Anda di halaman 1dari 33

KANKER LARING

RESPIRATORY SYSTEM AND DISORDER

Disusun oleh : SGD A4

Anak Agung Ayu Dian Indah Lestari 1702511108


I Dewa Made Agus Paramarta Putra 1702511133
I Gde Astha Pramana Suta 1702511176
I Gede Adi Laksana Jagadhita 1702511103
Kadek Denik Suastini 1702511054
Kadek Gyna Yadnya Swari 1702511088
Made Krisna Wibawa Pramartha 1702511145
Made Priska Arya Agustini 1702511031
Ni Kadek Pebri Kristiantini 1702511052
Ni Kadek Putri Lia Krismayanti 1702511014
Ni Kadek Rita Rosadi 1702511050
Putu Mahadevy Pradnyandhari Putri 1702511216

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
KANKER LARING
RESPIRATORY SYSTEM AND DISORDER

Disusun oleh : SGD A4

Anak Agung Ayu Dian Indah Lestari 1702511108


I Dewa Made Agus Paramarta Putra 1702511133
I Gde Astha Pramana Suta 1702511176
I Gede Adi Laksana Jagadhita 1702511103
Kadek Denik Suastini 1702511054
Kadek Gyna Yadnya Swari 1702511088
Made Krisna Wibawa Pramartha 1702511145
Made Priska Arya Agustini 1702511031
Ni Kadek Pebri Kristiantini 1702511052
Ni Kadek Putri Lia Krismayanti 1702511014
Ni Kadek Rita Rosadi 1702511050
Putu Mahadevy Pradnyandhari Putri 1702511216

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2018

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan student project yang
berjudul “Kanker Laring” tepat waktu. Penulisan student project ini bertujuan untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai Kanker Laring.
Dalam penyelesaian student project ini, penulis mengalami beberapa kesulitan
terutama dalam penentuan sub bahasan serta pemilihan kosa kata. Namun berkat
bimbingan dari berbagai pihak, tulisan ini akhirnya bisa terselesaikan. Oleh karena
itu sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Fasilitator kami, dr. I G N Sri Wiryawan, M.Repro atas bimbingan dan
motivasi yang selalu diberikan.
2. Evaluator kami, dr. I Wayan Lolik Lesmana, M.Biomed, Sp.THTKL atas
bimbingan dan arahan yang mencerahkan.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar bisa lebih
baik lagi di kemudian hari.

Denpasar, 09 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ........................................................................................ i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 1
1.3 Tujuan ............................................................................................. 2
1.4 Manfaat ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Laring ............................................................................... 3
2.2 Definisi Kanker Laring ................................................................... 5
2.3 Epidemiologi Kanker Laring ........................................................... 5
2.4 Etiologi Kanker Laring ................................................................... 5
2.5 Faktor Risiko Kanker Laring .......................................................... 6
2.6 Jenis atau Klasifikasi Kanker Laring .............................................. 7
2.7 Patofisiologi Kanker Laring ............................................................. 10
2.8 Gejala Klinis Kanker Laring ........................................................... 11
2.9 Diagnosis Kanker Laring ................................................................ 12
2.10 Diagnosis Banding Kanker Laring .................................................. 14
2.11 Penatalaksanaan Kanker Laring ...................................................... 14
2.12 Komplikasi Kanker Laring ............................................................. 22
2.13 Prognosis Kanker Laring ................................................................ 23
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 25

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Laring kanan lateral .................................................................. 4
Gambar 2.2 Karsinoma terbatas pada sepertiga tengah membran pita suara 16
Gambar 2.3 Karsinoma membran pita suara meluas ke sepertiga anterior
lipatan vokal kontralateral ............................................................................... 16
Gambar 2.4 Karsinoma pita suara membran meluas ke komisura ................ 16
Gambar 2.5 .................................................................................................... 17
Gambar 2.6 .................................................................................................... 17

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laring adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang merupakan
suatu rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong menyerupai piramida
triangular terbalik dan terletak setinggi vertebra cervicalis IV – VI dan merupakan
lanjutan dari trakea. Laring terdiri dari supraglotis, glotis dan subglotis. Laring
berperan dalam koordinasi fungsi menelan dan bernafas termasuk berbicara,
bernafas, aliran makanan dan minuman.
Gangguan yang terjadi pada laring dapat mempengaruhi fungsi-fungsi
tersebut. Salah satu gangguan yang menyerang laring yaitu kanker laring. Kanker
laring merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel laring. Sebagian besar
karsinoma laring berasal dari glotis dan sebagian besar merupakan karsinoma sel
skuamosa. Karsinoma laring ini juga merupakan tumor ganas tersering kedua di
daerah kepala dan leher. Karsinoma laring paling sering terjadi setelah usia 40 tahun
dan lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Pasien kanker
laring biasanya dijumpai pada mereka yang mempunyai riwayat merokok dan
riwayat mengonsumsi alkohol yang signifikan.
Pencegahan dan diagnosis dini dari karsinoma laring merupakan cara yang
paling efektif dalam memaksimalkan kesembuhan dan preservasi organ pada
keganasan ini (Cahyadi, 2016).Oleh karena itu, pada student project ini penulis
mengangkat topik bahasan kanker laring dengan harapan dapat digunakan untuk
dapat melakukan pencegahan dan mendiagnosis kanker laring yang terjadi di
masyarakat dengan tepat sehingga dapat menghasilkan prognosis yang baik.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penulisan ini adalah:
1. Bagaimana anatomi laring?
2. Apa yang dimaksud dengan kanker laring?
3. Bagaimana epidemiologi dari kanker laring?
4. Bagaimana etiologi dari kanker laring?
5. Apa faktor risiko dari kanker laring?
6. Apa jenis dan klasifikasi dari kanker laring?

1
2

7. Bagaimana patofisiologi dari kanker laring?


8. Apa gejala klinis yang terjadi pada kanker laring?
9. Bagaimana diagnosis dari kanker laring?
10. Apa saja diagnosis banding dari kanker laring?
11. Apakah penatalaksanaan medis pada penderita kanker laring?
12. Apa saja komplikasi yang ditimbulkan dari kanker laring?
13. Bagaimana prognosis pada penyakit kanker laring?

1.3 Tujuan
Adapun rumusan masalah penulisan ini adalah:
1. Mengetahui anatomi laring
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kanker laring
3. Mengetahui epidemiologi dari kanker laring
4. Mengetahui etiologi dari kanker laring
5. Mengetahui faktor risiko dari kanker laring
6. Mengetahui jenis dan klasifikasi dari kanker laring
7. Mengetahui patofisiologi dari kanker laring
8. Mengetahui gejala klinis yang terjadi pada kanker laring
9. Mengetahui diagnosis dari kanker laring
10. Mengetahui diagnosis banding dari kanker laring
11. Mengetahui penatalaksanaan medis pada penderita kanker laring
12. Mengetahui komplikasi yang ditimbulkan dari kanker laring
13. Mengetahui prognosis pada penyakit kanker laring

1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan student project ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Menjadi wadah penerapan ilmu kedokteran yang didapat selama menjalani
pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
b. Menambah wawasan dan pengalaman, serta melatih diri dalam melakukan
penelitian di bidang kesehatan.
2. Manfaat Praktis
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kanker laring sehingga
dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kanker laring.
BAB II
ISI
2.1 Anatomi Laring
Laring adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang merupakan
suatu rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong menyerupai piramida
triangular terbalik dan terletak setinggi vertebra cervicalis IV – VI dan merupakan
lanjutan dari trakea. Batas-batas laring berupa sebelah kranial terdapat aditus
laringeus yang berhubungan dengan hipofaring, di sebelah kaudal dibentuk oleh sisi
inferior kartilago krikoid dan berhubungan dengan trakea, di sebelah posterior
dipisahkan dari vertebra cervicalis oleh otot-otot prevertebral, dinding dan cavum
laringofaring serta disebelah anterior ditutupi oleh fascia, jaringan lemak, dan kulit.
Sedangkan di sebelah lateral ditutupi oleh otot-otot sternokleidomastoideus,
infrahyoid dan lobus kelenjar tiroid. Lokasi laring dapat ditentukan dengan inspeksi
dan palpasi dimana didapatkannya kartilago tiroid yang pada pria dewasa lebih
menonjol kedepan dan disebut prominensia laring atau disebut juga adam’s apple
atau jakun. (Ballenger, 1993)
Secara keseluruhan laring dibentuk oleh sejumlah kartilago, ligamentum dan
otot-otot. Kartilago laring terbagi atas dua kelompok yaitu kartilago mayor yang
terdiri dari kartilago tiroidea 1 buah, kartilago krikoidea 1 buah, dan kartilago
ariteniodea 2 buah. Dan kartilago minor yang terdiri dari kartilago komikulata
santorini 2 buah, kartilago kuneiforme wrisberg 2 buah dan kartilago epiglotis 1
buah. Ligamentum dan membrane laring terbagi menjadi ligamentum ekstrinsik
yaitu membrane tirohioid, ligamentum tirohioid, ligamentum tiroepiglotis,
ligamentum hioepiglotis, ligamentum krikotrakeal sedangkan ligamentum intrinsik
terdiri dari membrane quadrangularis, ligamentum vestibular, konus elastikus,
ligamentum krikotiroid media, ligamentum vokalis. (Ballenger, 1993)

3
4

Gambar 2.1 Laring kanan lateral (Moore, 2003)


Mukosa laring dibentuk oleh epitel berlapis silindris semu bersilia kecuali
pada daerah pita suara yang terdiri dari epitel berlapis gepeng tak bertanduk.
Diantara sel-sel bersilia terdapat sel goblet. Membrana basalis bersifat elastis,
makin menebal di daerah pita suara. Pada daerah pita suara sejati, serabut elastisnya
semakin menebal membentuk ligamentum tiroaritenoidea. Mukosa laring
dihubungkan dengan jaringan dibawahnya oleh jaringan ikat longgar sebagai
lapisan submukosa. Kartilago kornikulata, kuneiforme dan epiglotis merupakan
kartilago hialin. Plika vokalis sendiri tidak mengandung kelenjar. Mukosa laring
berwarna merah muda sedangkan pita suara berwarna keputihan. (Ballenger, 1993)
Fungsi laring secara garis besar ada tiga yaitu menyediakan saluran udara
yang paten terbuka sehingga penyusun utamanya adalah tulang rawan. Fungsi yang
kedua adalah sebagai tempat pita suara yang melekat di cartilage arytinoide
terbentang ke lateral anterior, dibelakang jakun atau laringeal prominen. Fungsi
ketiga, yaitu mengatur lalu lintas udara dan makanan. Benda asing tidak dapat
masuk ke dalam laring dengan adanya reflek otot-otot yang bersifat adduksi,
sehingga rima glotis tertutup. Pada waktu menelan, pernafasan berhenti sejenak
akibat adanya rangsangan terhadap reseptor yang ada pada epiglotis, plika
ariepiglotika, plika ventrikularis dan daerah interaritenoid melalui serabut afferen
N. Laringeus Superior. Sebagai jawabannya, sfingter dan epiglotis menutup.
Gerakan laring ke atas dan ke depan menyebabkan celah proksimal laring tertutup
oleh dasar lidah. Struktur ini mengalihkan makanan ke lateral menjauhi aditus dan
masuk ke sinus piriformis lalu ke introitus esofagus (Moore, 2003).
5

2.2 Definisi Kanker Laring


Karsinoma laring adalah tumor ganas yang berasal dari epitel laring.
Karsinoma laring mewakili sepertiga dari semua kanker kepala dan leher serta dapat
menjadi sumber morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Karsinoma laring ini
juga merupakan tumor ganas tersering kedua di daerah kepala dan leher.
(Bhattacharyya, 2015).

2.3 Epidemiologi Kanker Laring


Kanker laring terdiri dari 13.150 kasus baru pada tahun 2017, mewakili
sekitar sepertiga dari semua kanker kepala dan leher, dengan 3710 kematian terkait.
Karsinoma laring mewakili hanya 2% dari seluruh kanker. Kanker paling sering
terjadi setelah usia 40 tahun dan lebih sering pada laki-laki dibandingkan
perempuan (dengan rasio 7:1). Sekitar 95% kanker laring merupakan karsinoma sel
skuamosa yang khas. Adenokarsinoma jarang ditemukan, mungkin berasal dari
kelenjar mukus. Tumor yang terbentuk langsung di pita suara (tumor glotis)
sebanyak 60% hingga 75% kasus, sedangkan yang timbul di atas pita suara
(supraglotis 25% hingga 40%) dan di bawah pita suara (subglotis kurang dari 5%).
(Abbas, 2015).

2.4 Etiologi Kanker Laring


Agen etiologi primer kanker laring adalah merokok sigaret. Tiga dari 4 klien
yang mengalami kanker laring adalah mantan perokok atau masih merokok.
Merokok merupakan salah satu etiologi untuk terjadinya karsinoma laring, tetapi
kerusakan mukosa karena LPR (laringopharing refflux) dapat merupakan faktor
penyebab lainnya. Penelitian yang dilakukan pada binatang menunjukkan
terjadinya kerusakan mukosa pada saluran nafas atas karena cairan lambung. Cairan
empedu, pepsin, dan asam lambung dapat menyebabkan kerusakan mukosa di
daerah laring. pH yang abnormal dapat ditemukan pada persentase total dari waktu
terpapar esophagus karena asam sebanyak 6% atau lebih yang diperiksa oleh
esophageal probe atau banyaknya refluks yang dapat dideteksi oleh pharyngeal
probe. Penelitian yang dilakukan menemukan adanya pH yang abnormal pada 34
(54%) dari 63 penderita karsinoma di daerah laring dan faring. Alkohol juga bekerja
sinergis dengan tembakau untuk meningkatkan resiko perkembangan tumor ganas
pada saluran pernapasan atas (Rizkia Oktaviani et all, 2017).
6

2.5 Faktor Risiko Kanker Laring


Kanker laring terjadi ketika sel-sel sehat dalam kotak suara mengalami
kerusakan dan tumbuh secara tidak terkendali. Sel-sel ini kemudian akan berubah
menjadi tumor. Sel-sel yang rusak ini dapat terjadi karena adanya beberapa faktor
yang menjadi pemicu dari mutasi sel-sel di dalam kotak suara. Beberapa faktor
risiko tersebut, antara lain:
1) Alkohol dan Rokok
Alkohol dan rokok merupakan dua penyebab utama terjadinya kanker laring.
Keduanya mengandung bahan kimia yang dapat merusak sel-sel dalam laring.
Semakin banyak kamu mengonsumsi alkohol dan rokok, maka akan semakin tinggi
pula risiko mengidap kanker laring.
Faktanya, orang yang merokok lebih dari 25 batang per hari, atau orang yang
merokok selama lebih dari 40 tahun, mempunyai risiko 40 kali lebih banyak
mengidap kanker laring. Sedangkan orang yang rutin mengonsumsi alkohol akan
memiliki risiko 3 kali lebih tinggi mengidap kanker laring. Dengan berhenti
mengonsumsi kedua bahan berbahaya ini, kamu sudah mengurangi risiko mengidap
kanker laring secara signifikan.
2) Riwayat Keluarga
Seseorang yang memiliki orangtua, saudara kandung, atau anak yang
mengidap kanker pada area kepala atau leher akan memiliki risiko dua kali lebih
besar mengidap kanker laring.
3) Mengonsumsi Makanan Tidak Sehat
Seseorang yang sering mengomsumsi makanan olahan, daging merah, dan
makanan yang diolah dengan cara digoreng akan memiliki risiko lebih tinggi
mengidap kanker laring. Dalam hal ini, sebaiknya kamu melakukan diet sehat
dengan banyak mengonsumsi buah dan sayur untuk mencegah terjadinya kanker
laring.
4) Terinfeksi Human Papilloma Virus (HPV)
HPV merupakan sekelompok virus yang memengaruhi kulit dengan
menurunkan kelembapan alami tubuh pada area leher, anus, mulut, dan
tenggorokan. Parahnya, HPV dapat menyebabkan perubahan pada sel-sel serviks
yang dapat menyebabkan kanker serviks. Sama halnya dengan area serviks, virus
7

ini juga memiliki efek yang serupa pada sel-sel tenggorokan. HPV sendiri
menyebar ketika berhubungan seks, termasuk seks oral.
5) Paparan Zat Berbahaya
Seseorang yang sering terpapar zat-zat berbahaya seperti debu asbes, debu
kayu, asap diesel, cat, atau nikel memiliki risiko lebih tinggi mengidap kanker
laring. Untuk mencegah terjadinya hal-hal tersebut, gunakan masker penutup
hidung dan mulut saat melakukan aktivitas atau bekerja di tempat yang berisiko
menyebabkan paparan racun.
Faktor risiko tambahan meliputi paparan pekerjaan terhadap asbes, debu
kayu, gas mustard, dan produk petroleum/minyak dan inhalasi asap beracun lain.
Laringitis kronis dan penggunaan suara yang berlebihan juga dapat berkontribusi.
Penelitian menunjukkan kaitan antara paparan tembakau dan mutasi gen p53 pada
karsinoma sel skuamosa dari kepala dan leher.

2.6 Jenis atau Klasifikasi Kanker Laring


Klasifikasi tumor ganas laring berdasarkan AJCC 2010 dengan menggunakan
sistem TNM. Sistem TNM ini digunakan untuk mengetahui perluasan tumor secara
anatomi dengan pengertiannya :

T : perluasan dari tumor primer

N : status terdapatnya kelenjar limfe regional

M : ada atau tidak adanya metastasis jauh

Tabel 1. Klasifikasi tumor primer

T (tumor primer) Supraglotis


T1 Tumor terbatas pada satu sub bagian supraglotis dengan pergerakan pita
suara asli masih normal.
T2 Tumor menginvasi > 1mukosa yang berdekatan dengan supraglotis atau
glotis atau daerah di luar supraglotis (misalnya : mukosa dasar lidah,
vallecula, dinding medial sinus pyriformis) tanpa fiksasi laring.
T3 Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi pita suara asli dan/atau
menginvasi area postkrikoid, jaringan pre-epiglotik, ruang paraglotik
dan/atau invasi minor kartilago tiroid.
8

T4a Tumor menginvasi melalui kartilago tiroid dan/atau jaringan yang jauh
dari laring (misalnya ; trakea, muskulus ekstrinsik profunda lidah, strap
muscle, tiroid atau esofagus)
T4b Tumor menginvasi ruang prevertebra, sarung arteri karotis atau stuktur
mediastinum.
T ( tumor primer) Glotis
T1 Tumor terbatas pada pita suara asli (mungkin melibatkan komisura anterior
atau posterior) dengan pergerakan yang normal.
T1a Tumor terbatas pada satu pita suara asli.
T1b Tumor melibatkan kedua pita suara asli.
T2 Tumor meluas ke supraglotis dan/atau subglotis, dan/atau dengan
gangguan pergerakan pita suara asli.
T3 Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi pita suara asli dan/atau
menginvasi ruang paraglotik dan/atau erosi minor kartilago tiroid.
T4a Tumor menginvasi kartilago tiroid dan/atau jaringan yang jauh dari laring
(misalnya : trakea, muskulus eksrinsik profunda lidah, strap muscle, tiroid
atau esofagus)
T4b Tumor menginvasi ruang prevertebra, sarung arteri karotis atau struktur
mediastinum.
T (tumor primer) Subglotis
T1 Tumor terbatas pada subglotis.
T2 Tumor meluas ke pita suara asli dengan pergerakan yang normal atau
terjadi gangguan.
T3 Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi pita suara asli.

T4a Tumor menginvasi kartilago tiroid dan/atau jaringan yang jauh dari laring
(misalnya : trakea, muskulus eksrinsik profunda lidah, strap muscle, tiroid
atau esofagus)
T4b Tumor menginvasi ruang prevertebra sarung arteri karotis atau struktur
mediastinum.
9

Tabel 2. Klasifikasi Penjalaran ke kelenjar limfa (N)

N0 Secara klinis kelenjar tidak teraba


N1 Metastase satu kelenjar limfa inspilateral, dengan ukuran diameter ≤ 3 cm.
N2 Metastase satu ke kelenjar limfa inspilateral, dengan ukuran diameter 3≤x
a
N2 metastase ke multipel kelenjar limfa inspilateral, dengan ukuran diameter <6 cm
b
N2 Metastase ke bilateral atau kontralateral kelenjar limfa, dengan ukuran <6 cm
c
N3 Metastase ke single/multipel kelenjar limfa, dengan ukuran ≥6 cm.

Tabel 3. Metastasis jauh (M)


M0 Tidak dijumpai metastasis jauh.
M1 Dijumpai Metastasis jauh.

Tabel 4. Staging (Stadium) tumor ganas laring


Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium I T1 N0 M0

Stadium II T2 N0 M0
Stadium III T3 N0 M0
T1 atau T2 atau T3 N1 M0
Stadium IVA T4a N0 M0
T4a N1 M0
T1 atau T2 atau T3 N2 M0
T4a N2 M0
Stadium IVB Tiap T4b N M0
Tiap T N3 M0
Stadium IVC Tiap T tiap N M1
10

2.7 Patofisiologi Kanker Laring


Patofisiologi kanker laring masih belum jelas diketahui, namun secara umum
kanker disebabkan karena adanya petumbuhan sel yang tidak normal. Hal ini terkait
dengan genetik dan perubahan epigenetik yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan
sehingga memicu aktivasi atau inaktivasi yang tidak semestinya dari gen spesifik
dan menyebabkan transformasi neoplastik. Perubahan sel akibat kerusakan DNA
menyebabkan sel tidak menjalankan fungsi normalnya dan mengalami perubahan
baik morfologi maupun perilakunya. Kerusakan DNA ini dapat disebabkan oleh
adanya bahan kimia baik organik maupun non organik, radiasi, virus, makanan
(lemak hewani), dan adanya faktor genetik dimana terjadi kecacatan pada salah satu
allele DNA (LOH = loss of heterozygocities) yang dibawa dari sejak lahir. Secara
umum, sasaran utama dari kerusakan genetik tersebut adalah tiga gen regulatik
normal yaitu protoonkogen yang mendorong pertumbuhan, tumor supressor gen
yang menghambat pertumbuhan (antionkogen), dan gen yang mengatur
programmed cell death atau apoptosis. Selain kerusakan terhadap tiga gen tersebut,
terdapat beberapa mekanisme sel kanker untuk dapat tumbuh yaitu dengan
memproduksi enzim telomerase yang menyebabkan sel kanker tidak bisa mati,
produksi VEGF (vascular endothelial growth factor) untuk membentuk pembuluh
darah baru dan memenuhi nutrisi sel kanker, serta mempunyai kemampuan
ekspansi, infiltrasi, migrasi, dan metastasis jauh (Hanahan dan Weinberg, 2011).
Sebagian besar kanker laring merupakan karsinoma sel skuamosa yang
berdiferensiasi baik dan sebagian kecil kasus merupakan varian sel skuamosa,
termasuk karsinoma verukosa, karsinoma sarkatoid, dan karsinoma neuroendokrin.
Kanker laring dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti merokok, alkohol,
HPV, paparan zat kimia (asbes, polyscylic aromatic hydrocarbons, debu tekstil),
dan gastroesophageal reflux disease (GERD). Paparan yang berulang dari
karsinogen tersebut menyebabkan perubahan bertahap dari mukosa laring, mulai
dari hiperplasia sel skuamosa dengan fokus-fokus displasia, karsinoma in situ,
hingga karsinoma invasif. Pola penyebaran kanker tergantung pada lokasi massa
primer dan kelenjar limfatik yang melekat pada daerah tesebut. Berdasarkan
lokasinya, kanker laring dapat dibagi menjadi tiga yaitu supraglotis, glotis, dan
11

subglotis dengan patofisiologi, gejala klinis dan pengobatan yang berbeda


(Koroulakis dan Agarwal, 2019).
Daerah supraglotis dapat dibagi lagi menjadi epiglotis suprahyoid, epiglotis
infrahyoid, pita suara palsu, lipatan aryepiglottic dan arytenoid. Kanker epiglotis
suprahyoid dapat tumbuh secara eksopitik dan superior, dan dapat menjadi cukup
besar sebelum menyebabkan gejala. Beberapa kasus menunjukkan, kanker ini juga
dapat tumbuh secara inferior ke ujung epiglotis dan menghancurkan tulang rawan
pada daerah tersebut. Tumor epiglotis infrahyoid cenderung tumbuh melingkar dan
dapat melibatkan lipatan aryepiglottic lalu menginvasi lebih jauh ke dalam pita
suara palsu. Kanker epiglotis infrahyoid juga menginvasi secara anterior ke dalam
ruang lemak preepiglotis, valekula dan pangkal lidah. Keterlibatan limfatik adalah
ciri patologis kanker supraglotis, berbeda dengan kanker glotis dan subglotis.
Kanker pada daerah supraglotis akan menunjukkan gejala pada fase lanjut seperti
suara yang serak, nyeri, dan sulit menelan (Stuer et.al., 2017).
Apeks dari ventrikel menunjukkan transisi dari supraglotis ke glotis. Daerah
ini memiliki kelenjar limfatik yang lebih sedikit sehingga tidak menimbulkan risiko
keterlibatan limfatik, kecuali terdapat ekstensi dari supraglotis. Kanker glotis hanya
terbatas pada bagian anterior dari atas free margin dari satu pita suara. Kanker glotis
dapat menginduksi fiksasi pita suara, keterlibatan otot dan ligamen intrinsik, atau,
lebih jarang, keterlibatan recurrent laryngeal nerve. Gangguan pada daerah glotis
akan menjukkan gejala suara serak di fase awal. Sedangkan, daerah subglotis
meluas secara superior dari titik 5 mm di bawah free margin pita suara dan inferior
ke batas inferior kartilago krikoid (atau 10 mm di bawah apeks ventrikel). Kanker
subglotis juga memiliki sedikit kelenjar limfatik sehingga jarang menimbulkan
keterlibatan limfatik (Koroulakis dan Agarwal, 2019).

2.8 Gejala Klinis Kanker Laring


Gambaran klinis kanker laring tergantung oleh tempat asalnya dan
kecenderungan untuk menyebar ke limfatik regional. Suara serak yang progresif
adalah gejala utama karsinoma laring, terutama yang glotis. Selain itu Dispnea (
sensasi bernafas namun tidak cukup/nagas pendek) dan stridor(pernafasan
mengeluarkan nada tinggi akibat sumbatan), nyeri, disfagia, batuk, bengkak di
leher, hemoptisis, halitosis, otalgia reflektif, nyeri laring dan penurunan berat badan
12

merupakan gejala-gejala yang terjadi selama perjalanan penyakit. Metastasis pada


leher sering terjadi pada kanker supraglotis, karena jaringan limfatik yang
menyebabkan penyebaran awal tumor primer ke kelenjar getah bening regional.
Sebaliknya, tumor glotis akibat jaringan limfatik yang buruk dengan pita suara yang
baik jarang terjadi metastasis leher regional pada saat diagnosis.
Stadium primer dari tumor laring tergantung pada luasnya lokasi permukaan
lesi didalam laring atau dari laring ke organ yang berdekatan. Fiksasi dari pita suara
disebut sebagai T3. Sekitar 70% dari pasien dengan tumor supraglottic sudah pada
stadium lanjut (III-IV). Sebaliknya, 75% dari tumor glotis ditemukan penyakit
lokal pada tahap awal (I-II). Metastasis luas jarang menjadi gejala awal kanker
laring, namun dapat ditemukan sekitar 5% pada saat presentasi awal dengan
penyelidikan yang tepat. Pada saat diagnosis, tumor primer kedua dapat ditemukan
dalam saluran pernapasan pada 5% hingga 10% kasus. Setengah dari mereka berada
di paru-paru dan harus dibedakan dari metastasis jauh. Dalam keadaan ini, penting
untuk melakukan panendoskopi dan pemeriksaan radiologis yang tepat untuk
menghidarkan dari patologi tersebut.

2.9 Diagnosis Kanker Laring


1) Anamnesis
Pada kanker laring, penting untuk dilakukan anamnesis berdasarkan sacred
seven fundamental four berupa keluhan utama, onset, lokasi, kualitas serta kuantitas
nyeri, faktor yang memperberat, faktor yang memperingan, riwayat keluarga,
riwayat penyakit sebelumnya, riwayat sosial ekonomi, dan riwayat pengobatan.
Penting untuk diketahui bahwa pasien dengan kanker laring biasanya memiliki
riwayat merokok berkepanjangan yang berlangsung hingga kini ataupun pernah
dimasa lalu. Suara serak merupakan gejala awal dari kanker glotis akibat dari
imobilitas atau fiksasi dari pita suara. Dapat pula ditanyakan terkait kondisi
menelan yang dirasakan pasien. Pada kanker laring lanjutan biasanya ditemukan
gangguan menelan akibat nyeri yang dirasakan, pada umumnya gejala ini terjadi
pada kanker bagian supraglotis (Bhattacharyya S, et al, 2015).
2) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, penting untuk memfokuskan pemeriksaan pada
bagian kepala dan leher. Melakukan inspeksi untuk melihat area yang mengalami
13

keabnormalitasan pada area mulut, tenggorokan, tanda tanda inflamasi, serta


melihat pembengkakan kelenjar getah bening pada bagian leher. Selain itu, palpasi
juga dapat dilakukan apabila terdapat nodul. Pada nodul dapat dinilai terkait
mobilisasinya (dapat digerakkan atau terfiksasi), konsistensi dari nodul (padat atau
lembek), ukuran nodul, dan nyeri tekan (Bhattacharyya S, et al, 2015).
3) Pemeriksaan Penunjang
Selain riwayat pasien dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang lain juga
perlu dilakukan untuk membantu dalam penegakan diagnosis kanker laring.
Berbagai metode untuk mendapatkan sampel jaringan secara mikroskopis maupun
radiologis dapat dilakukan seperti :
a) Biopsi
Teknik biopsi dengan direct laryngoscopy maupun indirect laryngoscopy pada
lesi primer dapat digunakan dalam penegakan diagnosis definitif dari kanker laring.
Biasanya biopsi dilakukan pada bagian laring, faring, dan kerongkongan bagian
atas (Upile NS, et al, 2014).
b) Fine Needle Aspiration (FNA)
Dapat pula dilakukan FNA pada nodul yang dicurigai sebagai asal muasal
kanker laring. Pemeriksaan mikroskopis jenis ini tidak digunakan untuk mengambil
sampel pada laring, melainkan untuk menemukan penyebab pembengkakan
kelenjar getah bening yang ada di leher. Jika sel kanker terlihat berasal dari laring,
maka endoskopi dan biopsi pada area ini perlu dilakukan (Upile NS, et al, 2014).
c) CT Scan dengan kontras
Pemeriksaan radiologis juga penting dilakukan disamping pemeriksaan
mikroskopis. CT scan kepala dan leher dapat menjadi salah satu pilihan
pemeriksaan radiologis. Pada gambaran CT Scan dapat memvisualisasikan kelenjar
limfatik pada leher serta struktur yang tidak dapat dinilai secara adekuat bahkan
dengan direct laryngoscopy sekalipun. Seperti pada daerah subglotis, serta
mendeteksi tanda-tanda perluasan penyakit seperti invasi ke tulang rawan tiroid
yang tentunya untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat (Upile NS, et al, 2014).
d) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI menggunakan magnet yang kuat sehingga memiliki tingkat radiasi yang
sangat rendah. Dapat memberikan gambaran yang sangat terperinci serta bisa
14

menilai soft tissue dari suatu organ. Pemeriksaan MRI juga dapat dilakukan untuk
mengetahui metastasis dari kanker leher. Pemeriksaan ini juga sangat berguna
dalam melihat area tubuh lainnya (Upile NS, et al, 2014).
e) Barium Swallow
Barium swallow sering dijadikan sebagai tes pertama yang dilakukan jika
seseorang memiliki masalah dalam menelan. Pasien diminta untuk meminum cairan
mengandung kapur (barium) untuk melapisi dinding tenggorokan. Selanjutnya
dilakukan serangkaian foto rontgen tenggorokan dan kerongkongan. Barium
swallow dapat membantu menunjukkan kelainan yang terjadi pada bagian
tenggorokan (Upile NS, et al, 2014).

2.10 Diagnosis Banding Kanker Laring


1. Nodul vocal
Dasar menyokong: suara serak dan batuk
Dasar penolakkan: tidak didapatkan nodul di pita suara sebesar kacang hijau atau
lebih kecil yang berwarna putih
2. Tuberkulosis laring
Dasar penyokong: suara parau, sesak napas, nyeri tekan, kadang menyerupai lesi
non spesifik dan bentukkan tumor
Dasar penolakan: dengan pemeriksaan laringskopi serat optic tidak ditemukan lesi
pada daerah laring
3. Metastasis (Tumor Sekunder) (Hermani, 2018)

2.11 Penatalaksanaan Kanker Laring


Tatalaksana karsinoma laring di seluruh dunia bervariasi. Hampir 95% dapat
di terapi. Berdasarkan tatalaksana karsinoma laring terbaru, prinsip tatalaksana
karsinoma laring telah berevolusi seiring dengan perkembangan teknologi dan
perbaikan dalam teknik pembedahan yakni mengobati tumor dengan tetap
menekankan prinsip menjaga keutuhan tiga fungsi fisiologis laring, diantaranya
bernafas, menelan, dan fonasi. Tujuan dari prinsip tatalaksana ini adalah
meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi efek samping. Namun, harus tetap
melakukan pemilihan modalitas terapi yang tepat berdasarkan: 1) Lokasi tumor, 2)
15

Stadium derajat tumor, dan 3) Kebutuhan dan pilihan pasien (Chawla & Carney,
2009; Sheahan, 2014).
Tatalaksana standar untuk perawatan karsinoma laring adalah pembedahan,
radioterapi, kemoterapi atau kombinasi keduanya. Radioterapi digunakan pada
lebih dari 70% pasien, operasi pada sekitar 55% dan kemoterapi pada sekitar 10%
penderita karsinoma di dunia (Mastronikolis et al, 2009).
Tabel 2.1
Terapi Karsinoma Laring di Rumah Sakit dr Hasan Sadikin Bandung Periode
Januari 2013 – Juli 2015

Terapi N(100) %
Kemoterapi 0 0
Operasi 14 14
Radioterapi 6 6
Operasi + radioterapi 44 44
Operasi + radioterapi + kemoterapi 28 28
Kemoradiasi 8 8
Sumber : (Cahyadi et al., 2016, 2).

Adapun tatalaksana karsinoma laring, diantaranya:


1. Surgical
Kriteria pasien dengan terapi pembedahan adalah:
a. Pasien dengan tujuan menghilangkan tumor secara keseluruhan.
b. Pasien dengan tujuan enghilangkan tumor sebanyak mungkin sebelum
dilakukan perawatan lain atau sebaliknya yaitu menghilangkan tumor yang
tersisa setelah terapi radiasi atau kemoradiasi.
c. Pasien dengan tumor berulang setelah perawatan lain dilakukan.
d. Pasien dengan tujuan mengurangi rasa sakit atau meredakan gejala atau
yang disebut operasi paliatif (Canadian Cancer Society, 2009).
Adapun metode pembedahan yang dapat dilakukan:
1. Laringektomi total
Laringektomi total ini menghilangkan seluruh laring. Laringektomi total dapat
dilakukan jika pengobatan dengan terapi radiasi atau kemoradiasi gagal atau
16

sel-sel kanker kembali setelah perawatan lain (Canadian Cancer Society,


2009).
2. Laringektomi parsial
1. Laringektomi parsial vertikal
Pembedahan untuk mengangkat bagian lunak anterior laring bersama
dengan kartilago tiroid yang mendasarinya. Laringektomi parsial vertikal ini
berdasarkan tempat spesifiknya dibagi menjadi dua yakni: 1) Laringektomi
parsial laterovertikal dan 2) Laringektomi parsial anterovertikal (Chawla &
Carney, 2009).

Gambar 2.2 Karsinoma terbatas pada sepertiga tengah membran pita suara (Chawla &
Carney, 2009).

Gambar 2.3 Karsinoma membran pita suara meluas ke sepertiga anterior lipatan vokal
kontralateral (Chawla & Carney, 2009).

Gambar 2.4 Karsinoma pita suara membran meluas ke komisura anterior (Chawla &
Carney, 2009).
17

2. Laringektomi supraglotis
Dilakukan terbatas pada lesi ganas epiglotis pada laring atau permukaan
lingual (Chawla & Carney, 2009).

Gambar 2.5 (Chawla & Carney, 2009).

3. Laringektomi suprakrikoid

Gambar 2.6 (Chawla & Carney, 2009).

3. Pembedahan dengan endoskopi


Pembedahan endoskopi kurang invasif karena dilakukan melalui mulut
daripada melalui membuat luka (insisi) di leher. Endoskopi adalah sebuah prosedur
pemeriksaan yang bertujuan untuk melihat kondisi organ tubuh tertentu secara
visual, dengan menggunakan alat khusus yang disebut endoskop. Endoskop
merupakan alat berbentuk seperti selang lentur yang dilengkapi dengan kamera
pada bagian ujungnya, yang dapat disambungkan ke monitor untuk
memproyeksikan gambar yang ditangkap. Secara garis besar, dokter akan
memasukkan endoskop ini untuk membantu mengamati kondisi laring dan lalu
melakukan pelaseran pada jaringan yang akan diterapi.Keuntungan dengan
18

pembedahan endoskopi ini adalah tingkat kontrol lokal 80-94% dan tingkat
pembedahan dengan mempertahankan fungsi fisiologis hingga 94% kasus,
termasuk persarafan. Hal ini menghasilkan rawat inap yang lebih singkat, hasil
menelan yang lebih baik dan dampak yang menguntungkan pada psikologis pasien.
Hasil onkologis yang diperoleh sebanding dengan teknik laringektomi terbuka dan
radioterapi.
1. Transoral Laser Microsurgery
2. Transoral Robotic Surgery
3. Powered/Microdebrider excision
4. Coblation excision (Canadian Cancer Society, 2009).

2. Non-surgical
1. Radioterapi
Terapi radiasi yang menggunakan sinar atau partikel berenergi tinggi untuk
menghancurkan sel kanker. Terapi radiasi sering dikombinasikan dengan
kemoterapi dimana sering disebut kemoradiasi. Adapun kriteria pasien yang
akan diberikan radioterapi maupun kemoradioterapi adalah:
1) Pasien yang menggunakan terapi ini sebagai pengobatan utama karsinoma
laring stadium awal
2) Pasien dengan situasi dan kondisi tidak memungkinkan untuk dilakukan
pembedahan sebagai pengobatan primer.
3) Pasien dengan kemoterapi (kemoradiasi), dengan tujuan dapat mengobati
tumor yang telah bermetastasis ke kelenjar getah bening terdekat dan dapat
menghancurkan sel-sel kanker yang masih tersisa pasca operasi
4) Pasien dengan atau tanpa kemoterapi, dengan tujuan untuk mengurangi
risiko kanker akan kembali atau sebagai terapi adjuvant (Canadian Cancer
Society, 2009).
Terapi radiasi sinar eksternal untuk karsinoma laring biasanya diberikan lima
kali seminggu selama sekitar tujuh minggu. Selama terapi radiasi sinar
eksternal, mesin mengarahkan radiasi melalui kulit ke tumor dan beberapa
jaringan di sekitarnya. Karsinoma laring yang sering diobati dengan
menggunakan jenis terapi radiasi sinar eksternal disebut terapi radiasi
konformal. Ada 2 jenis terapi radiasi konformal, yakni:
19

a. Terapi radiasi konformal 3-D (3-D CRT)


Terapi radiasi konformal 3-D (3-D CRT) memberikan sinar radiasi dengan
kekuatan yang sama ke tumor dari beberapa arah yang berbeda. Keuntungan
menggunakan terapi ini adalah dapat mengurangi kerusakan oleh radiasi pada
jaringan normal dan meningkatkan radiasi ke tumor (Canadian Cancer Society,
2009).
b. Terapi radiasi modulasi intensitas (IMRT)
Terapi radiasi yang dimodulasi dengan intensitas (IMRT) memberikan sinar
radiasi dengan kekuatan berbeda yang diarahkan pada tumor dari beberapa arah
yang berbeda. Metode ini membentuk area perawatan sendiri-sendiri dengan
sangat tepat dan memungkinkan dosis radiasi yang disesuaikan untuk bagian-
bagian berbeda dari area perawatan (Canadian Cancer Society, 2009).

Efek samping
Efek samping dapat terjadi pada semua jenis perawatan untuk karsinoma
laring, tetapi pengalaman setiap orang berbeda. Tujuan dari terapi radiasi ini
adalah melindungi sel-sel sehat di area perawatan sebanyak mungkin. Tetapi
kerusakan sel-sel sehat dapat terjadi dan dapat menyebabkan efek samping.
Efek samping ini dapat terjadi segera setelah atau beberapa hari atau minggu
setelah terapi radiasi, atau terkadang muncul terlambat berbulan-bulan atau
bertahun-tahun setelah terapi radiasi. Sebagian besar efek samping hilang
dengan sendirinya atau dapat diobati, tetapi beberapa efek samping dapat
bertahan lama atau menjadi permanen. Efek samping yang ditimbulkan akan
bergantung pada ukuran area yang diterapi, area spesifik atau organ yang
diterapi, dan total dosis radiasi. Efek kemoradioterapi lebih parah dibandingkan
dengan terapi radioterapi saja (Canadian Cancer Society, 2009).
Beberapa efek samping sistemik dari terapi radiasi karsinoma laring,
diantaranya: mulut kering, sakit tenggorokan, disfagia, kerusakan gigi,
kelelahan, dan masalah tiroid (Canadian Cancer Society, 2009).
2. Kemoterapi
Kemoterapi ini menggunakan obat antikanker atau sitotoksik untuk
menghancurkan sel kanker. Adapun biasanya pasien yang akan diberikan
radioterapi maupun kemoradioterapi adalah pasien yang menjalani
20

kemoterapi sebagai pengobatan utama sebelum melakukan kemoradioterapi


atau pembedahan. Atau dapat juga dilakukan setelah melakukan pengobatan
dengan pembedahan, untuk mengurangi risiko kanker kembali (berulang) dan
untuk menghilangkan rasa sakit atau mengendalikan gejala kanker laring
lanjut yang disebut kemoterapi paliatif. Kemoterapi biasanya merupakan
terapi sistemik, yang artinya obat-obatan melalui aliran darah untuk mencapai
dan membunuh sel-sel kanker di seluruh tubuh, termasuk yang mungkin telah
memisahkan diri dari tumor primer di laring atau bermestasis (Canadian
Cancer Society, 2009).
Obat kemoterapi yang digunakan untuk mengobati kanker laring adalah:
1) Cisplatin
2) Carboplatin (Paraplatin, Paraplatin AQ)
3) 5-fluorouracil (Adrucil, 5-FU)
4) Docetaxel (Taxotere)
5) Bleomycin (Blenoxane)
6) Ifosphamide (Ifex)
7) Metotreksat
8) Paclitaxel (Taxol)
9) Etoposide (Vepesid) (Canadian Cancer Society, 2009).
Kombinasi obat kemoterapi yang biasa digunakan untuk mengobati
kanker laring adalah:
a) cisplatin dan 5-fluorouracil
b) docetaxel, cisplatin dan 5-fluorouracil (Canadian Cancer Society, 2009).
Selain kombinasi di atas, dapat juga digunakan kombinasi Cetuximab
dengan obat anti kemoterapi, seperti: cisplatin, carboplatin, paclitaxel atau
docetaxel. Cetuximab adalah obat yang tergolong dalam obat-obatan kelas
terapi target kanker yang akan memperlambat atau mematikan pertumbuhan
sel kanker (Canadian Cancer Society, 2009).
Efek samping
Kemoterapi dapat menyebabkan efek samping karena dapat merusak sel-sel
sehat karena membunuh sel-sel kanker. Beberapa efek samping sistemik dari
obat kemoterapi yang digunakan untuk karsinoma laring adalah: mual dan
21

muntah, mulut dan tenggorokan sakit, kehilangan selera makan, diare, jumlah
sel darah rendah, rambut rontok, kelelahan, kerusakan saraf perifer (neuropati
perifer) (Canadian Cancer Society, 2009).

3. Perawatan Suportif
Perawatan suportif ini dilakukan selama dan setelah perawatan
karsinoma laring Perawatan ini melibatkan tim multidisiplin, termasuk medis,
radiasi, ahli onkologi bedah, ahli diet, ahli bicara dan menelan, ahli radiologi,
dan layanan sosial. Tujuan dari perawatan suportif ini adalah meningkatkan
kualitas hidup dari penderita karsinoma laring (Canadian Cancer Society,
2009).
Salah satu perawatan suportif ini adalah rehabilitasi suara, dimana
rehabilitasi ini sangat penting untuk pasien yang menjalani laringektomi total.
Saat ini, tracheoesophageal prosthesis (TEP) atau prostesis trakeo-esofagal
dianggap sebagai pilihan terbaik dimana katup satu arah ini akan mengalihkan
udara melalui nasofaring, memungkinkan getaran, dan menghasilkan suara.
Rehabilitasi dengan TEP memiliki sejumlah risiko, oleh karena itu TEP
dilakukan setelah evaluasi ekstensif pasien oleh tim rehabilitasi patologi
wicara. Adapun komplikasi yang berkaitan dengan penempatan TEP dapat
mencakup aspirasi kronis, kebocoran kronis, dan obstruksi (Conor et al,
2016).
Adapun rekomendasi tatalaksana berdasarkan stadium kanker, diantaranya:
1. Tatalaksana Tahap Awal (Stadium I dan II)
1) Radioterapi
2) Laringektomi parsial
3) Pembedahan dengan endoskopi (Salvador-Coloma & Cohen, 2016).
2. Tatalaksana Tahap III dan IV M0
Laringektomi adalah pengobatan standar dan dengan kombinasi
kemoterapi dan radioterapi (kemoradiasi) (Salvador-Coloma & Cohen,
2016).
3. Tatalaksana metastasis
Kombinasi kemoterapi dan radioterapi (kemoradiasi) (Conor et al, 2016;
Salvador-Coloma & Cohen, 2016).
22

2.12 Komplikasi Kanker Laring


Tabel 2.2
Komplikasi karsinoma Laring di Rumah Sakit dr Hasan Sadikin Bandung Periode Januari
2013 – Juli 2015

Komplikasi N(100) %
Stenosis 0 0
Fistula 14 14
Rekuren 6 6
Tanpa komplikasi 44 44
Sumber : (Cahyadi et al., 2016, 2).

Dari data didapatkan sebanyak 6% pasien menderita stenosis, sebanyak 12%


pasien mendapat komplikasi fistula, dan sebanyak 4% terjadi rekurensi.
Beberapa komplikasi dari kanker laring adalah:
1) Obstruksi (sumbatan) jalan napas
Sumbatan jalan napas terjadi akibat tumor yang menutup jalan napas dan
mengakibatkan pasien menjadi sulit bernapas.
2) Penyebaran kanker ke berbagai bagian tubuh
3) Komplikasi terapi
- Pengambilan tumor dan jaringan sekitarnya dapat mengakibatkan kerusakan
otot –otot yang terdapat pada kerongkongan dan leher.
- Kesulitan menelan makanan dengan konsistensi tertentu dapat ditemukan
pada pasien kanker laring yang telah mengalami pembedahan. Pasien kanker
laring yang menerima radioterapi dapat mengalami kesulitan menelan dan
bahkan mengunyah makanan, sedangkan kemoterapi dapat mengakibatkan
mual dan muntah.
- Pengangkatan laring secara keseluruhan akan mengakibatkan pasien
kehilangan kemampuan untuk bersuara. (MediResource, 2014).

2.13 Prognosis Kanker Laring


Tumor laring memiliki prognosis yang paling baik diantara tumor-tumor
daerah traktus aerodigestivus apabila bila dikelola dengan cepat, tepat dan radikal.
23
BAB III
KESIMPULAN
Karsinoma laring adalah tumor ganas yang berasal dari epitel laring. Kanker
paling sering terjadi setelah usia 40 tahun dan lebih sering pada laki-laki
dibandingkan perempuan (dengan rasio 7:1). Merokok merupakan salah satu
etiologi untuk terjadinya karsinoma laring, tetapi kerusakan mukosa karena LPR
(laringopharing refflux) dapat merupakan faktor penyebab lainnya. Kanker laring
terjadi ketika sel-sel sehat dalam kotak suara mengalami kerusakan dan tumbuh
secara tidak terkendali. Hal ini terkait dengan genetik dan perubahan epigenetik
yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan sehingga memicu aktivasi atau inaktivasi
yang tidak semestinya dari gen spesifik dan menyebabkan transformasi neoplastik.
Perubahan sel akibat kerusakan DNA menyebabkan sel tidak menjalankan fungsi
normalnya dan mengalami perubahan baik morfologi maupun perilakunya.Faktor
risiko yang dapat menyebabkan kanker laring yaitu alkohol dan rokok, riwayat
keluarga, mengonsumsi makanan tidak sehat, dan terinfeksi Human Papilloma
Virus (HPV) serta paparan zat berbahaya.
Klasifikasi tumor ganas laring berdasarkan AJCC 2010 dengan menggunakan
sistem TNM (perluasan dari tumor primer, status terdapatnya kelenjar limfe
regional, ada atau tidak adanya metastasis jauh. Gambaran klinis kanker laring
tergantung oleh tempat asalnya dan kecenderungan untuk menyebar ke limfatik
regional seperti suara serak yang progresif, dispnea (sensasi bernafas namun tidak
cukup/nagas pendek) dan stridor(pernafasan mengeluarkan nada tinggi akibat
sumbatan), nyeri, disfagia, batuk, bengkak di leher, hemoptisis, halitosis, otalgia
reflektif, nyeri laring dan penurunan berat badan. Anamnesis yang baik,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang perlu dilakukan untuk menegakkan
diagnosis kanker laring ini. Diagnosis banding yang mungkin pada kanker laring
yaitu nodul vocal, tuberkulosis laring, metastasis (tumor sekunder). Tatalaksana
karsinoma laring yaitu pembedahan tumor dengan tetap menekankan prinsip
menjaga keutuhan tiga fungsi fisiologis laring, diantaranya bernafas, menelan, dan
fonasi. Komplikasi yang dapat timbul akibat kanker laring yaitu Obstruksi
(sumbatan) jalan napas, Penyebaran kanker ke berbagai bagian tubuh. Tumor laring
memiliki prognosis yang baik apabila bila dikelola dengan cepat, tepat dan radikal.

24
DAFTAR PUSTAKA

Abbas AK, Aster JC, Kumar V. 2015. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 9.
Singapura: Elsevier Saunders.
American Joint committee in cancer (AJCC. 2010.Guidline for the Cancer staging
manual
Bhattacharyya S, Mandal S, Banerjee S, Mandal GK, Bhowmick AK, Murmu N.
2015. Cannabis smoke can be a major risk factor for early-age laryngeal
cancer--a molecular signaling-based approach. Tumour Biol;36(8):6029-36.
Cahyadi I, Permana AD, Dewi YA, Aroeman NA. 2015. Karakteristik Penderita
Karsinoma Laring di Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Bedah Kepala Leher Rumah Sakit dr Hasan Sadikin Bandung
Periode Januari 2013 – Juli 2015. Jurnal Tunas Medika.;3(1):2089-93
Cahyadi I, Permana AD, Dewi YA, Aroeman NA. 2016. “Karakteristik Penderita
Karsinoma Laring di Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Bedah Kepala Leher Rumah Sakit dr Hasan Sadikin Bandung
Periode Januari 2013 – Juli 2015” (skripsi). Bandung: Universitas
Padjadjaran.
Canadian Cancer Society. Laryngeal cancer. Canada: 2019. [cited October 2019].
Available from: http://www.cancer.ca/en/cancer-information/cancer-
type/laryngeal/treatment/surgery/?region=on
Chawla S, Carney AS. 2009. Organ preservation surgery for laryngeal cancer. Head
Neck Oncol;1(12).
Conor E, Steuer MD, Mark El‐Deiry MD, Jason R, Parks MD, Kristin A, et al.
2016. An update on larynx cancer. CA: A Cancer Journal for Clinicians.
2016;67(1),31-50.
Mastronikolis NS, Papadas TA, Goumas PD, Triantaphyllidou IE, Theocharis DA,
Papageorgakopoulou N, et al. 2009. Head, neck: Laryngeal tumors: an
overview. Atlas Genet Cytogenet Oncol Haematol;13(11),888-93.
Moore, E.J and Senders, C.W. 2003. Cleft lip and palate. Lee, K.J. Essential
Otolaryngology Head and Neck Surger. Eight edition. 241-242.
Salvador-Coloma C, Cohen E. 2016. Multidisciplinary Care of Laryngeal Cancer.
Journal of Oncology Practice; 12(8),717-24.

25
26

Sheahan P. 2014. Management of advanced laryngeal cancer. Rambam


Maimonides Med J ;5(2), e0015.
Ballenger, J.J. Anatomy of the larynx. 1993. Diseases of the nose, throat, ear,
head and neck. 13th ed. Philadelphia; Lea & Febiger
Inda Rizkia Oktaviani, Yussy Afriani Dewi, Agung Dinasti Permana, Nurakbar
Aroeman, Dindy Samiadi. 2017. KARSINOMA LARING YANG
DISEBABKAN OLEH LARINGOFARINGEAL REFLUKS. Bagian Ilmu
Kesehatan Telinga Hindung Tenggorok-Bedah Kepala Leher. Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadajaran/RS Dr. Hasan Sadikin
Morrison MD. 2017. Is chronic gastroesophageal reflux a causative factor in glottis
carcinoma. Otolaryngol Head Neck Surg ;99:370-3.
Hanahan, D., & Weinberg, R. A. 2011. Hallmarks of Cancer: The Next Generation.
Cell, 144(5), 646–674.
Koroulakis, A dan Agarwal, M. 2019. Cancer, Laryngeal. Tersedia di
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK526076/ [diunduh: 5 Oktober 2019].
Steuer, C.E., Deiry, M.E., Parks, J.R., Higgins K.A., Saba, N.F. 2017. An Update
on Larynx Cancer. A Cancer Journal for Clinicians, 67 (1), 31-50.
Cahyadi I, Permana AD, Dewi YA, Aroeman NA. 2016. “Karakteristik Penderita
Karsinoma Laring di Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Bedah Kepala Leher Rumah Sakit dr Hasan Sadikin Bandung
Periode Januari 2013 – Juli 2015” (skripsi). Bandung: Universitas
Padjadjaran.
MediResource. Cancer of The Larynx. 2014. Available from : http://chealth.canoe.
ca/. [cited Oktober 2019].
Hermani B, Abdurrachman H. 2018. Tumor Laring. Dalam: Soepardi EA, Iskandar
N, Bashiruddin J, Restuti RD editors. Buku Ajaran Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
h. 194-98
Bhattacharyya S, Mandal S, Banerjee S, Mandal GK, Bhowmick AK, Murmu N.
2015. Cannabis smoke can be a major risk factor for early-age laryngeal
cancer--a molecular signaling-based approach. Tumour Biol. 2015;
36(8):6029-36
27

Upile NS, Shaw RJ, Jones TM, Goodyear P, Liloglou T, Risk JM et al. 2014.
Squamous cell carcinoma of the head and neck outside the oropharynx is
rarely human papillomavirus related. Laryngoscope;124:2739–44

Anda mungkin juga menyukai