Anda di halaman 1dari 10

Laporan Pendahuluan

Tumor Paru
A. Definisi

Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalm jaringan

paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingkungan, terutama asap rokok.

Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau

epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal,

tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel

bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa

prakanker disebut metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan

menghilangnya silia ( Suryo, 2010).

B. Etiologi

Penyebab yang pasti dari tumor paru belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi

berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama

disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain:

a. Merokok

Merokok merupakan faktor yang berperan paling penting, yaitu 85% dari seluruh

kasus. Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah

diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok

dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari,

lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok .

b. Polusi udara

Kematian akibat tumor paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi

pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat tumor

paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan
daerah pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering

ditemukan pada masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling rendah

dan berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat

dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah

cenderung hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara

kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang ditemukan

dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren.

c. Paparan zat karsinogen

Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel,

polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan tumor paru . Risiko

kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar

daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan asbes

maupun uranium meningkat kalau orang tersebut juga merokok.

d. Diet

Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene,

selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru.

f. Genetik

Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar

terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan

bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting

dalam timbul dan berkembangnya tumor paru.

g. Penyakit paru

Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat

menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik
berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari

merokok dihilangkan ( Suryo, 2010).

C. Patofisiologi

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia

hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya

pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila

lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang

pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus

vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar.

Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di

bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu,

demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium

lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada

hati.

D. Manifestasi klinik

Manifestasi klinik pada penderita tumor paru yaitu : (Muhammad siddik Hasanuddin

2011)

a. Batuk yang terus menerus dan berkepanjangan

b. Nafas pendek dan suara parau

c. Batuk berdarah dan berdahak

d. Nyeri dada ketika batuk dan menarik nafas yang dalam

e. Hilang nafsu makan dan berat badan menurun

E. Pemeriksaan Diagnostik

1. Radiologi

a. Radiologi.
Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.

Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker

paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa

udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.

b. Bronkhografi.

Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.

2. Laboratorium.

a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).

Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.

b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA

Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.

c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.

Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).

3. Histopatologi.

a. Bronkoskopi.

Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi

(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).

b. Biopsi Trans Torakal (TTB).

Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2

cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.

c. Torakoskopi.

Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara

torakoskopi.

d. Mediastinosopi.

Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
e. Torakotomi.

Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam

prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.

4. Pencitraan

a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.

b. MR

c. Komplikasi

a. Reseksi bedah dapat mengakibatkan gagal nafas

b. Terapi radiasi dapat mengakibatkan penurunan fungsi jantung

c. Pneumotorak: udara yang terangkap dalam rongga pleura, yang menyebabkan paru-

paru mengempis

d. Empiema :akumulasi nanah di dalam rongga

e. Endokarditis : infeksi lapisan dalam jantung (endokardium).

Endokarditis :biasanya terjadi ketika bakteri atau kuman lain dari bagian lain dari

tubuh anda, seperti mulut, menyebar melalui aliran darah dan menempel paa ke darah-

darah yang rusak di dalam jantung anda . jika tidak diobati, endokarditis dapat

merusak atau menghancurkan katub jantung dan dapat menyebabkan komplikasi yang

mengancam jiwa.

f. Atelektasis : pengembangan paru-paru tidak lengkap

g. Sesak nafas

h. Batuk darah

i. Nyeri

j. Cairan di dada

k. Kematian
A.PENGKAJIAN KEPERAWATAN KANKER PARU

1. Anamnesis

Anamnesis yang lengkap serta pemeriksaan fisik merupakan kunci untuk diagnosis

tepat. Keluhan dan gejala klinis permulaan merupakan tanda awal penyakit kanker paru.

Batuk disertai dahak yang banyak dan kadang-kadang bercampur darah, sesak nafas

dengan suara pernafasan nyaring (wheezing), nyeri dada, lemah, berat badan menurun,

dan anoreksia merupakan keadaan yang mendukung. Beberapa faktor yang perlu

diperhatikan pada pasien tersangka kanker paru adalah faktor usia, jenis kelamin,

keniasaan merokok, dan terpapar zat karsinogen yang dapat menyebabkan nodul soliter

paru.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan kelainan-kelainan berupa perubahan

bentuk dinding toraks dan trakea, pembesaran kelenjar getah bening dan tanda-tanda

obstruksi parsial, infiltrat dan pleuritis dengan cairan pleura.

3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk :

a. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru. Kerusakan pada

paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau pemeriksaan analisis gas.

b. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada organ-

organ lainnya.

c. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada jaringan

tubuh baik oleh karena tumor primernya maupun oleh karena metastasis.

4. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan yang paling utama dipergunakan untuk

kanker paru. Kanker paru memiliki gambaran radiologi yang bervariasi. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk menentukan keganasan tumor dengan melihat ukuran tumor, kelenjar

getah bening, dan metastasis ke organ lain.

Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan dengan metode tomografi komputer. Pada

pemeriksaan tomografi komputer dapat dilihat hubungan kanker paru dengan dinding

toraks, bronkus, dan pembuluh darah secara jelas. Keuntungan tomografi komputer tidak

hanya memperlihatkan bronkus, tetapi juga struktur di sekitar lesi serta invasi tumor ke

dinding toraks. Tomografi komputer juga mempunyai resolusi yang lebih tinggi, dapat

mendeteksi lesi kecil dan tumor yang tersembunyi oleh struktur normal yang berdekatan

5. Sitologi

Sitologi merupakan metode pemeriksaan kanker paru yang mempunyai nilai

diagnostik yang tinggi dengan komplikasi yang rendah. Pemeriksaan dilakukan dengan

mempelajari sel pada jaringan. Pemeriksaan sitologi dapat menunjukkan gambaran

perubahan sel, baik pada stadium prakanker maupun kanker. Selain itu dapat juga

menunjukkan proses dan sebab peradangan.

Pemeriksaan sputum adalah salah satu teknik pemeriksaan yang dipakai untuk

mendapatkan bahan sitologik. Pemeriksaan sputum adalah pemeriksaan yang paling

sederhana dan murah untuk mendeteksi kanker paru stadium preinvasif maupun invasif.

Pemeriksaan ini akan memberi hasil yang baik terutama untuk kanker paru yang letaknya

sentral. Pemeriksaan ini juga sering digunakan untuk skrining terhadap kanker paru pada

golongan risiko tinggi.

6. Bronkoskopi

Setiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus merupakan indikasi untuk

bronkoskopi. Dengan menggunakan bronkoskop fiber optik, perubahan mikroskopik

mukosa bronkus dapat dilihat berupa nodul atau gumpalan daging. Bronkoskopi akan
lebih mudah dilakukan pada tumor yang letaknya di sentral. Tumor yang letaknya di

perifer sulit dicapai oleh ujung bronkoskop.

7. Biopsi Transtorakal

Biopsi aspirasi jarum halus transtorakal banyak digunakan untuk mendiagnosis tumor

pada paru terutama yang terletak di perifer. Dalam hal ini diperlukan peranan radiologi

untuk menentukan ukuran dan letak, juga menuntun jarum mencapai massa tumor.

Penentuan letak tumor bertujuan untuk memilih titik insersi jarum di dinding kulit toraks

yang berdekatan dengan tumor.

8. Torakoskopi

Torakoskopi adalah cara lain untuk mendapatkan bahan guna pemeriksaan

histopatologik untuk kanker paru. Torakoskopi adalah pemeriksaan dengan alat

torakoskop yang ditusukkan dari kulit dada ke dalam rongga dada untuk melihat dan

mengambil sebahagian jaringan paru yang tampak. Pengambilan jaringan dapat juga

dilakukan secara langsung ke dalam paru dengan menusukkan jarum yang lebih panjang

dari jarum suntik biasa kemudian dilakukan pengisapan jaringan tumor yang ada.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN KANKER PARU

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d adanya eksudat di alveolus

2. Pola nafas tidak efektif b/d sindrom hipoventilasi

C. INTERVENSI

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d adanya eksudat di alveolus

a. Auskultasi suara nafas sebulum dan sesudah suctioning

b. Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning

c. Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan


d. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suktionnasotrakeal

e. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari

nasatrakeal

f. Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion

g. Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukan bradikardi,

peningkatan saturasi O2,dll

2.Pola nafas tidak efektif b/d sindrom hipoventilasi

a. Bersihkan mulut, hidung, dan seckret trakea

b. Pertahankan jalan napas yang paten

c. Monitor aliran oksigen

d. Pertahankan posisi klien

e. Monitor TD, nadi, dan RR


DAFTAR PUSTAKA

Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan.

Yogyakarta: B First

Elizabeth, J. Corwin.2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG

Hasanuddin, Muhamad sidik. 2011. Reftar tumor paru. Diunduh dari

https://id.scribd.com/doc/91209529/Tumor-paru-Referat oleh muhammad sidik

hasanuddin pada tanggal 11 November 2015 pukul 14.06 WIB

Anda mungkin juga menyukai