Anda di halaman 1dari 34

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

dan karunia-Nya lah maka kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.

Tugas yang kami buat tentang asuhan keperawatan sindrom parkinson. Tujuan tugas

ini dibuat agar dapat menambah wawasan mengenai apa itu sindrom parkinson,

proses penyakitnya dan bagaimana pemberian asuhan keperawatan yang tepat.

Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada:

1. Dosen mata kuliah keperawatan medikal bedah


2. Perpustakaan
3. Teman-teman serta berbagai pihak yang telah membantu dalam proses

pembuatan tugas ini hingga selesainya.

Kami sadar bahwa selama pembuatan tugas ini terdapat banyak kekurangan,

maka kami pun menerima setiap kritik dan saran untuk kemajuandimasa yang akan

datang dan kami berharap semoga tugas ini dapat berguna. Akhir kata kami ucapkan

terima kasih.

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I: PENDAHULUAN

Latar belakang
Tujuan penulisan

BAB II: TINJAUAN TEORI

Definisi
Etiologi
Patofisiologi
Manifestasi Klinik
Pemeriksaan penunjang
Penatalaksanaan
Patoflow

BAB III: ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

Diagnosa

Intervensi

Implementasi

BAB IV: PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis


progresif, merupakan penyakit terbanyak kedua setelah demensia Alzheimer.
Penyakit ini memiliki dimensi gejala yang sangat luas sehingga baik langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi kualitas hidup penderita maupun keluarga.
Pertama kali ditemukan oleh seorang dokter inggris yang bernama James Parkinson
pada tahun 1887. Penyakit ini merupakan suatu kondisi ketika seseorang mengalami
ganguan pergerakan.
Tanda-tanda khas yang ditemukan pada penderita diantaranya resting tremor,
rigiditas, bradikinesia, dan instabilitas postural. Tanda-tanda motorik tersebut
merupakan akibat dari degenerasi neuron dopaminergik pada system nigrostriatal.
Namun, derajat keparahan defisit motorik tersebut beragam. Tanda-tanda motorik
pasien sering disertai depresi, disfungsi kognitif, gangguan tidur, dan disfungsi
autonom.
Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan
wanita seimbang. 5 10 % orang yang terjangkit penyakit parkinson, gejala awalnya
muncul sebelum usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65
tahun. Secara keseluruhan, pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di seluruh
dunia dan 1,6 % di Eropa, meningkat dari 0,6 % pada usia 60 64 tahun sampai 3,5
% pada usia 85 89 tahun. Di Amerika Serikat, ada sekitar 500.000 penderita
parkinson. Di Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk 210 juta orang,
diperkirakan ada sekitar 200.000-400.000 penderita. Rata-rata usia penderita di atas
50 tahun dengan rentang usia-sesuai dengan penelitian yang dilakukan di beberapa
rumah sakit di Sumatera dan Jawa- 18 hingga 85 tahun. Statistik menunjukkan, baik
di luar negeri maupun di dalam negeri, lelaki lebih banyak terkena dibanding
perempuan (3:2) dengan alasan yang belum diketahui.

B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Tujuan umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran serta
asuhan keperawatan terkait klien dengan sindrom parkinson.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui bagaimana pengkajian sindrom Parkinson.
b. Untuk mengetahui bagaimana diagnosa keperawatan sindrom
Parkinson.
c. Untuk mengetahui bagaimana rencana keperawatan sindrom
Parkinson.

BAB II
PEMBAHASAN
1.
1. DEFINISI
2.
3. Penyakit Parkinson (paralysis agitans) atau sindrom Parkinson
(Parkinsonismus) merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia
basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia
nigra ke globus palidus/ neostriatum (striatal dopamine deficiency). Penyakit
Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif progresif yang berkaitan erat dengan
usia.
4. Penyakit ini mempunyai karakteristik terjadinya degenerasi dari neuron
dopaminergik pas substansia nigra pars kompakta, ditambah dengan adanya inklusi
intraplasma yang terdiri dari protein yang disebut dengan Lewy Bodies.
Neurodegeneratif pada parkinson juga terjadi pasa daerah otak lain termasuk lokus
ceruleus, raphe nuklei, nukleus basalis Meynert, hipothalamus, korteks cerebri,
motor nukelus dari saraf kranial, sistem saraf otonom.

2. ETIOLOGI

5. Etiologi Parkinson primer belum diketahui, masih belum diketahui. Terdapat


beberapa dugaan, di antaranya ialah : infeksi oleh virus yang non-konvensional
(belum diketahui), reaksi abnormal terhadap virus yang sudah umum, pemaparan
terhadap zat toksik yang belum diketahui, terjadinya penuaan yang prematur atau
dipercepat.
6. Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi nigra.
Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki
(involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan gerakan-gerakan
yang tidak disadarinya. Mekanis-me bagaimana kerusakan itu belum jelas benar.
7. Beberapa hal yang diduga bisa menyebabkan parkinson adalah sebagai
berikut:
1. Usia
Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200 dari
10.000 penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan dengan reaksi mikrogilial
yang mempengaruhi kerusakan neuronal, terutama pada substansia nigra, pada
penyakit parkinson.
2. Geografi
Di Libya 31 dari 100.000 orang, di Buinos aires 657 per 100.000 orang. Faktor
resiko yang mempengaruhi perbedaan angka secara geografis ini termasuk
adanya perbedaaan genetik, kekebalan terhadap penyakit dan paparan terhadap
faktor lingkungan.
3. Periode
Fluktuasi jumlah penderita penyakit parkinson tiap periode mungkin
berhubungan dengan hasil pemaparan lingkungan yang episodik, misalnya
proses infeksi, industrialisasi ataupun gaya hidup.
4. Genetik
Adanya riwayat penyakit parkinson pada keluarga meningakatkan faktor resiko
menderita penyakit parkinson sebesar 8,8 kali pada usia kurang dari 70 tahun
dan 2,8 kali pada usia lebih dari 70 tahun. Meskipun sangat jarang, jika
disebabkan oleh keturunan, gejala parkinsonisme tampak pada usia relatif muda.
5. Faktor Lingkungan
a. Xenobiotik
Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat menmbulkan
kerusakan mitokondria
b. Pekerjaan
Lebih banyak pada orang dengan paparan metal yang lebih tinggi dan lama
c. Infeksi
Paparan virus influenza intrautero diduga turut menjadi faktor predesposisi
penyakit parkinson melalui kerusakan substansia nigra. Penelitian pada
hewan menunjukkan adanya kerusakan substansia nigra oleh infeksi Nocardia
astroides.
d. Diet
Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stress oksidatif, salah satu
mekanisme kerusakan neuronal pada penyakit parkinson. Sebaliknya,kopi
merupakan neuroprotektif.
e. Trauma kepala
Cedera kranio serebral bisa menyebabkan penyakit parkinson, meski
peranannya masih belum jelas benar
f. Stress dan depresi
Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat mendahului gejala motorik.
Depresi dan stress dihubungkan dengan penyakit parkinson karena pada stress
dan depresi terjadi peningkatan turnover katekolamin yang memacu stress
oksidatif.
8.
3. PATOFISIOLOGI

Jauh di dalam otak ada sebuah daerah yang disebut ganglia basalis. Jika otak
memerintahkan suatu aktivitas (misalnya mengangkat lengan), maka sel-sel saraf di dalam
ganglia basalis akan membantu menghaluskan gerakan tersebut dan mengatur perubahan
sikap tubuh. Ganglia basalis mengolah sinyal dan mengantarkan pesan ke talamus, yang
akan menyampaikan informasi yang telah diolah kembali ke korteks otak besar.
Keseluruhan sinyal tersebut diantarkan oleh bahan kimia neurotransmiter sebagai
impuls listrik di sepanjang jalur saraf dan di antara saraf-saraf. Neurotransmiter yang utama
pada ganglia basalis adalah dopamin.
Pada penyakit Parkinson, sel-sel saraf pada ganglia basalis mengalami kemunduran
sehingga pembentukan dopamin berkurang dan hubungan dengan sel saraf dan otot lainnya
juga lebih sedikit. Penyebab dari kemunduran sel saraf dan berkurangnya dopamin terkadang
tidak diketahui. Penyakit ini cenderung diturunkan, walau terkadang faktor genetik tidang
memegang peran utama.
Kadang penyebabnya diketahui. Pada beberapa kasus, Parkinson merupakan
komplikasi yang sangat lanjut dari ensefalitis karena virus (suatu infeksi yang menyebabkan
peradangan otak). Kasus lainnya terjadi jika penyakit degeneratif lainnya, obat-obatan atau
racun memengaruhi atau menghalangi kerja dopamin di dalam otak. Misalnya obat anti
psikosa yang digunakan untuk mengobati paranoia berat dan skizofrenia menghambat kerja
dopamin pada sel saraf.

4. MANIFESTASI KLINIS

Meskipun gejala yang disampaikan di bawah ini bukan hanya milik penderita
parkinson, umumnya penderita parkinson mengalami hal itu.

Gejala Motorik
o Tremor/Bergetar
Gejala penyakit parkinson sering luput dari pandangan awam, dan
dianggap sebagai suatu hal yang lumrah terjadi pada orang tua. Salah satu
ciri khas dari penyakit parkinson adalah tangan tremor (bergetar) jika
sedang beristirahat. Namun, jika orang itu diminta melakukan sesuatu,
getaran tersebut tidak terlihat lagi. Itu yang disebut resting tremor, yang
hilang juga sewaktu tidur. Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar
pada sendi metakarpofalangis, kadang-kadang tremor seperti menghitung
uang logam atau memulung-mulung (pil rolling). Pada sendi tangan
fleksi-ekstensi atau pronasi-supinasi pada kaki fleksi-ekstensi, kepala
fleksi-ekstensi atau menggeleng, mulut membuka menutup, lidah terjulur-
tertarik. Tremor ini menghilang waktu istirahat dan menghebat waktu
emosi terangsang (resting/ alternating tremor). Tremor tidak hanya terjadi
pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga terjadi pada kelopak mata dan bola
mata, bibir, lidah dan jari tangan (seperti orang menghitung uang). Semua
itu terjadi pada saat istirahat/tanpa sadar. Bahkan, kepala penderita bisa
bergoyang-goyang jika tidak sedang melakukan aktivitas (tanpa sadar).
Artinya, jika disadari, tremor tersebut bisa berhenti. Pada awalnya tremor
hanya terjadi pada satu sisi, namun semakin berat penyakit, tremor bisa
terjadi pada kedua belah sisi.
o Rigiditas/Kekakuan
Tanda yang lain adalah kekakuan (rigiditas). Jika kepalan tangan yang
tremor tersebut digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan ke atas
bertumpu pada pergelangan tangan, terasa ada tahanan seperti melewati
suatu roda yang bergigi sehingga gerakannya menjadi terpatah-
patah/putus-putus. Selain di tangan maupun di kaki, kekakuan itu bisa
juga terjadi di leher. Akibat kekakuan itu, gerakannya menjadi tidak halus
lagi seperti break-dance. Gerakan yang kaku membuat penderita akan
berjalan dengan postur yang membungkuk. Untuk mempertahankan pusat
gravitasinya agar tidak jatuh, langkahnya menjadi cepat tetapi pendek-
pendek. Adanya hipertoni pada otot fleksor ekstensor dan hipertoni
seluruh gerakan, hal ini oleh karena meningkatnya aktifitas motorneuron
alfa, adanya fenomena roda bergigi (cogwheel phenomenon).

o Akinesia/Bradikinesia
Kedua gejala di atas biasanya masih kurang mendapat perhatian sehingga
tanda akinesia/bradikinesia muncul. Gerakan penderita menjadi serba
lambat. Dalam pekerjaan sehari-hari pun bisa terlihat pada tulisan/tanda
tangan yang semakin mengecil, sulit mengenakan baju, langkah menjadi
pendek dan diseret. Kesadaran masih tetap baik sehingga penderita bisa
menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu. Wajah menjadi tanpa
ekspresi. Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara menjadi kecil, refleks
menelan berkurang, sehingga sering keluar air liur. Gerakan volunter
menjadi lambat sehingga berkurangnya gerak asosiatif, misalnya sulit
untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lambat mengambil suatu
obyek, bila berbicara gerak lidah dan bibir menjadi lambat. Bradikinesia
mengakibatkan berkurangnya ekspresi muka serta mimik dan gerakan
spontan yang berkurang, misalnya wajah seperti topeng, kedipan mata
berkurang, berkurangnya gerak menelan ludah sehingga ludah suka keluar
dari mulut. Disamping itu, kulit muka seperti berminyak dan ludah suka
keluar dari mulut karena berkurangnya gerak menelan ludah.

o Tiba-tiba Berhenti atau Ragu-ragu untuk Melangkah


Gejala lain adalah, yaitu berhenti di tempat saat mau mulai melangkah,
sedang berjalan, atau berputar balik; dan start hesitation, yaitu ragu-ragu
untuk mulai melangkah. Bisa juga terjadi sering kencing, dan sembelit.
Penderita menjadi lambat berpikir dan depresi. Bradikinesia
mengakibatkan kurangnya ekspresi muka serta mimic muka. Langkah
Dan Gaya Jalan (Sikap Parkinson) Berjalan dengan langkah kecil
menggeser dan makin menjadi cepat (marche a petit pas), stadium lanjut
kepala difleksikan ke dada, bahu membengkok ke depan, punggung
melengkung bila berjalan.
o Bicara Monoton
Hal ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara, otot
laring, sehingga bila berbicara atau mengucapkan kata-kata yang monoton
dengan volume suara halus ( suara bisikan ) yang lambat.

o Dimensia
Adanya perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya dengan
deficit kognitif.

o Gangguan Behavioral
Lambat-laun menjadi dependen ( tergantung kepada orang lain ), mudah
takut, sikap kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan respon terhadap
pertanyaan lambat (bradifrenia) biasanya masih dapat memberikan
jawaban yang betul, asal diberi waktu yang cukup.

o Gejala Lain
Kedua mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan diatas
pangkal hidungnya (tanda Myerson positif).

Gejala non motorika


o Disfungsi Otonom
Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter
terutama inkontinensia dan hipotensi ortostatik.
Kulit berminyak dan infeksi kulit seborrheic
Pengeluaran urin yang banyak
Gangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan
melemahnya hasrat seksual, perilaku, orgasme.
o Gangguan Suasana Hati, Penderita Sering Mengalami Depresi
o Ganguan Kognitif, Menanggapi Rangsangan Lambat
o Gangguan Tidur, Penderita Mengalami Kesulitan Tidur (Insomnia)
o Gangguan Sensasi,
kepekaan kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang,
pembedaan warna,
penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh
hypotension orthostatic, suatu kegagalan sistemsaraf otonom
untuk melakukan penyesuaian tekanan darah sebagai jawaban atas
perubahan posisi badan
berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau
( microsmia atau anosmia)

5. DIAGNOSIS
Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Pada setiap kunjungan penderita:
Tekanan darah diukur dalam keadaan berbaring dan berdiri, hal ini untuk
mendeteksi hipotensi ortostatik.
Menilai respons terhadap stress ringan, misalnya berdiri dengan tangan
diekstensikan, menghitung surut dari angka seratus, bila masih ada
tremor dan rigiditas yang sangat, berarti belum berespon terhadap
medikasi.
Mencatat dan mengikuti kemampuan fungsional, disini penderita disuruh
menulis kalimat sederhana dan menggambarkan lingkaran-lingkaran
konsentris dengan tangan kanan dan kiri diatas kertas, kertas ini disimpan
untuk perbandingan waktu follow up berikutnya.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
o EEG (biasanya terjadi perlambatan yang progresif)
o CT Scan kepala (biasanya terjadi atropi kortikal difus, sulki melebar,
hidrosefalua eks vakuo). Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis
yang membutuhkan penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang.
Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi
pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul.

7. PENATALAKSANAAN
Pengobatan penyakit parkinson bersifat individual dan simtomatik, obat-
obatan yang biasa diberikan adalah untuk pengobatan penyakit atau menggantikan
atau meniru dopamin yang akan memperbaiki tremor, rigiditas, dan slowness.
Perawatan pada penderita penyakit parkinson bertujuan untuk memperlambat
dan menghambat perkembangan dari penyakit itu. Perawatan ini dapat dilakukan
dengan pemberian obat dan terapi fisik seperti terapi berjalan, terapi suara/berbicara
dan pasien diharapkan tetap melakukan kegiatan sehari-hari.

TERAPI OBAT-OBATAN
Beberapa obat yang diberikan pada penderita penyakit parkinson:
o Antikolinergik
Benzotropine ( Cogentin), trihexyphenidyl ( Artane). Berguna untuk
mengendalikan gejala dari penyakit parkinson. Untuk mengaluskan
pergerakan, mengontrol tremor dan kekakuan.
o Carbidopa/levodopa
Merupakan preparat yang paling efektif untuk menghilangkan gejala
Derivat dopamin-agonis-ergot berguna jika ditambahkan kedalam
levodopa untuk mempelancar fluktasi klinis.
o Obat-obat antihistamin untuk menghilangkan tremor.
Preparat antivirus, Amantandin hidroklorida,digunakan untuk mengurangi
kekakuan,tremor dan bradikinestesia.
o Inhibitor MAO untuk menghambat pemecahan dopamine
o Obat-obat antidepresan
o Selain terapi obat yang diberikan, pemberian makanan harus benar-benar
diperhatikan, karena kekakuan otot bisa menyebabkan penderita
mengalami kesulitan untuk menelan sehingga bisa terjadi kekurangan gizi
(malnutrisi) pada penderita. Makanan berserat akan membantu mengurangi
ganguan pencernaan yang disebabkan kurangnya aktivitas, cairan dan
beberapa obat.

TERAPI FISIK
Sebagian terbesar penderita Parkinson akan merasa efek baik dari terapi fisik.
Pasien akan termotifasi sehingga terapi ini bisa dilakukan di rumah, dengan
diberikan petunjuk atau latihan contoh diklinik terapi fisik. Program terapi
fisik pada penyakit Parkinson merupakan program jangka panjang dan jenis
terapi disesuaikan dengan perkembangan atau perburukan penyakit, misalnya
perubahan pada rigiditas, tremor dan hambatan lainnya. Latihan fisik yang
teratur, termasuk yoga, taichi, ataupun tari dapat bermanfaat dalam menjaga
dan meningkatkan mobilitas, fleksibilitas, keseimbangan, dan range of
motion. Latihan dasar selalu dianjurkan, seperti membawa tas, memakai dasi,
mengunyah keras, dan memindahkan makanan di dalam mulut.

TERAPI SUARA
Perawatan yang paling besar untuk kekacauan suara yang diakibatkan oleh
penyakit Parkinson adalah dengan Lee Silverman Voice Treatment (LSVT).
LSVT fokus untuk meningkatkan volume suara.

TERAPI GEN
Penyelidikan telah dilakukan hingga tahap terapi gen yang melibatkan
penggunaan virus yang tidak berbahaya yang dikirim ke bagian otak yang
disebut subthalamic nucleus (STN). Gen yang digunakan memerintahkan
untuk mempoduksi sebuah enzim yang disebut glutamic acid decarboxylase
(GAD) yang mempercepat produksi neurotransmitter (GABA). GABA
bertindak sebagai penghambat langsung sel yang terlalu aktif di STN.

PENCANGKOKAN SYARAF
Cangkok sel stem secara genetik untuk memproduksi dopamine atau sel
sistem yang berubah menjadi sel memproduksi dopamine telah mulai
dilakukan.

PATOFLOW
Factor predisposisi lesi di substansia nigra: usia dan arteriosklerotis, post ensefatiltis, induksi obat
dan keracunan logam berat

Dopamine menipis dalam substansia nigra dan korpus


striatum

Kehilangan kelola dari substansia nigra

Globus palidus mengeluarkan impuls yang abnormal

Impuls globus palidus ini tidak melakukan inhibisi terhadap korteks piramidalis dan
ekstrapiramidalis

Kerusakan kontrol gerakan volunter yang memiliki ketangkasan sesuai dengan gerakan
otomatis

Aliran darah cerebral Gangguan S III Regiditasi Tremor ritmik


regional menurun deserembra bradikinesa

Gangguan kontraksi Perubahan gaya


Manifestasi psikiatrik otot-otot bola mata berjalan, kekakuan Perubahan
dalam beraktifitas wajah dan sikap
tubuh
Perubahan Gangguan
kepribadian, konvergensi Penurunan aktifitas fisik
umum MK:ganggua
psikosis, demensia
n citra diri
Pandangan kabur
Kognitif menurun MK:hambatan
mobilitas fisik
Persepsi menurun MK: Perubahan persepsi
sensori

MK: kerusakan komunikasi verbal BAB III

PROSES KEPERAWATAN
MK: koping individu tidak efektif

1. PENGKAJIAN
Pengumpulan data subjektif dan objektif pada klien dengan gangguan sistem
persarafan meliputi anamnesis, riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
diagnostik, dan pengkajian psikososial.

Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, umur (lebih sering pada kelompok usia lanjut,
pada usia 50-an dan 60-an), jenis kelamin (lebih banyak laki-laki), pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor
register dan diagnosis medis.
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot,
dan hilangnya refleks postural.

Riwayat Penyakit Saat Ini


Pada anamnesis, sering klien mengeluhkan adanya tremor pada salah satu
lengan dan tangan, kemudian kebagian lain, dan akhirnya bagian kepala, walaupun
tremor ini tetap unilateral. Karakteristik tremor dapat berupa lambat, gerakan
membalik (pronasi-supinasi) pada lengan bawah dan telapak tangan, dan gerakan ibu
jari terhadap jari-jari seolah-olah memutar sebuah pil diantara jari-jari. Keadaan ini
meningkat bila klien sedang berkonsentrasi atau merasa cemas dan muncul pada saat
klien istirahat.
Keluhan lainnya pada penyakit meliputi adanya perubahan pada sensasi
wajah, sikap tubuh, dan gaya berjalan. Adanya keluhan rigiditas deserebrasi,
berkeringat, kulit berminyak dan sering menderita dermatitis seboroik, sulit menelan,
konstipasi, dan gangguan kandung kemih yang diperberat oleh obat-obat
antikolinergik dan hipertrofi prostat.
Pertanyaan yang bisa disampaikan pada klien pada pengkajian ini meliputi :
Apakah Anda mengalami kekakuan tangan atau kaki?
Apakah Anda mengalami sentakan tidak teratur pada tangan atau
kaki?
Apakah Anda mengalami beku atau terpaku dan tidak mampu
bergerak?
Apakah air liur Anda berlebihan?
Pernakah Anda (orang lain) melihat diri Anda meringis atau membuat
gerakan wajah atau menguyah?
Aktivitas fisik apa yang sulit Anda lakukan?
Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang dilakukan adalah dengan mengajukan pertanyaan tentang
adalah riwayat hipertensi, DM, penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-obat
antikoagulan, aspirin, vasodilator, dan penggunaan obat-obat antikolinergik dalam
jangka waktu yang lama.

Riwayat Penyakit Keluarga


Walaupun tidak ditemukan adanya hubungan penyakit Parkinson dengan
sebab genetik yang jelas, perawat perlu melakukan pengkajian riwayat penyakit pada
keluarga. Pengkajian dilakukan dengan menanyakan apakah anggota keluarga
terdahulu yang menderita hipertensi dan DM. Hal ini diperlukan untuk melihat
adanya komplikasi penyakit lain yang dapat mempercepat progresifnya penyakit.

Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien perlu dilakukan untuk
menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya, perubahan dalam
keluarga dan masyarakat, dan respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-
harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
Apakah klien mengalami dampak yang timbul akibat penyakit seperti
ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra
tubuh).
Adanya perubahan hubungan dan peran disebabkan oleh karena klien
mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan
konsep diri yang ditemukan adalah klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan,
mudah marah dan tidak kooperatif.
Perubahan yang terpenting pada klien dengan penyakit Parkinson adalah
tanda depresi. Manifestasi mental muncul dalam bentuk penurunan kognitif, persepsi
dan penurunan memori (ingatan). Beberapa manifestasi psikiatrik (perubahan
kepribadian, psikosis, demensia, konfusi akut) umumnya terjadi pada lansia.

Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien,
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data yang diperoleh dari
pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem (B1-B6)
dan terarah dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 dan dihubungkan
dengan keluhan klien.

Keadaan Umum
Klien dengan penyakit Parkinson umumnya tidak mengalami penurunan
kesadaran. Adanya perubahan pada tanda vital, yaitu bradikardi, hipotensi, dan
penurunan frekuensi pernafasan.
B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernapasan yang terjadi berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas,
aspirasi makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas.
Inspeksi, ditemukan klien batuk atau mengalami penurunan kemampuan untuk batuk
efektif, peningkatan produksi sputum, sesak napas dan penggunaan otot bantu napas.
Palpasi, ditemukan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi, ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru.
Auskultasi, ditemukan bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi, stridor, ronkhi
pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun
yang sering ditemukan pada klien dengan inaktivitas.

B2 (Blood)
Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan
juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem saraf otonom.

B3 (Brain)
pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
Pada inspeksi umum ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum
pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.

Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis dan juga bergantung pada
penurunan aliran darah serebri regional mengakibatkan perubahan pada status
kognitif klien.

Pemeriksaan fungsi serebri


Status mental : biasanya mengalami perubahan yang berhubungan dengan
penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori baik jangka
pendek dan memori jangka panjang.

Pemeriksaan saraf kranial


Saraf I. Biasanya pada klien cedera tulang belakang tidak ditemukan kelainan dan
fungsi penciuman tidak ada kelainan.
Saraf II. Hasil uji ketajaman penglihatan mengalami perubahan sesuai tingkat usia,
biasanya klien lanjut usia dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan
ketajaman penglihatan.
Saraf III, IV, dan VI. Gangguan saraf okulomotorius : sewaktu melakukan
konvergensi penglihatan menjadi kabur karena tidak mampu mempertahankan
kontraksi otot- otot bola mata.
Saraf V. Pada klien dengan penyakit Parkinson umumnya ditemukan perubahan pada
otot wajah. Adanya keterbatasan otot wajah menyebabkan ekspresi wajah klien
mengalami penurunan , saat bicara wajah seperti topeng (sering mengedipkan mata).
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal.
Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi yang berhubungan dengan proses
senilis dan penurunan aliran darah regional.
Saraf IX dan X. Ditemukan kesulitan menelan dalam menelan makanan.
Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
Saraf XII. Lidah simetris, tidak ditemukan deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi. Indra pengecapan normal.

Sistem Motorik
Inspeksi umum, ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara
umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan. Klien sering
mengalami rigiditas deserebrasi.
Tonus otot ditemukan meningkat.
Keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami gangguan karena
adanya kelemahan otot, kelelahan, perubahan pada gaya berjalan, tremor
secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.

Pemeriksaan Refleks
Terdapat kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk berdiri,
klien akan berdiri dengan kepala cenderung kedepan dan berjalan dengan gaya
berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan
(salah satunya kedepan atau kebelakang) dapat menimbulkan sering jatuh.

Sistem Sensorik
Sesuai berlanjutnya usia Klien dengan penyakit Parkinson mengalami
penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensorik yang ada
merupakan hasil dari neuropati.

B4 (Bladder)
Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan
persepsi klien secara umum. Klien mungkin mengalami inkontinensia urine,
ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk
menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Selama periode
ini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril.

B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi kurang
karena kelemahan fisik umum, kelelahan otot dan adanya tremor menyeluruh. Klien
sering mengalami konstipasi karena penurunan aktivitas.
B6 ( Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan otot, tremor secara
umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan menyebabkan masalah pada
pola aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-hari.
Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan pergerakan
karena perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh gerakan memberikan
risiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas.

2. DIAGNOSA
1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan
kelemahan otot.
2. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuskular,
menurunnya kekuatan, kehilangan kontrol otot/koordinasi.
3. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) yang berhubungan dengan medikasi dan
penurunan aktivitas.
4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
tremor, pelambatan dalam proses makan, kesulitan menguyah dan menelan.
5. Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume
bicara, pelambatan bicara, ketidakmampuan menggerakan otot-otot wajah.
6. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan disfungsi
karena perkembangan penyakit.
7. Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan sumber informasi prosedur
perawatan rumah yang tidak adekuat.

3. INTERVENSI

Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.

Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam, klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria Hasil : Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi, bertambahnya kekuatan
otot. Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.

Intervensi Rasionalisasi

Kaji mobilitas yang ada dan observasi Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan
peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur fungsi aktivitas.
motorik.

Lakukan program latihan yang meningkatkan Meningkatkan koordinasi dan ketangkasan, menurunkan
kekuatan otot. kekakuan otot dan mencegah kontraktur bila otot tidak
digunakan.

Lakukan latihan postural. Latihan postural untuk melawan kecenderungan kepala dan
leher tertarik kedepan dan kebawah.

Ajarkan teknik berjalan khusus : Teknik berjalan khusus dapat juga dipelajari untuk
Ajarkan untuk berkosentrasi pada mengimbangi gaya berjalan menyeret dan kecenderungan tubuh
berjalan tegak, memandang lurus condong kedepan.
kedepan, dan menggunakan cara
berjalan dengan dasar lebar (misalnya
berjalan dengan kaki terpisah).
Klien dianjurkan untuk latihan berjalan
dengan diiringi musik marching band
atau lagu, karena hal ini memberikan
rangsangan sensorik.
Latihan bernapas sambil berjalan
membantu untuk menggerakan rangka
tulang rusuk dan transpor oksigen untuk
mengisi bagian paru-paru yang kadar
oksigennya rendah.
Melakukan periode istirahat yang sering
untuk membantu pencegahan frustasi
dan kelelahan.

Anjurkan mandi hangat dan masase otot. mandi hangat dan masase membantu otot-otot rileks saat
melakukan aktivitas pasif dan aktif dan mengurangi nyeri otot
akibat spasme yang mengakibatkan kekakuan.
Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.
diri, sesuai toleransi.

Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan Peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ekstremitas dapat
fisik klien. ditingkatkan dengan latihan fisik oleh tim fisioterapis.

Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuskular, menurunnya


kekuatan, kehilangan kontrol otot/koordinasi.

Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam, perawatan diri klien terpenuhi.


Kriteria Hasil : Klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan merawat diri,
klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuannya, mengidentifikasi
personal/masyarakat dapat yang membantu.

Intervensi Rasionalisasi

Mandiri
Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam Membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan
skala 0-4 untuk melakukan ADL. pertemuan kebutuhan individual.

Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan Menghindari klien dari keadaan cemas dan
bantu bila perlu. ketergantungan untuk mencegah frustasi dan harga
diri klien rendah.

Ajarkan dan dukung klien selama aktivitas. Dukungan pada klien selama aktivitas kehidupan
sehari-hari dapat meningkatkan perawatan diri.

Rencanakan tindakan untuk mengatasi Klien akan mampu melihat dan memakan makanan,
keterbatasan penglihatan seperti tempatkan akan mampu melihat keluar masuknya orang
makanan dan peralatan dalam suatu tempat, keruangan.
dekatkan tempat tidur kedinding.

Modifikasi lingkungan. Modifikasi lingkungan diperlukan untuk


mengompensasi ketidakmampuan fungsi.

Gunakan pagar disekeliling tempat tidur. Gunakan pagar disekeliling tempat tidur baik tempat
tidur di rumah sakit dan dirumah, atau sebuah tali
yang diikatkan pada kaki tempat tidur untuk memberi
bantuan dalam mendorong diri untuk bangun tanpa
bantuan orang lain.

Kaji kemampuan komunikasi untuk buang air Ketidakmampuan komunikasi dengan perawat dapat
kecil, kemampuan menggunakan urinal, pispot. menimbulkan masalah pengosongan kandung kemih
Antarkan kekamar mandi bila kondisi oleh karena masalah neurogenik.
memungkinkan.

Kolaborasi
Pemberian supositoria dan pelumas Pertolongan utama terhadap fungsi bowel atau buang
feses/pencahar. air besar.

Konsultasi kedokter terapi okupasi. Untuk mengembangkan terapi dan melengkapi


kebutuhan khusus.
Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) yang berhubungan dengan medikasi dan penurunan
aktivitas.
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam, kebutuhan eliminasi alvi terpenuhi.
Kriteria Hasil : Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat, konsistensi feses
lembek, tidak teraba massa pada kolon, bising usus normal (15-30x/mnt).

Intervensi Rasionalisasi

Monitor adanya konstipasi. Klien Parkinson mempunyai masalah konstipasi


berat. Faktor-faktor yang menyebabkan kondisi
ini adalah melemahnya otot-otot yang digunakan
dalam defekasi, kurangnya latihan, tidak
adekuatnya asupan cairan, dan penurunan
aktivitas sistem saraf otonom dan obat-obatan
digunakan untuk mengobati penyakit, juga
menghambat sekresi normal usus.

Berikan penjelasan pada klien dan keluarga Klien dan keluarga akan mengerti tentang
penyebab konstipasi. penyebab obstipasi.

Modifikasi defekasi yang teratur. Anjurkan Defekasi yang teratur dan rutin dapat membangun
pada klien untuk makan makanan yang semangat klien untuk mengikuti pola yang
mengandung serat. teratur, sadar untuk meningkatkan asupan cairan
dan makan makanan serat. Diet seimbang tinggi
kandungan serat merangsang peristaltik dan
eliminasi reguler.

Atur posisi duduk toilet. Dudukan toilet ditinggikan untuk memudahkan


aktivitas toileting karena klien sulit bergerak dari
posisi berdiri ke posisi duduk.

Bila klien mampu minum, berikan asupan Asupan cairan adekuat membantu
cairan yang cukup (2liter/hari) jika tidak ada mempertahankan konsistensi feses yang sesuai
kontraindikasi. pada usus dan membantu eliminasi reguler.

Kolaborasi dengan tim dokter dalam Pelunak feses meningkatkan efisiensi


pemberian pelunak feses (laksatif, pembasahan air pada usus, yang mulunakkan
supositoria, enema). massa feses dan membantu eliminasi.

Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan tremor, pelambatan
dalam proses makan, kesulitan menguyah dan menelan.

Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.


Kriteria Hasil : Mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh, memperlihatkan kenaikan berat badan
sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium.

Intervensi Rasionalisasi

Evaluasi kemampuan makan klien. Klien mengalami kesulitan dalam mempertahankan


berat badan mereka. Mulut mereka kering akibat obat-
obatan dan mengalami kesulitan mengunyah dan
menelan.

Observasi/timbang berat badan jika Tanda kehilangan berat badan (7-10%) dan
memungkinkan. kekurangan asupan nutrisi menunjang terjadinya
masalah katabolisme, kandungan glikogen dalam otot,
dan kepekaan terhadap pemasangan ventilator.

Manajemen mencapai kemampuan menelan. Meningkatkan kemampuan klien dalam menelan dan
1. Gangguan menelan disebabkan oleh dapat membantu pemenuhan nutrisi klien melalui oral.
tremor pada lidah, ragu-ragu dalam Tujuan lain adalah mencegah terjadinya kelelaha,
memulai menelan, kesulitan dalam memudahkan masuknya makanan, dan mencegah
membentuk makanan dalam bentuk gangguan pada lambung.
bolus.
2. Makanan setengah padat dengan sedikit
air memudahkan untuk menelan.
3. Klien dianjurkan untuk menelan secara
berurutan.
4. Klien diajarkan untuk meletakkan
makanan diatas lidah, menutup bibir dan
gigi, dan menelan.
5. Klien dianjurkan untuk mengunyah
pertama kali pada satu sisi mulut dan
kemudian kesisi lain.
6. Untuk mengontrol air liur, klien
dianjurkan untuk menahan kepala tetap
tegak dan membuat keadaan sadar untuk
menelan.
7. Masase otot wajah dan leher sebelum
makan dapat membantu.
8. Berikan makanan kecil dan lunak.

Monitor pemakaian alat bantu. Pemakaian elektrik digunakan untuk menjaga


makanan tetap hangat dan klien diizinkan untuk
istirahat selama waktu yang ditetapkan untuk makan,
alat-alat khusus juga membantu makan.
Penggunaan piring yang stabil, cangkir yang tidak
pecah pecah bila jatuh, dan alat-alat makan yang dapat
digenggam sendiri digunakan sebagai alat bantu.

Kaji fungsi sistem gastrointestinal meliputi suara Fungsi sistem gastrointestinal sangat penting untuk
bising usus, catat terjadinya perubahan didalam asupan makanan. Ventilator dapat menyebabkan
lambung seperti mual, muntah. Observasi kembung pada lambung dan perdarahan lambung.
perubahan pergerakan usus misalnya diare,
konstipasi.

Anjurkan pemberian cairan 2500 cc/hari selama Mencegah terjadinya dehidrasi akibat penggunaan
tidak terjadi gangguan jantung. ventilator selama klien tidak sadar dan mencegah
terjadinya konstipasi.

Lakukan pemeriksaan laboratorium yang Memberikan informasi yang tepat tentang keadaan
diindikasikan, seperti serum, transferin, nutrisi yang dibutuhkan klien.
BUN/kreatinin, dan glukosa.

Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume bicara,


pelambatan bicara, ketidakmampuan menggerakan otot-otot wajah.

Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 klien mampu membuat teknik/metode komunikasi yang dapat
dimengerti sesuai kebutuhan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
Kriteria Hasil : klien dapat berkomunikasi dengan sumber yang ada.

Intervensi Rasionalisasi

Kaji kemampuan klien untuk berkomunikasi. Gangguan bicara ditemukan pada banyak klien
dengan penyakit Parkinson. Bicara mereka yang
lemah, monoton, dan terdengar halusmenuntut
kesadaran berupaya untuk bicara dengan lambat,
dengan penekanan perhatian pada apa yang
mereka katakan.

Menentukan cara-cara komunikasi seperti Mempertahankan kontak mata akan membuat


mempertahankan kontak mata, memberikan klien tertarik selama komunikasi. Jika klien dapat
pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak, menggerakan kepala, mengedipkan mata, atau
menggunakan kertas dan pensil/bolpoin, senag dengan isyarat-isyarat sederhana, lebih baik
gambar, atau papan tulis, bahasa isyarat, dengan menggunakan pertanyaan ya/tidak.
perjelas arti dari komunikasi yang Kemampuan menulis kadang-kadang melelahkan
disampaikan. klien, selain itu dapat mengakibatkan frustasi
dalam upaya memenuhi kebutuhan komunikasi.
Keluarga dapat bekerja sama untuk membantu
memenuhi kebutuhan klien.

Pertimbangkan bentuk komunikasi bila Kateter intravena yang terpasang ditangan akan
terpasang kateter intravena. mengurangi kebebasan klien dalam menulis atau
memberi isyarat.

Letakkan bel pemanggil dalam jangkauan Ketergantungan klien pada ventilator akan
klien dan berikan penjelasan cara membuat klien lebih baik dan rileks, merasa
menggunakannya. Jawab panggilan tersebut aman dan mengerti bahwa selama menggunakan
dengan segera. Penuhi kebutuhan klien. ventilator, perawat akan memenuhi segala
Katakan kepada klien bahwa perawat siap kebutuhannya.
membantu jika dibutuhkan.

Buatlah catatan dikantor perawat tentang Mengingatkan staf perawat untuk berespon
keadaan klien yang dapat bicara. dengan klien selama memberikan perawatan.

Buatlah rekaman pembicaraan klien. Rekaman pembicaraan klien dalam pita kaset
secara periodik dibutuhkan dalam memantau
perkembangan klien. Amplifier kecil membantu
bila klien mengalami kesulitan mendengar.

Anjurkan keluarga/orang lain yang dekat Keluarga dapat merasa akrab dengan klien dalam
dengan klien untuk berbicara dengan klien, berada dekat klien selama berbicara. Pengalaman
memberikan informasi tentang keluarganya, ini dapat membantu atau mempertahankan kontak
dan keadaan yang sedang terjadi. nyata seperti merasakan kehadiran anggota
keluarga yang dapat mengurangi perasaan kaku.

Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa. Ahli terapi wicara bahasa dapat membantu dalam
membentuk peningkatan latihan percakapan dan
membantu petugas kesehatan untuk
mengembangkan metode komunikasi untuk
memenuhi kebutuhan klien.

Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena
perkembangan penyakit.

Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 koping individu menjadi efektif.


Kriteria Hasil : mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan
perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi, mengakui, dan
menggabungkan perubahan kedalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa harga diri yang negatif.

Intervensi Rasionalisasi

Kaji perubahan gangguan persepsi dan hubungan Menentukan bantuan individual dalam menyusun
dengan derajat ketidakmampuan. rencana perawatan atau pemilihan intervensi.

Dukung kemampuan koping klien. Kepatuhan terhadap program latihan dan berjalan
membantu perlambat kemajuan penyakit. Dukungan
dan sumber bantuan dapat diberikan melalui
ketekunan berdoa dan penekanan keluar terhadap
aktivitas dengan mempertahankan partisipasi aktif.

Catat ketika klien menyatakan sekarat atau Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh atau
mengingkari dan menyatakan inilah kematian. perasaan negatif terhadap gambaran tubuh dan
kemampuan yang menunjukkan kebutuhan dan
intervensi serta dukungan emosional.

Pernyataan pengakuan terhadap penolakan tubuh, Membantu klien untuk melihat bahwa perawat
mengingatkan kembali fakta kejadian tentang menerima kedua bagian sebagai bagian dari seluruh
realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi tubuh. Mengizinkan klien untuk merasakan adanya
yang sakit dan belajar mengontrol sisi yang sehat. harapan dan mulai menerima situasi baru.

Beri dukungan psikologis secara menyeluruh. Klien penyakit Parkinson sering merasa malu, apatis,
tidak adekuat, bosan, dan merasa sendiri. Perasaan ini
dapat disebabkan akibat keadaan fisik yang lambat
dan upaya yang besar dibutuhkan terhadap tugas-tugas
kecil. Klien dibantu dan didukung untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan (seperti meningkatnya
mobilitas). Karena Parkinson mengarah akan
menunjukkan menarik diri dan depresi, klien harus
aktif berpartisipasi dalam program terapi yang
mencakup program sosial dan rekreasi.

Bantu dan ajarkan perawatan yang baik dengan Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan
memperbaiki kebiasaan. mengontrol lebih dari satu area kehidupan.

Buat rencana program aktivitas harian pada Program aktivitas pada keseluruhan hari mencegah
keseluruhan hari. waktu tidur yang terlalu banyak yang dapat mengarah
pada tidak adanya keinginan beraktivitas dan apatis.
Setiap upaya dibuat untuk mendukung klien keluar
dari tugas-tugas yang termasuk koping dengan
kebutuhan mereka setiap hari dan untuk membentuk
klien mandiri. Apapun yang dilakukan hanya untuk
keamanan sewaktu mencapai tujuan dengan
meningkatnya kemampuan koping.

Anjurkan orang terdekat untuk mengizinkan klien Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan
melakukan sebanyak mungkin hal untuk dirinya. membantu perkembangan harga diri serta
memengaruhi proses rehabilitasi.

Dukung perilaku atau usaha seperti peningkatan Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan
minat atau partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi. pengertian tentang peran individu masa mendatang.

Monitor gangguan tidur, peningkatan kesulitan Dapat mengindikasikan terjadinya depresi. Depresi
konsentrasi, letargi dan penolakan. umumnya terjadi sebagai pengaruh dari stroke yang
memerlukan intervensi dan evaluasi lebih lanjut.

Kolaborasi : rujuk pada ahli neuropsikologi dan Dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting
konseling bila ada indikasi. untuk perkembangan perasaan. Kerjasam fisioterapi,
psikoterapi, terapi obat-obatan, dan dukungan
partisipasi kelompok dapat menolong mengurangi
depresi yang juga sering muncul pada keadaan ini.

Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan sumber informasi prosedur perawatan


rumah yang tidak adekuat.

Tujuan : Dalam waktu 1 x 24, informasi dapat diterima klien.


Kriteria Hasil : klien mampu mengulang informasi tentang prosedur perawatan rumah.

Intervensi Rasionalisasi

Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang Mengetahui tingkat pengetahuan dan tingkat
perawatan kesehatan dirumah. pendidikan akan memudahkan perawat dalam
memberikan informasi yang sesuai dengan
kondisi klien.

Jelaskan pentingnya perawatan kesehatan Kebutuhan informasi tentang penyakit Parkinson


dirumah pada klien dan keluarga. ditujukan agar klien mampu beradaptasi dan
mempunyai kemampuan menghadapi penyakit.
Setiap upaya yang dibuat untuk menjelaskan
keadaan nyata, penyakit, dan pengelolaan
kecemasan dan ketakutan yang muncul, dan
mungkin merupakan ketidakmampuan akibat
penyakit itu sendiri.

Beri dukungan pada keluarga dalam merawat Keluarga mengalami stress akinat hidup dan
klien Parkinson. merawat orang yang mengalami
ketidakmampuan.

Fasilitasi anggota keluarga untuk Akan memudahkan dalam menentukan intervensi


mengekspresikan perasaannya terhadap selanjutnya.
frustasi, marah, dan perasaan bersalah,
karena hal ini sering membantu mereka.

Berikan mereka informasi tentang Memberi pelayanan kesehatan diikutsertakan


pengobatan dan perawatan yang mencegah dalam perencanaan dan mungkin sebagai
masalah yang tidak perlu ada. konsultan dalam mengajarkan klien dan keluarga
tentang teknik menurunkan stress, bekerjasama
dalam proses memberikan perawatan.

4. IMPLEMENTASI
Sasaran tindakan adalah untuk meningkatkan transmisi dopamin. Terapi
obat-obatan mencakup antihistamin, antikolinergik, amantidin, levodopa,
anhibitor monoamin oksidasi (MAO), dan antidepresi. Beberapa obat-obat ini
menyebabkan efek sampik psikiatrik pada lansia meliputi :
Antihistamin
Antihistamin mempunyai efek sedatif dan antikolinergik pusat ringan, dapat
membantu dalam menghilangkan tremor.
Terapi Antikolinergik
Agen antikolinergik (triheksifenidil, prosiklidin, dan benzotropin mesilat)
efektif untuk mengontrol tremor dan kekakuan Parkinson. Obat-obatan ini
dapat digunakan dalam kombinasi dengan levodopa. Agen ini menghilangkan
aksi asetilkolin pada sistem saraf pusat. Efek smaping mencakup penglihatan
kabur, wajah memerah, ruam pada wajah, konstipasi, retensi urine, dan
kondusi akut. Tekanan intraokular dipantau ketat karena obat-obat ini
kontraindikasi pada klien dengan glaukoma meskipun glaukoma yang dialami
klien hanya sedikit. Klien dengan hiperplasia prostatik dipantau terhadap
adanya tanda-tanda retensi urine.
Amantadin Hidroklorida
Amantadin hidroklorida (Symmetrel), agen antivirus yang digunakan pada
awal pengobatan penyakit Parkinson untuk menurunkan kekakuan, tremor
dan bredikinesia. Agen ini diperkirakan bekerja melalui pelepasan dopamin
dari daerah psikiatrik (perubahan perasaan hati, konfusi, halusinasi), muntah,
adanya tekanan pada epigastrium, pusing, dan gangguan penglihatan.
Terapi Levodopa
Walaupun levodopa bukan untuk pengobatan, saat ini merupakan agen yang
paling efektif untuk pengobatan pada penyakit Parkinson. Levodopa diubah
dari (MD4)L dan (MD4)-dopa menjadi dopamin pada basal ganglia. Seperti
disebutkan diatas dopamin dengan konsentrasi normal yang terdapat didalam
sel-sel substansia nigra menjadi hilang pada klien dengan penyakit Parkinson.
Gejala yang hilang juga dapat terjadi akibat kadar dopamin yang lebih tinggi
akibat pemberian levodopa.
Derivat Ergoet-Agonis Dopamin
Agen-agen ini (bromokriptin dan pergolid) dianggap sebagai reseptor
dopamin; agen ini bermanfaat bila ditambahkan dengan levodopa dan pada
klien yang mengalami reaksi on-off terhadap fluktuasi klinis ringan.
Inhibitor MAO.
Eldepril adalah salah satu perkembangan dalam farmakoterapi penyakit
Parkinson. Obat ini menghambat pemecahan dopamin; sehingga peningkatan
jumlah dopamin tercapai, tidak seperti bentuk terapi lain, agen ini secara
nyata memperlambat kemajuan penyakit.
Antidepresan
Antidepresan trisiklik dapat diberikan untuk mengurangi depresi yang juga
biasa terjadi pada penyakit Parkinson.
BAB IV

PENUTUP

Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis


progresif, merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalis
akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke
globus palidus/ neostriatum (striatal dopamine deficiency). Penyakit Parkinson
merupakan penyakit kronis yang membutuhkan penanganan secara holistik meliputi
berbagai bidang.

Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi
pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul . Tanpa perawatan,
gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi total disabilitas, sering
disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat menyebabkan
kematian. Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda-berbeda.
Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan
lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang
dapat sangat parah. Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala
parkinson, sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini.
Sekali terkena parkinson, maka penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arief.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Persyarafan.Jakarta:SalembaMedika.2008

http://meikafitri.blogspot.com/2009/11/askep-pada-klien-parkinson.html

diakses tanggal 18 Oktober 2011

http://bamschalampa-askep.blogspot.com/2010/08/askep-parkinson.html#uds-search-
results

diakses tanggal 20 Oktober 2011


PENGKAJIAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PARKINSON


DENGAN MASALAH KEPERAWATAN UTAMA NYERI KEPALA (PUSING)
PADA GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN

1. PENGKAJIAN
A. Identitas
Nama : Tn D
Umur : 55th
Jenis kelamin : laki-laki
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan
Pendidikan : SMA
Alamat : cilacap
Tgl pengkajian : 3 Maret 2017 pkl 10.00 wib

2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Keluhan utama : pusing
b. Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke IGD RS PKU Muhammadiyah gombong dengan keluhan
utama pusing.Tremor kedua kaki dan tangan,lemes.Penyakit yang dialami ini
(tremor) sudah terjadi sejak 5 tahun yang lalu
c. Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien mempunyai riwayat hipertensi sebelum mngalami penyakit seperti ini.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dari keluarga tidak ada yang mengalami penyakit seperti ini,hanya dari kakek
yang mempunyai riwayat tekanan darah tinggi.Persepsi keluarga terhadap
kondisi penyakit yang dialami pasien diperlukan perawatan yang baik supaya
cepat sembuh.Keluarga menyetujui terhadap tindakan apa saja yang akan
dilakukan yang berhubungan dengan pengobatan pasien demi kesembuhan
pasien setelah pasien dan keluarga mendapatkan penjelasan dari
petugas.keluarga mengatakan tidak akan mempermasalahkan masalah biaya
yang penting pasien segera ditangani.Selama dalam perawatan keluarga
menyadari dan menerima proses pengobatan.

3. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


a. System pernafasan
Dada simetris,retraksi (+),RR 20 x/mnt,pernafasan vesikuler,suara
tambahan(-),ronchi (-).whezing (-) inspirasi ekspirasi simetris,pernafasan
cuping hidung (-), secret/lender (-), terpasang canule O2 3 l/mnt .
b. System cardiovaskuler
Tekanan darah 210/110 mmHg,nadi 88 x/mnt ,suhu 36 0C,anemis (-)suara
jantung gallop dan murmur (-),terpasang infuse RL 20 tpm
c. System persarafan
GCS 15 , tremor (+),reflek mata (+)
Persepsi sensori:pendengaran (+), pengecapan (-) , penglihatan (+) mengeluh
lemes,pusing (nyeri skala 4)
d. System perkemihan
Terpasang DC dengan produksi jam 10.00 s/d 11.00 wib sebanyak 100
cc,warna kuning pekat,bau khas.Infeksi saluran kencing (-),oedem (-),scrotum
(+),pubis (+)
e. System pencernaan
Perut supel,nyeri abdomen (-),peristaltic (+)
f. System musculoskeletal
Tonus otot lembek tidak kaku,tremor ekstremitas atas (+)
g. Psikososial
Pasien adalah seorang pensiunan tidak ada masalah dengan tetangga atau
keluarganya,selama sakit pasien dirawat oleh keluarganya sendiri,harapan
keluarga agar penyakitnya segera sembuh dan cepat pulang ke
rumah.Hubungan pasien dan keluarga baik begitu juga dengan tetangga sekitar.
h. Spiritual
Pasien beraga islam,keluarga yakin bahwa semua yang telah terjadi sudah ada
yang mengatur kita hanya berusaha semaksimal mungkin untuk mengatasi
semua kesulitan.keluarga yakin dengan berdoa kepada Tuhan YME bisa
membantu proses kesembuhan pasien.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium tgl 3/3/2011
Al : 9,74 /m3
Erytrosit :5,70/m3
Hb :17,3 gr%
Ht :47,3 vol%
Mcv :83,0 %
Mch :30,4%
Mcac : 36,6%
Trombosit :160 %
Gol darah : B
GDS : 111 mg/dl
Ureum : 51,0
Creatini : 1.3
HbSAg : negative
Terapi medis tgl 3/3/11:
1. Kalfoxim 2x1
2. Dexa 3x1
3. Acran 2x1
4. Kalmeco 2x1
5. Angioten 1x1
6. Zipras 0,5 2x1
Terapi tgl 4/3/11:
1. Kalfoxim (stop)
2. dexa (stop)
3. acran (stop)
4. diganti cernevit 1x1, panso(1x1)

ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Pasien mengatakan pusing Peningkatan TIK,TD Nyeri
DO: nyeri pusing skala 4,tampak 210/110 mmhg
ekspresi sakit,TD:210/110

2. DS :pasien mengatakan tremornya Tremor berlebihan Tremor Berlebihan


terus menerus sehingga tidak bisa
beraktifitas,badannya sulit
digerakkan
DO: tampak tremor ekstremitas atas

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan TIK tidak adekuat
2. Gangguan mobilisasi berhubungan dengan tremor ekstremitas,otot lemah
INTERVENSI

Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK ditandai dengan peningkatan TD


210/110,tampak ekspresi menahan rasa sakit kepala.
Tujuan : nyeri hilang atau berkurang
Criteria hasil :
a. tekanan darah sistol: 120-140,Diastole:70-100
b. tidak menunjukkan ekspresi nyeri
Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri
b. Kaji tekanan darah tiap jam
c. Kolaborasi diit rendah garam
d. Ajarkan tekhnik relaksasi
e. Beri O2 3l/mnt
f. Kolaborasi pemberian analgetik
g. Ciptakan ruangan tetap tenang

Gangguan mobilisasi berhubungan dengan tremor ,kelemahan fisik


Tujuan : meningkatkan kemampuan mobilisasi
Criteria hasil :
a. Kebutuhan ADL terpenuhi
b. Mampu memenuhi kebutuhan ADL mandiri tanpa dibantu orang lain
Intervensi :
a. Kaji kemampuan pemenuhan keb ADL pasien
b. Anjurkan istirahat cukup,kurangi aktifitas
c. Bantu pemenuhan kebutuhan ADL pasien
d. Beri pengaman di sekitar tempat tidur
e. Anjurkan keluarga untuk selalu mendampingi pasien
f. Latih mobilisasi bertahap
g. Kolaborasi dengan bagian fisioterapi
IMPLEMENTASI
DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
Tgl 3/3/11 pkl 10.00 Pkl 10.00 wib pkl 11.00 wib
wib 1. Mengkaji tingkat nyeri S: mengatakan nyeri berkurang
Gangguan nyeri 2. Member O2 3l/mnt O: masih tampak ekspresi
berhubungan 3. Mengajarkan tekhnik relaksasi nyeri,TD : 210/100
dengan peningkatan 4. Menciptakan suasana ruangan A : masalah belum teratasi
tekanan intra tetap tenang P:lanjutkan implementasi
kranial 5. Member terapi zipras 0,5 mg
6. Memberi diit lunak rendah
garam
7. Mengukur vital sign
8. Member terapi injeksi dan oral
sesuai program
Kalfoxim 1gr
Dexa 5amp
Acran 1 amp
Kalmeco tab
Zypras 0,5
angioten
3/3/11 pkl 10.00 Pkl 11.00 wib
wib 3/3/11 pkl 10.00 wib S: mengatakan ma/mi masih
Gangguan harus dibantu
Mengkaji kemampuan pasien
mobilisasi fisik O: pasien masih tampak
gerak pasien
berhubungan tiduran,ma/mi dibantu
dengan tremor dan istrinya.kemampuan kebutuhan
Membantu memenuhi kebutuhan
kelemahan fisik ADL tergantu ng pada orang
ma/mi pasien
lain
Menganjurkan keluarga untuk A:masalah belum teratasi
selalu mendampingi pasien P:lanjutkan intervensi

Member pengaman di sekitar


4/3/11,pkl 05.00 Pasien kooperatif
tempat tidur
Dx I

Mengkonsulkaan ke bagian
fisioterapi

-Mengukur vital sign


-memberi terapi sesuai program TD;140/80
Dx II
-memberi diit TKTP rendah garam N:88 x/mnt
-membersihkan tempat tidur pasien S:36 0C
-membantu memandikan pasien RR:20x/mnt

5/3/11 - Mengkaji vital sign


PKL 05.00 - Membantu memandikan Pasien kooperatif
pasien Diit habis porsi
- Member terapi sesuai program
- Melatih mobilisasi pasien

07.00wib Pasien kooperatif mengikuti


- Member diit lunak rendah instruksi
garam
- Menyambung infuse RL 20
11.00 wib
Habis porsi
tpm

- Pasien diberi fisioterapi


17.00 wib - Mengukur vital sign dan
Pasien mengikuti instruksi
mengkaji keluhan pasien

- Member diit makan siang


- Membantu pasien untuk
makan sendiri
20.00wib
-pasien mengeluh pegel pada
- Membantu pasien mobilisasi kakinya,dan pusing
- Member terapi sesuai program
- Member diit sore(diit lunak
rendah garam)
- Membantu memandikan
pasien
- Menyambung infuse

CATATAN PERKEMBANGAN
TGL EVALUASI
3/3/11 PKL 11.00 WIB
S:mengatakan masih lemes,gemetar,pusing
O:tremor (+),ma/mi (+) habis setengah porsi,
A:masalah dx I,II belum teratasi
P:lanjutkan intervensi
PKL 20.00 WIB
S:mengatakan badan pegel-pegel,pusing berkurang
O:nyeri skala 3,TD: 150/90,analgetik (+),ma/mi (+),kemandirian
(-),tremor (+)
A:masalah dx I,II teratasi sebagian
P:lanjutkan intervensi,terapi sesuai program
TGL 4/3/11
PKL 08.00 WIB
S:mengatakan masih lemes,pusing sedikit
O:TD:170/100 mmhg,nyeri skala 2,ma/mi (+) masih dibantu
keluarga,tremor (+)
A:masalah dx I,II teratasi sebagian
P:lanjutkkan intervensi,beri diit nasi rendah garam
PKL 11.00 WIB
S: mengatakan kaki masih terasa tebal,pusing hilang timbul
O: tremor (+),diit 1 porsi habis ,fisioterapi (+)latihan mobilisasi
(+)
A:dx I,II teratasi sebagian
P:lanjutkan intervensi,bantu mobilisasi bertahap
PKL 19.00 WIB
S:mengatakan kaki terasa tebal,nyeri kepala,
O:tremor (+)TD:170/90 mmhg,th(+),mobilisasi (+),diit (+)
05/3/11
A:masalah dx I.II teratasi sebagian
P:lanjutkan intervensi

PKL 08.00 WIB


S: mengatakan pegel berkurang,pusing berkurang
O:tremor (+),TD 130/80,diit (+),terapi (+)
A:masalah dx I,II teratasi sebagian
P:lanjutkan intervensi
PKL 11.00WIB
S:mengatakan pegel dan nyeri berkurang,nyeri skala 2
O:tremor (+),TD:140/80 mmhg,s:36
0C,N:88x/mnt,RR20x/mnt,diit lunak (+)habis porsi,terapi (+)
sesuai program,mobilisasi (+)
A:masalah dx I,II teratasi sebagian
P:lanjutkan intervensi
PKL 19.00WIB
S:mengatakan pusing ada tapi sedikit,pegel-pegel
O:tremor (+),mobilisasi (+),fisioterapi(+),diit (+) habis
porsi,ekstremitas bawah bengkak
A:masalah teratasi sebagian
P:anjurkan untuk mengganjal kedua kaki dengan bantal saat
tidur/posisi kaki lebih tinggi

Anda mungkin juga menyukai