Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN DAN FARMAKOLOGI


PADA GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 8:

1. Yenni Kristiwati Saragih

2. Yetty Lentina Sitorus

3. Yohanes Emanuel Nong

4. Yosepo Sembiring

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHAP AKADEMIK JALUR TRANSFER

STIKES SANTA ELISABETH MEDAN

T.A 2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat tuhan YME, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan
makalah tentang “Makalah Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan Dan Farmakologi Pada
Gangguan Sistem Pernafasan “Dengan Baik.

Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok KMB 3. Adapun makalah ini kami susun
berdasarkan pengamatan kami dari yang ada kaitannya dengan makalah yang kami buat.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari adanya bantuan dari pihak tertentu,
oleh karena itu kami tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen akademik
yang telah membantu hingga selesainya makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini kami
menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat untuk para pembaca.

Maret 2021

Kelompok 8
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang


Sistem pernafasan atau yang sering disebut system respirasi merupakan sistem organ
yang digunakan untuk proses pertukaran gas, dimana sistem pernafasan ini merupakan salah satu
sistem yang berperan sangat penting dalam tubuh untuk menunjang kelangsungan hidup. Sistem
pernafasan dibentuk oleh beberapa struktur, seluruh struktur tersebut terlibat didalam proses
respirasi eksternal yaitu pertukaran oksigen antara atmosfer dan darah serta pertukaran karbon
dioksida antara darah dan atmosfer, selain itu terdapat juga respirasi internal yaitu proses
pertukaran gas antara darah sirkulasi dan sel jaringan dimana system respirasi internal ini terjadi
pada seluruh system tubuh. (Djojodibroto, 2012).
Struktur utama dalam sistem pernafasan adalah saluran udara pernafasan, saluran-saluran
ini terdiri dari jalan napas, saluran napas, serta paru-paru. Struktur saluran napas dibagi menjadi
beberapa bagian diantaranya system penafasan bagian atas dan bawah. Pada system pernafasan
bagian atas terdiri dari hidung, faring, laring dan trakhea. Struktur pernafasan tersebut memiliki
peran masing masing dalam system pernafasan. Sedangkan pada system pernafasan bagian
bawah terdiri dari bronkus, bronkiolus dan alveolus (Manurung dkk, 2013). Organ-organ
pernafasan seperti hidung, dan yang lainnya sangat berperan penting dalam proses pertukaran
gas, yang mana proses pertukaran gas ini yang memerlukan empat proses yang mempunyai
ketergantungan satu sama lainnya, dimana proses tersebut terdiri dari proses yang berkaitan
dengan volume udara napas dan distribusi ventilasi, proses yang berkaitan dengan volume darah
di paruparu dan distribusi aliran darah, proses yang berkaitan dengan difusi oksigen dan karbon
dioksida, serta proses yang berkaitan dengan regulasi pernafasan. Sama seperti system dan
struktur tubuh lainnya, system pernafasan juga sering mengalami masalah dan gangguan dalam
menjalankan fungsinya, baik yang disebabkan oleh infeksi baik yang disebabkan oleh virus
maupun bakteri.
Pada pemeriksaan penunjang faal paru, spirometer merupakan pemeriksaan gold standar.
Bila spirometer tidak tersedia dapat digunakan peak flow meter (Maranatha, 2004). Peak flow
meter merupakan alat tes fungsi paru yang umum digunakan serta berguna untuk mengetahui
volume paru, kapasitas paru dan kecepatan ekspirasi maksimal, dinyatakan dalam liter per menit
(L/menit). Cara yang digunakan dalam sistem ini adalah dengan mengukur kecepatan volume
udara pernapasan yang dihembuskan pasien (ekspirasi). Pada fase ekspirasi, otot-otot
mengangkat diafragma dan menarik rongga dada untuk mengeluarkan udara dari paru.
bagaimana volume dan kapasitas vital paru dalam menerima maupun mengeluarkan udara
pernafasan dapat dilihat melalui proses ventilasi (Muttaqin, 2008).

1.2 Tujuan
1. Adapun tujuan dibuatnya makalah ini, yaitu
2. Mengetahui dan memahami tentang sistem pernafasan
3. Mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan anatomi sitem pernafasan
4. Mengetahui dan memahami tentang fisiologi pernapasan
5. Mengetahui dan memahami tentang farmakologi pada sistem pernapasan
6. Mengetahui apa saja kelainan-kelainan dari proses pernapasan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Pernapasan


  Pernapasan adalah proses keluar dan masuknya udara ke dalam & keluar paru.
Pernapasan adalah proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas dalam jaringan atau “pernafasan
dalam” dan yang terjadi di dalam paru-paru yaitu “pernapasan luar” Manusia membutuhkan
suply oksigen secara terus-menerus untuk proses respirasi sel, dan membuang kelebihan
karbondioksida sebagai limbah beracun produk dari proses tersebut. Pertukaran gas antara
oksigen dengan karbondioksida dilakukan agar proses respirasi sel terus berlangsung. Oksigen
yang dibutuhkan untuk proses respirasi sel ini berasal dari atmosfer, yang menyediakan
kandungan gas oksigen sebanyak 21% dari seluruh gas yang ada. Oksigen masuk kedalam tubuh
melalui perantaraan alat pernapasan yang berada di luar. Pada manusia, alveolus yang terdapat di
paru-paru berfungsi sebagai permukaan untuk tempat pertukaran gas.
Proses pembakaran zat makanan secara singkat ditunjukan pada baga berikut:
Zat Makanan(gula) + Oksigen à kabon doiksida + uap air + energi

Gambar 2.1 Organ respirasi tampak depan (Tortora dan Derrickson, 2014)
Sistem respirasi terbagi menjadi sistem pernafasan atas dan sistem pernafasan bawah. Sistem
pernafasan atas terdiri dari hidung, faring dan laring. Sedangkan sistem pernafasan bawah terdiri
dari trakea, bronkus dan paru-paru (Peate and Nair, 2011).
2.2 Anatomi Sistem Pernafasan
1. Hidung
Hidung atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang
(kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-
bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam
lubang hidung.
2. Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung, dan mulut
sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain adalah ke atas
berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana, ke
depan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium,
ke bawah terdapat 2 lubang (ke depan lubang laring dan ke belakang lubang esofagus)
3. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikal
dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh
sebuah empang tenggorokan yang biasanya disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-
tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi laring.
4. Trakhea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16
sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda
(huruf C) sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel
bersilia, hanya bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang
terdiri dari jarigan ikat yang dilapisi oleh otot polos.
5. Bronchus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang
terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa dengan
trakea dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke
samping ke arah tampuk paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari
pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih
panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang.
Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada
bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujung bronkioli terdapat gelembung paru
atau gelembung hawa atau alveoli.
6. Paru-Paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung
(gelembung hawa atau alveoli). Gelembug alveoli ini terdiri dari sel- sel epitel dan
endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya kurang lebih 90 m². Pada lapisan ini
terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.
Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan
kanan). Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belahan paru),
lobus pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh
lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-
tiap lobus terdiri dari belahan yang kecil bernama segmen. Paru- paru kiri mempunyai 10
segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen pada inferior. Paru-
paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2 buah
segmen pada lobus medialis, dan 3 buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen
ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus.
Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi
pembuluh darah getah bening dan saraf, dan tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam
lobulus, bronkiolus ini bercabang-cabang banyak sekali, cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap
duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2-0,3 mm. Letak paru-paru di
rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada atau kavum mediastinum. Pada
bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung.
Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi 2 yaitu, yang
pertama pleura visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung
membungkus paru- paru. Kedua pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah
luar. Antara keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa) sehingga paru-paru dapat
berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki
permukaanya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru- paru dan dinding dada sewaktu ada
gerakan bernapas.
2.3 Fisiologi Sistem Pernafasan
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat membutukan
okigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan
kerusakan pada otak yang tidak dapat diperbaiki lagi dan bisa menimbulkan kematian. Kalau
penyediaan oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran. Fisiologi Sistem Pernapasan
Respirasi adalah suatu peristiwa ketika tubuh kekurangan oksigen (o2) dan o2 yang berada di
luar tubuh dihirup (inspirasi) melalui organ pernapasan. Pada keadaan tertentu tubuh kelebihan
karbon diksida (CO2), maka tubuh berusaha untuk mengeluarkan kelebihan tersebut dengan
menghembuskan napas (ekspirasi) sehingga terjadi suatu keseimbangan antara O2 dan CO2 di
dalam tubuh. Sistem respirasi berperan untuk menukar udara ke permukaan dalam paru. Udara
masuk dan menetap dalam sistem pernapasan dan masuk dalam pernapasan oto. Trakea dapat
melakukan penyaringan, penghangatan, dan melembapakan udara yang masuk, melindungi
permukaan organ yang lembut. Hantaran tekanan menghasilkan udara ke paru melalui saluran
pernapasan atas. Tekanan ini berguna untuk menyaring,mengatur udara, dan mengubah
permukaan saluran napas bawah. (Syaifuddin,2012)
Proses pernapasan berlangsung melalui beberapa tahapan, yaitu :
a. Ventilasi paru, yang berarti pertukaran udara antara atmosfer dan alveolus paru
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah
c. Pengangkutan oksigen dan karbondioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel
jaringan tubuh (Guyton, 2006).
Udara bergerak masuk dan keluar paru karena adanya selisih tekanan yang terdapat
antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Diantaranya itu perubahan tekanan
intrapulmonar, tekanan intrapleural, dan perubahan volume paru (Guyton, 2006). Keluar
masuknya udara pernapasan terjadi melalui 2 proses mekanik, yaitu :
1. Inspirasi : proses aktif dengan kontraksi otot-otot inspirasi untuk menaikkan volume
intratoraks, paru-paru ditarik dengan posisi yang lebih mengembang, tekanan dalam
saluran pernapasan menjadi negatif dan udara mengalir ke dalam paru-paru.
2. Ekspirasi : proses pasif dimana elastisitas paru (elastic recoil) menarik dada kembali ke
posisi ekspirasi, tekanan recoil paru-paru dan dinding dada seimbang, tekanan dalam
saluran pernapasan menjadi sedikit positif sehingga udara mengalir keluar dari paru-paru,
dalam hal ini otot-otot pernapasan berperan ( Sherwood,2012)
Fungsi dari sistem pernapasan adalah:
 Menyediakan area yang memadai untuk pertukaran gas antara udara dan sirkulasi darah
 transport udara dari dan ke pertukaran permukaan di paru-paru;
 Melindungi permukaan pernafasan dari dehidrasi, perubahan suhu, dan variasi
lingkungan lainnya
 Mempertahankan sistem pernapasan, dan jaringan lain dari invasi oleh pathogen
mikroorganisme
 Memproduksi suara yang terlibat dalam berbicara, bernyanyi, atau komunikasi
nonverbal
 Membantu dalam regulasi volume darah, tekanan darah, dan control pH cairan tubuh
(Martini et al 2012)
a. Pernafasan Paru
Pernapasan paru adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi pada paru-
paru. Pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen diambil melalui mulut dan
hidung pada waktu bernapas yang oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan
dengan darah dalam kapiler pulmonar. Alveoli memisahkan okigen dari darah, oksigen
menembus membran,diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung
dipompakan ke seluruh tubuh. Dalam alveoli, oksigen bergerak menuju kapiler pulmonalis
sebagai gas terlarut, bergerak menurunknan gradien konsentrasi. Oksigen diangkut dalam darah
baik yang terlarut maupun berikatan dengan hemoglobin. Ketika oksigen relatif sulit larut dalam
larutan, kemampuan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin amat penting. Sekitar 98%
hingga 99% oksigen diangkut dalam darah yang berikatan dengan hemoglobin sebagai
oksihemoglobin sehingga mempengaruhi saturasi oksigen (Porth &Marfin, 2009).
Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi ketika konsentrasi dalam darah
mempengaruhi dan merangsang pusat pernapasan terdapat dalam otak untuk memperbesar
kecepatan dalam pernapasan, sehingga terjadi pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 lebih
banyak. Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandunng oksigen dari seluruh tubuh
masuk ke dalam jaringan, mengambil karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru dan di paru-
paru terjadi pernapasan eksterna.
b. Diaphragma
Diafragma merupakan otot penting yang memisahkan rongga dada (berisi organ- organ penting)
dengan rongga perut. Biasanya ketika kita berbicara mengenai diafragma, maka yang terpikirkan
adalah diafragma thoraks (Diafragma Dada). Fungsi utama diaphragma dada adalah sebagai
bagian dalam proses pernapasan, yaitu mengatur masuk dan keluarnya udara dari dalam dan
keluar tubuh melalui kontraksi dan relaksasinya. Diaphragma mempunyai fungsi non-
pernapasan, yaitu untuk membantu mengeluarkan muntah yang membutuhkan peningkatan
tekanan bagian rongga perut.
Diafragma merupakan sekat otot berserat yang berbentuk seperti kubah. Permukaan atas
diafragma berbentuk cembung (pada rongga dada), berbentuk cekung pada permukaan bawah
rongga perut, dan terdiri dari jaringan otot, maka diafragma dapat melakukan kontraksi dan
relaksasi. Diaphragma disusun oleh otot lurik (otot rangka) sehingga pergerakannya dapat kita
sadari. Syaraf yang mengatur pergerakan diafragma adalah saraf frenikus. Diafragma
mempunyai beberapa lubang yang berfungsi sebagai tempat lewatnya organ penting dari bagian
dada ke bagian perut. Tiga lubang utama yang terdapat pada diafragma adalah sebagai berikut :
a. Lubang Aortic, merupakan lubang yang dilewati oleh Aorta.
b. Lubang Esophageal, merupakan lubang yang dilewati oleh esofagus.
c. Lubang Caval, merupakan lubang yang dilewati oleh vena kava inferior.

Latihan otot- otot pernapasan yang manakala penderita telah mempelajari pernapasan
diafragmatik, suatu program pelatihan otot-otot pernapasan mungkin diresapkan untuk
membantu menguatkan otot- otot yang digunakan dalam bernapas yang dapat disebut juga
dengan Diaphragma Breathing Exercise.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kapasitas Fungsi Paru Penurunan fungsi paru dapat
terjadi secara bertahap dan bersifat kronis sebagai frekuensi lama seseorang bekerja pada
lingkungan yang berdebu dan faktor-faktor internal yang terdapat pada diri pekerja yang antara
lain adalah
1. Jenis kelamin. Kapasitas vital rata-rata pria dewasa muda lebih kurang 4,6 liter dan
perempuan muda kurang lebih 3,1 liter. Volume paru pria dan wanita berbeda dimana
kapasitas paru total pria 6,0 liter dan wanita 4,2 liter.
2. Posisi tubuh. Nilai kapasitas fungsi paru lebih rendah pada posisi tidur dibandingkan
posisi berdiri. Pada posisi tegak, ventilasi persatuan volume paru di bagian basis paru
lebih besar dibandingkan dengan bagian apeks. Hal ini terjadi karena pada awal inspirasi,
tekanan intrapleura di bagian basis paru kurang negatif dibandingkan bagian apeks,
sehingga perbedaan tekanan intrapulmonal-intrapleura di bagian basis lebih kecil dan
jaringan paru kurang teregang. Keadaan tersebut menyebabkan persentase volume paru
maksimal posisi berdiri lebih besar nilainya.
3. Kekuatan otot-otot pernapasan. Pengukuran kapasitas fungsi paru bermanfaat dalam
memberikan informasi mengenai kekuatan otot-otot pernapasan. Apabila nilai kapasitas
normal tetapi nilai FEV1 menurun, maka dapat mengakibatkan rasa nyeri, contohnya
pada penderita asma.
4. Ukuran dan bentuk anatomi tubuh. Obesitas meningkatkan resiko penurunan kapasitas
residu ekspirasi dan volume cadangan ekspirasi dengan semakin beratnya tubuh. Pada
pasien obesitas, volume cadangan ekspirasi lebih kecil daripada kapasitas vital sehingga
dapat mengakibatkan sumbatan saluran napas.
5. Proses penuaan atau bertambahnya umur. Umur meningkatkan resiko mortalitas dan
morbiditas. Selain itu juga dapat terjadi penurunan volume paru statis, arus puncak
ekspirasi maksimal, daya regang paru, dan tekanan O2 paru. Aktivitas refleks saluran
napas berkurang pada orang yang lanjut usia, akibatnya kemampuan daya pembersih
saluran napas juga berkurang. Insiden tertinggi gangguan pernapasan biasanya pada usia
dewasa muda. Pada wanita frekuensi mencapai maksimal pada usia 40-50 tahun,
sedangkan pada pria frekuensi terus meningkat sampai sekurang-kurangnya mencapai
usia 60 tahun.
6. Daya pengembangan paru (compliance). Peningkatan volume dalam paru menghasilkan
tekanan positif, sedangkan penurunan volume dalam paru menimbulkan tekanan negatif.
Perbandingan antara perubahan volume paru dengan satuan perubahan tekanan saluran
udara menggambarkan compliance jaringan paru dan dinding dada. Compliance paru
sedikit lebih 12 besar apabila diukur selama pengempisan paru dibandingkan diukur
selama pengembangan paru.
7. Masa kerja dan riwayat pekerjaan. Semakin lama tenaga kerja bekerja pada lingkungan
yang menyebabkan gangguan kesehatan, maka penurunan fungsi paru pada orang
tersebut akan bertambah dari waktu ke waktu.
8. Riwayat penyakit paru. Banyak para pekerja yang terkena gangguan pernapasan bukan
karena keturunan, melainkan akibat tertular oleh kuman atau basilnya. Biasanya kuman
tersebut berasal dari lingkungan rumah, pasar, terminal, stasiun, lingkungan kerja,
ataupun tempat-tempat umuainnya.
9. Olahraga rutin. Kebiasaan olah raga akan meningkatkan denyut jantung, fungsi paru, dan
metabolisme saat istirahat.
10. Kebiasaan merokok. Tembakau merupakan penyebab penyakit gangguan fungsi paru-
paru yang bersifat kronis dan obstruktif, yang pada akhirnya dapat menurunkan daya
tahan tubuh (Yulaekah, 2007)

Gangguan Fungsi Paru Pada individu normal terjadi perubahan (nilai) fungsi paru secara
fisiologis sesuai dengan perkembangan umur dan pertumbuhan parunya (lung growth). Mulai
dari fase anak sampai kira- kira umur 22-24 tahun terjadi pertumbuhan paru sehingga pada waktu
itu nilai fungsi paru semakin besar bersamaan dengan pertambahan umur. Beberapa waktu nilai
fungsi paru menetap (stasioner) kemudian menurun secara gradual, biasanya pada usia 30 tahun
mulai mengalami penurunan, selanjutnya nilai fungsi paru mengalami penurunan rata-rata sekitar
20 ml tiap pertambahan satu tahun usia seseorang ( Sherwood,2012).
Gangguan fungsi ventilasi paru menyebabkan jumlah udara yang masuk ke dalam paru-paru
akan berkurang dari normal. Gangguan fungsi ventilasi paru yang utama adalah :
1. Restriksi, yaitu penyempitan saluran paru-paru yang diakibatkan oleh bahan yang bersifat
alergen seperti debu, spora jamur, dan sebagainya, yang mengganggu saluran pernapasan.
2. Obstruksi, yaitu penurunan kapasitas fungsi paru yang diakibatkan oleh penimbunan
debu-debu sehingga menyebabkan penurunan kapasitas fungsi paru.
3. Kombinasi obstruksi dan restriksi (mixed), yaitu terjadi juga karena proses patologi yang
mengurangi volume paru, kapasitas vital dan aliran udara, yang juga melibatkan saluran
napas. Rendahnya FEVl/FVC (%) merupakan suatu indikasi obstruktif saluran napas dan
kecilnya volume paru merupakan suatu restriktif (Edward,2012)

Penurunan Fungsi paru oleh kualitas udara :


1. Mekanisme terjadinya penurunan fungsi paru akibat terpapar debu Untuk mendapatkan
energy, manusia memerlukan oksigen yang digunakan untuk pembakaran zat makanan
dalam tubuh. Pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut diperoleh dari udara melalui proses
respirasi. Paru merupakan salah satu organ sistem respirasi yang berfungsi sebagai tempat
penampungan udara, sekaligus merupakan tempat berlansungnya peningkatan oksigen
oleh hemoglobin. Interaksi udara dengan paru berlansung setiap saat, oleh karena itu
kualitas yang terinhalasi sangat berpengaruh terhadap faal paru. Udara dalam keadaan
tercemar, partikel polutan mengendap di alveoli. Adanya pengendapan 14 partikel dalam
alveoli, ada kemungkinan fungsi paru akan mengalami penurunan. Terdapat debu di
alveolus akan menyebabkan terjadinya statis partikel debu dan dapat menyebabkan
kerusakan dinding alveolus, selanjutnya merupakan salah satu faktor predisposisi
penurunan fungsi paru
2. Mekanisme Penimbunan debu dalam jaringan paru Faktor yang dapat berpengaruh pada
inhasi bahan pencemar ke dalam paru adalah factor komponen fisik, factor komponen
kimiawi dan factor penderita itu sendiri. Aspek komponen fisik yang pertama adalah
keadaan dari bahan yang diinhalasi (gas,debu,uap). Ukuran dan bentuk akan berpengaruh
dalam proses penimbunan di par, demikian pula kelarutan dan nilai higroskopinya.
Komponen kimia yang berpengaruh antara lain kecenderungan untuk bereaksi dengan
jaringan disekitarnya, keasaman tingkat alkalinitas ( dapat merusak silia dan sistem
enzim). Bahan-bahan tersebut dapat menimbulkan fibrosis yang luas di paru dan dapat
bersifat antigen yang masuk ke paru. Faktor manusia sangat perlu diperhatikan terutama
yang berkaitan dengan sistem pertahanan paru,baik secara anatomis maupun fisiologis,
lamanya paparan dan kerentanan individu. Mekanisme penimbunan debu dalam paru
tergantung dari ukuran debu yang masuk kedalam paru
Faktor yang mempengaruhi terjadinya pengendapan partikel debu di paru Tidak semua
partikel yang terinhalasi akan mengalami pengendapan di paru. Faktor pengendapan debu di paru
dipengaruhi oleh pertahan tubuh dan karakteristik itu sendiri. Karakteristik dimaksud meliputi
jenis debu,ukuran 15 partikel debu,konsentrasi partikel dan lama paparan,pertahanan tubuh
(Yulaekah, 2007)
Pemeriksaan Kapasitas Fungsi Paru 1. Pengertian Kapasitas Fungsi Paru Dalam
penguraian peristiwa-peristiwa dalam sirkulasi paru, kadangkadang di perlukan untuk
menyatukan dua volume atau lebih. Kombinasi seperti itu di sebut sebagai kapasitas paru.
Kapasitas paru dapat di bedakan sebagai berikut:
a. Kapasitas total yaitu jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada inspirasi sedalam-
dalamnya. Dalam hal ini angka yang di dapat tergantung dari beberapa hal yaitu kondisi
paru, umur, sikap, dan bentuk seseorang.
b. Kapasitas vital yaitu jumlah udara yang dapat di keluarkan setelah ekspirasi maksimal
(Syaifuddin,2012)
Kapasitas paru adalah suatu kombinasi peristiwa-peristiwa sirkulasi paru atau
menyatakan dua atau lebih volume paru yaitu volume alun nafas, volume cadangan ekspirasi dan
volume residu
Kapasitas paru dapat di bedakan empat yaitu:
1. Kapasitas inspirasi Kapasitas inspirasi sama dengan tidal volume di tambah dengan
volume cadangan inspirasi yaitu jumlah udara (kurang lebih 3500 mll) 16 yang dapat di
hirup oleh seseorang di mulai pada tiap ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai
jumlah maksimal.
2. Kapasitas residu fungsional Kapasitas residu fungsional yaitu jumlah udara yang tersisa
dalam paru pada akhir ekspirasi normal (kurang lebih 2300 mll)
3. Kapasitas vital Kapasitas vital sama dengan volume cadangan inspirasi dan volume
cadangan ekspirasi, yaitu jumlah udar maksimum yang dapat di keluarkan seseorang dari
paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secaramaksimum dan kemudian mengeluarkan
sebanyak-banyaknya (kurang lebih 4600 mll)
4. Kapasitas paru total Kapasitas paru total merupakan volume makasimum pengemgangan
paru-paru dengan usaha inspirasi yang sebesar mungkin dengan inspirasi paksa
(kuranglebih 5800 ml)
Dari klasifikasi atau penggolongan kapasitas paru di atas, maka yang dapat digunakan untuk
pengukuran kapasitas vital paru merupakan pengukuran kemampuan menghirup udara sekuat-
kuatnya hingga menghembuskannya dengan maksimal.
Semua volume dan kapasitas paru wanita kira-kira 20 sampai 25 persen di bawah pria. Dimana
kapasitas vital rata-rata pria dewasa kira-kira 4,8 liter dan wanita dewasa 3,1 liter (Guyton,
2006).
c. Spirometer
Spirometri adalah tes fisiologis yang mengukur bagaimana seseorang menghirup atau
menghembuskan volume udara dalam suatu waktu. Hal utama diukur dalam spirometri mungkin
volume atau aliran. Spirometri sangat berharga sebagai tes skrining kesehatan pernapasan umum
dengan cara yang sama seperti halnya pengukuran tekanan darah dengan memberikan informasi
penting tentang kesehatan jantung secara umum. Aspek yang paling penting dari spirometri
adalah kapasitas vital paksa (FVC), yang merupakan volume udara yang dihembuskan selama
ekspirasi secaran tegas dan selengkap mungkin mulai dari inspirasi penuh, yang merupakan
volume hembusan pada detik pertama manuver FVC. Variabel spirometri lain yang berasal dari
manuver FVC juga dibahas.
Spirometri dapat dilakukan dengan berbagai jenis peralatan, dan membutuhkan kerjasama antara
subjek dan pemeriksa, dan hasil yang diperoleh akan tergantung pada teknis pemeriksaan serta
faktor personal. (Miller et al,2012)
Pemeriksaan faal paru sangat dianjurkan bagi tenaga kerja, yaitu menggunakan spirometer,
karena pertimbangan biaya yang murah, ringan, praktis dibawa kemana-mana, akurasinya tinggi,
cukup sensitif, tidak invasif dan dapat memberi sejumlah informasi yang handal.
Dari berbagai pemeriksaan faal paru, yang sering dilakukan adalah :
1. Kapasitas Vital (VC) adalah volume udara maksimal yang dapat dihembuskan setelah
inspirasi maksimal. Ada dua macam kapasitas vital paru berdasarkan cara pengukurannya, yaitu
vital capacity (VC) dengan subjek tidak perlu melakukan aktivitas pernapasan dengan kekuatan
penuh 18 dan forced vital capacity (FVC), subjek melakukan aktivitas pernapasan dengan
kekuatan maksimal. Pada orang normal tidak ada perbedaan antara FVC dan VC, sedangkan
pada kelainan obstruksi terdapat perbedaan antara VC dan FVC. VC merupakan refleksi dari
kemampuan elastisitas jaringan paru atau kekakuan pergerakan dinding toraks. VC yang
menurun menunjukkan kekakuan jaringan paru atau dinding toraks, sehingga dapat dikatakan
pemenuhan (compliance) paru atau dinding toraks mempunyai korelasi dengan penurunan VC.
Pada kelainan obstruksi ringan, VC hanya mengalami penurunan sedikit atau mungkin normal.
2. Forced Expiratory Volume in 1 Second (FEV1) merupakan besarnya volume udara yang
dikeluarkan dalam satu detik pertama. Lama ekspirasi pertama pada orang normal berkisar antara
4-5 detik dan pada detik pertama orang normal dapat mengeluarkan udara pernapasan sebesar
80% dari nilai VC. Fase detik pertama ini dikatakan lebih penting dari fase-fase selanjutnya.
Adanya obstruksi pernapasan didasarkan atas besarnya volume pada detik pertama tersebut.
Interpretasi tidak didasarkan pada nilai absolutnya tetapi pada perbandingan nilai FEV1 dengan
FVC. Bila FEV1/FVC kurang dari 75 % berarti abnormal. Pada penyakit obstruktif seperti
bronkitis kronik atau emfisema terjadi pengurangan FEV1 yang lebih besar dibandingkan
kapasitas vital (kapasitas vital mungkin normal) sehingga rasio FEV1/FVC kurang dari 75%.
(Rob & Pierce, 2012) 19 Tabel 2.1 Klasifikasi Penilaian Fungsi Paru (Rob & Pierce, 2012)

2.4 Farmakologi Pada Saluran Pernafasan


1. Nasal Decongestan
 Systemic, direct & indirect adrenergic agonist • pseudoephedrine
 Topical, alfa-agonist • Oxymetazoline, naphazoline, phenylephrine
2. Antihistamins : CTM (Chlor Tyramin Maleat)
3. Antitusive
 Central
Opiate : codein, noscapine, dextromethorphan
Nonopiate : carbetapentane, caramiphen
 Peripher : benzonatate
4. Expectorant : gliseril guaiacolate
5. Mucolytic
6. Dekongestan sistemik
Pseudoefedrin
 Vasokonstriksi pembuluh darah mukosa menurunkan kongesti hidung
 KI: hipertensi, pasca infark miokard, hipertiroid
7. Dekongestan topical
Oksimetazolin, nafazoline, fenilefrin
 Vasokonstriksi pembuluh darah mukosa menurunkan peradangan dan sumbatan pada
hidung
 Efek samping – Rebound congestion – Irregular heartbeat – Headeache – Dizzines –
Tremor
8. Antihistamin
CTM
 Mencegah histamin bekerja pada reseptor H-1
 Mencegah stimulasi refleks bersin
 Efek antimuskarinik menurunkan sekresi lendir dan meningkatkan dilatasi bronkus
 Efek samping: Paralisis gerakan cilia, Efek antikolinergik, Sedasi
9. Antitusif
Antitusif Kodein
 Menekan batuk
 Analgesic
Kelemahan: Rasa pahit, Mual & muntah, Menurunkan peristalsis Îkonstipasi, Adiktif,
euphoria, Sebabkan pelepasan histamine, Overdosis: depresi nafaS
Antitusif Noskapin, dekstrometorfan
 Menekan batuk, tidak adiktif, kurang menurunkan peristalsis
 Kelemahan: Tidak seefektif kodein, Sebabkan pelepasan histamine, Overdosis: efek
halusinasi
Antitusif Carbetapentane, caramiphen, chlorphedianol
 Dosis kecil pada pediatrik yang dikontraindikasikan menggunakan opiat
 Kelemahan: – Efek antikolinergik
Antitusif Benzonatate
 Menurunkan sensitivitas reseptor batuk perifer
 Kelemahan: Confusion, Reaksi hipersensitifitas, Konvulsi
Ekspektoran Gliseril Guaiacolate
 Merangsang iritan-reseptor di lambung, sebabkan stimulasi parasimpatik pada saluran
cerna dan saluran nafas
 Sebabkan sekresi mukus yang encer
 Meningkatkan gerak cilia
 Kelemahan : gangguan gastrointestinal penggunaan pada anak ?
 Obat lain: – Saponin (radix polygalae, radix primulae), Obat Emetik (radix ipekak,
emetin), Amonium klorida, Kalium iodide, Minyak atsiri (menthol, eukaliptus, thymi,
Mukolitik Bromheksin & metabolitnya (ambroksol)
 Menguraikan mukus: meningkatkan hidrolisis lisosoma & stimulasi kelenjar mukus
 Ambroksol merangsang produksi surfaktan, menurunkan tegangan permukaan sehingga
adesi mukus pada bronkus menurun
Mukolitik
 Asetil sistein : Menguraikan mukus: memutus ikatan disulfida protein
 Karbosistein: – Bekerja intrasel : pembentukan lendir encer
Obat-obat penyebab kelainan saluran nafas
 Batuk : ACEi (kaptopril dll)
 Serangan asma: Reaksi anafilaksis obat , Beta antagonis / simpatolitik, Kolinomimetik
(pilokarpin, piridostigmin), Salisilat, Pentamidine nebulized, Propafenone, Prostaglandine
f-2a, Tartrazine
 Acute pulmonary oedema / adult respiratory distress syndrome: Beta agonis iv, Cytosine
arabinoside, HCT , Nalokson, Analgesik narkotik, Salisilat, Trombolitik
 Emboli pulmonal: Kontrasepsi oral
 Lupus like syndrome: Hidralazine, Fenitoin, Prokainamide
 Interstitial pneumonia & fibrosis: Amiodarone, Obat sitotoksik / imunosupresif
 Depresi nafas: Alkolhol: Antidepresan: Antihistamin: Analgesik narkotik, Hipnotik
sedatif (barbiturat & benzodiazepine)
 Efusi pleura & fibrosis: Bromokriptin, Dantrolene, Methotrexate, Metisergid
 Infiltrasi akut & eosinophilia: Nitrofurantoin
 Infiltrasi eosinofil kronik: Aspirin: Naproksen, Bleomisin, Penicillamine, Carbamazepine,
Penisilin, Chlorpromazine (CPZ), Fenitoin, Garam emas, Procarbazine, Imipramine,
Sulfasalazine, Methotrexate, Sulfonamide, Asam Nalidiksat, Tetrasiklin

2.4 Kelainan Proses Pernapasan


Alat- alat pernapasan merupakan organ- organ tubuh yang sangat penting. Jika alat- alat
ini terganggu karena penyakit atau kelainan maka proses pernapasan akan terganggu, bahkan
dapat menyebabkan kematian.
Berikut akan diuraikan beberapa macam gangguan yang umum terjadi pada saluran pernapasan
manusia.
1. Influenza (Flu)
Penyakit yang disebabkan oleh virus influenza. Gejala yang ditimbulkan antara lain pilek,
hidung tersumbat, bersin- bersin, dan tenggorokan terasa gatal.
2. Asma(Sesak napas)
Merupakan suatu penyakit penyumbatan saluran pernapasan yang disebabkan alergi
terhadap rambut, bulu, debu, atau tekanan psikologis. Asma bersifat menurun.
3. Tuberkulosis(TBC)
Penyakit paru- paru yang diakibatkan serangan bakteri Mycobacterium Tuberculosis.
Difusi oksigen akan terganggu karena adanya bintil- bintil atau peradangan pada dinding
alveolus. Jika bagian paru- paru yang diserang meluas, sel- selnya mati dan paru- paru
mengecil. Akibatnya napas penderita terengah-engah.
Macam- macam peradangan pada sistem pernapasan manusia:
a. Rinitis
Radang pada rongga hidung akibat infeksi oleh Virus, misalnya virus influenza. Rinitis
juga dapat terjadi karena reaksi terhadap perubahan cuaca, serbuk sari, dan debu.
Produksi lendir (ingus) meningkat.
b. Faringingitis
Radang pada faring akibat infeksi oleh bakteri Streptococcus. Tenggorokan sakit dan
tampak berwarna merah. Penderita hendaknya istirahat dan diberi antibiotic.
c. Laringitis
Radang pada laring. Penderita serak atau kehilangan suara. Penyebabnya antara lain
karena infeksi, terlalu banyak merokok, minum alcohol, atau banyak bicara.
d. Bronkitis
Radang pada cabang batang tenggorokan akibat infeksi. Penderita mengalami demam,
menghasilkan banyak lendir yang menyumbat batang tenggorokan sehingga penderita
sesak napas.
e. Sinusitis,
Radang pada sinus. Sinus letaknya di daerah pipi di kiri dan kanan batang hidung,
biasanya di dalam sinus terkumpul nanah yang harus dibuang melalui operasi.
f. Asfiksi
Gangguan pernapasan pada waktu pengangkutan oksigen yang disebabkan oleh
tenggelam (akibatnya terisi air), pneumonia (akibatnya alveolus terisi lendir dan cairan
limfa), keracunan CO atau HCN, atau gangguan sitokrom(enzim pernapasan).
g. Asidosis
Kenaikan kadar asam karbonat dan asam bikarbonat dalam darah, sehingga pernapasan
terganggu.
h. Difteri
Penyumbatan pada rongga faring maupun laring oleh lendir yang dihasilkan oleh kuman
difteri.
i. Emfisema
Penyakit pembengkakan paru-paru karena pembuluh darahnya kemasukan udara.
j. Pneumonia
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri pada alveolus yang
menyebabkan terjadinya radang paru-paru.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pernafasan ( respirasi) merupakan suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam
keadaan tertidur sekalipun karena sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf autonom.
Adapun anatomi dari sistem pernapasan itu meliputi hidung(nasal), faring(tekak), laring(pangkal
tenggorokan), trakea(batang tenggorokan), bronkus(cabang tenggorokan), alveoli, paru-paru dan
pleura. Menurut tempat terjadinya pertukaran gas, maka pernapasan dapat dibedakan atas dua
jenis, yaitu pernapasan dalam dan pernapasan luar. Pernapasan dalam adalah pernapasan yang
terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh, sedangkan pernapasan luar adalah
pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler.
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam inspirasi dan ekspirasi maka mekanisme
pernapasan terbagi menjadi dua, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada
adalah pernapasan yang melibatkan otot tulang rusuk, sedangkan pernapasan perut adalah
pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktifitas otot- otot diafragma yang membatasi
rongga perut dan rongga dada.
Alat- alat pernapasan merupakan organ- organ tubuh yang sangat penting. Jika alat- alat
ini terganggu karena penyakit atau kelainan maka proses pernapasan akan terganggu, bahkan
dapat menyebabkan Kematian. Kelainan –kelainan itu diantaranya influenza(flu), asma (sesak
napas), tuberkulosis(TBC), asfiksi, asidosis, difteri, emfisema , pnemonia, wajah adenoid( kesan
wajah bodoh, kanker paru-paru dan juga peradangan yang meliputi rinitis, faringitis, laringitis,
bronkitis dan sinusitis.

3.2 Saran
Marilah mulai sekarang kita jaga kesehatan organ pernapasan paru-paru dan sistem
pernapasan dengan makan-makanan yang sehat, perbanyak minum air putih, berolahraga yang
cukup dan jangan merokok, dan makan teratur.
DAFTAR PUSTAKA

Heil, M., Hazel, A. and Smith, J. (2008). The mechanics of airway closure. Respiratory
Physiology & Neurobiology, 163(1-3), pp.214-221.
Lesauskaite, V. and Ebejer, M. (1999). Age-related changes in the respiratory system. Maltese
Medical Journal, 11(1), p.25.
Majumder, N. (2015). Physiology of Respiration. IOSR Journal of Sports and Physical
Education, 2(3), pp.16-17.
Patwa, A. and Shah, A. (2015). Anatomy and physiology of respiratory system relevant to
anaesthesia. Indian Journal of Anaesthesia, 59(9), p.533.
Srinivas, P. (2012). Steady State and Stability Analysis of Respiratory Control System using
Labview. International Journal of Control Theory and Computer Modeling,N2(6), pp.13-
23.
White, S., Danowitz, M. and Solounias, N. (2016). Embryology and evolutionary history of the
respiratory tract. Edorium Journal of Anatomy and Embryology, 3,
pp.54-62.
Mitrouska, I., Klimathianaki, M. and Siafakas, N. (2004). Effects of Pleural Effusion on
Respiratory Function. Canadian Respiratory Journal, 11(7), pp.499-503.
Kelly, F. (2014). Influence of Air Pollution on Respiratory Disease. European Medical Journal,
2, pp.96-103.
Kennedy, J. (2012). Clinical Anatomy Series‐ Lower Respiratory Tract Anatomy. Scottish
Universities Medical Journal., 1(2), pp.174‐179.

Anda mungkin juga menyukai