Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

NEOPLASMA PERNAFASAN

KELOMPOK 8 :

1. RIA FITRIA (34403715086)

2. RIFKY FANDY L. (34403715087)

3. RIZKY AGUNG S. (34403715088)

4. RIZKY ANDRIAN P. (34403715089)

5. SARAH IZARNI (34403715090)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KOTA TEGAL

2016

i
Daftar Isi

Daftar Isi ................................................................................................................................................. ii


BAB I ...................................................................................................................................................... 1
TINJAUAN TEORI ................................................................................................................................ 1
1.1 Pengertian Tumor Paru ........................................................................................................... 1
1.2 Etiologi.................................................................................................................................... 2
1.3 Klasifikasi ..................................................................................................................................... 3
1.4 Manifestasi Klinis ......................................................................................................................... 5
1.5 Patofisiologi .................................................................................................................................. 6
1.6 Pemeriksaan Diagnostik................................................................................................................ 6
1.7 Manajemen Farmakologi .............................................................................................................. 8
1.8 Proses Keperawatan ...................................................................................................................... 9
1.9 Diagnosa Keperawatan ............................................................................................................... 12
1.10 Intervensi................................................................................................................................... 12
1.11 Edukasi Yang Di Berikan ......................................................................................................... 14
1.12 PATHWAY............................................................................................................................... 15
BAB II................................................................................................................................................... 15
PENUTUP ............................................................................................................................................ 16
2.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 16
2.2 Saran ........................................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 18

ii
iii
BAB I

TINJAUAN TEORI

1.1 Pengertian Tumor Paru

Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru yang

abnormal. Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan letaknya didalam rongga

dada. Jenis tumor paru dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi SCLC ( Small Cell Lung

Cancer ) dan NSLC ( Non Small Cell Lung Cancer / Karsinoma Skuamosa, adenokarsinoma,

karsinoma sel besar ).

Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas. (

Hood Al sagaff, dkk 1993 ).

Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian besar kanker paru berasal

dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain yang terkena kanker. (

Zerich 150105 Weblog, by Erich ).

Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price, Patofisiologi, 1995).

Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel sel yang mengalami proliferasi dalam paru

(Underwood, Patologi, 2000).

1
1.2 Etiologi

Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada beberapa

faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru yaitu :

1. Merokok.

Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang defenitif telah

ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru

(karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih

besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah

meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar

10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang

jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.

2. Polusi udara.

Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada

mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri

dan uap diesel dalam atmosfer di kota.

( Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).

2
Teori Onkogenesis.

Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor dalam genom

(onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara menghilangkan

(delesi/del) atau penyisipan (insersi/ inS) sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen

erbB1 dan atau neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara

alamiah- programmed cell death). Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran

dalam hal ini sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang autonom.

Dengan demikian kanker merupakan penyakit genetic yang pada permulaan terbatas pada sel

sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya.

1.3 Klasifikasi

Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru paru (1977) :

1. Karsinoma Bronkogenik.

a. Karsinoma epidermoid (skuamosa).

Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau

displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Terletak

sentral sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui

beberapa centimeter dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus,

dinding dada dan mediastinum.

b. Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).

Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini timbul dari sel sel

Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel sel kecil dengan inti

3
hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar

limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ organ distal.

c. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).

Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus.

Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang kadang dapat dikaitkan

dengan jaringan parut local pada paru paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali

meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis tetap tidak

menunjukkan gejala gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh.

d. Karsinoma sel besar.

Merupakan sel sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma

yang besar dan ukuran inti bermacam macam. Sel sel ini cenderung untuk timbul pada

jaringan paru paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat

tempat yang jauh.

e. Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.

f. Lain lain :

1). Tumor karsinoid (adenoma bronkus).

2). Tumor kelenjar bronchial.

3). Tumor papilaris dari epitel permukaan.

4). Tumor campuran dan Karsinosarkoma

5). Sarkoma

6). Tak terklasifikasi.

4
7). Mesotelioma.

8). Melanoma.

1.4 Manifestasi Klinis

1. Gejala awal.

Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronkus.

2. Gejala umum.

a. Batuk

Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai sebagai batuk

kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum

yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.

b. Hemoptisis

Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi.

c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.

5
1.5 Patofisiologi

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus yang berupa asap

rokok dan polusi udara menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi

pengendapan karsinogen dan agen. Dengan adanya pengendapan karsinogen dan agen maka

menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh

metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan

bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral

berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan

ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala gejala yang timbul

dapat berupa batuk, stridor lokal, dispneu, demam, dan dingin.

1.6 Pemeriksaan Diagnostik

1. Radiologi.

a. Foto thorax posterior anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.

Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru.

Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian

hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.

b. Bronkhografi.

Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.

2. Laboratorium.

a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).

Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.

6
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA

Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.

c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.

Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).

3. Histopatologi.

a. Bronkoskopi.

Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya

karsinoma bronkogenik dapat diketahui).

b. Biopsi Trans Torakal (TTB).

Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm,

sensitivitasnya mencapai 90 95 %.

c. Torakoskopi.

Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.

d. Mediastinosopi.

Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.

e. Torakotomi.

Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam macam prosedur non

invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.

7
4. Pencitraan.

a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.

b. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

1.7 Manajemen Farmakologi

a. Kuratif

Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.

b. Paliatif.

Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.

c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.

Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.

d. Supotif.

Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi darah

dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.

(Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)

e. Pembedahan.

Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat

semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru paru

yang tidak terkena kanker.

8
f. Toraktomi eksplorasi.

Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma,

untuk melakukan biopsy.

g. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).

Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula

emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.

h. Radiasi.

Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai

terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/

penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.

i.Kemoterafi.

Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien

dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau

terapi radiasi.

1.8 Proses Keperawatan

Pengkajian :

1. Pengumpulan Data

Keadaan umum: lemah, sesak yang disertai dengan batuk, suara napas kasar.

9
2. Kebutuhan dasar:

a. Pola makan : nafsu makan berkurang karena adanya sekret dan terjadi kesulitan

menelan(disfagia), penurunan berat badan.

b. Pola minum : frekuensi minum meningkat (rasa haus)

c. Pola tidur : susah tidur karena adanya batuk dan sesak napas.

d. Aktivitas : keletihan, kelemahan

3. Pemeriksaan fisik

a. Sistem pernafasan

b. Sesak nafas, batuk, suara napas kasar

c. Batuk produktif tak efektif

d. Suara nafas: mengi pada inspirasi

e. Serak, paralysis pita suara.

f. Sistem kardiovaskuler

g. Tachycardia, disritmia

h. Menunjukkan efusi (gesekan pericardial)

i. Sistem gastrointestinal

j. Anoreksia, disfagia, penurunan intake makanan, berat badan menurun.

k. Sistem urinarius

Peningkatan frekuensi/jumlah urine.

10
l. Sistem neurologis

m. Perasaan takut/takut hasil pembedahan

n. Kegelisahan

4. Data Penunjang

a. Foto dada, PA dan lateral

b. CT scan/MRI

c. Bronchoscope

d. Sitologi

Pengelompokan Data

1. Data Subjektif

Perasaan lemah, Sesak nafas, Batuk tak efektif, Serak, haus, Anoreksia, disfalgia, berat

badan menurun, Peningkatan frekuensi/jumlah urine, Takut.

2. Data Objektif.

Batuk produktif, Tachycardia/disritmia, Menunjukkan efusi, Sianosis, pucat, Edema, Demam

Gelisah, Suara napas kasar.

11
1.9 Diagnosa Keperawatan

( Doenges, Marylin, hal 191 dan Engram, Barbara ( Zerich 150105, weblog )

a. Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas.

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan host agen.

1.10 Intervensi

( Doenges, Marilyn, dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Ed. 3. Jakarta : EGC )

a. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi.

Intervensi

1. Pernapasan bising, ronki dan menunjukkan tertahannya sekreat / obstruksi jalan napas.

2.Observasi jumlah dan karakter sputum / aspirasi sekret. Selidiki jalan perubahan sesuai

indikasi.

3.Dorong masukan cairan per oral ( sedikitnya 2500 ml / hari ) dalam toleransi jantung.

4.Kaji nyeri / ketidak nyamanan dan obati dengan dosis rutin dan lakukan latihan pernapasan.

5.Berikan atau bantu dengan IPPB, spirometriinsentif, meniup botol, drainase postural /

perkusi sesuai indikasi.

Catatan : Drainase postuural dapat dikotraisdikasikan pada beberapa pasien dan pada setiap

kejadian harus dilakukan untuk mencegah gangguan pernapasan dan ketidaknyamanan insisi.

6.Gunakan oksigen, humidifikasi / nebuliser. Berikan cairan tambahan melalui IV sesuai

indikasi.

12
7. Berikan arahan kepada pasien agar mengurangi kebiasaan jelek berupa merokok, karena

merokok akan memperparah keadaaan.

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan host agen.

Intervensi

1. Berikan oksigen jika pasien masih sesak.

2. Atur posisi setengah duduk.

3. Ciptakan suasana yang nyaman.

4. Arahkan pasien untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan agar tidak tercemar oleh

polusi udara, seperti debu, zat kimia, kotoran.

5. Arahkan kepada pasien agar selalu menggunakan masker jika berpergian.

13
1.11 Edukasi Yang Di Berikan

1. Penyuluhan kesehatan

Penyegahaan kanker sangat dihambat oleh salah pengerti antara masyarakat awam dan

dokter. Proses KIE kesehatan untuk masyarakat terdiri atas beberapa langkah yang dapat

disingkat sebagai berikut; penangkapan, pemahaman, pengulangan, penerimaan, dan

dimengerti masyarakat; umumnya harus diberikan beberapa kali sebelum dapat diterima dan

akhirnya dilaksanakan. Penyuluhan untuk mengubah gaya hidup baru berhasil bila terjadi

proses motivasi dan keyakinan, disertai kesadaran untuk melakukannya.

2. Pencegahan Primer

Pencegahan primer dilakukan dengan melakukan perubahan dalam gaya hidup buruk menuju

ke gaya hidup sehat dengan cara mengkonsumsi makanan yang cukup gizi dan sehat, tidak

merokok, dan lain-lain.

3. Penapisan

Proses penapisan meliputi pemeriksaan seseorang yang tidak menunjukkan gejala atau tanda

penyakit, dengan tujuan menemukan kasus yang belum menimbulkan masalah klinis.

Penapisan ini bertitik tolak pada anggapan bahwa jika diagnosis ditegakkan sedemikian dini

dan terapi langsung diberikan diberikan hasil penanganan akan lebih baik dibanding hsil

pengobatan pada penyakit yang menyebabkan seseorang mencari pengobatan.

14
1.12 PATHWAY

Neoplasma Pernafasan

Merokok Polusi Udara

Bronkus

Dispnea Ringan Batuk

Stridor Lokal
Gangguan Pertukaran Gas b.d Host Agen
(Benda asing : Debu, kotoran, zat kimia)
Ketidak efektifan jalan nafas b.d obstruksi
jalan nafas

(Penumpukan hidro karbon karsinogenik)

Paliatif

Mengurangi Merokok Menjaga Kebersihan Lingkungan

Penyuluhan Kesehatan

Berikan arahan kepada pasien tentang dampak Arahkan kepada pasien untuk selalu

Bahaya merokok menjaga kebersihan lingkungan dan

Selalu menggunakan masker jika

berpergian

15
BAB II

PENUTUP

2.1 Kesimpulan

Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price, Patofisiologi, 1995).

Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel sel yang mengalami proliferasi dalam paru

(Underwood, Patologi, 2000).

Penyebab tumor paru yakni dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus

menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan

adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia.

Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang

pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus

vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar.

Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian

distal. Gejala gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan

dingin.

16
2.2 Saran

Dengan mempelajari paper ini diharapkan pembaca dapat memahami dan mampu

menjelaskan mengenai Neoplasma Pernafasan, hal apa saja yang dapat menyebabkan

terjadinya Neoplasma Pernafasan dan tindakan apa yang dilakukan untuk mengobati

Neoplasma Pernafasan dan cara pencegahannya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E . 1999 .Rencana Asuhan Keperawatan . Jakarta : Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC.

Long, Barbara C . 1996 .Perawatan Medikal Bedah .Bandung : Suatu Pendekatan Proses

Holistik, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran.

Suyono, Slamet . 2001 .Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Jakarta : Jilid II, Edisi 3, Balai

Penerbit FKUI.

Underwood, J.C.E . 1999 .Patologi Umum dan Sistematik . Jakarta : Edisi 2, EGC.

Brunner and Suddarth.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Guyton and Hall.1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Edisi 9 EGC.

Mansjoer, Arif.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Edisi 3 Mediaesculapius.

Price, Sylvia. 2004. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC.

18

Anda mungkin juga menyukai