Anda di halaman 1dari 36

Oleh : Ns.

Ratna Sari Dinaryanti

1
➢Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan
paru (Price, Patofisiologi, 1995).

➢Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel


yang mengalami proliferasi dalam paru (Underwood,
Patologi, 2000).

➢Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker


yang tidak terkendali dalam jaringan paru yang
dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen
lingkungan, terutama asap rokok

2
 Menurut World Health Organization (WHO), kanker
paru merupakan penyebab kematian utama dalam
kelompok kanker baik pada pria maupun wanita.
Sebagian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di
dalam paru-paru; tetapi kanker paru-paru bisa juga
berasal dari kanker di bagian tubuh lainnya yang
menyebar ke paru-paru.

3
Etiologi
Meskipun etiologi sebenarnya belum diketahui, tetapi ada
beberapa faktor yg dpt meningkatkan insiden kanker paru :
1. Merokok.
 Tak diragukan lagi merupakan
faktor utama.

2. Iradiasi.
 Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang
kobalt di Schneeberg & penambang radium di Joachimsthal
(lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan
dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. 4
Etiologi
3.Kanker paru akibat kerja.
 Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar
dengan karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic
(pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru –
paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan
asbestos dan kromat.
4. Polusi udara.
 Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru
yang lebih tinggi dari mereka yang tinggal di desa
walaupun diketahui adanya karsinogen dari industri dan
uap diesel dalam atmosfer di kota.( Thomson,1997).

6
Etiologi
5. Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang
berperan dalam kanker paru, yakni :
a. Proton oncogen.
b. Tumor suppressor gene.
c. Gene encoding enzyme.

6. Diet.
 Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten,
selenium dan vitamin A menyebabkan tingginya resiko
terkena kanker paru. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001).
7
Klasifikasi
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan
Paru – paru (1977) :
1. Karsinoma Bronkogenik.
 a. Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus
 b. Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama
bronki
 c. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar
bronkus dan dapat mengandung mukus
8
Klasifikasi
d. Karsinoma sel besar.
 Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi
sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti
bermacam – macam.

e. Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.

f. Lain – lain (Price, Patofisiologi, 1995).


1). Tumor karsinoid (adenoma bronkus).
2). Tumor kelenjar bronchial.
3). Tumor papilaris dari epitel permukaan.
4). Tumor campuran dan Karsinosarkoma
5). Sarkoma
6). Tak terklasifikasi.
7). Mesotelioma.
8). Melanoma.
9
Manifestasi klinis
1. Gejala awal.
 Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan
oleh obstruksi bronkus.
2. Gejala umum.
a. Batuk
 Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh
massa tumor. Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa
membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik
dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen
dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
b. Hemoptisis
 Sputum bersemu darah karena sputum melalui
permukaan tumor yang mengalami ulserasi.
c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.
10
Symptoms
Symptoms of lung cancer may include:
• Persistent cough
• Sputum streaked with blood
• Chest pain
• Voice change
• Recurrent pneumonia or bronchitis
 These are also warning signs of other, less
serious illnesses, so if they appear, they should
be discussed with your doctor.
Patofisiologi
 Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi
pengendapan karsinogen.
 Pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia
dan displasia. Bila menembus ruang pleura, bisa timbul efusi pleura,
dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
 Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan
diikuti dengan supurasi di bagian distal.
 Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu,
demam. Wheezing unilateral dapat terdengar pada auskultasi.
 Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan
adanya metastase,khususnya pada hati.
 Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti
kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
12
Patofisiologi
 Empat tahap karsinogenesis
(Ignatavicius & Workman , 2006)

 Inisiasi,
 Promosi,
 Progresi
 Metastase.
Tahap inisiasi
 Tahap awal proses transformasi malignan,
dimana inisiator seperti zat kimia, faktor
fisik dan agen biologis melepaskan
mekanisme enzimatik normal dan
menyebabkan perubahan dalam struktur
genetik asam deoksoribonukleat seluler
(Smletzer & Bare, 2002).
Tahap promosi
 Pada tahap ini sel yang telah mengalami mutasi akan
berlanjut menjadi ganas
 Mengubah informasi genetik dalam sel, meningkatkan
sitesis DNA, meningkatkan salinan pasangan gen dan
merubah pola komunikasi antarsel.
 Tahap ini disebut dengan periode laten dan dapat
berjalan dalam hitungan bulan sampai tahun.
Tahap progresi
 Sel-sel yang sudah mengalami mutasi tersebut akan
memproduksi sel-sel mutan yang berbeda dengan sel
induknya. Kemudian sel-sel yang sudah mengalami
perubahan bentuk selama tahap inisiasi dan promosi
mulai memperlihatkan perilaku keganasan pada tahap
progresi. Tahap ini melibatkan morfologi dan fenotip
dalam sel yang menunjukkan perilaku keganasan
seperti invasi ke jaringan sekitarnya dan melakukan
metastase ke bagian tubuh lain yang jauh (Smeltzer &
Bare, 2002).
Tahap metastase
 Metastase merupakan kemampuan sel untuk
menyebar ke organ lain yang jauh dari tempat asalnya
yang dapat terjadi melalui perluasan sel ke jaringan
sekitarnya melalui penetrasi ke dalam pembuluh
darah, melepaskan sel tumor dan menginvasi jaringan
sekitar
 Jaringan paru yang mengalami proses karsinogenesis
tidak dapat melakukan fungsinya yaitu melakukan
pertukaran gas oksigen dan karbondioksida sehingga
tidak terjadi fungsi biologis. Selanjutnya sel kanker
akan tumbuh dan meninvasi jaringan di sekitar paru.
Hal ini akan membatasi ekspansi paru dan akan
mengganggu proses pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida. Jika sel kanker melakukan invasi ke
jalan napas maka akan terjadi obstruksi jalan napas
yang akan mengganggu proses ventilasi. Invasi sel
kanker juga dapat terjadi pada nodus limfe dan rongga
toraks
Gambaran stadium kanker
Stadium II
Stadium III
Stadium IV
Pemeriksaan diagnostik
1. Radiologi.
a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta
Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat
mendeteksi adanya kanker paru.
Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat
menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse
pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
b. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.

23
Pemeriksaan diagnostik
2. Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap
karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk
memenuhi kebutuhan ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi
imun (umum pada kanker paru).
24
Pemeriksaan diagnostik
3. Histopatologi.
a. Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan
pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma
bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya
perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai
90 – 95 %.
c. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang
lebih baik dengan cara torakoskopi.

25
Pemeriksaan diagnostik
d. Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar
getah bening yang terlibat.
e. Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan
bila bermacam – macam prosedur non invasif dan
invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.

4. Pencitraan.
a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim
paru dan pleura.
b. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
26
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a. Kuratif
 Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan
angka harapan hidup klien.
b. Paliatif.
 Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
 Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik
pada pasien maupun keluarga.
d. Suportif.
 Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal seperti
pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat
anti nyeri dan anti infeksi.
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)
27
Penatalaksanaan
A. Pembedahan.
 Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit
paru lain, untuk mengangkat semua jaringan yang sakit
sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru –
paru yang tidak terkena kanker.
1. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkonfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru
atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
2. Pneumonektomi pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak
semua lesi bisa diangkat.
28
Penatalaksanaan
3. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus,
bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi
jamur; tumor jinak tuberkulois.
4. Resesi segmental.
Merupakan pengangkatan satu atau lebih segmen paru.
5. Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau
penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan
pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji
(potongan es).
6. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura
viscelaris)
29
Penatalaksanaan
B. Radiasi
 Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai
pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi
adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi,
seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan
terhadap pembuluh darah/ bronkus.
C. Kemoterapi.
 Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola
pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien dengan
tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta
untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
30
Asuhan keperawatan
Pre operatif Post operatif
 Aktivitas/ istirahat  Aktivitas/istrahat
 Sirkulasi  Sirkulasi
 Integritas ego  Makanan/ cairan
 Eliminasi
 Neurosensori
 Makanan/cairan
 Nyeri /
 Nyeri/ kenyamanan
ketidaknyamanan
 Pernapasan
 Keamanan
 Seksualitas
 Penyuluhan
31
Diagnosa keperawatan
Pre operatif
 Kerusakan pertukaran gas b.d hipoventilasi
 Bersihan jalan napas tidak efektif b.d kehilangan
fungsi silia jalan nafas,peningkatan jumlah/ viskositas
sekret paru,meningkatnya tahanan jalan nafas
 Ketakutan/ansietas b.d krisis situasi,ancaman untuk/
perubahan status kesehatan, takut mati,faktor
psikologis.
 Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan,
prognosis b.d kurang informasi,kesalahan interpretasi
informasi,kurang mengingat
32
Diagnosa keperawatan
Post operatif
 Kerusakan pertukaran gas b.d pengangkatan jaringan
paru,gangguan suplai oksigen, penurunan kapasitas pembawa
oksigen darah (kehilangan darah).
 Bersihan jalan napas tidak efektif b.d peningkatan jumlah/
viskositas sekret,keterbatasan gerakan dada/ nyeri,kelemahan/
kelelahan.
 Nyeri akut b.d insisi bedah, trauma jaringan, dan gangguan saraf
internal,adanya selang dada,invasi kanker ke pleura, dinding dada
 Ansietas b.d krisis situasi,ancaman/ perubahan status
kesehatan,adanya ancman kematian.
 Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis b.d
kurang atau tidak mengenal informasi/ sumber,salah interperatasi
informasi,kurang mengingat
33
Promoting Oxygen Saturation and Relaxation Level through
Pursed Lip Breathing Exercise and Progressive Muscle
Relaxation in Patients with Lung Cancer

 https://www.atlantis-press.com/proceedings/icosihsn-19/articles

 The results indicated a significant difference in oxygen


saturation before and after PLB and PMR training
program (p value < 0.05), and a significant difference in
the level of relaxation before and after PLB and PMR
training program (p value < 0.05). The multivariate
analysis showed that age was a strong predictor of
oxygen saturation.
 This study concluded that breathing and relaxation
training program were able to promote oxygen saturation
level and relaxation. 34
Pursed Lip Breathing (PLB)

35
36

Anda mungkin juga menyukai