Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM RESPIRASI

Dewan Pengampu:
Astika Nur Rohmah, S.Kep, NS.M.Biomed

Untuk Memenuhi Tugas Praktikum dari Mata Kuliah Anatomi Fisologi

Disusun Oleh:
DWINNA SASTRA MUTIA
(2111604115)

PROGAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


PROGAM SARJANA TERAPAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS’AISYIYAH YOGYAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem pernafasan ataupun yang sering disebut system respirasi ialah system organ yang
digunakan guna proses pertukaran gas, dimana sistem pernafasan ini ialah salah satu
sistem yang berfungsi sangat berarti dalam tubuh untuk mendukung kelangsungan hidup.
Sistem pernafasan dibangun oleh beberapa struktur, segala struktur tersebut ikut serta
didalam proses respirasi eksternal yaitu pertukaran oksigen antara suasana serta darah
dan pertukaran karbon dioksida antara darah serta suasana, tidak hanya itu ada pula
respirasi internal ialah proses pertukaran gas antara darah perputaran serta sel jaringan
dimana system respirasi internal ini terjalin pada segala system tubuh.
( Djojodibroto, 2012).

Struktur utama dalam sistem pernafasan merupakan saluran udara pernafasan, saluran-
saluran ini terdiri dari jalur nafas, saluran nafas, dan paru- paru. Struktur saluran nafas
dipecah jadi beberapa bagian antara lain system penafasan bagian atas serta dasar. Pada
system pernafasan bagian atas terdiri dari hidung, faring laring serta trakhea. Struktur
pernafasan tersebut mempunyai kedudukan masing masing dalam system pernafasan.
Sebaliknya pada system pernafasan bagian dasar terdiri dari bronkus, bronkiolus serta
alveolus( Manurung dkk, 2013).

2.1 Tujuan

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Anatomi Fisiologi

2.2 Manfaat

 Mengetahui Fisiologi sistem pernapasan/respirasi manusia


 Mengetahui Anatomi Sistem Respirasi Manusia
 Mengidentifikasi struktur, fumgsi dan proses sitem pernapasasan/respirasi pada
manusia
 Menjelaskan struktur, fungsi, dan proses sistem respirasi manusia

2.3 Tempat dan Waktu

 Hari/Tanggal: 8 November 2021


 Waktu: 19.00 sampai dengan selesai
 Tempat: Purwokerto, Jawa Tengah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Respirasi


Sistem respirasi manusia merupakan suatu susunan yang sangat kompleks.
Setiap sel dan jaringan yang menyusunnya memiliki fungsi dan peranannya tersendiri.
Strukturnya yang begitu rumit menjadikan sistem ini begitu istimewa untuk
menopang kehidupan manusia.

Sistem pernapasan atau juga dikenal sebagai sistem respirasi terdiri dari:
 Paru-paru
 Pembuluh pernapasan bagian atas, yamg memungkinkan masuknya udara
atmosfer ke dalam sistem pernapasan, ini melibatkan hidung (dan mulut),
laring (dan faring), dan trakea (tenggorokan).
 Saluran udara pernapasan bagian bawah yang memungkinkan lewatnya udara
atmosfer ke paru-paru itu sendiri, melibatkan bronkus dan bronkiolus utama.
 Saluran udara pernapasan akhir yang memungkinkan pertukaran gas terjadi,
melibatkan bronkiolus pernafasan, kantung alveolar dan alveoli.

Berbeda dengan sistem kardiovaskular, yang dibungkus dan tertutup, system


pernapasan terbuka ke atmosfer untuk memungkinkan asupan udara saat
bernafas.

Selama inspirasi (menghirup), udara atmosfer yang mengandung sekitar 21%


oksigen ditarik ke dan melalui sistem hidung atau mulut, dan turun ke dalam
struktur yang lebih kecil dari paru-paru ke alveoli.
Disini beberapa oksigen ditukar dengan akumulasi gas karbon dioksida
(gambar 2 d) yang merupakan produk limbah dari kegiatan metabolisme sel-
sel tubuh. Oksigen ditukar diambil dari paru-paru dalam sistem peredaran
darah, yang akan digunakan oleh tubuh selama aktivitas selular, sedangkan
karbon dioksida akan dilepas dari tubuh selama ekspirasi (menghembuskan
nafas).

Mekanisme pertukaran gas adalah fungsi utama dari sistem pernapasan.

2.2 Anatomi Fisiologi Sistem Respirasi

1. ANATOMI SISTEM RESPIRASI

Bagian- bagian sistem pernafasan ialah Cavum nasi, faring, laring, trakea, karina,
bronchus principalis, bronchus lobaris, bronchus segmentalis, bronchiolus terminalis,
bronchioles respiratoryus, saccus alveolus, ductus alveolus serta alveoli. Ada Lobus,
dextra terdapat 3 lobus ialah lobus superior, lobus media serta lobus inferior. Sinistra
terdapat 2 lobus ialah lobus superior serta lobus inferior. Pulmo dextra ada fissura
horizontal yang membagi lobus superior serta lobus media, sedangkan fissura oblique
membagi lobus media dengan lobus inferior. Pulmo sinistra ada fissura oblique yang
membagi lobus superior serta lobus inferior. Pembungkus paru( pleura) dibagi jadi 2
ialah parietalis( luar) serta Visceralis (dalam), diantara 2 susunan tersebut ada rongga
pleura( cavum pleura).

1. Hidung
Tersusun atas tulang serta tulang rawan hialin, kecuali naris anterior yang
dindingnya tersusun atas jaringan ikat fibrosa serta tulang rawan. Permukaan
luarnya dilapisi kulit dengan kelenjar sebasea besar serta rambut. Ada epitel
pernapasan: epitel berlapis silindris bersilia bersel goblet serta memiliki sel basal.
Didalamnya terdapat konka nasalis superior, medius serta inferior. Lamina propria
pada mukosa hidung umumnya memiliki banyak pleksus pembuluh darah.

2. Alat penghidu
Memiliki epitel olfaktoria: bertingkat silindris tanpa sel goblet, dengan lamina
basal yang tidak jelas. Epitelnya disusun atas 3 tipe sel: sel penyokong, sel basal
serta sel olfaktoris.

3. Sinus paranasal
Ialah rongga- rongga berisi udara yang ada dalam tulang tengkorak yang
berhubungan dengan rongga hidung. Terdapat 4 sinus: maksilaris, frontalis,
etmoidalis dan sphenoidalis.

4. Faring
Lanjutan posterior dari rongga mulut. Saluran nafas serta makanan menyatu dan
menyilang. Pada saat makan makanan dihantarkan ke oesophagus. Pada saat
bernapas hawa dihantarkan ke laring. Terdapat 3 rongga: nasofaring, orofaring,
serta laringofaring. Mukosa pada nasofaring sama dengan organ pernapasan,
sementara itu orofaring dan laringofaring sama dengan saluran cerna. Mukosa
faring tidak memilki muskularis mukosa. Lamina propria tebal, mempunyai
kandungan serat elastin. Lapisan fibroelastis menyatu dengan jaringan ikat
interstisiel. Orofaring serta laringofaring dilapisi epitel berlapis gepeng, memiliki
kelenjar mukosa murni.

5. Laring
Organ berongga dengan panjang 42 milimeter serta diameter 40 milimeter.
Terletak antara faring serta trakea. Bilik dibangun oleh tulang rawan tiroid serta
krikoid. Muskulus ekstrinsik mengikat laring pada tulang hyoid. Muskulus
intrinsik mengikat laring pada tulang tiroid serta krikoid berhubungan dengan
fonasi. Lapisan laring ialah epitel bertingkat silia. Epiglotis mempunyai epitel
selapis gepeng, tidak terdapat kelenjar. Guna laring untuk membentuk suara, serta
menutup trakea pada saat menelan( epiglotis). Terdapat 2 lipatan mukosa ialah
pita suara palsu( lipat vestibular) serta pita suara( lipat suara). Celah diantara pita
suara disebut rima glotis. Pita suara palsu ada mukosa serta lamina propria. Pita
suara ada jaringan elastis padat, otot suara( otot rangka). Vaskularisasi: A. V
Laringeal media serta Inferior. Inervasi: N Laringealis superior.

6. Trakea
Tersusun atas 16– 20 cincin tulang rawan. Celah antara lain dilapisi oleh jaringan
ikat fibro elastik. Struktur trakea terdiri dari: tulang rawan, mukosa, epitel bersilia,
jaringan limfoid serta kelenjar.

7. Bronchus
Cabang utama trakea disebut bronki primer ataupun bronki utama. Bronki primer
bercabang jadi bronki lobar, bronki segmental, bronki subsegmental. Struktur
bronkus primer mirip dengan trakea cuma cincin berbentuk lempeng tulang rawan
tidak teratur. Makin ke distal makin berkurang, serta pada bronkus subsegmental
lenyap sama sekali. Otot polos tersusun atas anyaman serta spiral. Mukosa
tersusun atas lipatan memanjang. Epitel bronkus: kolumnar bersilia dengan
banyak sel goblet serta kelenjar submukosa. Lamina propria: serat retikular,
elastin, limfosit, sel mast, eosinofil.

8. Bronchiolus
Cabang ke 12– 15 bronkus. Tidak mempunyai kandungan lempeng tulang rawan,
tidak mempunyai kandungan kelenjar submukosa. Otot polos bercampur dengan
jaringan ikat longgar. Epitel kuboid bersilia serta sel bronkiolar tanpa silia( sel
Clara). Lamina propria tidak mempunyai kandungan sel goblet.

9. Bronchiolus respiratorius
Ialah peralihan bagian konduksi ke bagian pernapasan paru. Lapisan: epitel
kuboid, kuboid rendah, tanpa silia. Memiliki kantong tipis( alveoli).

10. Duktus alveolaris


Lanjutan dari bronkiolus. Banyak mengandung alveoli. Tempat alveoli bermuara.

11. Alveolus
Kantong berdinding sangat tipis pada bronkioli terminalis. Tempat terjadinya
pertukaran oksigen serta karbondioksida antara darah serta udara yang dihirup.
Jumlahnya 200- 500 juta. Wujudnya bundar poligonal, septa antar alveoli
disokong oleh serat kolagen, serta elastis halus.

Sel epitel terdiri sel alveolar gepeng( sel alveolar tipe I), sel alveolar besar( sel
alveolar tipe II). Sel alveolar gepeng( tipe I) jumlahnya cuma 10%, menempati
95% alveolar paru. Sel alveolar besar( tipe II) jumlahnya 12%, menempati 5%
alveolar. Sel alveolar gepeng terletak di dekat septa alveolar, wujudnya lebih
tebal, apikal bundar, ditutupi mikrovili pendek, permukaan licin, memilki tubuh
berlamel. Sel alveolar besar menciptakan surfaktan pulmonar. Surfaktan ini
gunanya buat mengurangi kolaps alveoli pada akhir ekspirasi. Jaringan diantara 2
lapis epitel disebut interstisial. Memiliki serat, sel septa( fibroblas), sel mast,
sedikit limfosit. Septa tipis diantara alveoli diucap pori Kohn. Sel fagosit utama
dari alveolar disebut makrofag alveolar. Pada perokok sitoplasma sel ini terisi
tubuh besar bermembran. Jumlah sel makrofag melebihi jumlah sel yang lain.

12. Pleura
Membran serosa pembungkus paru. Jaringan tipis ini memiliki serat elastin,
fibroblas, kolagen. Yang menempel pada paru disebut pleura viseral, yang
menempel pada bilik toraks disebut pleura parietal. Karakteristik khas memiliki
banyak kapiler dan pembuluh limfe. Saraf merupakan cabang n. frenikus serta n.
intercostal.

2. FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI

1) Sistem Respirasi

a. Fisiologi ventilasi paru

Masuk serta keluarnya udara antara atmosfer serta alveoli paru. Pergerakan udara ke
dalam serta keluar paru diakibatkan oleh:

1. Tekanan pleura: tekanan cairan dalam ruang kecil antara pleura paru serta pleura
bilik dada. Tekanan pleura wajar dekat- 5 centimeter H2O, yang ialah nilai isap yang
diperlukan guna mempertahankan paru supaya senantiasa terbuka hingga nilai
istirahatnya. Setelah itu sepanjang inspirasi wajar, pengembangan rangka dada akan
menarik paru ke arah luar dengan kekuatan yang lebih besar serta menyebabkan
tekanan jadi lebih negatif( dekat- 7, 5 centimeter H2O).

2. Tekanan alveolus: tekanan udara di bagian dalam alveoli paru. Kala glotis terbuka
serta tidak terdapat udara yang mengalir ke dalam ataupun keluar paru, hingga
tekanan pada seluruh jalur napas hingga alveoli, seluruhnya sama dengan tekanan
suasana (tekanan acuan 0 dalam jalur napas) ialah tekanan 0 centimeter H2O. Supaya
udara masuk, tekanan alveoli wajib sedikit di bawah tekanan suasana. Tekanan sedikit
ini (- 1 centimeter H2O) bisa menarik dekat 0, 5 liter hawa ke dalam paru sepanjang 2
detik. Sepanjang ekspirasi, terjadi tekanan yang bertentangan.

3. Tekanan transpulmonal: perbedaan antara tekanan alveoli serta tekanan pada


permukaan luar paru, serta ini merupakan nilai daya elastis dalam paru yang
cenderung mengempiskan paru pada tiap pernafasan, yang disebut tekanan energi
lenting paru.

b. Fisiologi kendali persarafan pada pernafasan

Ada 2 mekanisme neural terpisah untuk pengaturan pernafasan.

1. Mekanisme yang berfungsi pada kendali pernafasan volunter. Pusat


volunter terletak di cortex cerebri serta impuls dikirimkan ke neuron
motorik otot pernafasan melalui jaras kortikospinal.

2. Mekanisme yang mengatur pernafasan otomatis. Pusat pernafasan


otomatisterletak di pons serta medulla oblongata, serta keluaran eferen dari
sistem ini terletak di rami alba medulla spinalis di antara bagian lateral
serta ventral jaras kortikospinal.

Serat saraf yang meneruskan impuls inspirasi, berkumpul pada neuron motoric N.
Phrenicus pada kornu ventral C3- C5 dan neuron motorik intercostales externa pada
kornu ventral selama segmen toracal medulla. Serat saraf yang bawa impuls ekspirasi,
bersatu paling utama pada neuron motorik intercostales interna selama segmen toracal
medulla.

Neuron motorik guna otot ekspirasi hendak dihambat apabila neuron motorik untuk
otot inspirasi diaktifkan, serta kebalikannya. Walaupun refleks spinal turut berfungsi
pada persarafan timbal- balik( reciprocal innervation), kegiatan pada jaras
descendens- lah yang berfungsi utama. Impuls lewat jaras descendens hendak memicu
otot agonis dan membatasi yang antagonis. Satu pengecualian kecil pada inhibisi
timbal balik ini adalah adanya beberapa kecil kegiatan pada akson N. Phrenicus buat
jangka waktu pendek, sehabis proses inspirasi. Guna keluaran pasca inspirasi ini
nampaknya adalah guna meredam energi rekoil elastik jaringan paru serta
menciptakan pernafasan yang halus (smooth).

c. Pengaturan kegiatan pernafasan

Baik kenaikan PCO2 ataupun konsentrasi H+ darah arteri ataupun penyusutan PO2
akan memperbesar derajat kegiatan neuron pernafasan di medulla oblongata,
sedangkan pergantian ke arah yang bertentangan menyebabkan dampak inhibisi
ringan. Pengaruh pergantian kimia darah terhadap pernafasan berlangsung lewat
kemoreseptor pernafasan di glomus karotikum serta aortikum dan sekumpulan sel di
medulla oblongata ataupun di posisi lain yang peka terhadap pergantian kimiawi
dalam darah. Reseptor tersebut membangkitkan impuls yang memicu pusat
pernafasan. Bertepatan dengan bawah pengendalian pernafasan kimiawi, bermacam
aferen lain memunculkan pengaturan non- kimiawi yang mempengaruhi pernafasan
pada kondisi tertentu. Guna berbagai rangsang yang mempengaruhi pusat pernafasan.

d. Pengendalian kimiawi pernafasan

Mekanisme pengaturan kimiawi hendak membiasakan ventilasi sedemikian rupa


sehingga PCO2 alveoli pada kondisi normal dipertahankan tetap. Akibat kelebihan
H+ di dalam darah hendak dilawan, serta PO2 hendak ditingkatkan apabila terjalin
penyusutan mencapai tingkatan yang membayakan. Volume pernafasan semenit
berbanding lurus dengan laju metabolisme, namun penghubung antara metabolisme
serta ventilasi merupakan CO2, bukan O2. Reseptor di glomus karotikum serta
aortikum terangsang oleh peningkatan PCO2 ataupun konsentrasi H+ darah arteri
ataupun oleh penyusutan PO2. Sehabis denervasi kemoreseptor karotikum, respons
terhadap penyusutan PO2 akan lenyap, dampak utama hipoksia setelah denervasi
glomus karotikum merupakan penekanan langsung pada pusat pernafasan. Respon
terhadap pergantian konsentrasi H+ darah arteri pada pH 7, 3- 7, 5 pula dihilangkan,
walaupun pergantian yang lebih besar masih bisa memunculkan dampak.
Kebalikannya, respons terhadap pergantian PCO2 darah arteri cuma sedikit
dipengaruhi,; dengan penyusutan tidak lebih dari 30- 35%.

 Kemoreseptor dalam batang otak

Kemoreseptor yang jadi perantara terbentuknya hiperventilasi pada peningkatan


PCO2 darah arteri sesudah glomus karotikum serta aortikum didenervasi terletak di
medulla oblongata serta disebut kemoreseptor medulla oblongata. Reseptor ini
terpisah dari neuron pernapasan baik dorsal ataupun ventral, serta terletak pada
permukaan ventral medulla oblongata.
Reseptor kimia tersebut memantau konsentrasi H+ dalam LCS, serta pula cairan
interstisiel otak. CO2 dengan mudah bisa menembus membran, tercantum sawar
darah otak, sebaliknya H+ serta HCO3- lebih lambat menembusnya. CO2 yang
memasuki otak serta LCS segera dihidrasi. H2CO3 berdisosiasi, sehingga konsentrasi
H+ lokal bertambah. Konsentrasi H+ pada cairan interstitiel otak setara dengan PCO2
darah arteri.

 Respons pernafasan terhadap kekurangan oksigen

Penyusutan isi O2 udara inspirasi hendak tingkatkan volume pernafasan semenit.


Sepanjang PO2 masih diatas 60 mmHg, perangsangan pada pernafasan hanya ringan
saja, serta perangsangan ventilasi yang kokoh cuma terjalin apabila PO2 turun lebih
rendah. Nsmun tiap penyusutan PO2 arteri dibawah 100 mmHg menghasilkan
kenaikan lepas muatan dari kemoreseptor karotikum serta aortikum. Pada individu
wajar, kenaikan pelepasan impuls tersebut tidak memunculkan peningkatan ventilasi
saat sebelum PO2 turun lebih rendah dari 60 mmHg sebab Hb merupakan asam yang
lebih lemah apabila dibanding dengan HbO2, sehingga PO2 darah arteri menurun dan
hemoglobin kurang tersaturasi dengan O2, terjalin sedikit penyusutan konsentrasi H+
dalam darah arteri. Penyusutan konsentrasi H+ cenderung membatasi pernafasan.
Disamping itu, tiap kenaikan ventilasi yang terjalin, hendak merendahkan PCO2
alveoli, serta perihal inipun cenderung membatasi pernafasan. Dengan demikian,
manifestasi dampak perangsangan hipoksia pada pernafasan bukanlah nyata saat
sebelum rangsang hipoksia lumayan kokoh buat melawan dampak inhibisi yang
diakibatkan penurunan konsentrasi H+ serta PCO2 darah arteri.

 Pengaruh H+ pada respons CO2

Pengaruh perangsangan H+ serta CO2 pada pernafasan nyatanya bertabiat aditif dan
silih berkaitan dengan lingkungan, dan berceda halnya dari CO2 serta O2. Dekat 40%
respons ventilasi terhadap CO2 dihilangkan apabila kenaikan H+ darah arteri yang
dihasilkan oleh CO2 dicegah. 60% sisa respons mungkin terjalin oleh pengaruh CO2
pada konsentrasi H+ cairan spinal ataupun cairan interstitial otak.
e. Pengangkutan oksigen ke jaringan

Sistem pengangkut oksigen di dalam tubuh terdiri atas paru serta sistem
kardiovaskuler. Pengangkutan oksigen mengarah jaringan tertentu tergantung pada:
jumlah oksigen yang masuk ke dalam paru, terdapatnya pertukaran gas dalam paru
yang adekuat, aliran darah mengarah jaringan serta kapasitas darah guna mengangkat
oksigen. Aliran darah bergantung pada derajat konstriksi jalinan vaskular di dalam
jaringan dan curah jantung. Jumlah oksigen di dalam darah didetetapkan oleh jumlah
oksigen yang larut, jumlah hemoglobin dalam darah serta afinitas hemoglobin
terhadap oksigen.

2.4 Struktur dan Organisme Tubuh

Sistem respirasi terdiri atas saluran ataupun organ yang berhubungan dengan
respirasi. Oksigen dari udara diambil serta dimasukan kedarah, setelah itu di angkut
ke jaringan. Karbondioksida( CO 2) di angkut oleh darah dari jaringan tubuh ke paru-
paru serta dinapaskan ke luar udara.

Pada manusia, respirasi terjalin lewat alat- alat respirasi yang ada dalam tubuh
ataupun lewat jalan hawa respirasi buat mengarah sel- sel tubuh. Struktur organ
ataupun bagian- bagian perlengkapan respirasi pada manusia terdiri atas, Rongga
hidung, Farings (Rongga tekak), Larings (kotak suara), Trakea (Batangtenggorok),
Bronkus serta Paru- paru.
1. Rongga hidung
Hidung merupakan bangunan berongga yang dibagi oleh sebuah sekat di
tengah menjadi rongga hidung kiri serta kanan. Hidung meliputi bagian
eksternal yang menonjol dari wajah serta bagianinternal berbentuk rongga
hidung selaku perlengkapan penyalur udara.
Di bagian depan berhubungan keluar lewat nares (cuping hidung) anterior
serta di balik berhubungan dengan bagian atas farings( nasofaring). Tiap- tiap
rongga hidung dipecah jadi bagian vestibulum, ialah bagianlebih lebar pas di
balik nares anterior, serta bagian pernapasan.

2. Faring (Rongga Tekak)

Faring ialah saluran yang mempunyai panjang kurang lebih 13 centimeter juga
menghubungkan nasal serta rongga mulut kepada larings pada dasar
tengkorak. Faring bisa dipecah jadi 3, ialah:

a. Nasofaring, yang terletak di bawah dasar tengkorak, belakang serta


atas palatum molle.
b. Orofaring ialah bagian tengah farings antara palatum lunak dantulang
hyodi.
c. Laringofaring terletak di balik larings. Laringofaring ialah
posisiterendah dari farings.

3. Larings (Kotak suara)

Larings merupakan sesuatu katup yang rumit pada persimpangan antara


lintasan santapan serta lintasan udara. Laring terangkat dibawah lidah dikala
menelan serta karenanya menghindari santapan masuk ke trakea.
Guna utama pada larings merupakan buat melindungi jalur nafas ataupun jalur
hawa dari farings ke saluran nafas yang lain, akan tetapi pula selaku organ
pembentuk suara ataupun menciptakan sebagian besar suara yang dipakai
berdialog serta bernyanyi.

Larings ditunjang oleh tulang- tulang rawan, antara lain yang terutama
merupakan tulang rawan tiroid( Adam’ s apple), yang khas nyata pada pria,
tetapi kurang jelas pada perempuan. Di dasar tulang rawan ini ada tulang
rawan krikoid, yang berhubungan dengan trakea.

4. Trakea (Batang tenggorok)

Trakea merupakan tabung terbuka berdiameter 2, 5 centimeter serta panjang


10 hingga 12 centimeter. Trakea terletak di wilayah leher depan esophagus
serta ialah pipa yang terdiri dari gelang- gelang tulang rawan.

5. Bronkus serta Percabangannya

Bronkus yang tercipta dari belahan 2 trakea pada ketinggian kira- kira
vertebrata torakalis kelima, memiliki struktur serupa dengan trakea serta
dilapisi oleh tipe sel yang sama. Bronkus- bronkus itu berjalan ke bawah serta
kesamping ke arah tampuk paru.

Cabang utama bronkus kanan serta kiri bercabang lagi jadi


bronkuslobaris( sekunder) serta kemudian menjadi lobus segmentalis( tersier).
Percabangan ini berjalan terus jadi bronchus yang ukurannya terus menjadi
kecil, hingga kesimpulannya jadi bronkhiolus terminalis, ialah saluran hawa
terkecil yang tidak memiliki alveoli( kantong hawa). Bronkhiolusterminalis
mempunyai diameter kurang lebih 1 milimeter. Saluran ini disebut bronkiolus.

Bronkiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Namun dikelilingi oleh
otot polos sehingga ukurannya bisa berganti. Bronkiolus merambah lolubus
pada bagian puncaknya, bercabang lagimembentuk 4 hingga 7 bronkiolus
terminalis.
Segala saluran udarake dasar hingga tingkatan bronkbiolus terminalis diucap
saluran penghantarudara sebab guna utamanya merupakan selaku penghantar
udara ke tempat pertukaran gas paru- paru.

6. Paru- paru

Paru- paru merupakan struktur urelastis sperti spons. Paru- paru ada dalam
rongga torak, yang terkandung dalam lapisan tulang- tulang iga dan letaknya
di sisi kiri serta kanan mediastinum (struktur blok padat yang berada di balik
tulang dada. Paru- paru menutupi jantung, arteri serta vena besar, esophagus
serta trakea).

Paru- paru memilki:


a. Apeks, Apeks paru meluas kedalam leher dekat 2, 5 centimeter diatas
calvicula.
b. Permukaan costo vertebra, melekat pada bagian dalam bilik dada
c. Permukaan mediastinal, melekat pada perikardium serta jantung.
d. Basis, Terletak pada diafragma.

Paru- paru pula di lapisi oleh pleura ialah parietal pleura (dinding thorax) serta
visceral pleura (membrane serous). Di antara rongga pleura ini terdapat juga
rongga potensial yang diucap rongga pleura yang didalamnya terdapat 8 cairan
surfaktan dekat 10- 20 cc cairan yang berperan guna menurunkan gaya gesek
permukaan sepanjang pergerakan kedua pleura dikala pernapasan. Tekanan
rongga pleura dalam kondisi wajar ini mempunyai tekanan -2,5 mmHg.

Paru kanan relative lebih kecil dibanding yang kiri serta mempunyai wujud
bagian bawah semacam concave sebab tertekan oleh hati. Paru kanan dipecah
atas 3 lobus ialah lobus superior, medius serta inferior.

Paru kiri dipecah 2 lobus ialah lobus superior serta inferior. Masing- masing
lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang memiliki pembuluh limfe,
arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar serta
alveoli. Paru- paru divaskularisasi dari 2 sumber, ialah:
a. Arteri bronchial yang membawa zat- zat santapan pada bagian
conduction portion, bagian paru yang tidak ikut serta dalam pertukaran
gas. Darahkembali lewat vena- vena bronchial.

b. Arteri serta vena pulmonal yang bertanggungjawab pada vaskularisasi


bagian paru yang ikut serta dalam pertukaran gas ialah alveolus

7. Pembuluh darah serta persarafan

Persyarafan berarti dalam aksi pergerakan respirasi disuplai lewat


n.phrenicus serta n.spinal thoraxix. Nervus phrenicus mempersyarafi
diafragma, sedangkan n. spinal thoraxic mempersyarafi intercosta. Di samping
syaraf- syaraf tersebut, paru pula dipersyarafi oleh serabut syaraf simpatis
serta para simpatis.

Di dalam paru ada peredaran darah ganda. Darah yang miskin oksigen dari
ventrikel kanan masuk ke paru lewat arteri pulmonalis. Tidak hanya system
arteri serta vena pulmonalis, ada pula arteri serta vena bronkialis, yang berasal
dari aorta, guna memperdarahi jaringan bronki serta jaringan ikat paru dengan
darah kaya oksigen. Ventilasi paru (bernapas) mengaitkan otot- otot respirasi,
ialah diafragma serta otot- otot interkostal. Tidak hanya ini terdapat otot- otot
respirasi tambahan eperti otot- otot perut.

2.5 TERMINOLOGI ANATOMI SISTEM RESPIRASI

1. Tonsilitis, adalah peradangan pada tonsil


2. Faringitis, adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau
faring yang disebabkan olehbakteri atau virus tertentu.
3. Rhinosinusitis, adalah suatu kondisi yang merupakan manifestasi dari respon
keradangan membran mukosa sinus paranasalis, yang biasanya dihubungkan
dengan infeksi yang dapat menyebabkan penebalan mukosa dan akumulasi sekret
mukus dalam rongga sinus paranasalis. 
4. Oedema, adalah pembengkakan yang disebabkan oleh terkumpulnya cairan –
cairan berlebihan yang terperangkap pada jaringan tubuh.
5. Hypertrophy, (dari bahasa Yunani ὑπέρ “berlebihan” + τροφή “pengayaan gizi”)
adalah peningkatan volume organ atau jaringan akibat pembesaran komponen sel.
6. Hemophilus, adalah merupakan golongan bakteri kecil, gram-negatif
pleomorfik,untuk mengisolasikannya dibutuhkan perbenihan diperkaya yang
biasanya mengandung darah atau turunannya.
7. Faktor Predisposisi, adalah faktor menjadi lebih mungkin atau rentan
8. Rinosinusitis, adalah inflamasi pada organ hidung dan sinus paranasal, yang
karakteristiknya ditandai oleh dua faktor mayor atau kombinasi dari satu faktor
mayor dan dua faktor minor.
9. Transiluminasi, yaitu dengan cara menyinari daerah sinus dengan senter di ruang
gelap.
10. Nasoskopi (Nasoendoskopi) adalah suatu pemeriksaan rongga hidung, dapat
digunakan untuk melihat adanya kelainan-kelainan di dalam rongga hidung,
misalkan mengetahui adanya polip, penyebab mimisan dan lain sebagainya.
11. Sinuskopi merupakan pemeriksaan untuk melihat keadaan sinus paranasal yang
dikenal masyarakat dengan penyakit sinusitis, dengan menggunakan alat
endoskop.
12. Nasofaringoskopi merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk memperoleh
gambaran langsung tentang adanya kelainan-kelainan ataupun adanya tumor di
daerah nasofaring (daerah di belakang hidung).
13. Antihistamin, adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek
histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor –histamin (penghambatan
saingan).
14. Bronchitis, adalah suatu peradangan pada cabang tenggorok (bronchus) (saluran
udara ke paru-paru).
15. Bronchiolitis, adalah peradangan bronchioles, bagian-bagian udara yang terkecil
dari paru-paru. Peradangan ini biasanya disebabkan oleh virus.
16. Sinobronkitis, adalah adanya kelainan sinus paranasal disertai dengan kelainan
paru.
17. Drainage, adalah selang kecil yang dihubungkan dari tempat/lokasi operasi ke
(biasanya) botol infus.
18. Eksudat purulen, adalah eksudat yang terjadi daripada nanah.
19. Adenovirus, adalah sekelompok virus yang bertanggung jawab untuk
berbagai penyakit pernapasan serta infeksi lambung dan usus (gastroenteritis),
mata (konjungtivitis), dan kandung kemih (sistitis) dan ruam.
20. Droplet, adalah partikel air kecil (seperti hujan rintik-rintik) yang mungkin
dihasilkan ketika seseorang batuk atau bersin atau ketika air diubah menjadi kabut
halus oleh aerator atau shower.
21. Inspeksi, adalah suatu tindakan pemeriksa dengan menggunakan indera
penglihatannya untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda tertentu dari
bagian tubuh atau fungsi tubuh pasien.
22. Palpasi, adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan perabaan dan
penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan.
23. Perkusi, adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi getaran/
gelombang suara yang dihantarkan kepermukaan tubuh dari bagian tubuh yang
diperiksa. 
24. Auskultasi, adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang
terbentuk di dalam organ tubuh.
25. Otitis adalah peradangan pada telinga.
26. Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan.
27. Hemoglobin adalah metaloprotein (protein yang mengandung zat besi) di
dalam sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-
paru keseluruh tubuh, pada mamalia dan hewan lainnya.
28. Hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu
kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin
29. Laringitis, adalah inflamasi laring (ensiklopedia keperawatan).
30. Abses paru, adalah suatu kavitas dalam jaringan paru yang berisi material purulent
berisikan sel radang akibat proses nekrotik parenkim paru oleh proses terinfeksi.
31. Hematemesis, adalah muntah darah.
32. Sputum, adalah sekret mukus yang dihasilkan dari paru-paru, bronkus dan trakea,
bukan bahan yang berasal dari tenggorokan, hidung, atau mulut.
33. Bronkoskopi,  adalah tindakan medis yang bertujuan untuk melakukan
visualisasi trakea dan bronkus, melalui bronkoskop, yang berfungsi dalam
prosedur diagnostik dan terapi penyakit paru. 
34. Pneumonitis, adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agen infeksi
35. Asma, yaitu penyakit yang dikarenakan oleh peningkatan respon dari trachea dan
bronkus terhadap berbagai macam stimuli yang ditandai dengan penyempitan
bronkus atau bronkhiolus dan sekresi yang berlebih – lebihan dari kelenjar –
kelenjar di mukosa bronchus. 
36. Wheezing, adalahsuara yang bernada tinggi yang terjadi akibat aliran udara yang
melalui saluran napas yang sempit (Rumende, 2007:40).
37. Dyspnea, kesulitan atau ketidaknyamana untuk bernapas.
38. Diaphoresis, adalah pengeluaran bendalir, terutamanya terdiri daripada air serta
pelbagai salutan terlarut (terutama hidroklorik), yang dikeluarkan oleh kelenjar
peluh pada kulit mamalia.
39. Sianosis (cyanosis) adalah warna kulit dan membran mukosa kebiruan atau pucat
karena kandungan oksigen yang rendah dalam darah.
40. Eosinofil,(bahasa Inggris: eosinophil, acidophil) adalah sel darah putih dari
kategori granulosit yang berperan dalam sistem kekebalan dengan
melawan parasit multiselular dan beberap infeksi pada makhluk vertebrata.
Bersama-sama dengan sel biang, eosinofil juga ikut mengendalikan
mekanisme alergi.
41. Bronkiektaisis, adalah dilatasi bronkus dan bronkiolus kronis permanen. (Irman
Soemantri, 2008)
42. Bronkografi, adalah salah satu pemeriksaan yang menggunakan sinar X yang
tujuanya untuk memeriksa jalan nafas setelah cairan kontras khusus dimasukkan
melalui selang atau dalam ilmu kesehatan disebut kateter, dan selang itu diarahkan
ke trakes dan bronkus. 
43. Kemoterapi, (bahasa Inggris: chemotherapy) adalah penggunaan zat kimia untuk
perawatan penyakit. Dalam penggunaan modernnya, istilah ini hampir merujuk
secara eksklusif kepada obat sitostatik yang digunakan untuk merawat kanker.
44. Edema paru, adalah suatu keadaan terkumpulnya cairan patologi di ekstravaskular
dalam paru
45. Asites, adalah penumpukan cairan yang dapat ditemukan dalam cavum
peritoneal. Asites dapat disebabkan oleh banyak penyakit.
46. Efusi pleura, adalah suatu keadaan dimana terdapat cairan dalam rongga dada
yang seharusnya tidak ada (normalnya ada sedikit sekali cairan sebagai pelumas),
dimana cairan tersebut akan menekan paru dan jantung sehingga akan
menimbulkan sesak.
47. Kanker paru, merupakan keganasan pada jaringan paru
48. Pneumonitis, peradangan pada pneumonia
49. Rongga Hidung ( Cavum Nasalis ) adalah Udara dari luar akan masuk melalui
lubang hidung menuju rongga hidung. Rongga hidung dilapisi oleh lapisan selaput
lendir yang didalamnya mengandung kelenjar minyak dan kelenjar keringat.
50. Trakea ( Batang Tenggorokan) adalah Suatu saluran udara berbentuk pipa yang
panjangnya lebih kurang 12 cm. Trakea terletak di bagian depan esofagus.
51. Inspirasi adalah proses menarik napas / memasukan udara.
52. Ekspirasi adalah proses mengeluarkan udara.
53. Bronkus adalah Cabang Batang Tenggorokan. Struktur mikroskopis bronkus mirip
dengan trakea , hanya saja , tulang rawan yang menyusun bronkus bentuknya
tidak teratur.
54. Bronkioulus adalah anak cabang dari batang tenggorokan yang terdapat dalam
rongga tenggorokan kita dan akan memanjag sampai paru-paru
55. Alveolus adalah istilah anatomi umum untuk rongga cekung atau lubang ,
merupakan bagian pada ujung bronkiouus terdapata banyak sekali gelembung-
gelembung kecil.
56. Pernapasan Perut adalah merupakan pernapasan yang melibatkan aktivitas otot-
otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada.
57. Pernapasan Dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antar tulang rusuk.
58. Spirometri adalah pengukuran keadaan aliran udara dan kapasitas vital paru-paru.
59. Duktus Alveolus adalah setiap bagian bronkiolus terminalis bercabang-cabang lari
menjadi bronkiolus respirasi kemudian menjadi duktus alveolaris.
60. Pleura Luar ( Pleura Parietalis ) adalah selaput bagian luar yang menyelaputi paru-
paru.
61. Pleura Dalam ( Pleura Visceralis ) adalah selaput bagian dalam yang langsung
menyelaputi paru-paru.
62. Pleura adalah paru-paru dibungkus oleh 2 selaput tipis.
63. Membran serosa adalah 2 selaput tipis yang di bungkus oleh paru-paru.
64. Pulmo Sinister adalah paru-paru kiri yang terdiri atas 2 lobus.
65. Pulmo Dekster adalah paru-paru kanan yang terdiri atas 3 lobus.
66. Esofagus adalah saluran pencernaan yang berbentuk seperti selang air.
67. Vocal Fold adalah lipatan pita suara.
68. Choane adalah muara rongga hidung yang berhubungan dengan tekak.
69. Nasofaring adalah bagian setelah belakang rongga hidung yang terhubung dan
merupakan bagian awal dari faring ( tekak )
70. Olfaktorious adalah bagian atas rongga hidung yang mengandung sel-sel pembau
sebagai resetor aroma.
71. Trakeotomi adalah pembuatan lubang pada trake serangga untuk membantu
pernapasan.
72. Udara biasa ( udara tidal ) adalah merupakan volume udara yang masuk atau
keluar dari hidung sewaktu bernapas dalam keadaan istirahat.
73. Udara suplementer adalah merupakan volume udara ekspirasi yang masih dapat
dikeluarkan setelah ekspirasi normal.
74. Udara komplementer adalah merupakan volume udara inspirasi yang masih dapat
dihirup setelah inspirasi normal.
75. Udara residu adalah merupakan volume udara sisa setelah kita mengelurakan
napas maksimal yang selalu tinggal di dalam paru-paru dan tidak dikeluarkan dari
paru-paru.
76. Kapasitas Vital adalah merupakan jumlah volume suplementer ditambah volume
tidal dan volume komplementer atau sama dengan volume udara maksimal yang
dapat dikeluarkan dalam sekali ekspirasi setelah inspirasi maksimal.
77. Oksihemoglobin adalah pengangkutan oksigen dapat dilakukan melalui
persenyawaan dengan hemoglobin .
78. Eupnea adalah gerakan pernapasan normal.
79. Hiperpnea adalah peningkatan gerakan pernapasan.
80. Hipopnea adalah penurunan gerakan pernapasan.
81. Apnea adalah penghentian pernapasan.
82. Bradypnea adalah perlambatan abnormal dari pernapasan (frekuensi).
83. Tachypnea adalah pernapasan yang sangat cepat (frekuensi)
84. Hipoksia adalah penurunan pemasukan oksigen ke jaringan sampai dibawah
tingkat fisiologis meskipun perfusi jaringan oleh darah memadai.
85. Hypoxic h. adalah hipoksia akibat kurangnya oksigen yang mencapai darah
86. Stagnant h. adalah hipoksia akibat gagalnya transpor oksigen yang kurang
memadai karena kurang memadainya aliran darah
87. Hyperkapnia adalah kelebihan CO2 dalam darah.
88. Hypocapnia adalah kekurangan CO2 dalam darah.
89. Hypoksemia adalah defisien oksigenasi darah.
90. Ventilasi adalah proses pertukaran udara antara paru-paru dan udara luar.
91. Syndrome traumatica adalah asfiksi yang terjadi sebagai akibat kompresi
mendadak atau berat pada thoraks atau abdomen atas , atau keduanya .
92. Dyspnea adalah pernapasan yang sesak / sukar (pernapasan subjektif).
93. Ortopnea adalah pernapasan yang sulit, kecuali pada posisi tegak atau duduk.
94. Erfusi adalah tindakan meng pada atau lewat , khususnya pengaliran cairan lewat
pembuluh darah organ khusus.
95. Luxury adalah peningkatan aliran darah kedaerah otak secara abnormal akibat
pembengkakan.
96. Sleep a. adalah serangan sementara kegagalan kontrol otomatis pernapasan, yang
menjadi jelas pada waktu tidur serta menyebabkan asidosis dan vasokontriksi
arteriol paru dan hipertensi.
97. Dyspnea : pernapasan yang sukar /sesak (perasaan subjektif)
98. Paroxysmal nocturnal d. adalah episode gawat napas yang membangunkan
penderita dari tidur dan berhubungan dengan posisi tidur (terutama bila tidur
berbaring pada waktu malam), biasanya berhubungan dengan gagal jantung
kongestif dengan edema paru, tetapi kadang berhubungan dengan penyakit paru
kronis.
99. Ortopnea adalah pernapasan yang sulit, kecuali pada posisi tegak atau duduk
100. Asfiksi adalah perubahan patologis yang disebabkan kurangnya oksigen dalam
udara pernapasan, yang mengakibatkan hipoksia dan hiperkapnia
101. Perfusi adalah Tindakan menuang pada atau lewat, khususnya pengaliran
cairan lewat pembuluh darah organ khusus.
102. Luxury p. adalah peningkatan aliran darah ke daerah otak secara abnormal,
akibat pembengkakan.
103. Hyperventilation adalah peningkatan ventilasi paru-paru secara abnormal,
menyebabkan penurunan tegangan CO₂, yang jika berkepanjangan menimbulkan
alkalosis (pH darah diatas 7,4)
104. Hypoventilation adalah penurunan jumlah udara yang memasuki alveoli paru-
paru yang menyebabkan asidosis (pH darah dibawah 7,4).
105. Emfisema adalah berkumpulnya udara secara patologis dalam jaringan atau
organ
106. Influenza (flu), penyakit yang disebabkan oleh virus influenza. Gejala yang
ditimbulkan antara lain pilek, hidung tersumbat, bersin-bersin, dan tenggorokan
terasa gatal.
107. Asma atau sesak napas, merupakan suatu penyakit penyumbatan saluran
pernapasan yang disebabkan alergi terhadap rambut, bulu, debu, atau tekanan
psikologis. Asma bersifat menurun.
108. Tuberkulosis (TBC), penyakit paru-paru yang diakibatkan serangan bakteri
mycobacterium tuberculosis. Difusi oksigen akan terganggu karena adanya bintil-
bintil atau peradangan pada dinding alveolus. Jika bagian paru-paru yang diserang
meluas, sel-selnya mati dan paru-paru mengecil. Akibatnya napas penderita
terengah-engah.
109. Rinitis juga dapat terjadi karena reaksi alergi terhadap perubahan cuaca,
serbuk sari, dan debu. Produksi lendir meningkat.
110. Faringitis, radang pada faring akibat infeksi oleh bakteri Streptococcus.
Tenggorokan sakit dan tampak berwarna merah. Penderita hendaknya istirahat dan
diberi antibiotik.
111. Laringitis, radng pada laring. Penderita serak atau kehilangan suara.
Penyebabnya antara lain karena infeksi, terlalu banyak merokok, minum alkohol,
dan terlalu banyak serak.
112. Bronkitis, radang pada cabang tenggorokan akibat infeksi. Penderita
mengalami demam dan banyak menghasilkan lendir yang menyumbat batang
tenggorokan.
113. Sinusitis, radang pada sinus. Sinus letaknya di daerah pipi kanan dan kiri
batang hidung. Biasanya di dalam sinus terkumpul nanah yang harus dibuang
melalui operasi.
114. Asfikasi, adalah gangguan pernapasan pada waktu pengangkutan dan
penggunaan oksigen yang disebabkan oleh: tenggelam (akibat alveolus terisi air),
pneumonia (akibatnya alveolus terisi cairan lendir dan cairan limfa), keracunan
CO dan HCN, atau gangguan sitem sitokrom (enzim pernapasan).
115. Asidosis, adalah kenaikan adalah kenaikan kadar asam karbonat dan asam
bikarbonat dalam darah, sehingga pernapasan terganggu.
116. Difteri, adalah penyumbatanpada rongga faring atau laring oloeh lendir yang
dihasilkan kuman difteri.
117. Pneumonia, adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri
pada alveolus yang menyebabkan terjadinya radang paru-paru.
118. Wajah adenoid (kesan wajah bodoh), disebabkan adanya penyempitan saluran
napas karena pembengkakan kelenjar limfa atau polip, pembengkakan di tekak
atau amandel.
119. Kanker paru-paru, mempengaruhi pertukaran gas di paru-paru. Kanker paru-
paru dapat menjalar ke seluruh tubuh. Kanker paru-paru sangat berhubungan
dengan aktivitas yang sering merokok. Perokok pasif juga dapat menderita kanker
paru-paru. Penyebab lainnya yang dapat menimbulkan kanker paru-paru adalah
penderita menghirup debu asbes, radiasi ionasi, produk petroleum, dan kromium.
120. Polip hidung adalah massa polypoidal yang timbul terutama dari selaput lendir
hidung dan sinus paranasal. Polip hidung bukan penyakit yang murni berdiri
sendiri. Pembentukannya sangat terkait erat dengan berbagai problem THT
lainnya seperti rinitis alergi, asma, radang kronis pada mukosa hidung-sinus
paranasal, kista fibrosis, intoleransi pada aspirin, dll.Polip hidung biasanya
tumbuh di daerah dimana selaput lendir membengkak akibat penimbunan cairan,
seperti daerah di sekitar lubang sinus pada rongga hidung.
121. Suatu metode sederhana untuk mempelajari pertukaran udara paru-paru adalah
mancatat volume udara yang bergerak ke dalam dan ke luar paru-paru
disebut spirometer.
122. Volume tidal (tidal volume = TV) adalah volume udara pada waktu inspirasi
atau ekspirasi normal, dan volumenya kira-kira 500 ml.
123. Volume cadangan inspirasi (inspiratory reserve volume = IRV) adalah volume
ekstra udara yang masih dapat dihirup setelah inspirasi normal sebagai volume
udara tambahan terhadap volume volume tidal, dan biasanya volume udara itu
kira-kira 3000 ml.
124. Volume cadangan ekspirasi (expiratory reseve volume = ERV) adalah jumlah
udara yang masih dapat dikeluarkan dengan berekspirasi sekuat-kuatnya
(maksimum) pada saat akhir ekspirasi normal, biasanya volume ini kira-kira 1100
ml.
125. Volume residu (residual volume = RV) adalah volume udara yang masih
tinggal di dalam paru-paru setelah melakukan respirasi maksimum. Volume residu
ini rata-rata 1200 ml.
126. Kapasitas paru-paru dalam siklus paru-paru kadang-kadang perlu
mempertimbangkan 2 atau lebih volume udara tersebut di atas secara bersama-
sama. Penggabungan ini disebut kapasitas paru-paru. Kapasitas paru-paru
berbeda-beda dapat dijelaskan sebagai berikut ini.
127. Kapasitas inspirasi (inspiratory capacity/IC) = volume tidal (TV) + volume
cadangan inspirasi (IRV). Ini adalah sejumlah udara (kira-kira 3500 ml) yang
berarti seseorang bernafas mulai dengan tingkat ekspirasi normal dan
memperbesar paru-parunya hingga maksimum.
128. Kapasitas residu fungsional (functional residual capacity/FRC) = volume
cadangan ekspirasi (ERV) + volume residu (RV). Ini adalah sejumlah udara yang
tinggal dalam paru-paru pada akhir ekspirasi normal (kira-kira 2300 ml).
129. Kapasitas vital (vital capacity/VC) = volume cadangan inspirasi (IRV) +
volume tidal (TV) + volume cadangan ekspirasi (ERV). Ini adalah jumlah udara
maksimum yang dapat dikeluarkan dari paru-paru setelah ekspirasi dan
dilanjutkan dengan ekspirasi maksimum.
130. Kapasitas total paru-paru (total lung capacity/TLC) adalah volume maksimum
paru-paru yang masih dapat diperbesar dengan inspirasi sekuat mungkin (kira-kira
5800 ml). TLC = IRV + TV + ERV + RV.
131. Penyakit paru-paru basah adalah suatu gangguan kesehatan pada tubuh yakni
saluran pernafasan yang menuju ke paru-paru terlalu banyak terendam air.
 
BAB III

1. Jelaskan mekanisme inspirasi manusia dengan menggunakan gambar atau bagan


orang mana saja yang terlibat

Jawaban :
Inspirasi terjadi bila muskulus diafragma telah mendapat rangsangan dari nervus
frenikus lalu mengerut datar. Muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah
mendapat rangsangan kemudian mengerut dan tulang iga (kosta) menjadi datar.
Dengan demikian jarak antara sternum (tulang dada) dan vertebra semakin luas dan
melebar. Rongga dada membesar maka pleura akan tertarik, yang menarik paru-paru
sehingga tekanan udara di dalamnya berkurang dan masuklah udara dari luar

2. Jelaskan mekanisme ekpirasi manusia dengan menggunakan gambar atau bagan organ
mana saja yang terlibat!

Jawab :
Ekspirasi, pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi (diafragma akan menjadi cekung,
muskulus interkostalis miring lagi) dan dengan demikian rongga dada menjadi kecil
kembali, maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi atau pernapasan ini terjadi
karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru
3. Jelaksan mekanisme pertukaran O2 dan CO2 di alveolus beserta gambar atau bagan!

Jawaban :
Proses pertukaran oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) terjadi dalam alveolus dan
jaringan secara difusi. Udara masuk paru-paru saat kamu berinspirasi. Karena tekanan
parsial O2 (PO3) dalam atmosfer lebih tinggi, maka udara masuk ke alveoli. Karena
PO2 di alveoli lebih tinggi daripada kapiler-kapiler darah alveoli, maka O2 masuk
secara difusi ke kapiler darah. O2 yang berada di kapiler darah diikat oleh hemoglobin
darah (oksihemoglobin) dan diedarkan ke seluruh tubuh menuju jaringan-jaringan.
Setelah sampai di jaringan, O2 akan berdifusi masuk ke sel-sel tubuh.
Di dalam sel O2 digunakan untuk proses oksidasi sel. Gas sisa yang dihasilkan dari
proses oksidasi sel adalah CO2. Jika O2 digunakan makin banyak, maka CO2 yang
dihasilkan makin banyak pula. Hal ini, menyebabkan tekanan parsial CO2 (PCO2)
dalam sel lebih tinggi dari kapiler darah. Sehingga, CO2 berdifusi ke kapiler vena
darah dan dibawa menuju ke paru-paru. Tingkat kelarutan CO2 di dalam darah kira-
kira 20 kali kelarutan O2. CO2 berdifusi dalam eritrosit secara cepat sehingga
mengalami hidrasi menjadi HCO3, yang disebabkan adanya enzim karbonat anhidrase
dalam plasma darah.
Adanya penurunan kejenuhan Hb terhadap CO2 menyebabkan Hb mengikat lebih
banyak H+ dari oksihemoglobin. Sebagian CO2 dalam eritrosit bereaksi dengan
gugus amino membentuk senyawa karbamino (senyawa Hb dengan CO2). Adanya
ikatan Hb dengan CO2 menyebabkan darah lebih asam namun keasaman ini
dinetralkan oleh ion-ion Na+ dan K+. Sampai di paru-paru, CO2 berdifusi ke alveolus
dari kapiler vena. Hal ini dapat terjadi, karena tekanan CO2 dalam alveolus lebih
rendah dibandingkan tekanan CO2 dalam kapiler vena. Selanjutnya, melalui saluran
pernapasan CO2 dihembuskan keluar tubuh.
BAB IV

KESIMPULAN

Sistem pernapasan adalah pertukaran Oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) antara sel-sel
tubuh serta lingkungan. sistem pernapasan terdiri atas pernapasan, Eksternal (luar) dan
internal (dalam). Oksigen dari udara diambil dan dimasukan ke darah, kemudian di angkut ke
jaringan. Karbondioksida (CO2) di angkut oleh darah dari jaringan tubuh ke paru-paru dan
dinapaskan ke luar udara.

Dalam sistem respirasi oksigen ialah perihal utama yang diperlukan serta berdasar kepada
kebutuhan oksigen. Respirasi seluler dipecah jadi respirasi aeropdan anaerob. Secara garis
besar respirasi ialah pemecah glukosa dengan bantuan- bantuan enzim buat menciptakan
tenaga. Respirasi pada manusia memakai paru- paru. Jalan respirasi manusia merupakan
selaku berikut:

Rongga hidung
faring
laring
trakea
bronkus
bronkilius, aveolus.

Pertukaran/ difusi O2 serta CO2pada paru- paru terjalin pada dibagian alveolus. Respirasi
mengaitkan 2 proses ialah menarik napas( inspirasi) serta menghasilkan napas( ekspirasi)
bersumber pada organ- organ yang ikut serta. Respirasi dipecah jadi 2 ialah respirasi dada
serta respirasi perut. Dalam kondisi normal volume udara respirasi 500- 3500ml, Yang terdiri
dari 500 ml volume tidal, 1500ml komplementer serta 1500 ml hawa suplementer.
Kapasitasvital paru- paru ditambah udara residu tersebut kapasitas total. Terdapat sebagian
kendala serta kelainan yang melanda perlengkapan respirasi antaralain: faringistis,
pneumonia, emfisema paru- paru, asma, dipteri, asfiksi, tuberkulosis( TBC), hipoksia,
asidosis, sianosis, bronkitis, tonsilitis, pleuritis, SARS, kanker paru- parudan rinitis.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/embeds/368107298/content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf
https://www.youtube.com/watch?v=0fVoz4V75_E&feature=youtu.be
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/
385d7b9c6a60947ff4f1884689a41ae8.pdf
https://repository.unair.ac.id/30078/3/3.%20BAB%20II%20TINJAUAN
%20PUSTAKA.pdf
https://aepnurulhidayat.wordpress.com/2014/07/01/terminologi-medis-sistem-
respirasi/
https://www.coursehero.com/file/pc0g7t2/16-BAB-III-PENUTUP-31-
Kesimpulan-Dalam-sistem-pernapasan-oksigen-merupakan-hal/

Anda mungkin juga menyukai