DISUSUN OLEH
KELOMPOK 8:
4. Yosepo Sembiring
T.A 2020-2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat tuhan YME, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan
makalah tentang “Makalah Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan Dan Farmakologi Pada
Gangguan Sistem Pernafasan “Dengan Baik.
Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok KMB 3. Adapun makalah ini kami susun
berdasarkan pengamatan kami dari yang ada kaitannya dengan makalah yang kami buat.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari adanya bantuan dari pihak tertentu,
oleh karena itu kami tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen akademik
yang telah membantu hingga selesainya makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini kami
menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat untuk para pembaca.
Maret 2021
Kelompok 8
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Adapun tujuan dibuatnya makalah ini, yaitu
2. Mengetahui dan memahami tentang sistem pernafasan
3. Mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan anatomi sitem pernafasan
4. Mengetahui dan memahami tentang fisiologi pernapasan
5. Mengetahui dan memahami tentang farmakologi pada sistem pernapasan
6. Mengetahui apa saja kelainan-kelainan dari proses pernapasan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Gambar 2.1 Organ respirasi tampak depan (Tortora dan Derrickson, 2014)
Sistem respirasi terbagi menjadi sistem pernafasan atas dan sistem pernafasan bawah. Sistem
pernafasan atas terdiri dari hidung, faring dan laring. Sedangkan sistem pernafasan bawah terdiri
dari trakea, bronkus dan paru-paru (Peate and Nair, 2011).
2.2 Anatomi Sistem Pernafasan
1. Hidung
Hidung atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang
(kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-
bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam
lubang hidung.
2. Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung, dan mulut
sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain adalah ke atas
berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana, ke
depan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium,
ke bawah terdapat 2 lubang (ke depan lubang laring dan ke belakang lubang esofagus)
3. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikal
dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh
sebuah empang tenggorokan yang biasanya disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-
tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi laring.
4. Trakhea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16
sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda
(huruf C) sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel
bersilia, hanya bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang
terdiri dari jarigan ikat yang dilapisi oleh otot polos.
5. Bronchus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang
terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa dengan
trakea dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke
samping ke arah tampuk paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari
pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih
panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang.
Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada
bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujung bronkioli terdapat gelembung paru
atau gelembung hawa atau alveoli.
6. Paru-Paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung
(gelembung hawa atau alveoli). Gelembug alveoli ini terdiri dari sel- sel epitel dan
endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya kurang lebih 90 m². Pada lapisan ini
terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.
Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan
kanan). Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belahan paru),
lobus pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh
lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-
tiap lobus terdiri dari belahan yang kecil bernama segmen. Paru- paru kiri mempunyai 10
segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen pada inferior. Paru-
paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2 buah
segmen pada lobus medialis, dan 3 buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen
ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus.
Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi
pembuluh darah getah bening dan saraf, dan tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam
lobulus, bronkiolus ini bercabang-cabang banyak sekali, cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap
duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2-0,3 mm. Letak paru-paru di
rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada atau kavum mediastinum. Pada
bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung.
Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi 2 yaitu, yang
pertama pleura visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung
membungkus paru- paru. Kedua pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah
luar. Antara keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa) sehingga paru-paru dapat
berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki
permukaanya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru- paru dan dinding dada sewaktu ada
gerakan bernapas.
2.3 Fisiologi Sistem Pernafasan
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat membutukan
okigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan
kerusakan pada otak yang tidak dapat diperbaiki lagi dan bisa menimbulkan kematian. Kalau
penyediaan oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran. Fisiologi Sistem Pernapasan
Respirasi adalah suatu peristiwa ketika tubuh kekurangan oksigen (o2) dan o2 yang berada di
luar tubuh dihirup (inspirasi) melalui organ pernapasan. Pada keadaan tertentu tubuh kelebihan
karbon diksida (CO2), maka tubuh berusaha untuk mengeluarkan kelebihan tersebut dengan
menghembuskan napas (ekspirasi) sehingga terjadi suatu keseimbangan antara O2 dan CO2 di
dalam tubuh. Sistem respirasi berperan untuk menukar udara ke permukaan dalam paru. Udara
masuk dan menetap dalam sistem pernapasan dan masuk dalam pernapasan oto. Trakea dapat
melakukan penyaringan, penghangatan, dan melembapakan udara yang masuk, melindungi
permukaan organ yang lembut. Hantaran tekanan menghasilkan udara ke paru melalui saluran
pernapasan atas. Tekanan ini berguna untuk menyaring,mengatur udara, dan mengubah
permukaan saluran napas bawah. (Syaifuddin,2012)
Proses pernapasan berlangsung melalui beberapa tahapan, yaitu :
a. Ventilasi paru, yang berarti pertukaran udara antara atmosfer dan alveolus paru
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah
c. Pengangkutan oksigen dan karbondioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel
jaringan tubuh (Guyton, 2006).
Udara bergerak masuk dan keluar paru karena adanya selisih tekanan yang terdapat
antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Diantaranya itu perubahan tekanan
intrapulmonar, tekanan intrapleural, dan perubahan volume paru (Guyton, 2006). Keluar
masuknya udara pernapasan terjadi melalui 2 proses mekanik, yaitu :
1. Inspirasi : proses aktif dengan kontraksi otot-otot inspirasi untuk menaikkan volume
intratoraks, paru-paru ditarik dengan posisi yang lebih mengembang, tekanan dalam
saluran pernapasan menjadi negatif dan udara mengalir ke dalam paru-paru.
2. Ekspirasi : proses pasif dimana elastisitas paru (elastic recoil) menarik dada kembali ke
posisi ekspirasi, tekanan recoil paru-paru dan dinding dada seimbang, tekanan dalam
saluran pernapasan menjadi sedikit positif sehingga udara mengalir keluar dari paru-paru,
dalam hal ini otot-otot pernapasan berperan ( Sherwood,2012)
Fungsi dari sistem pernapasan adalah:
Menyediakan area yang memadai untuk pertukaran gas antara udara dan sirkulasi darah
transport udara dari dan ke pertukaran permukaan di paru-paru;
Melindungi permukaan pernafasan dari dehidrasi, perubahan suhu, dan variasi
lingkungan lainnya
Mempertahankan sistem pernapasan, dan jaringan lain dari invasi oleh pathogen
mikroorganisme
Memproduksi suara yang terlibat dalam berbicara, bernyanyi, atau komunikasi
nonverbal
Membantu dalam regulasi volume darah, tekanan darah, dan control pH cairan tubuh
(Martini et al 2012)
a. Pernafasan Paru
Pernapasan paru adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi pada paru-
paru. Pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen diambil melalui mulut dan
hidung pada waktu bernapas yang oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan
dengan darah dalam kapiler pulmonar. Alveoli memisahkan okigen dari darah, oksigen
menembus membran,diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung
dipompakan ke seluruh tubuh. Dalam alveoli, oksigen bergerak menuju kapiler pulmonalis
sebagai gas terlarut, bergerak menurunknan gradien konsentrasi. Oksigen diangkut dalam darah
baik yang terlarut maupun berikatan dengan hemoglobin. Ketika oksigen relatif sulit larut dalam
larutan, kemampuan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin amat penting. Sekitar 98%
hingga 99% oksigen diangkut dalam darah yang berikatan dengan hemoglobin sebagai
oksihemoglobin sehingga mempengaruhi saturasi oksigen (Porth &Marfin, 2009).
Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi ketika konsentrasi dalam darah
mempengaruhi dan merangsang pusat pernapasan terdapat dalam otak untuk memperbesar
kecepatan dalam pernapasan, sehingga terjadi pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 lebih
banyak. Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandunng oksigen dari seluruh tubuh
masuk ke dalam jaringan, mengambil karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru dan di paru-
paru terjadi pernapasan eksterna.
b. Diaphragma
Diafragma merupakan otot penting yang memisahkan rongga dada (berisi organ- organ penting)
dengan rongga perut. Biasanya ketika kita berbicara mengenai diafragma, maka yang terpikirkan
adalah diafragma thoraks (Diafragma Dada). Fungsi utama diaphragma dada adalah sebagai
bagian dalam proses pernapasan, yaitu mengatur masuk dan keluarnya udara dari dalam dan
keluar tubuh melalui kontraksi dan relaksasinya. Diaphragma mempunyai fungsi non-
pernapasan, yaitu untuk membantu mengeluarkan muntah yang membutuhkan peningkatan
tekanan bagian rongga perut.
Diafragma merupakan sekat otot berserat yang berbentuk seperti kubah. Permukaan atas
diafragma berbentuk cembung (pada rongga dada), berbentuk cekung pada permukaan bawah
rongga perut, dan terdiri dari jaringan otot, maka diafragma dapat melakukan kontraksi dan
relaksasi. Diaphragma disusun oleh otot lurik (otot rangka) sehingga pergerakannya dapat kita
sadari. Syaraf yang mengatur pergerakan diafragma adalah saraf frenikus. Diafragma
mempunyai beberapa lubang yang berfungsi sebagai tempat lewatnya organ penting dari bagian
dada ke bagian perut. Tiga lubang utama yang terdapat pada diafragma adalah sebagai berikut :
a. Lubang Aortic, merupakan lubang yang dilewati oleh Aorta.
b. Lubang Esophageal, merupakan lubang yang dilewati oleh esofagus.
c. Lubang Caval, merupakan lubang yang dilewati oleh vena kava inferior.
Latihan otot- otot pernapasan yang manakala penderita telah mempelajari pernapasan
diafragmatik, suatu program pelatihan otot-otot pernapasan mungkin diresapkan untuk
membantu menguatkan otot- otot yang digunakan dalam bernapas yang dapat disebut juga
dengan Diaphragma Breathing Exercise.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kapasitas Fungsi Paru Penurunan fungsi paru dapat
terjadi secara bertahap dan bersifat kronis sebagai frekuensi lama seseorang bekerja pada
lingkungan yang berdebu dan faktor-faktor internal yang terdapat pada diri pekerja yang antara
lain adalah
1. Jenis kelamin. Kapasitas vital rata-rata pria dewasa muda lebih kurang 4,6 liter dan
perempuan muda kurang lebih 3,1 liter. Volume paru pria dan wanita berbeda dimana
kapasitas paru total pria 6,0 liter dan wanita 4,2 liter.
2. Posisi tubuh. Nilai kapasitas fungsi paru lebih rendah pada posisi tidur dibandingkan
posisi berdiri. Pada posisi tegak, ventilasi persatuan volume paru di bagian basis paru
lebih besar dibandingkan dengan bagian apeks. Hal ini terjadi karena pada awal inspirasi,
tekanan intrapleura di bagian basis paru kurang negatif dibandingkan bagian apeks,
sehingga perbedaan tekanan intrapulmonal-intrapleura di bagian basis lebih kecil dan
jaringan paru kurang teregang. Keadaan tersebut menyebabkan persentase volume paru
maksimal posisi berdiri lebih besar nilainya.
3. Kekuatan otot-otot pernapasan. Pengukuran kapasitas fungsi paru bermanfaat dalam
memberikan informasi mengenai kekuatan otot-otot pernapasan. Apabila nilai kapasitas
normal tetapi nilai FEV1 menurun, maka dapat mengakibatkan rasa nyeri, contohnya
pada penderita asma.
4. Ukuran dan bentuk anatomi tubuh. Obesitas meningkatkan resiko penurunan kapasitas
residu ekspirasi dan volume cadangan ekspirasi dengan semakin beratnya tubuh. Pada
pasien obesitas, volume cadangan ekspirasi lebih kecil daripada kapasitas vital sehingga
dapat mengakibatkan sumbatan saluran napas.
5. Proses penuaan atau bertambahnya umur. Umur meningkatkan resiko mortalitas dan
morbiditas. Selain itu juga dapat terjadi penurunan volume paru statis, arus puncak
ekspirasi maksimal, daya regang paru, dan tekanan O2 paru. Aktivitas refleks saluran
napas berkurang pada orang yang lanjut usia, akibatnya kemampuan daya pembersih
saluran napas juga berkurang. Insiden tertinggi gangguan pernapasan biasanya pada usia
dewasa muda. Pada wanita frekuensi mencapai maksimal pada usia 40-50 tahun,
sedangkan pada pria frekuensi terus meningkat sampai sekurang-kurangnya mencapai
usia 60 tahun.
6. Daya pengembangan paru (compliance). Peningkatan volume dalam paru menghasilkan
tekanan positif, sedangkan penurunan volume dalam paru menimbulkan tekanan negatif.
Perbandingan antara perubahan volume paru dengan satuan perubahan tekanan saluran
udara menggambarkan compliance jaringan paru dan dinding dada. Compliance paru
sedikit lebih 12 besar apabila diukur selama pengempisan paru dibandingkan diukur
selama pengembangan paru.
7. Masa kerja dan riwayat pekerjaan. Semakin lama tenaga kerja bekerja pada lingkungan
yang menyebabkan gangguan kesehatan, maka penurunan fungsi paru pada orang
tersebut akan bertambah dari waktu ke waktu.
8. Riwayat penyakit paru. Banyak para pekerja yang terkena gangguan pernapasan bukan
karena keturunan, melainkan akibat tertular oleh kuman atau basilnya. Biasanya kuman
tersebut berasal dari lingkungan rumah, pasar, terminal, stasiun, lingkungan kerja,
ataupun tempat-tempat umuainnya.
9. Olahraga rutin. Kebiasaan olah raga akan meningkatkan denyut jantung, fungsi paru, dan
metabolisme saat istirahat.
10. Kebiasaan merokok. Tembakau merupakan penyebab penyakit gangguan fungsi paru-
paru yang bersifat kronis dan obstruktif, yang pada akhirnya dapat menurunkan daya
tahan tubuh (Yulaekah, 2007)
Gangguan Fungsi Paru Pada individu normal terjadi perubahan (nilai) fungsi paru secara
fisiologis sesuai dengan perkembangan umur dan pertumbuhan parunya (lung growth). Mulai
dari fase anak sampai kira- kira umur 22-24 tahun terjadi pertumbuhan paru sehingga pada waktu
itu nilai fungsi paru semakin besar bersamaan dengan pertambahan umur. Beberapa waktu nilai
fungsi paru menetap (stasioner) kemudian menurun secara gradual, biasanya pada usia 30 tahun
mulai mengalami penurunan, selanjutnya nilai fungsi paru mengalami penurunan rata-rata sekitar
20 ml tiap pertambahan satu tahun usia seseorang ( Sherwood,2012).
Gangguan fungsi ventilasi paru menyebabkan jumlah udara yang masuk ke dalam paru-paru
akan berkurang dari normal. Gangguan fungsi ventilasi paru yang utama adalah :
1. Restriksi, yaitu penyempitan saluran paru-paru yang diakibatkan oleh bahan yang bersifat
alergen seperti debu, spora jamur, dan sebagainya, yang mengganggu saluran pernapasan.
2. Obstruksi, yaitu penurunan kapasitas fungsi paru yang diakibatkan oleh penimbunan
debu-debu sehingga menyebabkan penurunan kapasitas fungsi paru.
3. Kombinasi obstruksi dan restriksi (mixed), yaitu terjadi juga karena proses patologi yang
mengurangi volume paru, kapasitas vital dan aliran udara, yang juga melibatkan saluran
napas. Rendahnya FEVl/FVC (%) merupakan suatu indikasi obstruktif saluran napas dan
kecilnya volume paru merupakan suatu restriktif (Edward,2012)
3.1 Kesimpulan
Pernafasan ( respirasi) merupakan suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam
keadaan tertidur sekalipun karena sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf autonom.
Adapun anatomi dari sistem pernapasan itu meliputi hidung(nasal), faring(tekak), laring(pangkal
tenggorokan), trakea(batang tenggorokan), bronkus(cabang tenggorokan), alveoli, paru-paru dan
pleura. Menurut tempat terjadinya pertukaran gas, maka pernapasan dapat dibedakan atas dua
jenis, yaitu pernapasan dalam dan pernapasan luar. Pernapasan dalam adalah pernapasan yang
terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh, sedangkan pernapasan luar adalah
pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler.
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam inspirasi dan ekspirasi maka mekanisme
pernapasan terbagi menjadi dua, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada
adalah pernapasan yang melibatkan otot tulang rusuk, sedangkan pernapasan perut adalah
pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktifitas otot- otot diafragma yang membatasi
rongga perut dan rongga dada.
Alat- alat pernapasan merupakan organ- organ tubuh yang sangat penting. Jika alat- alat
ini terganggu karena penyakit atau kelainan maka proses pernapasan akan terganggu, bahkan
dapat menyebabkan Kematian. Kelainan –kelainan itu diantaranya influenza(flu), asma (sesak
napas), tuberkulosis(TBC), asfiksi, asidosis, difteri, emfisema , pnemonia, wajah adenoid( kesan
wajah bodoh, kanker paru-paru dan juga peradangan yang meliputi rinitis, faringitis, laringitis,
bronkitis dan sinusitis.
3.2 Saran
Marilah mulai sekarang kita jaga kesehatan organ pernapasan paru-paru dan sistem
pernapasan dengan makan-makanan yang sehat, perbanyak minum air putih, berolahraga yang
cukup dan jangan merokok, dan makan teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Heil, M., Hazel, A. and Smith, J. (2008). The mechanics of airway closure. Respiratory
Physiology & Neurobiology, 163(1-3), pp.214-221.
Lesauskaite, V. and Ebejer, M. (1999). Age-related changes in the respiratory system. Maltese
Medical Journal, 11(1), p.25.
Majumder, N. (2015). Physiology of Respiration. IOSR Journal of Sports and Physical
Education, 2(3), pp.16-17.
Patwa, A. and Shah, A. (2015). Anatomy and physiology of respiratory system relevant to
anaesthesia. Indian Journal of Anaesthesia, 59(9), p.533.
Srinivas, P. (2012). Steady State and Stability Analysis of Respiratory Control System using
Labview. International Journal of Control Theory and Computer Modeling,N2(6), pp.13-
23.
White, S., Danowitz, M. and Solounias, N. (2016). Embryology and evolutionary history of the
respiratory tract. Edorium Journal of Anatomy and Embryology, 3,
pp.54-62.
Mitrouska, I., Klimathianaki, M. and Siafakas, N. (2004). Effects of Pleural Effusion on
Respiratory Function. Canadian Respiratory Journal, 11(7), pp.499-503.
Kelly, F. (2014). Influence of Air Pollution on Respiratory Disease. European Medical Journal,
2, pp.96-103.
Kennedy, J. (2012). Clinical Anatomy Series‐ Lower Respiratory Tract Anatomy. Scottish
Universities Medical Journal., 1(2), pp.174‐179.