Anda di halaman 1dari 22

A.

Definisi Kanker Paru


Kanker paru atau disebut karsinoma bronkogenik merupakan tumor ganas primer system
pernapasan bagian bawah yang bersifat epithelial dan berasal dari mukosa percabangan
bronkus. Penyakit ini jarang terjadi dan paling sering terjadi didaerah industry ( Sylvia
A.price ). Sedangkan menurut Susan Wilson dan june Thompson, 1990, kanker paru
adalah suatu pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel anaplastik dalam paru.

B. Etiologi

Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum
diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik
merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh,
genetik, dan lain-lain (Amin, 2006).

a. Merokok
Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling penting, yaitu
85% dari seluruh kasus ( Wilson, 2005). Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan
kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker
paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang
diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok
(Stoppler,2010).
b. Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif, atau
mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup,
dengan risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa
pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko
mendapat kanker paru meningkat dua kali (Wilson, 2005).
c. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya
kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat kanker paru
jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah
pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan
pada masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan
berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat
dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah
cenderung hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara
kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang ditemukan
dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren (Wilson,
2005).
d. Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel,
polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru (Amin,
2006). Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh
kali lebih besar daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak
dengan asbes maupun uranium meningkat kalau orang tersebut juga merokok.
e. Diet
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene,
selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru (Amin,
2006).
f. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar
terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan
bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting
dalam timbul dan berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan
onkogen (termasuk juga gen-gen K-ras dan myc), dan menonaktifkan gen-gen
penekan tumor (termasuk gen rb, p53, dan CDKN2) (Wilson, 2005).
g. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat
menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik
berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari
merokok dihilangkan (Stoppler, 2010).

Faktor Risiko Kanker Paru :

 Laki-laki
 Usia lebih dari 40 tahun
 Pengguna tembakau (perokok putih, kretek atau cerutu)
 Hidup atau kontal erat dengan lingkungan asap tembakau (perokok pasif)
 Radon dan asbes
 Lingkungan industri tertentu
 Zat kimia, seperti arsenic
 Beberapa zat kimia organic
 Radiasi dari pekerjaan, obat-obatan, lingkungan
 Polusi udara
 Kekurangan vitamin A dan C

Klasifikasi
Ada dua jenis utama kanker paru di kategorikan berdasarkan ukuran serta adanya sel
ganas yang terlihat yaitu kanker paru karsinoma bukan sel kecil/NSCLC (Non Small Cell
Lung Cancer) dan kanker paru karsinoma sel kecil/SCLC (Small Cell Lung Cancer)
Beberapa jenis kanker paru adalah (Purba & Wibisono, 2015) :
1. Karsinoma Sel Skuamosa
merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan, berasal dari
permukaan epitel bronkus. Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di
sekitar hilus dan menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui
beberapa sentimeter dan cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah
bening, dinding dada, dan mediastinum.
2. Adenokarsinoma
Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang-
kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis interstisial
kronik. Lesi seringkali meluas ke pembuluh darah dan limfe pada stadium dini dan
sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan gejala-gejala. Karsinoma
bronkoalveolus dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru
tumor paru dari WHO.
3. Karsinoma Sel Besar
Sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang
besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan
paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat
yang jauh.
4. Karsinoma Sel Kecil
Umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral
dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah bening
hilus dan mediastinum. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang
paling jelas pada pemeriksaan sitologik adalah berlipatnya nukleus akibat letak seltu-
mor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan.
Klasifikasi/Pentahapan Klinik ( Clinical staging )
Klasifikasi berdasarkan TNM : tumor, nodul dan metastase
1. T : T0 : tidak tampak tumor primer
T1 : diameter tumor < 3 cm, tanpa invasi ke bronkus
   T2 : diameter > 3 cm, dapat disertai atelektasis atau pneumonitis,
namun bejarak lebih dari 2 cm dari karina, serta belum ada
efusi pleura.
    T3 : tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar atau sudah
dekat karina  dan atau disertai efusi pleura.
2. N : N0 : tidak didapatkan penjalaran ke kelenjar limfe regional
N1 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral
N2 :terdapat penjalaran ke kelenjar limfe mediastinum atau
kontralateral
N3 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe esktratorakal
3. M : M0 : tidak terdapat metastase jauh
M1 : sudah terdapat metastase jauh ke organ – organ lain.

C. Manifestasi Klinis
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala klinis. Bila sudah
menunjukkan gejala pasien dalam stadium lanjut. (Sudoyo Aru)
1. Gejala dapat bersifat lokal (tumor tubuh setempat):
- Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
- Hemoptisis
- Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran nafas
- Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
- Atelektasis
2. Invasi lokal
- Nyeri dada
- Dispnea karena efusi pleura
- Invasi ke perikardium, terjadi tamponade atau aritmia
- Sindrom Vena Cava Superior
- Vena Horoner ( facial anhidrosis, ptosis, miosis)
- Suara serat, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
- Sindrom Pancoast, warna invasi pada fleksus brakialis saraf simpatis servikalis
3. Gejala penyakit metastasis
- Pada otak, tulang, hati, adrenal
- Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis)
4. Sindrom paraneoplastik (terdapat pada 10% kanker paru) dengan gejala:
- Sistemik: Penurunan berat badan, anoreksia, demam
- Hematologi: leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
- Hipertrofi Osteoartropati
- Neurologik: dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
- Neuromiopati
- Endokrin: sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalssemia)
- Dermatologic: eritema multiform, hyperkeratosis jari tabuh
- Renal: syndrome of inuppropriate antidiuretic hormone (SIADH)
5. Hashimoto mati dengan kelainan radiologis
- Sering terdapat pada perokok dengan PPOK atau COPD yang terdeteksi secara
radiologis
- Kelainan berapa nodul solider

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kanker paru ini adalah pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk (Purba &Wibisono, 2015) :

a. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru;


b. Kerusakan pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau pemeriksaan
analisis gas;
c. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru padaorgan-organ
lainnya; dan
d. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru
pada jaringan tubuh baik oleh karena tumor primernya maupun oleh karena metastasis

Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah (Purba &Wibisono, 2015):

1) Radiologi Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan yang paling utama


dipergunakan untuk mendiagnosa kanker paru. Kanker paru memiliki gambaran
radiologi yang bervariasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan keganasan
tumor dengan melihat ukuran tumor, kelenjar getah bening, dan metastasis keorgan
lain.
2) Sitologi merupakan metode pemeriksaan kanker paru yang mempunyai nilai
diagnostik yang tinggi dengan komplikasi yang rendah. Pemeriksaan dilakukan
dengan mempelajari sel pada jaringan. Pemeriksaan sitologi dapat menunjukkan
gambaran perubahan sel, baik pada stadium prakanker maupun kanker.Pemeriksaan
sputum adalah salah satu teknik pemeriksaan yang dipakai untuk mendapatkan
bahan sitologik.
3) Bronkoskopi, setiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus merupakan
indikasi untuk bronkoskopi. Dengan menggunakan bronkoskop fiber optik,
perubahan mikroskopik mukosa bronkus dapat dilihat berupa nodul atau gumpalan
daging. Bronkoskopi akan lebih mudah dilakukan pada tumor yang letaknya di
sentral. Tumor yang letaknya di perifer sulit dicapai oleh ujung bronkoskop.
4) Biopsi Transtorakal, biopsi aspirasi jarum halus transtorakal banyak digunakan
untuk mendiagnosis tumor pada paru terutama yang terletak di perifer.
5) Torakoskopi adalah cara lain untuk mendapatkan bahan guna pemeriksaan
histopatologik untuk kanker paru. Torakoskopi adalah pemeriksaan dengan alat
torakoskop yang ditusukkan dari kulit dada ke dalam rongga dada untuk melihat dan
mengambil sebagian jaringan paru yang tampak.
PATHWAY

Merokok, polusi udara, dan


paparan zat karsionogen

Sillia hilang dan


deskuamasi

Pengendapan
karsinogen

Ulserasi bronkus

Metaplasia, hyperplasia,
dan diplasia

Ca. Paru

Karsinoma sel Adenokarsinoma Karsinoma sel


skuamosa bronkoalveolar
Produksi mukus
Karsinoma bronkus Sel membesar
meningkat
berkembang dan
menonjol kedalam
Menyumbat jalan Obstruksi bronkus
nafas
Hiperplasia pada
dinding bronkus Dispnea
Sesak

Obstruksi jalan nafas Bersihan jalan nafas Gangguan


tidak efektif pertukaran gas

Pola nafas tidak


efektif

Anoreksia
Anemia

Keletihan BB menurun

Intoleransi Defisit nutrisi


aktivitas
D. Penatalaksanaan
a) Pembedahan
Indikasi pembedahan pada kanker paru adalah untuk KPKBSK stadium I dan II.
Pembedahan juga merupakan bagian dari combine modality therapy, misalnya
kemoterapi neoadjuvan untuk KPKBSK stadium IIIA. Indoikasi lain adalah bila ada
kegawatan yang memerlukan intervensi bedah, seperti kanker paru dengan sindroma
vena kava superiror berat.
b) Radioterapi
Penetapan kebijakan radiasi pada KPKBSK ditentukan beberapa factor, antara lain:
1. Staging penyakit
2. Status tampilan
3. Fungsi paru

Bila radiasi dilakukan setelah pembedahan, maka harus diketahui:


1. Jenis pembedahan termasuk diseksi kelenjar yang dikerjakan
2. Penilaian batas sayatan oleh ahli patologi anatomi (PA)
Pemberian 200 cGy/x, 5 hari perminggu. Syarat standar sebelum penderita diradiasi
adalah:
1. Hb >10g%
2. Trombosit>100.000/mm
3. Leukosit>3000/dl
Radiasi paliatif diberikan pada unfavourable group, yakni:
1. PS<70
2. Penurunan BB >5% dalam 2 bulan
3. Fungsi paru buruk
c) Kemoterapi
Prinsip pemilihan jenis antikanker dan pemberian sebuah regimen kemoterapi adalah:
1. Platinum based therapy (sisplatin atau karboplatin)
2. Respons obyektif satu obat antikanker s 15%
3. Toksisiti obat tidak melebihi grade 3 skala WHO harus dihentikan atau diganti
Bila setelah pemberian 2 sikius pada penilaian terjadi tumor progresif.
Regimen untuk KPKBSK adalah:
1. Platinum based therapy (sisplatin atau karboplatin)
2. PE (sisplatin atau karboplatin + etoposid)
3. Paklitaksel + sisplatin atau karboplatin
4. Gemsitabin + sisplatin atau karboplatin
5. Dosektasel + sisplatin atau karboplatin

Syarat standar yang harus dipenuhi sebelum kemoterapi:

1. Tampilan > 70-80, pada penderita dengan PS < 70 atau usia lanjut, dapat diberikan
obat antikanker dengan regimen tertentu dan/ atau jadwal tertentu.
2. Hb >10 g%, pada penderita anemia ringan tanpa pendarahan akut, meski Hb < 10g
% tidak perlu tranfusi darah segera, cukup diberi terapi sesuai dengan penyebab
anemia.
3. Granulosit > 1500/mm3
4. Trombosit > 100.000/mm3
5. Fungsi hati dan ginjal baik (creatinin clearance lebih dari 70 ml/menit

Dosis obat anti-kanker dapat dihitung berdasarkan ketentuan farmakologik masing-


masing. Ada yang menggunakan rumus antara lain, mg/kg BB, mg/luas permukaan
tubuh (BSA), atau obat yang menggunakan rumusan AUC (area under the curve)
yang menggunakan CCT untuk rumusannya. Luas permukaan tubuh (BSA) diukur
dengan menggunakan parameter tinggi badan dan berat badan, lalu dihitung dengan
menggunakan rumus atau alat pengukur khusus (nomogram yang berbentuk mistar).

Untuk obat anti-kanker yang menggunakan AUC (misal AUC 5), Maka dosis
dihitung dengan menggunakan rumus atau menggunakan nomogram. Dosis (mg) =
(target AUC) x (GFR + 25). Nilai GFR atau gromenuler filtration rate dihitung dari
kadar kreatinin dan ureum darah penderita.

Evaluasi hasil pengobatan:

Umumnya kemoterapi diberikan sampai 6 sikius/sekuen, bila penderita menunjukan


respons yang memadai. Evaluasi respons terapi dilakukan dengan melihat perubahan
ukuran tumor pada foto toraks PA setelah pemberian (siklus) kemoterapi ke-2 dan
kalau memungkinkan menggunakan CT-Scan toraks setelah 4 kali pemberian.
Evaluasi dilakukan terhadap :
1. Respons subyektif yaitu penurunan keluhan awal
2. Respons sumisubyektif yaitu perbaikan penampilan, bertambahnya berat badan
3. Respons obyektif
4. Efek samping obat
Respons obyektif dibagi atas 4 golongan dengan ketentuan :

1. Respons komplit (complete response, CR): bila pada evaluasi tumor hilang 100%
dan keadaan ini menetap lebih dari 4 minggu.
2. Respons sebagian (partial response, PR): bila pengurangan ukuran tumor > 50%
tetapi < 100%
3. Menetap (stable disease,SD): bila ukuran tumor tidak berubah atau mengecil
>25% tetapi<50%
4. Tumor progresif (progressive disease, PD): bila terjadi pertambahan ukuran tumor
>25% atau muncul tumor/lesi baru diparu atau ditempat lain.
d) Pengobatan paliatif
Pengobatan paliatif untuk kanker paru meliputi radioterapi, kemoterapi,
medikamentosa, fisioterapi, dan psikososial. Pada beberapa keadaan intervensi bedah,
pemasangan stent dan cryotherapy dapat dilakukan.
e) Rehabilitasi medik
Untuk penderita kanker paru yang akan dibedah perlu dilakukan rehabilitasi medik
prabedah dan pascabedah, yang bertujuan untuk memperoleh hasil optimal tindakan
bedah, terutama untuk menncegah komplikasi pascabedah (misalnya: reetensi sputum,
paru tidak menggembang) dan mepercepat mobilisasi.

E. Komplikasi

Komplikasi kanker paru ternyata cukup umum pada orang-orang yang mengalami kanker
paru. Karena itulah, gejala komplikasi kanker paru perlu dideteksi sedini mungkin.
Komplikasi kanker paru tidak hanya dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien, tapi
juga dapat mengancam jiwa jika dibiarkan atau diabaikan tanpa penanganan lebih lanjut.
Itulah mengapa, penting bagi kita untung mengetahui apa saja komplikasi kanker paru
dan gejala yang timbul.
Berikut ini ada 5 Komplikasi Kanker Paru yang Perlu Diwaspadai, di antaranya:
1. Efusi Pleura
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di sekitar paru-paru yang menyebabkan nyeri
dan sesak napas. Komplikasi kanker paru ini terjadi pada sekitar 30% penderita
kanker paru pada stadium 4.
Berbagai tanda dan gejala efusi pleura dapat meliputi:
 Sering batuk
 Nyeri di bahu, dada, dan punggung
 Sesak napas
 Muncul suara nyaring setiap bernapas
 Perubahan suara
 Batuk berdahak
 Batuk darah
Adanya sel-sel kanker di dalam cairan pleura sering kali mengarah pada efusi pleura
ganas. Akan tetapi, tidak semua kasus efusi pleura terjadi pada penderita kanker paru.
Dokter akan melakukan rontgen dada, CT scan dada, atau untuk memastikan
penyebanya.
2. Neuropati
Neuropati adalah sensasi mati rasa atau kesemutan pada tangan dan kaki akibat
kerusakan jarinagan saraf. Kondisi ini bisa menjadi salah satu komplikasi kanker
paru yang perlu diwaspadai. Karena sel kanker yang tumbuh di dekat saraf lengan
atau bahu pada umumnya membuat penderitanya merasakan sakit dan kelemahanpada
tangan maupun kaki. Sedangkan bila tumor muncul di dada, tumor tersebut
dapatmemengaruhi saraf yang berhubungan dengan kontak suara dan menyebabkan
suara serak hingga perubahan suara.
3. Komplikasi Jantung
Jika sel kanker tumbuh di dekat jantung atau pembuluh darah besar, maka sel-sel
kanker tersebut akan menekan atau menyumbat pembuluh darah besar di sekitar
jantung. Kondisi ini dapat menyebabkan bagian atas tubuh membengkak, mulai dari
bagian dada, leher, bahkan hingga wajah. Sejumlah perawatan kanker paru seperti
radiasi atau kemoterapi juga dapat memicu gangguan pada jantung. Obat kemoterapi
dapat meningkatkan resiko penyakit jantung koroner, kelainan katup jantung, hingga
gagal jantung.
4. Komplikasi Sumsum Tulang Belakang
Komplikasi sumsum tulang belakang terjadi ketika sel kanker paru mulai menyebar
ke tulang. Kondisi ini umumnya ditandai dengan melemahnya struktur tulang hingga
kerusakan tulang belakang. Gejala komplikasi sumsum tulang belakang biasanya
diawali dengan rasa sakit leher atau punggung bagian bawah. Lama-kelamaan,
komplikasi kanker paru ini akan terasa semakin nyeri hingga menyebabkan hilangnya
sensasi pada daerah ekstremitas (lengan dan kaki). Jika sumsum tulang belakang yang
rusuk di bagian belakang bawah, artinya penderita mengalami cauda equina syndrome
dapat menurunkan fungsi kandung kemih dan saluran pencernaan disertai rasa sakit
yang parah.
5. Penyebaran Sel Kanker ke Organ lain
Komplikasi kanker paru paling serius adalah menyebarnya sel kanker dari paru-paru
ke bagian tubuh lainnaya. Beberapa sel kanker dapat berjalan melalui sistem aliran
darah hingga mencapai organ tubuh lainnya.
Menurut Cancer Reasearch UK, sel kanker paru kemungkinan besar dapat menyebar
ke:
 Kelenjar getah bening, yaitu di dada, perut, leher, atau ketiak
 Hati
 Tulang
 Otak
 Kelenjar adrenal

ASUHAN KEPERAWATAN

1) Pengkajian
- Identitas klien
Mengidentifikasi identitas klien kemudian dikaitkan dengan apakah ada faktorresiko yang
menyertainya. Pengkajian identifikasi klien meliputi:
1. Nama : Tulis nama panggilan pasien atau inisial
2. Umur : Resiko Ca paru meningkat pada orang berumur >40 tahun.
3. Jenis kelamin : Ca paru merupakan jenis kanker terbanyak pada laki-laki diIndonesia dan
terbanyak kelima untuk semua jenis kanker pada perempuan
4. Agama : Tidak ada agama tertentu yang penganutnya memiliki resiko lenih banyak
mengidap Ca paru
5. Pendidikan : Tingkat pendidikan akan mempengaruhi resiko terserang Ca paru,orang dengan
pendidikan tinggi mungkin akan lebih berhati-hati ketika berhadapan dengan asap yang
berbahaya.
6. Alamat : Jumlah kejadian Ca paru dua kali lebih banyak di daerah perkotaandibandingkan
dengan daerah pedesaan karena banyaknya polusi udara di perkotaan.
7. No. RM : Dapat dicatat sesuai dengan urutan pasien masuk
8. Pekerjaan : Pekerjaan yang berhubungan erat dengan asap dan zat karsinogenakan
meningkatkan resiko lebih besar terserang Ca paru. Beberapa pekerjaanyang meningkatkan
resiko Ca paru adalah pekerja asbes, kapster salon, pabrikindustri, dan lain-lain
9. Status Perkawinan: Tidak ada hubungan antara status perkawinan dengan angka kejadian Ca
paru.
10. Tanggal MRS : Dilihat sejak klien masuk IGD
11. Tanggal Pengkajian: Ditulis dengan tanggal ketika perawat melakukan pengkajian
pertama kali.
12. Sumber Informasi: Sumber informasi bisa didapat dari pasien, keluarga, atau pasien
dan keluarga. Dari pasien biasanya jika pasien tidak ada keluarga, dari keluarga biasanya
jika pasien tidak kooperatif, dan dari pasien dan keluarga apabila keduanya kooperatif dalam
memberikan informasi.
- Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama klien
2. Riwayat penyakit sekarang : batuk produktif, dahak bersifat mukoid atau
purulen, atau batuk darah, malaise, anoreksia, sesak nafas, nyeri dada dapat
bersifat lokal atau pleuritik.
3. Riwayat kesehatan terdahulu:
a. Penyakit yang pernah dialami:Kaji apakah klien memiliki riwayat penyakit
paru dan penyakit menular ataumenurun lainnnya sebelumnya. Penyakit
paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat
menjadi risiko kanker paru.Seseorang dengan penyakit paru obstruktif
kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru.
b. Alergi : Kaji alergi klien terhadap makanan, obat, plester, dan lain-lain
c. Imunisasi : Kaji apakah klien mendapatkan imunisasi lengkap atau tidak
d. Kebiasaan/pola hidup/life style : Kebiasaan yang sangat berkaitan denga Ca
paru adalah kebiasaan merokok,menghirup asap rokok, zat karsinogen, dan
polusi udara. Merokokmerupakan faktor yang berperan paling penting yaitu
85% dari seluruhkasus. Jika terjadi pada laki-laki maka yang harus dikaji
adalah usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari,
lamanyakebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok. Jika
terjadi pada wanitamaka yang harus dikaji adalah seberapa sering
menghirup asap rokok atauterpapar zat lainnya
e. Obat-obat yang digunakan:Menanyakan pada klien obat apa saja yang
dikonsumsi sebelum MRS.
f. Riwayat penyakit keluarga:Mengkaji apakah terdapat riwayat keluarga
sebelumnya yang mengidap Ca paru, penyakit menular, atau menurun
lainnya.
- Pengkajian Keperawatan
a. Persepsi kesehatan dan pemelihara kesehatan
Pada klien dengan Ca paru sebagian besar akan merasakan sesak dan
menganggap sesak tersebut adalah sesak biasa karena pada klien Ca paru pada
fase awal akan jarang menimbulkan gejala. Gejala akan timbul biasanya jika
Ca paru sudah semakin meluas. Sehingga klien tidak terlalu perhatian dengan
gejala yang dirasakannya pada gejala awal.
b. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD)
o Antropometeri : dilakukan dengan menghitung TB, BB, dan IMT.
Biasanya pada klien dengan Ca Paru apabila terjadi pada tipe
adenokarsinoma akan mengalami penurunan nafsu makan yang berakibat
pada penurunan berat badan.
o Biomedical sign : dilakukan dengan cek darah lengkap.
o Clinical Sign : dilakukan dengan mengkaji status umum pasien
meliputimukosa bibir, konjungtiva, keadaan umum (lemas atau segar), dll.
c. Diet Pattern : dilakukan dengan mengkaji bagaimana pola makan pasien saat
ini. Pada umumnya pada klien dengan Ca paru jika mengalami sesak nafas
maka nafsu makan akan semakin menurun.
d. Pola eliminasi :
BAK
 Frekuensi : Mengalami peningkatan
 Jumlah : Mengalami peningkatan
 Warna : Kuning
 Bau : Amoniak dan obat
 Karakter : Cair
 Alat Bantu : Tidak menggunakan kateter
 Kemandirian : Dibantu
BAB
 Frekuensi : Mengalami sembelit
 Jumlah : 1 kali selama MRS
 Warna Bau : Khas feses
 Karakter : Keras
 Alat Bantu : Tidak terpasang alat bantu
 Kemandirian : Dibantu
e. Pola aktivitas dan latihan
Pada klien penderita Ca. Paru aktivitas sehari-hari mengalami penurunan
Aktivitas harian (Activity Daily Living)
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan atau minum √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi atau ROM √
 Status Oksigenasi
RR meningkat
Tidak ada retraksi dada
Ada batuk dan sputum
 Fungsi kardiovaskuler : irama jantung teratur, nadi normal
Terapi oksigen : menggunakan alat bantu napas nasal canul
f. Pola tidur dan istirahat
1. Durasi : berkurang
2. Gangguan tidur : menahan nyeri dan sesak nafas
3. Keadaan bangun tidur : lemah
g. Pola kognitif dan perseptual
a) Fungsi kongnitif dan memori
Pasien mampu berhitung dan mengingat apa yang telah dilakukan oleh
perawat saat dilakukan pengkajian.
b) Fungsi dan keadaan indera : keadaan indera pasien baik
h. Pola persepsi diri
- Gambaran diri: Klien biasanya mengkhawatirkan jika dia tidak bisa
bekerja seperti biasanya.
- Identitas diri: dilakukan dengan mengkaji identitas umum klien (jenis
kelamin, umur, dll)
- Harga diri: Klien biasanya merasa malu memiliki penyakit kanker dan
khawatir jika setelah kemoterapi rambutnya akan rontoke.
- Peran Diri : Pasien dengan Ca paru biasanya adalah seseorang dalam usia
produktif dan sedang bekerja (>40 tahun).
i. Pola peran dan hubungan
Klien dengan Ca paru biasanya akan lebih menjauh dari orang-orang sekitarnya
karena khawatir penyakitnya akan menular seperti TBC dan penyakit paru
lainnya.
- Pemeriksaan fisik
Tanda vital :
a. Tekanan darah : normal, jika tidak ada riwayat hipertensi
b. Nadi : meningkat (normal : 80-100x/menit)
c. RR : meningkat (normal 16-24x/menit)
d. Suhu : biasanya normal (36,5-37,5), kecuali jika ada inflamasi
Pengkajian fisik (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi)
1. Kepala
Inspeksi: kepala simetris, rambut tersebar merata berwarna hitam kaji uban),
distribusi normal, kaji kerontokan rambut jika sudah dilakukan kemoterapi
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat lesi, tidak ada perdarahan, tidak
ada lesi.
2. Mata
Inspeksi: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, refleks pupil
terhadap cahaya (+/+), kondisi bersih, bulu mata rata dan hitam.
Palpasi: tidak ditemukan nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal.
3. Telinga
Inspeksi: telinga simetris, lubang telinga bersih tidak ada serumen, tidak ada
kelainan bentuk.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal.
4. Hidung
Inspeksi: hidung simetris, hidung terlihat bersih, terpasang alat
bantu pernafasan
5. Mulut
Inspeksi: mukosa bibir lembab, mulut bersih, lidah berwarna merah, gigi bersih
tidak ada karies gigi
Palpasi : tidak ada pembesaran tonsil.
6. Dada
Paru Jantung
Inspeksi : bentuk dada kadang tidak Inspeksi : tidak ada pembesaran
simetris, kaji adanya retraksi dada jantung
Palpasi : pegembangan paru tidak Palpasi : tidak ada edema dan nyeri
simetris, kaji adanya kemungkinan tekan
flail chest Perkusi : suara jantung pekak
Perkusi : suara paru sonor Auskultasi : tidak ada bunyi jantung
Auskultasi : ada suara nafas tambahan (Gallop, Gargling, Mur-
tambahan wheezing mur, Friction rub)
7. Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen datar
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : kaji adanya ketegangan abdomen
Auskultasi : kaji adanya penurunan bising usus karena penurunan nafsu makan.
8. Urogenital
Inspeksi: tidak terpasang alat bantu nafas
9. Ekstremitas
Inspeksi: ekstremitas biasanya sulit digerakkan karena takut sesak nafas
Palpasi: akral dingin, tidak ada edema, tugor kuit baik.
10. Kulit dan kuku
Inspeksi : Turgor kulit tidak baik, tidak ada lesi, kuku berwarna pink
Palpasi : kondisi kulit lembab, CRT <2 detik, dan akral dingin.
11. Keadaan local
Pasien tampak lemah berbaring di tempat tidur, terpasang alat
bantu pernafasan, kesadaran compos mentis (sadar penuh)
- Pemeriksaan penunjang dan laboratorium
2) Diagnosa
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan dispnea.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan mukus meningkat.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas.
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan berat badan menurun.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hiperplasia pada dinding bronkus.
3) Intervensi
1. Gangguan pertukaran gas
- Pemantauan respirasi
- Dukungan berhenti merokok
- Edukasi pengukuran respirasi
- Manajemen jalan nafas
- Manajemen energi
- Monitor pola nafas
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya sumbatan jalan nafas
- Auskultasi bunyi nafas
- Monitor hasil x-ray thoraks
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
- Latihan batuk efektif
- Manajemen jalan nafas
- Edukasi fisioterapi dada
- Fisioterapi dada
- Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
- Monitor bunyi nafas tambahan
- Monitor sputum
- Identifikasi indikasi dilakukan fisioterapi dada
- Identifikasi kontraindikasi fisioterapi dada
- Monitor status pernafasan
- Monitor jumlah dan karakter sputum
- Periksa segmen paru yang mengandung sekresi berlebihan
3. Pola nafas tidak efektif
- Manajemen jalan nafas
- Monitor pola nafas
- Monitor bunyi nafas tambahan
- Monitor sputum
- Edukasi pengukuran respirasi
4. Defisit nutrisi
- Manajemen nutrisi
- Manajemen cairan
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
- Monitor status hidrasi
- Monitor berat badan harian
- Monitor berat badan sebelum dan sesudah dianalisis
5. Intoleransi aktivitas
- Manajemen energi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Identifikasi kesiapan kemampuan menerima informasi

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (edisi 1)
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (edisi 1,
cetakan II). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Berutu, Jenius. 2018. Laporan Pendahuluan Ca. Paru. Diunggah 28 November 2018.
https://www.academia.edu/35838805/LAPORAN_PENDAHULUAN_CA_PA
RU_KANKER_PARU_LAPORAN_PENDAHULUAN_CA_PARU_KANKE
R_PARU

Anda mungkin juga menyukai