DOKUMENTASI KEPERAWATAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENISASI DAN SIRKULASI
DOSEN PENGAMPUH :
Ns. Rahma Annisa.,M. Kep
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2A
Kelompok
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kebutuhan dasar manusia yang paling vital adalah oksigen. Oksigen
dibutuhkan oleh, tubuh untuk menjaga kelangsungan metabolisme sel,
sehingga dapat mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai sel, jaringan,
atau organ (Saputra, 2013).
Oksigen (O2) merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan
hidup sel dan jaringan tubuh karena oksigenasi diperlukan untuk proses
metabolisme tubuh secara terus menerus .
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel
tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2
ruangan setiap kali bernapas. (Wartonah Tarwanto, 2006. Dalam
pelaksanannya pemenuhan kebutuhan oksigen merupakan tugas perawat
tersendiri, oleh karena itu setiap perawat harus paham dengan manisfestasi
tingkat pemenuhan oksigen pada klienya serta mampu mengatasi berbagai
masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tesebut. Oleh karena itu,
kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital
bagi tubuh.
Jika oksigen dalam tubuh berkurang, maka ada istilah yang dipakai
sebagai manifestasi kekurangan oksigen tubuh yaitu hipoksemia, hipoksia, dan
gagal napas. Status oksigenasi tubuh dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan analisa gas darah (AGD) dan oksimetri (Tarwoto & Wartonah,
2011).
B. TUJUAN
Untuk mengetahui askep pemenuhan kebutuhan oksigenisasi dan sirkulasi.
C. MANFAAT
1. Mengetahui lebih jauh tentang oksigenisasi dan sirkulasi
2. Mengetahui asuhan keperawatan pada pemenuhan kebutuhan oksigenisasi
dan sirkulasi.
BAB II
PEMBAHASAN
C. PROSES OKSIGENASI
Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas
tiga tahapan, yaitu ventilasi, difusi, dan transportasi.
1. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari
atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu
tempat, maka tekanan udaranya semakin rendah. Demikian pula
sebaliknya, semakin rendah tempat tersebut maka tekanan udaranya
semakin tinggi.
b. Adanya kondisi jalan napas yang baik. Jalan napas tersebut dimulai
dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos yang
kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom. Sistem saraf
tersebut terdiri atas sistem saraf simpatis dan parasimpatis.
Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi
sehingga dapat terjadi vasodilatasi, sedangkan kerja saraf
parasimpatis dapat menyebabkan kontriksi sehingga dapat
menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan. Adapun
baiknya kondisi jalan napas dapat disebabkan oleh adanya peran
mukus siliaris sebagai penangkal benda asing yang mengandung
interveron dan dapat mengikat virus. Selain itu, baiknya kondisi
jalan napas juga dipengaruhi oleh adanya refleks batuk dan muntah.
c. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam
melaksanakan ekspansi atau kembang kempis. Kemampuan paru-
paru untuk mengembang disebut dengan compliance. Sedangkan
recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO, atau
kontraksinya paru-paru. Apabila compliance baik, tetapi recoil
terganggu. Gas CO, tidak dapat keluar secara maksimal. Compliance
dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu adanya surfaktan dan adanya
sisa udara. Surfaktan pada lapisan alveoli diproduksi saat terjadi
peregangan sel alveoli, dan disekresi saat pasien menarik napas.
Surfaktan tersebut berfungsi untuk menurunkan tegangan
permukaan. Sedangkan adanya sisa udara menyebabkan tidak
terjadinya kolaps dan gangguan toraks.
Pusat pernapasan, yaitu medula oblongata dan pons, dapat
dipengaruhi oleh proses ventilasi. Hal tersebut karena CO, memiliki
kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan CO, dalam batas
60 mmHg dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan. Bila PaCO,
≤ 80 mmHg, maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.
2. Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O, dari alveoli ke kapiler
paru- paru dan CO, dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Luasnya permukaan paru-paru.
b. Tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli
dan interstisial. Keduanya dapat memengaruhi proses difusi apabila
terjadi proses penebalan. Makin tebal membran, maka proses difusi
makin sulit.
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O,. Hal ini dapat terjadi
sebagaimana O, dari alveoli masuk ke dalam darah secara berdifusi
karena tekanan O, dalam rongga alveoli lebih tinggi daripada
tekanan O, dalam darah vena pulmonali. Sedangkan CO, dari arteri
pulmonalis akan berdifusi ke dalam alveoli.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat
Hb.
3. Transportasi
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O,
kapiler ke jaringan tubuh dan CO, jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses
transportasi, O, akan berikatan dengan Hb membentuk oksihemoglobin
(97%) dan larut dalam plasma (3%). Sedangkan CO, akan berikatan
dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), larut dalam
plasma (5%), dan sebagian menjadi HCO, berada dalam darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di
antaranya: a. Kardiak output, dapat dinilai melalui isi sekuncup dan
frekuensi denyut jantung. b. Kondisi pembuluh darah, latihan & aktivitas
seperti olah raga, dan lain- lain.