kep
Oksigenasi beserta
jumlahnya

Anda mungkin juga menyukai