Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


stase Keperawatan Dasar

Disusun oleh :

PUTRI FIYANTI ODE

A1C122006

CI INSTITUSI CI LAHAN

(…………………………..) (…………………………..)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY

2022
B. OKSIGENASI
a. Pengertian
Oksigen merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan dalam proses
kehidupan karena oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh.
Kebutuhan oksigen didalam tubuh harus terpenuhi karena apabila berkurang maka
akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan apabila berlangsung lama akan
menyebabkan kematian Proses pemenuhan kebutuhan oksigen pada manusia dapat
dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui saluran pernafasan, pembebasan
jalan nafas dari sumbatan yang menghalangi masuknya oksigen, memulihkan dan
memperbaiki organ pernafasan agar berfungsi secara normal
Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh
bersama dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen. Oksigen
merupakan unsur yang diperlukan oleh tubuh dalam setiap menit ke semua proses
penting tubuh seperti pernapasan, peredaran, fungsi otak, membuang zat yang tidak
dibutuhkan oleh tubuh, pertumbuhan sel dan jaringan, serta pembiakan hanya berlaku
apabila terdapat banyak oksigen. Oksigen juga merupakan sumber tenaga yang
dibutuhkan untuk metabolisme tubuh
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam sistem
tubuh baik itu bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan kedalam tubuh secara
alami dengan cara bernapas. Pernapasan atau respirasi merupakan proses pertukaran
gas antara individu dengan lingkungan yang dilakukan dengan cara menghirup udara
untuk mendapatkan oksigen dari lingkungan dan kemudian udara dihembuskan untuk
mengeluarkan karbon dioksida ke lingkungan). Kebutuhan Oksigenasi merupakan
salah satu kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme tubuh dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan berbagai
aktivitas sel tubuh dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan oksigenasi dipengaruhi
oleh beberapa factor seperti fisiologis, perkembangan, perilaku, dan lingkungan
b. Anatomi fisiologi
Sistem respirasi adalah sistem yang memiliki fungsi utama untuk melakukan
respirasi dimana respirasi merupakan proses mengumpulkan oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida. Fungsi utama sistem respirasi adalah untuk
memastikan bahwa tubuh mengekstrak oksigen dalam jumlah yang cukup untuk
metabolisme sel dan melepaskan karbondioksida. Sistem respirasi terbagi menjadi
sistem pernafasan atas dan sistem pernafasan bawah. Sistem pernafasan atas terdiri
dari hidung, faring dan laring. Sedangkan sistem pernafasan bawah terdiri dari trakea,
bronkus dan paru-paru
1) Hidung
Masuknya udara bermula dari hidung. Hidung merupakan organ pertama
dalam sistem respirasi yang terdiri dari bagian eksternal (terlihat) dan bagian
internal. Di hidung bagian eksternal terdapat rangka penunjang berupa tulang dan
hyaline kartilago yang terbungkus oleh otot dan kulit. Struktur interior dari bagian
eksternal hidung memiliki tiga fungsi :
- menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara yang masuk;
- mendeteksi stimulasi olfaktori (indra pembau)
- modifikasi getaran suara yang melalui bilik resonansi yang besar dan bergema.
Rongga hidung sebagai bagian internal digambarkan sebagai ruang yang besar
pada anterior tengkorak (inferior pada tulang hidung; superior pada rongga
mulut); rongga hidung dibatasi dengan otot dan membrane mukosa
2) Faring
Faring, atau tenggorokan, adalah saluran berbentuk corong dengan panjang
13 cm. Dinding faring disusun oleh otot rangka dan dibatasi oleh membrane
mukosa. Otot rangka yang terelaksasi membuat faring dalam posisi tetap
sedangkan apabila otot rangka kontraksi maka sedang terjadi proses menelan.
Fungsi faring adalah sebagai saluran untuk udara dan makanan, menyediakan
ruang resonansi untuk suara saat berbicara, dan tempat bagi tonsil (berperan pada
reaksi imun terhadap benda asing)
3) Laring
Laring tersusun atas 9 bagian jaringan kartilago, 3 bagian tunggal dan 3
bagian berpasangan. 3 bagian yang berpasangan adalah kartilago arytenoid,
cuneiform, dan corniculate. Arytenoid adalah bagian yang paling signifikan
dimana jaringan ini mempengaruhi pergerakan membrane mukosa (lipatan vokal
sebenarnya) untuk menghasilkan suara. 3 bagian lain yang merupakan bagian
tunggal adalah tiroid, epiglotis, dan cricoid. Tiroid dan cricoid keduanya
berfungsi melindungi pita suara. Epiglotis melindungi saluran udara dan
mengalihkan makanan dan minuman agar melewati esofagus
4) Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan saluran tubuler yang dilewati
udara dari laring menuju paru-paru. Trakea juga dilapisi oleh epitel kolumnar
bersilia sehingga dapat menjebak zat selain udara yang masuk lalu akan didorong
keatas melewati esofagus untuk ditelan atau dikeluarkan lewat dahak. Trakea dan
bronkus juga memiliki reseptor iritan yang menstimulasi batuk, memaksa partikel
besar yang masuk kembali keatas
5) Bronkus
Setelah laring, trakea terbagi menjadi dua cabang utama, bronkus kanan
dan kiri, yang mana cabang-cabang ini memasuki paru kanan dan kiri pula.
Didalam masing-masing paru, bronkus terus bercabang dan semakin sempit,
pendek, dan semakin banyak jumlah cabangnya, seperti percabangan pada pohon.
Cabang terkecil dikenal dengan sebutan bronchiole (Sherwood, 2010). Pada
pasien PPOK sekresi mukus berlebih ke dalam cabang bronkus sehinga
menyebabkan bronkitis kronis.
6) Paru
Paru-paru dibagi menjadi bagian-bagian yang disebut lobus. Terdapat tiga
lobus di paru sebelah kanana dan dua lobus di paru sebelah kiri. Diantara kedua
paru terdapat ruang yang bernama cardiac notch yang merupakan tempat bagi
jantung. Masing-masing paru dibungkus oleh dua membran pelindung tipis yang
disebut parietal dan visceral pleura. Parietal pleura membatasi dinding toraks
sedangkan visceral pleura membatasi paru itu sendiri. Diantara kedua pleura
terdapat lapisan tipis cairan pelumas. Cairan ini mengurangi gesekan antar kedua
pleura sehingga kedua lapisan dapat bersinggungan satu sama lain saat bernafas.
Cairan ini juga membantu pleura visceral dan parietal melekat satu sama lain,
seperti halnya dua kaca yang melekat saat basah
Cabang-cabang bronkus terus terbagi hingga bagian terkecil yaitu bronchiole.
Bronchiole pada akhirnya akan mengarah pada bronchiole terminal. Di bagian
akhir bronchiole terminal terdapat sekumpulan alveolus, kantung udara kecil
tempat dimana terjadi pertukaran gas (Sherwood, 2010). Dinding alveoli terdiri
dari dua tipe sel epitel alveolar. Sel tipe I merupakan sel epitel skuamosa biasa
yang membentuk sebagian besar dari lapisan dinding alveolar. Sel alveolar tipe II
jumlahnya lebih sedikit dan ditemukan berada diantara sel alveolar tipe I. sel
alveolar tipe I adalah tempat utama pertukaran gas. Sel alveolar tipe II
mengelilingi sel epitel dengan permukaan bebas yang mengandung mikrofili yang
mensekresi cairan alveolar. Cairan alveolar ini mengandung surfaktan sehingga
dapat menjaga permukaan antar sel tetap lembab dan menurunkan tekanan pada
caairan alveoral
Terdapat empat proses utama dalam proses respirasi ini yaitu:
- Ventilasi pulmonar – bagaimana udara masuk dan keluar dari paru
- Respirasi eksternal – bagaimana oksigen berdifusi dari paru ke sirkulasi darah
dan karbondioksida berdifusi dari darah ke paru
- Transport gas – bagaimana oksigen dan karbondioksida dibawa dari paru ke
jaringan tubuh atau sebaliknya 4) Respirasi internal – bagaimana oksigen
dikirim ke sel tubuh dan karbondioksida diambil dari sel
c. Klasifikasi
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3 tahapan yaitu ventilasi,
difusi dan transportasi.
1) Ventilasi Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan
atmosfer kedalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
- Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat
maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya.
- Adanya kemampuan thorak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempis
- Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas
berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom.
Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga dapat
terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan
kontriksi sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan
- Adanya reflek batuk dan muntah Adanya peran mukus sillialis sebagai
penangkal benda asing yang mengandung interferon dan dapat mengikat virus.
Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complience recoil. Complience
yaitu kemampuan paru untuk meengembang dan dipengaruhi oleh berbagai
faktor yaitu adanya sulfaktor pada lapisan alveoli yang berfungsi untuk
menurunkan tegangan permukaan dan adanya sisa udara yang menyebabkan
tidak terjadinya kolaps dan gangguan thoraks. Sulfaktor diproduksi saat terjadi
peregangan sel alveoli dan disekresi saat pasien menerik napas, sedangkan
recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan co2 atau kontraksi
menyempitnya paru. Apabila complience baik akan tetapi recoil terganggu
maka co2 tidak dapat dikelurkan secara maksimal. Pusat pernapasan yaitu
medula oblongata dan pons dapat mempengaruhi proses ventilasi, karena c02
memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan co2 dalam
batas 6 mmhg dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila PaCO,
kurang dari sama dengan 80 mmhg maka dapat menyebabkan depresi pusat
pernapasan.
2) Difusi gas Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kamler paru
dan CO2 , di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor :
- Luasnya permukaan paru
- Tebalnya membran respirasi atau permeabilitas yang terjadi antara epitel alveoli
dan intertisial. Keduanya ini dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan
- Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 hal ini dapat terjadi sebagai mana O2
dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2 dari rongga alveoli
lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis (masuk dalam darah
secara berdifusi ) dan PaCO. Dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke
dalam alveoli
- Afinitas gas Yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat hb
3) Transportasi gas
Merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan tubuh
CO2 ,jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi akan berikatan dengan
hb membentuk oksihemoglobin (97 %) dan larut dalam plasma (3 %) sedangkan
co2 akan berikatan dengan hb membentuk karbominohemiglobin (3o%) dan larut
dalm plasma (50%) dan sebagaian menjadi Hco3 berada pada darah (65%).
Transpotasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
- Kardiak output merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah. Normalnya
5 L/menit. Dalam kondisi patologi yang dapat menurunkan kardiak output
(misal pada kerusakan otot jantung, kehilangan darah) akan mengurangi jumlah
oksigen yang dikirim ke jaringan umumnya jantung menkompensasi dengan
menambahkan rata-rata pemompaannya untuk meningkatkan transport oksigen.
- Kondisi pembuluh darah, latihan dan lain lain secara langsung berpengaruh
terhadap transpor oksigen bertambahnya latihan menyebabkan peningkatkan
transport o2 (20 x kondisi normal). Meningkatkan kardiak output dan
penggunaan o2 oleh sel
d. Manifestasi klinis
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan oksigenasi.
Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk bernafas,
pernafasan nafas flaring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan
dada, nafas pendek, posisi tubuh menunjukan posisi 3 poin, nafas dengan bibir,
ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior- posterior, frekuensi nafas
kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang
tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi . Beberapa tanda dan gejala
kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi, hiperkapnea, kelelahan, somnolen,
iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGS abnormal, sianosis, warna kulit abnormal
(pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun,
abnormal frekuensi, irama dan kedalaman nafas
e. Faktor yang mempengaruhi
1) Faktor fisiologis
- Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia.
- Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluaran
napas bagian atas.
- Hipovolemia sehingga sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan
transport O2 terganggu.
- Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi,demam,ibu hamil, luka.
- Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,
obesitas, musculoskeletal yang abnormal, serta penyakit kronis seperti TB paru.
2) Faktor perkembangan
- Bayi prematur
- Bayi dan toodler
- anak usia sekolah dan pertengahan
- Dewasa tua
3) Faktor prilaku
- Nutrisi
- Latihan fisik
- Merokok
- Penyalahgunaan substansi kecemasan
4) Faktor lingkungan
- Tempat kerja
- Suhu lingkungan
- Ketinggian tempat dari permukaan laut

f. masalah-masalah yang terjadi


1) Hipoksemia,
Hipoksemia adalah kondisi di mana kadar oksigen di dalam darah di bawah batas
normal. Padahal, oksigen sangat diperlukan untuk menjaga organ dan jaringan
tubuh, termasuk jantung, otak, ginjal, dan lainnya, agar tetap berfungsi dengan
baik. Hipoksemia bisa terdeteksi melalui pemeriksaan fisik serta tes darah,
hipoksemia keadaan di mana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam darah
arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri ( SaO2 ) dibawah normal (normal PaO 85-
100 mmHg, SaO,95%). Pada neonates, PaO2 < 50 mmHg atau SaO2 < 88%.
Pada dewasa, anak, dan bayi, PaO2 < 60 mmHg atau SaO2 < 90%. Keadaan ini
disebabkan oleh ganguuan ventilasi, perfusi, difusi, pirau (shunt), atau berada
pada tempat yang kurang oksigen. Pada keadaan hivoksemia, tubuh akan
melakukan kompensasi dengan cara meningkatkan pernapasan, meningkatkan
stroke volume, vasodilatasi pembuluh darah, dan peningkata nadi. Tanda dan
gejala hipoksemia di anaranya sesak nafas, frekuensi nafas dapat mencapai 35
kali per menit, nadi cepat dan dangkal, serta sianosis
2) Hipoksia
Hipoksia Merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak
adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi oksigen yang
diinspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen pada tingkat seluler. Hipoksia
dapat terjadi setelah 4-6 menit ventilasi berhenti spontan. Penyebab lain hipoksia
antara lain:
- Menurunnya hemoglobin
- Berkurangnya konsentrasi oksigen, misalnya jika kita berada di puncak gunung
- Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen, seperti pada keracunan sianida
- Menurunya difusi oksigen dan alveoli ke dalam darah seperti pada pneumonia;
- Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok
- kerusakan atau gangguan ventilasi Tanda-tanda hipoksia di antaranya kelelahan,
kecemasan, menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan
cepat dan dalam sianosis sesak nafas, serta jari tabuh (clubling finger).
3) Gagal nafas
Merupakan keadaan di mana terjadi kegagalan tubuh memenuhi kebutuhan
oksigen karna pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara adekut sehingga
terjadi kegagalan pertukaran gas karbon dioksida dan oksigen. Gagal napas
ditandai oleh adanya peningkatan gas karbon dioksida dan oksigen. Gagal nafas
di tandai oleh adanya peningkatan CO2 dan penurunan O2 dalam darah secara
signifikan. Gagal nafas dapat disebabkan oleh gangguan system saraf pusat yang
mengontrol system pernapasan, kelemahan neuromuscular, keracunan obat,
gangguan metabolism, kelemahan otot pernapsan, dan obstruktif jalan nafas.
4) Perubahan pola
nafas Pada keadaan normal, frekuensi Pada keadaan normal, frekuensi pernafasan
pada orang dewasa sekitar 12-20 x/menit,dengan irama teratur serta inspirasi
lebih panjang dari ekspirasi. Pernafasan normal disebut eupnea. Perubahan pola
nafas dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
- Dispnea, yaitu kesulitan bernapas, misalnya pada pasien dengan asma.
- Apnea, yaitu tidak bernapas,
- berhenti bernapas Takipnea, yaitu pernapasan lebih cepat dari normal dengan
frekuensi lebih dari 24 x/menit.
- Bradipnea, yaitu pernapasan lebih lambat (kurang) dari normal dengan
frekuensi kurang dari 16x/menit.
- Kussmaul, yaitu pernpasan dengan panjang ekspirasi dan inspirasi sama,
sehingga pernapasan menjadi lambat dan dalam, misalnya pada pasien koma
dengan penyakit diabetes mellitus dan uremia.
- Cheyne-stokes,merupakan pernapasan cepat dan dalam kemudian berangsur-
ansur dangkal dan diikuti periode apnea yang berulang secara teratur. Misalnya
pada keracunan obat bius,penyakit jantung, dan penyakit ginjal.
- Biot, adalah pernapasan dalam dan dangkal disertai masa apnea dengan periode
yang tidak teratur, misalnya pada meningitis.

a. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi.
Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan
ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat
tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda
asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari
alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran
gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi
seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard
juga dapat mempengaruhi pertukaran gas
b. Penatalaksanaan
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terapi oksigen adalah tindakan
pemberian oksigen melebihi pengambilan oksigen melalui atmosfir atau FiO2 > 21
%. Tujuan terapi oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan mencegah
respirasi respiratorik, mencegah hipoksia jaringa, menurunkan kerja napas dan kerja
otot jantung, serta mempertahankan PaO2 > 60 % mmHg atau SaO2 > 90 %. Indikasi
pemberian oksigen dapat dilakukan pada :
1) Perubahan frekuensi atau pola napas
2) Perubahan atau gangguan pertukaran gas
3) hipoksemia
4) Menurunnya kerja napas
5) Menurunnya kerja miokard
6) Trauma berat
Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan menggunakan beberapa metode,
diantaranya adalah inhalasi oksigen (pemberian oksigen), fisiotrapi dada, napas dalam
dan batuk efektif, dan penghisapan lender atau subtioning
- Inhalasi, oksigen Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan
cara memberikan oksigen kedalam paru-paru melalui saluran pernapsan dengan
menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat
dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui kanula, nasal, dan masker dengan
tujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan mencega terjadinya hipoksia. Menurut
Tarwoto dan Wartonah (2011), terdapat dua sistem inhalasi oksigen yaitu
sistem aliran rendah dan sistem aliran tinggi.
- Sistem aliran rendah Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang
memerlukan oksigen dan masih mampu bernapas sendiri dengan pola
pernapasan yang normal. Sistem ini diberikan untuk menambah konsentrasi
udara ruangan. Pemberian oksigen diantaranya dengan menggunakan nasal
kanul,sungkup muka sederhana, sungkup muka dengan kantong rebreathing
dan sungkup muka dengan kantong non rebreathing.
 Nasal kanula/binasal kanula. Nasal kanula merupakan alat yang sederhana
dan dapat memberikan oksigen dengan aliran 1 -6 liter/menit dan
konsentrasi oksigen sebesar 20% - 40%.
 Sungkup muka sederhana Sungkup muka sederhana diberikan secara
selang-seling atau dengan aliran 5 – 10 liter/menit dengan konsentrasi
oksigen 40 - 60 %.
 Sungkup muka dengan kantong rebreathing Sungkup muka dengan
kantong rebreathing memiliki kantong yang terus mengembang baik pada
saat inspirasi dan ekspirasi. Pada saat pasien inspirasi, oksigen akan
masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantong
reservoir, ditambah oksigen dari udara kamar yang masuk dalam lubang
ekspirasi pada kantong. Aliran oksigen 8 – 10 liter/menit, dengan
konsentrasi 60 – 80%.
 Sungkup muka dengan kantong nonrebreathing Sungkup muka
nonrebreathing mempunyai dua katup, satu katup terbuka pada saat
inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi dan satu katup yang fungsinya
mencegah udara masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat
ekspirasi. Pemberian oksigen dengan aliran 10 – 12 liter/menit dengan
konsentrasi oksigen 80 – 100%
- Sistem aliran tinggi , Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan
FiO2 lebih stabil dan tidak terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga dapat
menambah konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur. Contoh dari sistem
aliran tinggi adalah dengan ventury mask atau sungkup muka dengan ventury
dengan aliran sekitar 2 – 15 liter/menit. Prinsip pemberian oksigen. dengan
ventury adalah oksigen yang menuju sungkup diatur dengan alat yang
memungkinkan konsenstrasi dapat diatur sesuai dengan warna alat, misalnya :
warna biru 24%, putih 28%, jingga 31%, kuning 35%, merah 40%, dan hijau
60%.
1) Fisioterapi dada, Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan dengan cara postural drainase, clapping, dan vibrating, pada pasien
dengan gangguan sistem pernapasan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan
meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan napas
2) Perkusi Perkusi adalah suatu tindakan menepuk-nepuk kulit tangan pada
punggung pasien yang menyerupai mangkok dengan kekuatan penuh yang
dilakukan secara bergantian dengan tujuan melepaskan sekret pada dinding
bronkus sehingga pernapasan menjadi lancar.
3) Vibrasi Vibrasi merupakan suatu tindakan keperawatan dengan cara
memberikan getaran yang kuat dengan menggunakan kedua tangan yang
diletakkan pada dada pasien secara mendatar, tindakan ini bertujuan untuk
meningkatkan turbulensi udara yang dihembuskan sehingga sputum yang ada
dalam bronkus terlepas.
4) Postural drainase Postural drainase merupakan tindakan keperawatan
pengeluaran sekret dari berbagai segmen paru dengan memanfaatkan gaya
gravitasi bumi dan dalam pengeluaran sekret tersebut dibutuhkan posisi
berbeda pada stiap segmen paru.
5) Napas dalam dan batuk efektif Latihan napas dalam merupakan cara bernapas
untuk memperbaiki ventilasi alveolus atau memelihara pertukaran gas,
mencegah atelektasis, meningkatkan efisiensi batuk, dan mengurangi stress.
Latihan batuk efektif merupakan cara yang dilakukan untuk melatih pasien
untuk memiliki kemampuan batuk secara efektif dengan
6) tujuan untuk membersihkan laring, trakea, dan bronkiolus, dari sekret atau
benda asing di jalan napas
7) Penghisapan lendir Penghisapan lender (suction) merupakan tindakan
keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan
sekret atau lender sendiri. Tindakan ini memiliki tujuan untuk membersihkan
jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigen
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat, A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep Dan AplikasiKebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika
Mubarak, Wahid Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC
Mubarak, Wahit & Chayatin. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi
dalam Praktik. Jakarta : EGC.
Ambara, Y. (2019). Konsep Kebutuhan Dasar Oksigenasi. 6–53.
Pradana, F. A. A. (2019). PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI. (

Anda mungkin juga menyukai