Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

DOKUMENTASI KEPERAWATAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENISASI DAN SIRKULASI

DOSEN PENGAMPUH :
Ns. Rahma Annisa.,M. Kep

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2A

Berliana Maury NIM :P051203210


Cherina Ayu NIM :P05120321006
David Samsuri NIM :P051203210
Ledyah Citrah NIM :P05120321023
Meta Anggraini NIM :P05120321027
M. Iqbal Fadillah NIM :P051203210

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/202
KATA PENGANTAR
Puji Syukur senantiasa kami hanturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah Dokumentasi
Keperawatan dengan judul "Pemenuhan kebutuhan oksigenisasi dan sirkulasi"
saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki
Oleh karena itu, saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, saya berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia Pendidikan.

Bengkulu, 12 November 2022

Kelompok
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kebutuhan dasar manusia yang paling vital adalah oksigen. Oksigen
dibutuhkan oleh, tubuh untuk menjaga kelangsungan metabolisme sel,
sehingga dapat mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai sel, jaringan,
atau organ (Saputra, 2013).
Oksigen (O2) merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan
hidup sel dan jaringan tubuh karena oksigenasi diperlukan untuk proses
metabolisme tubuh secara terus menerus .
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel
tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2
ruangan setiap kali bernapas. (Wartonah Tarwanto, 2006. Dalam
pelaksanannya pemenuhan kebutuhan oksigen merupakan tugas perawat
tersendiri, oleh karena itu setiap perawat harus paham dengan manisfestasi
tingkat pemenuhan oksigen pada klienya serta mampu mengatasi berbagai
masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tesebut. Oleh karena itu,
kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital
bagi tubuh.
Jika oksigen dalam tubuh berkurang, maka ada istilah yang dipakai
sebagai manifestasi kekurangan oksigen tubuh yaitu hipoksemia, hipoksia, dan
gagal napas. Status oksigenasi tubuh dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan analisa gas darah (AGD) dan oksimetri (Tarwoto & Wartonah,
2011).

B. TUJUAN
Untuk mengetahui askep pemenuhan kebutuhan oksigenisasi dan sirkulasi.

C. MANFAAT
1. Mengetahui lebih jauh tentang oksigenisasi dan sirkulasi
2. Mengetahui asuhan keperawatan pada pemenuhan kebutuhan oksigenisasi
dan sirkulasi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEBUTUHAN OKSIGENASI


Kebutuhan oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar pada
manusia, yaitu kebutuhan fisiologis. Pemenuhan kebutuhan oksigenasi
ditujukan untuk menjaga kelangsungan metabolisme sel tubuh,
mempertahankan hidupnya, dan melakukan aktivitas bagi berbagai organ atau
sel.

B. SISTEM TUBUH YANG BERPERAN DALAM KEBUTUHAN


OKSIGENASI
Sistem pernapasan berperan dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi
sistem terdiri atas saluran pernapasan bagian atas, saluran pernapasan bagian
bawah, dan paru-paru.
1. Saluran pernapasan bagian atas
Saluran pernapasan bagian atas terdiri atas hidung, faring, laring,
dan epiglotis. Saluran ini berfungsi dalam menyaring, menghangatkan, dan
melembapkan udara yang dihirup.
a. Hidung
Proses oksigenasi diawali dengan masuknya udara melalui
hidung. Pada hidung terdapat nares anterior yang mengandung kelenjar
sebaseus dan ditutupi oleh rambut yang kasar. Bagian ini bermuara ke
rongga hidung, sebagai bagian hidung lainnya, yang dilapisi oleh
selaput lendir dan mengandung pembuluh darah. Udara yang masuk
melalui hidung akan disaring oleh rambut yang ada di dalam
vestibulum (sebagai bagian dari rongga hidung), kemudian udara
tersebut akan dihangatkan dan dilembapkan.
b. Faring
Faring merupakan pipa berotot yang terletak dari dasar
tengkorak sampai dengan esofagus. Berdasarkan letaknya, faring
dibagi menjadi tiga yaitu nasofaring (di belakang hidung), orofaring (di
belakang mulut), dan laringofaring (di belakang laring).
c. Laring (tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring. Laring
terdiri atas bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan
membran dengan dua lamina yang bersambung di garis tengah.
d. Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas
menutup laring saat proses menelan.
2. Saluran pernapasan bagian bawah
Saluran pernapasan bagian bawah terdiri atas trakhea, bronkhus,
segmen bronkhi, dan bronkhiolus (Gambar 2.2). Saluran ini berfungsi
mengalirkan udara dan memproduksi surfaktan.
a. Trakhea
Trakhea (batang tenggorok) merupakan kelanjutan dari laring
sampai kira-kira ketinggian vertebrae torakalis kelima. Trakea
memiliki panjang = 9 cm dan tersusun atas 16-20 lingkaran tak
lengkap yang berupa cincin Trakhea dilapisi oleh selaput lendir dan
terdapat epitelium bersilia yang bisa mengeluarkan debu atau benda
asing.
b. Brokhus
Bronkhus merupakan kelanjutan dari trakhea yang bercabang
menjadi bronkhus kanan dan kiri. Bronkhus bagian kanan lebih pendek
dan lebar daripada bagian kiri. Bronkhus kanan memiliki tiga lobus,
yaitu lobus atas, tengah, dan bawah. Sedangkan bronkhus kiri lebih
panjang dari bagian kanan dengan dua lobus, yaitu lobus atas dan
bawah.
c. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah bronkus.
3. Paru-paru
Paru-paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan.
Paru-paru terletak di dalam rongga toraks setinggi tulang selangka
sampai dengan diafragma. Paru-paru terdiri atas dua bagian, yaitu paru-
paru kanan dan kiri. Pada bagian tengah dari organ tersebut terdapat
organ jantung yang berbentuk kerucut beserta pembuluh darahnya.
Bagian puncak paru-paru disebut dengan apeks.
Paru-paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura.
Pleura tersebut ada dua macam yaitu pleura parietalis dan pleura
viseralis. Di antara kedua pleura tersebut terdapat cairan pleura yang
berisi cairan surfaktan. Keberadaan cairan tersebut ditujukan untuk
melindungi paru-paru. Paru-paru memiliki jaringan yang bersifat elastis
dan berpori. Paru-paru berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen
dan karbondioksida.

C. PROSES OKSIGENASI
Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas
tiga tahapan, yaitu ventilasi, difusi, dan transportasi.
1. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari
atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu
tempat, maka tekanan udaranya semakin rendah. Demikian pula
sebaliknya, semakin rendah tempat tersebut maka tekanan udaranya
semakin tinggi.
b. Adanya kondisi jalan napas yang baik. Jalan napas tersebut dimulai
dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos yang
kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom. Sistem saraf
tersebut terdiri atas sistem saraf simpatis dan parasimpatis.
Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi
sehingga dapat terjadi vasodilatasi, sedangkan kerja saraf
parasimpatis dapat menyebabkan kontriksi sehingga dapat
menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan. Adapun
baiknya kondisi jalan napas dapat disebabkan oleh adanya peran
mukus siliaris sebagai penangkal benda asing yang mengandung
interveron dan dapat mengikat virus. Selain itu, baiknya kondisi
jalan napas juga dipengaruhi oleh adanya refleks batuk dan muntah.
c. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam
melaksanakan ekspansi atau kembang kempis. Kemampuan paru-
paru untuk mengembang disebut dengan compliance. Sedangkan
recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO, atau
kontraksinya paru-paru. Apabila compliance baik, tetapi recoil
terganggu. Gas CO, tidak dapat keluar secara maksimal. Compliance
dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu adanya surfaktan dan adanya
sisa udara. Surfaktan pada lapisan alveoli diproduksi saat terjadi
peregangan sel alveoli, dan disekresi saat pasien menarik napas.
Surfaktan tersebut berfungsi untuk menurunkan tegangan
permukaan. Sedangkan adanya sisa udara menyebabkan tidak
terjadinya kolaps dan gangguan toraks.
Pusat pernapasan, yaitu medula oblongata dan pons, dapat
dipengaruhi oleh proses ventilasi. Hal tersebut karena CO, memiliki
kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan CO, dalam batas
60 mmHg dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan. Bila PaCO,
≤ 80 mmHg, maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.
2. Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O, dari alveoli ke kapiler
paru- paru dan CO, dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Luasnya permukaan paru-paru.
b. Tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli
dan interstisial. Keduanya dapat memengaruhi proses difusi apabila
terjadi proses penebalan. Makin tebal membran, maka proses difusi
makin sulit.
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O,. Hal ini dapat terjadi
sebagaimana O, dari alveoli masuk ke dalam darah secara berdifusi
karena tekanan O, dalam rongga alveoli lebih tinggi daripada
tekanan O, dalam darah vena pulmonali. Sedangkan CO, dari arteri
pulmonalis akan berdifusi ke dalam alveoli.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat
Hb.
3. Transportasi
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O,
kapiler ke jaringan tubuh dan CO, jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses
transportasi, O, akan berikatan dengan Hb membentuk oksihemoglobin
(97%) dan larut dalam plasma (3%). Sedangkan CO, akan berikatan
dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), larut dalam
plasma (5%), dan sebagian menjadi HCO, berada dalam darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di
antaranya: a. Kardiak output, dapat dinilai melalui isi sekuncup dan
frekuensi denyut jantung. b. Kondisi pembuluh darah, latihan & aktivitas
seperti olah raga, dan lain- lain.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEBUTUHAN


OKSIGENASI
1. Saraf otonom
Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat
memengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi. Hal ini dapat
terlihat ketika terjadi rangsangan baik oleh simpatis maupun
parasimpatis. Ujung saraf dapat mengeluarkan neurotransmiter (simpatis
mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada bronkhodilatasi;
sedangkan parasimpatis mengeluarkan asetilkolin yang berpengaruh pada
bronkhokonstriksi) karena terdapat reseptor adrenergik dan reseptor
kolinergik pada saluran pernapasan
2. Hormonal dan obat
Semua hormon termasuk derivat katekolamin yang dapat
melebarkan saluran pernapasan. Obat yang tergolong parasimpatis dapat
melebarkan saluran napas, seperti Sulfas Atropin. Ekstrak Belladona dan
obat yang menghambat adrenergik tipe beta (khususnya beta-2) dapat
mempersempit saluran napas (bronkhokontriksi), seperti obat yang
tergolong beta bloker nonselektif.
3. Alergi pada saluran napas
Banyak faktor yang menimbulkan keadaan alergi antara lain
debu, bulu binatang, serbuk benang sari bunga, kapuk, makanan, dan
lain-lain. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan bersin apabila ada
rangsangan di daerah nasal; batuk apabila rangsangannya di saluran
napas bagian atas; bronkhokontriksi terjadi pada asma bronkhiale; dan
rhinitis jika rangsangannya terletak di saluran napas bagian bawah.
4. Faktor perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhan
oksigenasi karena usia organ di dalam tubuh seiring dengan usia
perkembangan anak. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia prematur
dengan adanya kecenderungan kurang pembentukan surfaktan. Setelah
anak tumbuh menjadi dewasa, kematangan organ terjadi seiring dengan
bertambahnya usia.
5. Faktor lingkungan
Kondisi lingkungan yang dapat memengaruhi kebutuhan
oksigenasi, seperti faktor alergi, ketinggian dan suhu. Kondisi-kondisi
tersebut memengaruhi kemampuan adaptasi.
6. Faktor perilaku
Perilaku yang dimaksud di antaranya adalah perilaku dalam
mengonsumsi makanan (status nutrisi), aktivitas yang dapat
meningkatkan kebutuhan oksigenasi, merokok, dan lain-lain. Perilaku
dalam mengonsumsi makanan berpengaruh terhadap pemenuhan
kebutuhan oksigenasi, seperti obesitasnya seseorang yang memengaruhi
proses pengembangan paru-paru. Sedangkan merokok dapat
menyebabkan proses penyempitan pada pembuluh darah.

E. GANGGUAN/MASALAH KEBUTUHAN OKSIGENASI


1. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan
kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau
peningkatan penggunaan oksigen di tingkat sel, sehingga dapat
memunculkan tanda seperti kulit kebiruan (sianosis). Secara umum,
terjadinya hipoksia ini disebabkan oleh menurunnya kadar Hb,
menurunnya difusi O, dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi
jaringan, atau gangguan ventilasi yang dapat menurunkan konsentrasi
oksigen.
2. Perubahan pola pernapasan
a. Takipnea merupakan pernapasan dengan frekuensi lebih dari 24 kali
permenit. Proses ini terjadi karena paru-paru dalam keadaan
atelektaksis atau terjadi emboli.
b. Bradipnea merupakan pola pernapasan yang lambat abnormal, ± 10
kali per menit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan
tekanan intrakranial yang disertai narkotik atau sedatif.
c. Hiperventilasi merupakan cara tubuh mengompensasi metabolisme
tubuh yang terlampau tinggi dengan pernapasan lebih cepat dan
dalam sehingga terjadi peningkatan jumlah oksigen dalam paru-paru.
Proses ini ditandai adanya peningkatan denyut nadi, napas pendek,
adanya nyeri dada, menurunnya konsentrasi CO,, dan lain-lain.
Keadaan demikian dapat disebabkan oleh adanya infeksi,
ketidakseimbangan asam basa, atau gangguan psikologis. Pasien
dengan hiperventilasi dapat mengalami hipokapnea, yaitu
berkurangnya CO, tubuh di bawah batas normal sehingga
rangsangan terhadap pusat pernapasan menurun.
d. Kussmaul merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat
ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolik.
e. Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan
karbondioksida dengan cukup pada saat ventilasi alveolar, serta tidak
cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli dalam penggunaan
oksigen. Tidak cukupnya oksigen untuk digunakan ditandai dengan
adanya nyeri kepala; penurunan kesadaran; disorientasi atau
ketidakseimbangan elektrolit yang dapat terjadi akibat atelektasis;
otot-otot pernapasan lumpuh; depresi pusat pernapasan; peningkatan
tahanan jalan udara pernapasan; penurunan tahanan jaringan paru-
paru dan toraks; serta penurunan compliance paru-paru dan toraks.
Keadaan demikian menyebabkan hiperkapnea, yaitu retensi CO,
dalam tubuh sehingga PaCO, meningkat (akibat hipoventilasi) dan
akhirnya mengakibatkan depresi susunan saraf pusat.
f. Dispnea merupakan sesak dan berat saat pernapasan. Hal ini dapat
disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah/jaringan, kerja
berat/berlebihan, dan pengaruh psikis.
g. Ortopnea merupakan kesulitan bernapas kecuali dalam posisi duduk
atau berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang yang
mengalami kongestif paru-paru.
h. Cheyne stokes merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya
mula- mula naik kemudian menurun dan berhenti, lalu pernapasan
dimulai lagi dari siklus baru. Periode apnea berulang secara teratur.
i. Pernapasan paradoksial merupakan pernapasan di mana dinding
paru-paru bergerak berlawanan arah dari keadaan normal. Sering
ditemukan pada keadaan atelektasis.
j. Biot merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengan cheyne
stokes, akan tetapi amplitudonya tidak teratur. Pernapasan ini
ditandai dengan periode apnea tak beraturan, bergantian dengan
periode pengambilan empat atau lima napas yang kedalamannya
sama. Pola ini sering dijumpai pada pasien dengan radang selaput
otak, peningkatan tekanan intrakranial, trauma kepala, dan lain-lain.
k. Stridor merupakan pernapasan bising yang terjadi karena
penyempitan pada saluran pernapasan. Pada umumnya ditemukan
pada kasus spasme trakhea atau obstruksi laring.
3. Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas merupakan suatu kondisi pada individu
dengan pernapasan yang mengalami ancaman, terkait dengan
ketidakmampuan batuk secara efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh
sekret yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi; immobilisasi;
stasis sekresi; serta batuk tidak efektif karena penyakit persarafan seperti
cerebro vaskular accident (CVA), akibat efek pengobatan sedatif, dan
lain-lain.
Tanda klinis:
a. Batuk tidak efektif atau tidak ada.
b. Tidak mampu mengeluarkan sekret di jalan napas.
c. Suara napas menunjukkan adanya sumbatan.
d. Jumlah, irama, dan kedalaman pernapasan tidak normal.
4. Pertukaran gas
Pertukaran gas merupakan suatu kondisi pada individu yang
mengalami penurunan gas, baik oksigen maupun karbondioksida, antara
alveoli paru- paru dan sistem vaskular. Hal ini dapat disebabkan oleh
sekret yang kental atau immobilisasi akibat penyakit sistem saraf; depresi
susunan saraf pusat; atau penyakit radang pada paru-paru. Terjadinya
gangguan dalam pertukaran gas ini menunjukkan bahwa penurunan
kapasitas difusi dapat menyebabkan pengangkutan O, dari paru-paru ke
jaringan terganggu, anemia dengan segala macam bentuknya, keracunan
CO,, dan terganggunya aliran darah. Penurunan kapasitas difusi tersebut
antara lain disebabkan oleh menurunnya luas permukaan difusi,
menebalnya membran alveolar kapiler, dan rasio ventilasi perfusi yang
tidak baik.
Tanda klinis:
a. Dispnea pada usaha napas.
b. Napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang.
c. Agitasi.
d. Lelah, letargi.
e. Meningkatnya tahanan vaskular paru-paru.
f. Menurunnya saturasi oksigen dan meningkatnya PaCO,.
g. Sianosis.
DAFTAR PUSTAKA

Uliyah Dkk Musrifatul 2014, Keperawatan Dasar I, UMSurabaya Publishing Jl


Sutorejo No 59 Surabaya 60113

Anda mungkin juga menyukai