Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya lah maka kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.
Tugas yang kami buat tentang asuhan keperawatan sindrom parkinson. Tujuan tugas
ini dibuat agar dapat menambah wawasan mengenai apa itu sindrom parkinson,
Kami sadar bahwa selama pembuatan tugas ini terdapat banyak kekurangan,
maka kami pun menerima setiap kritik dan saran untuk kemajuandimasa yang akan
datang dan kami berharap semoga tugas ini dapat berguna. Akhir kata kami ucapkan
terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I: PENDAHULUAN
Latar belakang
Tujuan penulisan
Definisi
Etiologi
Patofisiologi
Manifestasi Klinik
Pemeriksaan penunjang
Penatalaksanaan
Patoflow
Pengkajian
Diagnosa
Intervensi
Implementasi
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Tujuan umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran serta
asuhan keperawatan terkait klien dengan sindrom parkinson.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui bagaimana pengkajian sindrom Parkinson.
b. Untuk mengetahui bagaimana diagnosa keperawatan sindrom
Parkinson.
c. Untuk mengetahui bagaimana rencana keperawatan sindrom
Parkinson.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
1. DEFINISI
2.
3. Penyakit Parkinson (paralysis agitans) atau sindrom Parkinson
(Parkinsonismus) merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia
basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia
nigra ke globus palidus/ neostriatum (striatal dopamine deficiency). Penyakit
Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif progresif yang berkaitan erat dengan
usia.
4. Penyakit ini mempunyai karakteristik terjadinya degenerasi dari neuron
dopaminergik pas substansia nigra pars kompakta, ditambah dengan adanya inklusi
intraplasma yang terdiri dari protein yang disebut dengan Lewy Bodies.
Neurodegeneratif pada parkinson juga terjadi pasa daerah otak lain termasuk lokus
ceruleus, raphe nuklei, nukleus basalis Meynert, hipothalamus, korteks cerebri,
motor nukelus dari saraf kranial, sistem saraf otonom.
2. ETIOLOGI
Jauh di dalam otak ada sebuah daerah yang disebut ganglia basalis. Jika otak
memerintahkan suatu aktivitas (misalnya mengangkat lengan), maka sel-sel saraf di dalam
ganglia basalis akan membantu menghaluskan gerakan tersebut dan mengatur perubahan
sikap tubuh. Ganglia basalis mengolah sinyal dan mengantarkan pesan ke talamus, yang
akan menyampaikan informasi yang telah diolah kembali ke korteks otak besar.
Keseluruhan sinyal tersebut diantarkan oleh bahan kimia neurotransmiter sebagai
impuls listrik di sepanjang jalur saraf dan di antara saraf-saraf. Neurotransmiter yang utama
pada ganglia basalis adalah dopamin.
Pada penyakit Parkinson, sel-sel saraf pada ganglia basalis mengalami kemunduran
sehingga pembentukan dopamin berkurang dan hubungan dengan sel saraf dan otot lainnya
juga lebih sedikit. Penyebab dari kemunduran sel saraf dan berkurangnya dopamin terkadang
tidak diketahui. Penyakit ini cenderung diturunkan, walau terkadang faktor genetik tidang
memegang peran utama.
Kadang penyebabnya diketahui. Pada beberapa kasus, Parkinson merupakan
komplikasi yang sangat lanjut dari ensefalitis karena virus (suatu infeksi yang menyebabkan
peradangan otak). Kasus lainnya terjadi jika penyakit degeneratif lainnya, obat-obatan atau
racun memengaruhi atau menghalangi kerja dopamin di dalam otak. Misalnya obat anti
psikosa yang digunakan untuk mengobati paranoia berat dan skizofrenia menghambat kerja
dopamin pada sel saraf.
4. MANIFESTASI KLINIS
Meskipun gejala yang disampaikan di bawah ini bukan hanya milik penderita
parkinson, umumnya penderita parkinson mengalami hal itu.
Gejala Motorik
o Tremor/Bergetar
Gejala penyakit parkinson sering luput dari pandangan awam, dan
dianggap sebagai suatu hal yang lumrah terjadi pada orang tua. Salah satu
ciri khas dari penyakit parkinson adalah tangan tremor (bergetar) jika
sedang beristirahat. Namun, jika orang itu diminta melakukan sesuatu,
getaran tersebut tidak terlihat lagi. Itu yang disebut resting tremor, yang
hilang juga sewaktu tidur. Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar
pada sendi metakarpofalangis, kadang-kadang tremor seperti menghitung
uang logam atau memulung-mulung (pil rolling). Pada sendi tangan
fleksi-ekstensi atau pronasi-supinasi pada kaki fleksi-ekstensi, kepala
fleksi-ekstensi atau menggeleng, mulut membuka menutup, lidah terjulur-
tertarik. Tremor ini menghilang waktu istirahat dan menghebat waktu
emosi terangsang (resting/ alternating tremor). Tremor tidak hanya terjadi
pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga terjadi pada kelopak mata dan bola
mata, bibir, lidah dan jari tangan (seperti orang menghitung uang). Semua
itu terjadi pada saat istirahat/tanpa sadar. Bahkan, kepala penderita bisa
bergoyang-goyang jika tidak sedang melakukan aktivitas (tanpa sadar).
Artinya, jika disadari, tremor tersebut bisa berhenti. Pada awalnya tremor
hanya terjadi pada satu sisi, namun semakin berat penyakit, tremor bisa
terjadi pada kedua belah sisi.
o Rigiditas/Kekakuan
Tanda yang lain adalah kekakuan (rigiditas). Jika kepalan tangan yang
tremor tersebut digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan ke atas
bertumpu pada pergelangan tangan, terasa ada tahanan seperti melewati
suatu roda yang bergigi sehingga gerakannya menjadi terpatah-
patah/putus-putus. Selain di tangan maupun di kaki, kekakuan itu bisa
juga terjadi di leher. Akibat kekakuan itu, gerakannya menjadi tidak halus
lagi seperti break-dance. Gerakan yang kaku membuat penderita akan
berjalan dengan postur yang membungkuk. Untuk mempertahankan pusat
gravitasinya agar tidak jatuh, langkahnya menjadi cepat tetapi pendek-
pendek. Adanya hipertoni pada otot fleksor ekstensor dan hipertoni
seluruh gerakan, hal ini oleh karena meningkatnya aktifitas motorneuron
alfa, adanya fenomena roda bergigi (cogwheel phenomenon).
o Akinesia/Bradikinesia
Kedua gejala di atas biasanya masih kurang mendapat perhatian sehingga
tanda akinesia/bradikinesia muncul. Gerakan penderita menjadi serba
lambat. Dalam pekerjaan sehari-hari pun bisa terlihat pada tulisan/tanda
tangan yang semakin mengecil, sulit mengenakan baju, langkah menjadi
pendek dan diseret. Kesadaran masih tetap baik sehingga penderita bisa
menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu. Wajah menjadi tanpa
ekspresi. Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara menjadi kecil, refleks
menelan berkurang, sehingga sering keluar air liur. Gerakan volunter
menjadi lambat sehingga berkurangnya gerak asosiatif, misalnya sulit
untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lambat mengambil suatu
obyek, bila berbicara gerak lidah dan bibir menjadi lambat. Bradikinesia
mengakibatkan berkurangnya ekspresi muka serta mimik dan gerakan
spontan yang berkurang, misalnya wajah seperti topeng, kedipan mata
berkurang, berkurangnya gerak menelan ludah sehingga ludah suka keluar
dari mulut. Disamping itu, kulit muka seperti berminyak dan ludah suka
keluar dari mulut karena berkurangnya gerak menelan ludah.
o Dimensia
Adanya perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya dengan
deficit kognitif.
o Gangguan Behavioral
Lambat-laun menjadi dependen ( tergantung kepada orang lain ), mudah
takut, sikap kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan respon terhadap
pertanyaan lambat (bradifrenia) biasanya masih dapat memberikan
jawaban yang betul, asal diberi waktu yang cukup.
o Gejala Lain
Kedua mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan diatas
pangkal hidungnya (tanda Myerson positif).
5. DIAGNOSIS
Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Pada setiap kunjungan penderita:
Tekanan darah diukur dalam keadaan berbaring dan berdiri, hal ini untuk
mendeteksi hipotensi ortostatik.
Menilai respons terhadap stress ringan, misalnya berdiri dengan tangan
diekstensikan, menghitung surut dari angka seratus, bila masih ada
tremor dan rigiditas yang sangat, berarti belum berespon terhadap
medikasi.
Mencatat dan mengikuti kemampuan fungsional, disini penderita disuruh
menulis kalimat sederhana dan menggambarkan lingkaran-lingkaran
konsentris dengan tangan kanan dan kiri diatas kertas, kertas ini disimpan
untuk perbandingan waktu follow up berikutnya.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
o EEG (biasanya terjadi perlambatan yang progresif)
o CT Scan kepala (biasanya terjadi atropi kortikal difus, sulki melebar,
hidrosefalua eks vakuo). Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis
yang membutuhkan penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang.
Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi
pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul.
7. PENATALAKSANAAN
Pengobatan penyakit parkinson bersifat individual dan simtomatik, obat-
obatan yang biasa diberikan adalah untuk pengobatan penyakit atau menggantikan
atau meniru dopamin yang akan memperbaiki tremor, rigiditas, dan slowness.
Perawatan pada penderita penyakit parkinson bertujuan untuk memperlambat
dan menghambat perkembangan dari penyakit itu. Perawatan ini dapat dilakukan
dengan pemberian obat dan terapi fisik seperti terapi berjalan, terapi suara/berbicara
dan pasien diharapkan tetap melakukan kegiatan sehari-hari.
TERAPI OBAT-OBATAN
Beberapa obat yang diberikan pada penderita penyakit parkinson:
o Antikolinergik
Benzotropine ( Cogentin), trihexyphenidyl ( Artane). Berguna untuk
mengendalikan gejala dari penyakit parkinson. Untuk mengaluskan
pergerakan, mengontrol tremor dan kekakuan.
o Carbidopa/levodopa
Merupakan preparat yang paling efektif untuk menghilangkan gejala
Derivat dopamin-agonis-ergot berguna jika ditambahkan kedalam
levodopa untuk mempelancar fluktasi klinis.
o Obat-obat antihistamin untuk menghilangkan tremor.
Preparat antivirus, Amantandin hidroklorida,digunakan untuk mengurangi
kekakuan,tremor dan bradikinestesia.
o Inhibitor MAO untuk menghambat pemecahan dopamine
o Obat-obat antidepresan
o Selain terapi obat yang diberikan, pemberian makanan harus benar-benar
diperhatikan, karena kekakuan otot bisa menyebabkan penderita
mengalami kesulitan untuk menelan sehingga bisa terjadi kekurangan gizi
(malnutrisi) pada penderita. Makanan berserat akan membantu mengurangi
ganguan pencernaan yang disebabkan kurangnya aktivitas, cairan dan
beberapa obat.
TERAPI FISIK
Sebagian terbesar penderita Parkinson akan merasa efek baik dari terapi fisik.
Pasien akan termotifasi sehingga terapi ini bisa dilakukan di rumah, dengan
diberikan petunjuk atau latihan contoh diklinik terapi fisik. Program terapi
fisik pada penyakit Parkinson merupakan program jangka panjang dan jenis
terapi disesuaikan dengan perkembangan atau perburukan penyakit, misalnya
perubahan pada rigiditas, tremor dan hambatan lainnya. Latihan fisik yang
teratur, termasuk yoga, taichi, ataupun tari dapat bermanfaat dalam menjaga
dan meningkatkan mobilitas, fleksibilitas, keseimbangan, dan range of
motion. Latihan dasar selalu dianjurkan, seperti membawa tas, memakai dasi,
mengunyah keras, dan memindahkan makanan di dalam mulut.
TERAPI SUARA
Perawatan yang paling besar untuk kekacauan suara yang diakibatkan oleh
penyakit Parkinson adalah dengan Lee Silverman Voice Treatment (LSVT).
LSVT fokus untuk meningkatkan volume suara.
TERAPI GEN
Penyelidikan telah dilakukan hingga tahap terapi gen yang melibatkan
penggunaan virus yang tidak berbahaya yang dikirim ke bagian otak yang
disebut subthalamic nucleus (STN). Gen yang digunakan memerintahkan
untuk mempoduksi sebuah enzim yang disebut glutamic acid decarboxylase
(GAD) yang mempercepat produksi neurotransmitter (GABA). GABA
bertindak sebagai penghambat langsung sel yang terlalu aktif di STN.
PENCANGKOKAN SYARAF
Cangkok sel stem secara genetik untuk memproduksi dopamine atau sel
sistem yang berubah menjadi sel memproduksi dopamine telah mulai
dilakukan.
PATOFLOW
Factor predisposisi lesi di substansia nigra: usia dan arteriosklerotis, post ensefatiltis, induksi obat
dan keracunan logam berat
Impuls globus palidus ini tidak melakukan inhibisi terhadap korteks piramidalis dan
ekstrapiramidalis
Kerusakan kontrol gerakan volunter yang memiliki ketangkasan sesuai dengan gerakan
otomatis
PROSES KEPERAWATAN
MK: koping individu tidak efektif
1. PENGKAJIAN
Pengumpulan data subjektif dan objektif pada klien dengan gangguan sistem
persarafan meliputi anamnesis, riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
diagnostik, dan pengkajian psikososial.
Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, umur (lebih sering pada kelompok usia lanjut,
pada usia 50-an dan 60-an), jenis kelamin (lebih banyak laki-laki), pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor
register dan diagnosis medis.
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot,
dan hilangnya refleks postural.
Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien perlu dilakukan untuk
menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya, perubahan dalam
keluarga dan masyarakat, dan respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-
harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
Apakah klien mengalami dampak yang timbul akibat penyakit seperti
ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra
tubuh).
Adanya perubahan hubungan dan peran disebabkan oleh karena klien
mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan
konsep diri yang ditemukan adalah klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan,
mudah marah dan tidak kooperatif.
Perubahan yang terpenting pada klien dengan penyakit Parkinson adalah
tanda depresi. Manifestasi mental muncul dalam bentuk penurunan kognitif, persepsi
dan penurunan memori (ingatan). Beberapa manifestasi psikiatrik (perubahan
kepribadian, psikosis, demensia, konfusi akut) umumnya terjadi pada lansia.
Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien,
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data yang diperoleh dari
pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem (B1-B6)
dan terarah dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 dan dihubungkan
dengan keluhan klien.
Keadaan Umum
Klien dengan penyakit Parkinson umumnya tidak mengalami penurunan
kesadaran. Adanya perubahan pada tanda vital, yaitu bradikardi, hipotensi, dan
penurunan frekuensi pernafasan.
B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernapasan yang terjadi berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas,
aspirasi makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas.
Inspeksi, ditemukan klien batuk atau mengalami penurunan kemampuan untuk batuk
efektif, peningkatan produksi sputum, sesak napas dan penggunaan otot bantu napas.
Palpasi, ditemukan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi, ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru.
Auskultasi, ditemukan bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi, stridor, ronkhi
pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun
yang sering ditemukan pada klien dengan inaktivitas.
B2 (Blood)
Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan
juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem saraf otonom.
B3 (Brain)
pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
Pada inspeksi umum ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum
pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.
Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis dan juga bergantung pada
penurunan aliran darah serebri regional mengakibatkan perubahan pada status
kognitif klien.
Sistem Motorik
Inspeksi umum, ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara
umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan. Klien sering
mengalami rigiditas deserebrasi.
Tonus otot ditemukan meningkat.
Keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami gangguan karena
adanya kelemahan otot, kelelahan, perubahan pada gaya berjalan, tremor
secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.
Pemeriksaan Refleks
Terdapat kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk berdiri,
klien akan berdiri dengan kepala cenderung kedepan dan berjalan dengan gaya
berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan
(salah satunya kedepan atau kebelakang) dapat menimbulkan sering jatuh.
Sistem Sensorik
Sesuai berlanjutnya usia Klien dengan penyakit Parkinson mengalami
penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensorik yang ada
merupakan hasil dari neuropati.
B4 (Bladder)
Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan
persepsi klien secara umum. Klien mungkin mengalami inkontinensia urine,
ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk
menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Selama periode
ini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril.
B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi kurang
karena kelemahan fisik umum, kelelahan otot dan adanya tremor menyeluruh. Klien
sering mengalami konstipasi karena penurunan aktivitas.
B6 ( Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan otot, tremor secara
umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan menyebabkan masalah pada
pola aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-hari.
Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan pergerakan
karena perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh gerakan memberikan
risiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas.
2. DIAGNOSA
1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan
kelemahan otot.
2. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuskular,
menurunnya kekuatan, kehilangan kontrol otot/koordinasi.
3. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) yang berhubungan dengan medikasi dan
penurunan aktivitas.
4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
tremor, pelambatan dalam proses makan, kesulitan menguyah dan menelan.
5. Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume
bicara, pelambatan bicara, ketidakmampuan menggerakan otot-otot wajah.
6. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan disfungsi
karena perkembangan penyakit.
7. Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan sumber informasi prosedur
perawatan rumah yang tidak adekuat.
3. INTERVENSI
Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam, klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria Hasil : Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi, bertambahnya kekuatan
otot. Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
Intervensi Rasionalisasi
Kaji mobilitas yang ada dan observasi Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan
peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur fungsi aktivitas.
motorik.
Lakukan program latihan yang meningkatkan Meningkatkan koordinasi dan ketangkasan, menurunkan
kekuatan otot. kekakuan otot dan mencegah kontraktur bila otot tidak
digunakan.
Lakukan latihan postural. Latihan postural untuk melawan kecenderungan kepala dan
leher tertarik kedepan dan kebawah.
Ajarkan teknik berjalan khusus : Teknik berjalan khusus dapat juga dipelajari untuk
Ajarkan untuk berkosentrasi pada mengimbangi gaya berjalan menyeret dan kecenderungan tubuh
berjalan tegak, memandang lurus condong kedepan.
kedepan, dan menggunakan cara
berjalan dengan dasar lebar (misalnya
berjalan dengan kaki terpisah).
Klien dianjurkan untuk latihan berjalan
dengan diiringi musik marching band
atau lagu, karena hal ini memberikan
rangsangan sensorik.
Latihan bernapas sambil berjalan
membantu untuk menggerakan rangka
tulang rusuk dan transpor oksigen untuk
mengisi bagian paru-paru yang kadar
oksigennya rendah.
Melakukan periode istirahat yang sering
untuk membantu pencegahan frustasi
dan kelelahan.
Anjurkan mandi hangat dan masase otot. mandi hangat dan masase membantu otot-otot rileks saat
melakukan aktivitas pasif dan aktif dan mengurangi nyeri otot
akibat spasme yang mengakibatkan kekakuan.
Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.
diri, sesuai toleransi.
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan Peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ekstremitas dapat
fisik klien. ditingkatkan dengan latihan fisik oleh tim fisioterapis.
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri
Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam Membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan
skala 0-4 untuk melakukan ADL. pertemuan kebutuhan individual.
Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan Menghindari klien dari keadaan cemas dan
bantu bila perlu. ketergantungan untuk mencegah frustasi dan harga
diri klien rendah.
Ajarkan dan dukung klien selama aktivitas. Dukungan pada klien selama aktivitas kehidupan
sehari-hari dapat meningkatkan perawatan diri.
Rencanakan tindakan untuk mengatasi Klien akan mampu melihat dan memakan makanan,
keterbatasan penglihatan seperti tempatkan akan mampu melihat keluar masuknya orang
makanan dan peralatan dalam suatu tempat, keruangan.
dekatkan tempat tidur kedinding.
Gunakan pagar disekeliling tempat tidur. Gunakan pagar disekeliling tempat tidur baik tempat
tidur di rumah sakit dan dirumah, atau sebuah tali
yang diikatkan pada kaki tempat tidur untuk memberi
bantuan dalam mendorong diri untuk bangun tanpa
bantuan orang lain.
Kaji kemampuan komunikasi untuk buang air Ketidakmampuan komunikasi dengan perawat dapat
kecil, kemampuan menggunakan urinal, pispot. menimbulkan masalah pengosongan kandung kemih
Antarkan kekamar mandi bila kondisi oleh karena masalah neurogenik.
memungkinkan.
Kolaborasi
Pemberian supositoria dan pelumas Pertolongan utama terhadap fungsi bowel atau buang
feses/pencahar. air besar.
Intervensi Rasionalisasi
Berikan penjelasan pada klien dan keluarga Klien dan keluarga akan mengerti tentang
penyebab konstipasi. penyebab obstipasi.
Modifikasi defekasi yang teratur. Anjurkan Defekasi yang teratur dan rutin dapat membangun
pada klien untuk makan makanan yang semangat klien untuk mengikuti pola yang
mengandung serat. teratur, sadar untuk meningkatkan asupan cairan
dan makan makanan serat. Diet seimbang tinggi
kandungan serat merangsang peristaltik dan
eliminasi reguler.
Bila klien mampu minum, berikan asupan Asupan cairan adekuat membantu
cairan yang cukup (2liter/hari) jika tidak ada mempertahankan konsistensi feses yang sesuai
kontraindikasi. pada usus dan membantu eliminasi reguler.
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan tremor, pelambatan
dalam proses makan, kesulitan menguyah dan menelan.
Intervensi Rasionalisasi
Observasi/timbang berat badan jika Tanda kehilangan berat badan (7-10%) dan
memungkinkan. kekurangan asupan nutrisi menunjang terjadinya
masalah katabolisme, kandungan glikogen dalam otot,
dan kepekaan terhadap pemasangan ventilator.
Manajemen mencapai kemampuan menelan. Meningkatkan kemampuan klien dalam menelan dan
1. Gangguan menelan disebabkan oleh dapat membantu pemenuhan nutrisi klien melalui oral.
tremor pada lidah, ragu-ragu dalam Tujuan lain adalah mencegah terjadinya kelelaha,
memulai menelan, kesulitan dalam memudahkan masuknya makanan, dan mencegah
membentuk makanan dalam bentuk gangguan pada lambung.
bolus.
2. Makanan setengah padat dengan sedikit
air memudahkan untuk menelan.
3. Klien dianjurkan untuk menelan secara
berurutan.
4. Klien diajarkan untuk meletakkan
makanan diatas lidah, menutup bibir dan
gigi, dan menelan.
5. Klien dianjurkan untuk mengunyah
pertama kali pada satu sisi mulut dan
kemudian kesisi lain.
6. Untuk mengontrol air liur, klien
dianjurkan untuk menahan kepala tetap
tegak dan membuat keadaan sadar untuk
menelan.
7. Masase otot wajah dan leher sebelum
makan dapat membantu.
8. Berikan makanan kecil dan lunak.
Kaji fungsi sistem gastrointestinal meliputi suara Fungsi sistem gastrointestinal sangat penting untuk
bising usus, catat terjadinya perubahan didalam asupan makanan. Ventilator dapat menyebabkan
lambung seperti mual, muntah. Observasi kembung pada lambung dan perdarahan lambung.
perubahan pergerakan usus misalnya diare,
konstipasi.
Anjurkan pemberian cairan 2500 cc/hari selama Mencegah terjadinya dehidrasi akibat penggunaan
tidak terjadi gangguan jantung. ventilator selama klien tidak sadar dan mencegah
terjadinya konstipasi.
Lakukan pemeriksaan laboratorium yang Memberikan informasi yang tepat tentang keadaan
diindikasikan, seperti serum, transferin, nutrisi yang dibutuhkan klien.
BUN/kreatinin, dan glukosa.
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 klien mampu membuat teknik/metode komunikasi yang dapat
dimengerti sesuai kebutuhan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
Kriteria Hasil : klien dapat berkomunikasi dengan sumber yang ada.
Intervensi Rasionalisasi
Kaji kemampuan klien untuk berkomunikasi. Gangguan bicara ditemukan pada banyak klien
dengan penyakit Parkinson. Bicara mereka yang
lemah, monoton, dan terdengar halusmenuntut
kesadaran berupaya untuk bicara dengan lambat,
dengan penekanan perhatian pada apa yang
mereka katakan.
Pertimbangkan bentuk komunikasi bila Kateter intravena yang terpasang ditangan akan
terpasang kateter intravena. mengurangi kebebasan klien dalam menulis atau
memberi isyarat.
Letakkan bel pemanggil dalam jangkauan Ketergantungan klien pada ventilator akan
klien dan berikan penjelasan cara membuat klien lebih baik dan rileks, merasa
menggunakannya. Jawab panggilan tersebut aman dan mengerti bahwa selama menggunakan
dengan segera. Penuhi kebutuhan klien. ventilator, perawat akan memenuhi segala
Katakan kepada klien bahwa perawat siap kebutuhannya.
membantu jika dibutuhkan.
Buatlah catatan dikantor perawat tentang Mengingatkan staf perawat untuk berespon
keadaan klien yang dapat bicara. dengan klien selama memberikan perawatan.
Buatlah rekaman pembicaraan klien. Rekaman pembicaraan klien dalam pita kaset
secara periodik dibutuhkan dalam memantau
perkembangan klien. Amplifier kecil membantu
bila klien mengalami kesulitan mendengar.
Anjurkan keluarga/orang lain yang dekat Keluarga dapat merasa akrab dengan klien dalam
dengan klien untuk berbicara dengan klien, berada dekat klien selama berbicara. Pengalaman
memberikan informasi tentang keluarganya, ini dapat membantu atau mempertahankan kontak
dan keadaan yang sedang terjadi. nyata seperti merasakan kehadiran anggota
keluarga yang dapat mengurangi perasaan kaku.
Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa. Ahli terapi wicara bahasa dapat membantu dalam
membentuk peningkatan latihan percakapan dan
membantu petugas kesehatan untuk
mengembangkan metode komunikasi untuk
memenuhi kebutuhan klien.
Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena
perkembangan penyakit.
Intervensi Rasionalisasi
Kaji perubahan gangguan persepsi dan hubungan Menentukan bantuan individual dalam menyusun
dengan derajat ketidakmampuan. rencana perawatan atau pemilihan intervensi.
Dukung kemampuan koping klien. Kepatuhan terhadap program latihan dan berjalan
membantu perlambat kemajuan penyakit. Dukungan
dan sumber bantuan dapat diberikan melalui
ketekunan berdoa dan penekanan keluar terhadap
aktivitas dengan mempertahankan partisipasi aktif.
Catat ketika klien menyatakan sekarat atau Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh atau
mengingkari dan menyatakan inilah kematian. perasaan negatif terhadap gambaran tubuh dan
kemampuan yang menunjukkan kebutuhan dan
intervensi serta dukungan emosional.
Pernyataan pengakuan terhadap penolakan tubuh, Membantu klien untuk melihat bahwa perawat
mengingatkan kembali fakta kejadian tentang menerima kedua bagian sebagai bagian dari seluruh
realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi tubuh. Mengizinkan klien untuk merasakan adanya
yang sakit dan belajar mengontrol sisi yang sehat. harapan dan mulai menerima situasi baru.
Beri dukungan psikologis secara menyeluruh. Klien penyakit Parkinson sering merasa malu, apatis,
tidak adekuat, bosan, dan merasa sendiri. Perasaan ini
dapat disebabkan akibat keadaan fisik yang lambat
dan upaya yang besar dibutuhkan terhadap tugas-tugas
kecil. Klien dibantu dan didukung untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan (seperti meningkatnya
mobilitas). Karena Parkinson mengarah akan
menunjukkan menarik diri dan depresi, klien harus
aktif berpartisipasi dalam program terapi yang
mencakup program sosial dan rekreasi.
Bantu dan ajarkan perawatan yang baik dengan Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan
memperbaiki kebiasaan. mengontrol lebih dari satu area kehidupan.
Buat rencana program aktivitas harian pada Program aktivitas pada keseluruhan hari mencegah
keseluruhan hari. waktu tidur yang terlalu banyak yang dapat mengarah
pada tidak adanya keinginan beraktivitas dan apatis.
Setiap upaya dibuat untuk mendukung klien keluar
dari tugas-tugas yang termasuk koping dengan
kebutuhan mereka setiap hari dan untuk membentuk
klien mandiri. Apapun yang dilakukan hanya untuk
keamanan sewaktu mencapai tujuan dengan
meningkatnya kemampuan koping.
Anjurkan orang terdekat untuk mengizinkan klien Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan
melakukan sebanyak mungkin hal untuk dirinya. membantu perkembangan harga diri serta
memengaruhi proses rehabilitasi.
Dukung perilaku atau usaha seperti peningkatan Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan
minat atau partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi. pengertian tentang peran individu masa mendatang.
Monitor gangguan tidur, peningkatan kesulitan Dapat mengindikasikan terjadinya depresi. Depresi
konsentrasi, letargi dan penolakan. umumnya terjadi sebagai pengaruh dari stroke yang
memerlukan intervensi dan evaluasi lebih lanjut.
Kolaborasi : rujuk pada ahli neuropsikologi dan Dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting
konseling bila ada indikasi. untuk perkembangan perasaan. Kerjasam fisioterapi,
psikoterapi, terapi obat-obatan, dan dukungan
partisipasi kelompok dapat menolong mengurangi
depresi yang juga sering muncul pada keadaan ini.
Intervensi Rasionalisasi
Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang Mengetahui tingkat pengetahuan dan tingkat
perawatan kesehatan dirumah. pendidikan akan memudahkan perawat dalam
memberikan informasi yang sesuai dengan
kondisi klien.
Beri dukungan pada keluarga dalam merawat Keluarga mengalami stress akinat hidup dan
klien Parkinson. merawat orang yang mengalami
ketidakmampuan.
4. IMPLEMENTASI
Sasaran tindakan adalah untuk meningkatkan transmisi dopamin. Terapi
obat-obatan mencakup antihistamin, antikolinergik, amantidin, levodopa,
anhibitor monoamin oksidasi (MAO), dan antidepresi. Beberapa obat-obat ini
menyebabkan efek sampik psikiatrik pada lansia meliputi :
Antihistamin
Antihistamin mempunyai efek sedatif dan antikolinergik pusat ringan, dapat
membantu dalam menghilangkan tremor.
Terapi Antikolinergik
Agen antikolinergik (triheksifenidil, prosiklidin, dan benzotropin mesilat)
efektif untuk mengontrol tremor dan kekakuan Parkinson. Obat-obatan ini
dapat digunakan dalam kombinasi dengan levodopa. Agen ini menghilangkan
aksi asetilkolin pada sistem saraf pusat. Efek smaping mencakup penglihatan
kabur, wajah memerah, ruam pada wajah, konstipasi, retensi urine, dan
kondusi akut. Tekanan intraokular dipantau ketat karena obat-obat ini
kontraindikasi pada klien dengan glaukoma meskipun glaukoma yang dialami
klien hanya sedikit. Klien dengan hiperplasia prostatik dipantau terhadap
adanya tanda-tanda retensi urine.
Amantadin Hidroklorida
Amantadin hidroklorida (Symmetrel), agen antivirus yang digunakan pada
awal pengobatan penyakit Parkinson untuk menurunkan kekakuan, tremor
dan bredikinesia. Agen ini diperkirakan bekerja melalui pelepasan dopamin
dari daerah psikiatrik (perubahan perasaan hati, konfusi, halusinasi), muntah,
adanya tekanan pada epigastrium, pusing, dan gangguan penglihatan.
Terapi Levodopa
Walaupun levodopa bukan untuk pengobatan, saat ini merupakan agen yang
paling efektif untuk pengobatan pada penyakit Parkinson. Levodopa diubah
dari (MD4)L dan (MD4)-dopa menjadi dopamin pada basal ganglia. Seperti
disebutkan diatas dopamin dengan konsentrasi normal yang terdapat didalam
sel-sel substansia nigra menjadi hilang pada klien dengan penyakit Parkinson.
Gejala yang hilang juga dapat terjadi akibat kadar dopamin yang lebih tinggi
akibat pemberian levodopa.
Derivat Ergoet-Agonis Dopamin
Agen-agen ini (bromokriptin dan pergolid) dianggap sebagai reseptor
dopamin; agen ini bermanfaat bila ditambahkan dengan levodopa dan pada
klien yang mengalami reaksi on-off terhadap fluktuasi klinis ringan.
Inhibitor MAO.
Eldepril adalah salah satu perkembangan dalam farmakoterapi penyakit
Parkinson. Obat ini menghambat pemecahan dopamin; sehingga peningkatan
jumlah dopamin tercapai, tidak seperti bentuk terapi lain, agen ini secara
nyata memperlambat kemajuan penyakit.
Antidepresan
Antidepresan trisiklik dapat diberikan untuk mengurangi depresi yang juga
biasa terjadi pada penyakit Parkinson.
BAB IV
PENUTUP
Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi
pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul . Tanpa perawatan,
gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi total disabilitas, sering
disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat menyebabkan
kematian. Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda-berbeda.
Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan
lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang
dapat sangat parah. Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala
parkinson, sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini.
Sekali terkena parkinson, maka penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://meikafitri.blogspot.com/2009/11/askep-pada-klien-parkinson.html
http://bamschalampa-askep.blogspot.com/2010/08/askep-parkinson.html#uds-search-
results
1. PENGKAJIAN
A. Identitas
Nama : Tn D
Umur : 55th
Jenis kelamin : laki-laki
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan
Pendidikan : SMA
Alamat : cilacap
Tgl pengkajian : 3 Maret 2017 pkl 10.00 wib
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Keluhan utama : pusing
b. Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke IGD RS PKU Muhammadiyah gombong dengan keluhan
utama pusing.Tremor kedua kaki dan tangan,lemes.Penyakit yang dialami ini
(tremor) sudah terjadi sejak 5 tahun yang lalu
c. Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien mempunyai riwayat hipertensi sebelum mngalami penyakit seperti ini.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dari keluarga tidak ada yang mengalami penyakit seperti ini,hanya dari kakek
yang mempunyai riwayat tekanan darah tinggi.Persepsi keluarga terhadap
kondisi penyakit yang dialami pasien diperlukan perawatan yang baik supaya
cepat sembuh.Keluarga menyetujui terhadap tindakan apa saja yang akan
dilakukan yang berhubungan dengan pengobatan pasien demi kesembuhan
pasien setelah pasien dan keluarga mendapatkan penjelasan dari
petugas.keluarga mengatakan tidak akan mempermasalahkan masalah biaya
yang penting pasien segera ditangani.Selama dalam perawatan keluarga
menyadari dan menerima proses pengobatan.
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium tgl 3/3/2011
Al : 9,74 /m3
Erytrosit :5,70/m3
Hb :17,3 gr%
Ht :47,3 vol%
Mcv :83,0 %
Mch :30,4%
Mcac : 36,6%
Trombosit :160 %
Gol darah : B
GDS : 111 mg/dl
Ureum : 51,0
Creatini : 1.3
HbSAg : negative
Terapi medis tgl 3/3/11:
1. Kalfoxim 2x1
2. Dexa 3x1
3. Acran 2x1
4. Kalmeco 2x1
5. Angioten 1x1
6. Zipras 0,5 2x1
Terapi tgl 4/3/11:
1. Kalfoxim (stop)
2. dexa (stop)
3. acran (stop)
4. diganti cernevit 1x1, panso(1x1)
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Pasien mengatakan pusing Peningkatan TIK,TD Nyeri
DO: nyeri pusing skala 4,tampak 210/110 mmhg
ekspresi sakit,TD:210/110
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan TIK tidak adekuat
2. Gangguan mobilisasi berhubungan dengan tremor ekstremitas,otot lemah
INTERVENSI
Mengkonsulkaan ke bagian
fisioterapi
CATATAN PERKEMBANGAN
TGL EVALUASI
3/3/11 PKL 11.00 WIB
S:mengatakan masih lemes,gemetar,pusing
O:tremor (+),ma/mi (+) habis setengah porsi,
A:masalah dx I,II belum teratasi
P:lanjutkan intervensi
PKL 20.00 WIB
S:mengatakan badan pegel-pegel,pusing berkurang
O:nyeri skala 3,TD: 150/90,analgetik (+),ma/mi (+),kemandirian
(-),tremor (+)
A:masalah dx I,II teratasi sebagian
P:lanjutkan intervensi,terapi sesuai program
TGL 4/3/11
PKL 08.00 WIB
S:mengatakan masih lemes,pusing sedikit
O:TD:170/100 mmhg,nyeri skala 2,ma/mi (+) masih dibantu
keluarga,tremor (+)
A:masalah dx I,II teratasi sebagian
P:lanjutkkan intervensi,beri diit nasi rendah garam
PKL 11.00 WIB
S: mengatakan kaki masih terasa tebal,pusing hilang timbul
O: tremor (+),diit 1 porsi habis ,fisioterapi (+)latihan mobilisasi
(+)
A:dx I,II teratasi sebagian
P:lanjutkan intervensi,bantu mobilisasi bertahap
PKL 19.00 WIB
S:mengatakan kaki terasa tebal,nyeri kepala,
O:tremor (+)TD:170/90 mmhg,th(+),mobilisasi (+),diit (+)
05/3/11
A:masalah dx I.II teratasi sebagian
P:lanjutkan intervensi